Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah
jantung.Prosedur yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi
arteri koroner dan perbaikan penggantian katup jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang
menyertainya dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang
diperkirakan sepuluh tahun silam.Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang
memungkinkan diagnostik dimulai lebih awal dan lebih akurat, menyebabkan
penanganan dapat dilakukan jauh sebelum terjadi kelemahan yang berarti.Penanganan
dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus dikembangkan dengan cepat dan
dengan keamanan yang semakin meningkat.Mungkin tak ada intervensi terapi yang
begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien dengan penyakit jantung.
Pembedahan jantung pertama yang berhasil, penutupan luka tusuk ventrikel
kanan, telah dilakukan di tahun 1895 oleh ahli bedah halls de Vechi.Di Amerika
Serikat pembedahan serupa yang sukses, juga penutupan luka tusuk, dilakukan di
tahun 1902. Diikuti oleh pembedahan katup di tahun 1923 dan 1925, penutupan
duktus paten di tahun 1937 dan 1938, dan reseksi koarktasi aorta pada tahun 1944.
Era baru tandur pintasan arteri koroner bermula di tahun 1954.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam perkembangan pembedahan
jantung adalah teknik pintasan jantung-paru.Pertama kali digunakan dengan berhasil
pada manusia di tahun 1951.Di masa kini lebih dari 250.000 prosedur yang dilakukan
dengan menggunakan pintasan jantung paru.Terbanyak (lebih dari 200.000) dilakukan
di Amerika Utara. Kebanyakan prosedur adalah graft pintasan arteri koroner (CABG
= coronary artery bypass graft) dan perbaikan atau penggantian katup.
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan
anestesia, dan pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit
perawatan kritis serta program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan
menjadi pilihan penanganan yang aman untuk pasien dengan penyakit jantung.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Bedah Jantung ?
2. Apa saja Klasifikasi Bedah Jantung ?
3. Apa Tujuan Operasi Bedah Jantung ?
4. Apa saja Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi ?
5. Apa saja Diagnosis Penderita Penyakit Jantung ?
6. Bagaimana Perawatan Perioperative Dikamar Operasi ?
7. Bagaimana Perawatan Pasca Bedah?

C. Tujuan
1. Tujuan Instuksional Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien intra bedah
jantung.
2. Tujuan Instuksional Khusus
a. Mengetahui pengertian dari bedah jantung
b. Mengetahui klasifikasi bedah jantung
c. Mengetahui Tujuan operasi bedah jantung
d. Mengetahui toleransi dan perkiraan resiko operasi
e. Mengetahui diagnose penderita penyakit jantung
f. Mengetahui perawatan perioperative dikamar operasi
g. Mengetahui perawatan pasca bedah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung.

B. Klasifikasi
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka
rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.

C. Tujuan Operasi Bedah Jantung


Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain :
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh
VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.
2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama
pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan
operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat
dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami
insufisiensi.
5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan
arteri koroner.
7. Pemasangan inplant seperti kawat pace maker permanen pada anak-anak dengan
blok total atrioventrikel.
8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin
diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab
lain.
D. Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi
Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum
penderita yang biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York
Heart Association.
Klas I : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari
Klas II : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat.
Klas III : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan sehari-hari.
Klas IV : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan
lain-lain sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur.
Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini ditentukan
berdasarkan resiko yang paling kecil.Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total
koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 4 tahun.
Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta
karena suatu insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas
III.Hal ini adalah saat operasi dilakukan.Operasi pintas koroner misalnya bila
dilakukan secara darurat resikonya 2x lebih tinggi bila dilakukan elektif.

E. Diagnosis Penderita Penyakit Jantung


Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu diagnosis
maka diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari anamnesa, pemeriksaan
fisik/jasmani, laboratorium, maka untuk jantung diperlukan pemeriksaan tambahan
sebagai berikut :
1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai
alat elektrokardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk
melihat pembesaran atrium kiri (foto lateral).
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek
dan pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali. Sehingga terlihat
gambaran rongga jantung dan pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada
lagi Dopler Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang
terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau kolateral.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena
kemudian dengan scanner ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.
6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang
dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi
jantung kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri
femoralis.

Pemeriksaan kateterisasi bertujuan :

a. Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung, sehingga diketahui


adanya peningkatan saturasi pada rongga jantung kanan akibat suatu shunt dan
adanya hypoxamia pada jantung bagian kiri.
b. Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah tertentu misalnya
LV grafi, aortografi, angiografi koroner dll.
c. Pemeriksaan curah jantung pada keadaan tertentu.
d. Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan enzym creati kinase dan fraksi
CKMB untuk penentuan adanya infark pada keadaan unstable angin pectoris.

F. Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi


Setelah pesien diputuskan operasi, maka persiapan harus dilakukan, yaitu
persiapan fisik maupun persiapan mental.
Untuk persiapan fisik, hal-hal yang harus diperhatikan ialah persiapan
kulit,gastrointestinal,persiapan untuk anastesi, kenyamanan dan istirahat pasien, serta
obat-obatan yang digunakan. Sedangkan persiapan mental,sangat tergantung pada
dukungan dari keluarga. Tugas perawat bedah disini adalah dapat memberikan
informasi yang jelas pada pasien.Meliputi anatomi dasar dan kondisi penyakit pasien.
Prosedur operasi sebatas kopetensi yang diberikan, pemeriksaan diagnostic
penunjang, peraturan-peraturan dari tim bedah, keadaan di ruang operasi, jenis syarat
operasi dan ruang tunggu bagi keluarga pasien. Hal ini dilakukan pada saat perawat
bedah melakukan kunjungan sebelum pasien dioperasi.

G. Perawatan Intra Operasi


1. Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway antara lain:
guedel, laringoskop, ETT berbagai ukuran, system hisab lendir
2. Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula,
sungkup, bagging dan ventilator.
3. Circulation (sirkulasi):
a. Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau dinding miokard
bagian inferior dan V5 untuk antero lateral
b. Kanulasi arteri dipasang untuk memantau tekanan arteri dan analisa gas darah
c. Pemasangan CVP untuk pemberian darah autologus dan infuse kontinu serta
obat-obatan yang perlu diberikan
d. Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau rektal untuk mengevaluasi
status pasien dari cooling dan rewarning, tingkat proteksi miokard, adekuatnya
perfusi perifer dan hipertermi maligna
e. Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk memantau
kejadian akut seperti iskemia atau injuri otak
f. Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan tujuan tidak sadar, amnesia,
analgesia, relaksasi otak dan menurunkan respons stress, sedang obat lain
seperti inotropik, kronotropik, antiaritmia, diuretic, anti hipertensi, anti
kuagulan dan kuagulan juga perlu
4. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam
jiwa
5. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan
ukuran untuk mencegah panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
6. Posisi pasien dimeja operasi
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal yang
perlu diperhatikan: posisi harus fisiologis, system muskuloskeletal harus
terlindung, lokasi operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri
perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)
7. Menjaga tindakan asepsis
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan
drapping. Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.

H. Perawatan Pasca-bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.Untuk
mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra
bedah sehingga dapat diantisipasi dengan baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes
dan lain-lain.
1. Perawatan Pasca Bedah Dibagi Atas
a. Perawatan di ICU
1) Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat yang
mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab
terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat
yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam.
2) Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
a. CVP, RAP, LAP.
b. Denyut jantung.
c. Wedge presure dan PAP.
d. Tekanan darah.
e. Curah jantung.
f. Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung
dosisnya, rutenya dan lain-lain.
g. Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacuh jantung
dll.
3) EKG

Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok
atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali
dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada
perubahan irama dasar jantung yang membahayakan.

4) Sistem pernapasan

Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan
diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera
respirator dipasang dan dilihat :

a. Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.


b. Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
c. Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya
normal, kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda
edema paru ; bila perlu dibuat kultur.
5) Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan
obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka
disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.

6) Fungsi ginjal

Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat
hemolisis dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas
memungkinkan harus dikerjakan.

7) Gula darah

Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6
jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.

8) Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :
a. HB,HT,trombosit.
b. ACT.
c. Analisa gas darah.
d. LFT / Albumin.
e. Ureum, kreatinin, gula darah.
f. Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
9) Drain

Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana


mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam
tetapi bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap jam. Atau
tiap jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita
dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan mungkin
memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.

10) Foto thoraks

Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk


melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus
disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang
dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap
respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam
setelah pasca bedah.

11) Fisioterapi.

Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan


ventilator.Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi
sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).

b. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan


Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua
organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua
pasca bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah
dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
1. Elektrolit thrombosis.
2. Ureum
3. Gula darah.
4. Thoraks foto
5. EKG 12 lead.

Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.

Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks
tegak.

Hari ke 6 - 10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.

Obat obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah
dada waktu batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti
anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia,
bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak
sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.

Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda


infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda
panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang
ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik
supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat
di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang
gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk
mencegah luka terbuka.

Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera


dikerjakan untuk mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem
pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun
dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan
keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.

I. Penatalaksanaan Bedah Jantung


a. Pintasan jantung paru
Prosedur ini merupakan alat mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi darah untuk
seluruh tubuh pada saat memintas jantung dan paru
b. Jantung buatan Tujuan keseluruhan pemasangan mi adalah untuk memberi
kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas dan pemasangan jalur
perkutaneus.
c. Transplantasi jantung
Transplantasi jantung dianggap sebagai uaha terakhir untuk mengatasi untuk
mengatasi penyakit jantung tahap akhir yang refrakter terhadap
pengobatankonvensional dan pembedahan
d. Eksisi tumor
e. Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang jantung atau katup.
Tindak bedah yang dikenal dalam kedokteran adalah antara lain:
1. Valvulotomi/kumisurotomi
2. Septostomi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung.
Prosedur yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri
koroner danperbaikan penggantian katup jantung yang rusak. Banyak prosedur bedah
jantung bisa dijalankan karena adanya pintasan jantung-paru (sirkulasi
ekstrakorponeal). Prosedur ini merupakan alat mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi
darah untuk seluruh tubuh pada saat memintas jantung dan paru. Mesin jantung-
panu memungkinkan dicapainya medan openasi yang bebas darah Sementara perfusi
tetap dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh. Pintasan jantung-
paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium kanan, vena kava, atau vena
femoralis untuk mengeringkan darah dari tubuh. Perkembangan jantung buatan terus
berlanjut untuk memperbaiki daya tahan hidup dan mengurangi morbiditas. Institut
Jantung, Paru, dan Darah Nasional.Tujuan keseluruhan pemasangan transplantasi
jantung adalah untuk memberi kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas dan
pemasangan jalur perkutaneus. Alat mi dijalankan menggunakan sistem transmisi
energi listrik transkutaneus (transcutaneous electrical energy transmission systems,
TEETS) dengan baterai portabel.
Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang jantung atau
katup. Pintasan jantung-paru digunakan. kecuali pada tumor epikardial, yang dapat
dieksisi tanpa memasuki jantung dan tanpa menghentikan denyutan jantung.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Gallo & Hudak. 1997. Keperawatan Kritis Volume I. Jakarta : EGC

R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai