Anda di halaman 1dari 11

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

PENGARUH BUDAYA ETIS ORGANISASI, ORIENTASI ETIKA,


PENGALAMAN, DAN PROFESIONALISME TERHADAP SENSITIVITAS
ETIKA KEGIATAN AUDIT YANG DILAKSANAKAN INSPEKTORAT
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

1
Made Bella Martina, 1Desak Made Werastuti, 2Edy Sujana

Jurusan Akuntansi Program S1


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {madebellamartina@yahoo.co.id, weras_tuti@yahoo.com,


ediesujana_bali@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai
pengaruh budaya etis organisasi, orientasi etika, pengalaman dan profesionalisme
terhadap sensitivitas etika kegiatan audit yang dilaksanakan Inspektorat Kabupaten
Buleleng. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh jumlah pegawai pada bagian audit
yang ada di kantor Inspektorat Kabupaten Buleleng sekaligus juga digunakan sebagai
sampel yang disebut sebagai sampel jenuh. Metode pengumpulan data dilakukan
dengan kuesioner berisi pertanyaan formal secara konsisten, terangkai, dan tertulis
yang ditujukan untuk memperoleh informasi dari responden berkaitan dengan variabel
yang diteliti. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu analisis
regresi berganda dengan dengan program SPSS for windows versi 19.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) budaya etis organisasi berpengaruh
signifikan terhadap sensitivitas etika, (2) orientasi etika berpengaruh signifikan terhadap
sensitivitas etika, (3) pengalaman berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas etika, (4)
profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas etika.
Kata Kunci : Budaya etis organisasi, orientasi etika, pengalaman, profesionalisme,
sensitivitas etika

Abstract
This study was aimed at finding evidence empirically about the effect of
organization ethic culture, ethic orientation, experience, and professionalism on ethic
sensitivity of audit activity done by the Inspectorate of Buleleng regency. The population
consisted of all of the employees in the audit section in the office of the Inspectorate of
Buleleng regency who were at the same time used as the sample called saturated
sample. The method of data collection was questionnaire that contains formal questions
that are consistent, framed, and written that were aimed at obtaining information from the
respondents in relation to the variables under investigation. The data analysis technique
used to test the hypothesis was multiple regression analysis using SPSS for windows of
version 19.0 program.
The results showed (1) the ethic culture of the organization has a significant
effect on ethic sensitivity, (2) ethic orientation has a significant effect on ethic sensitivity,
(3) experience has a significant effect on ethic sensitivity and (4) professionalism has a
significant effect on ethic sensitivity.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

Keywords: organization ethic culture, ethic orientation, experience, professionalism, ethic


sensitivity.

PENDAHULUAN anggaran lolos begitu saja. Agar dapat


Menurut Bastian, (2006:338) ada melakukan pekerjaannya sesuai dengan
beberapa hal yang perlu dipahami dalam kode etik profesi, seorang auditor internal
Undang-Undang Otonomi Daerah yang pemda (Aparatur Inspektorat Pemerintah)
meliputi: (1) asas desentralisasi yang perlu memiliki sensitivitas etika, hal ini
merupakan penyerahan wewenang diharapkan dapat mempermudah auditor
pemerintahan oleh Pemerintah kepada dalam pengambilan keputusan ketika
daerah otonom, (2) asas desentralisasi berada pada situasi dilema etika. Untuk
yang merupakan pelimpahan wewenang dapat melatih sensitivitasnya dalam hal
dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai pertimbangan etika, aparatur Inspektorat
wakil pemerintah di daerah, (3) tugas harus dapat mengakui ada masalah etika
pemberian bantuan yaitu penugasan dari dalam pekerjaannya, dan sensitivitas
pemerintah kepada daerah dan desa untuk tersebut merupakan tahap awal dalam
melaksanakan tugas tertentu yang disertai proses pengambilan keputusan etika (Aziza
pembiayaan, sarana dan prasarana serta dan Salim, 2008:2).
sumber daya manusia dengan kewajiban Dalam melaksanakan pekerjaannya
melaporkan pelaksanaannya dan seorang auditor internal kadang
mempertanggungjawabkannya kepada menghadapi permasalahan dalam budaya
yang menugaskan, (4) perimbangan kerja, permasalahan tersebut adalah
keuangan antara pemerintah pusat dan terabaikannya nilai-nilai etika dan budaya
daerah adalah suatu sistem pembiayaan kerja dalam perusahaan sehingga
pemerintah dalam kerangka Negara melemahkan disiplin, etos kerja dan
Kesatuan, yang mencakup pembagian produktivitas kerja. Maka penting bagi
keuangan antar pemerintah pusat dan aparatur Inspektorat untuk peka terhadap
daerah serta pemerataan antar daerah masalah etika. Penelitian ini menguji faktor
secara proporsional, demokratis, adil, dan lingkungan dan personal yang
transparan. mempengaruhi sensitivitas aparatur
Undang-Undang otonomi daerah ini Inspektorat terhadap situasi yang
memberikan implikasi terhadap akuntansi mempunyai nilai moralitas. Faktor
sektor publik, dalam pelaksanaan otonomi lingkungan yang dimaksud adalah budaya
daerah pemerintah daerah dituntut untuk etis organisasi yang berkaitan erat dengan
mampu memberikan informasi keuangan persepsi terhadap nilai-nilai moral (Falah,
terhadap publik, DPRD, dan pihak-pihak 2006:5). Budaya etis organisasi akan
yang menjadi stakeholder pemerintah mempengaruhi orientasi etika aparatur
daerah (Mardiasmo, 2002:26). Oleh karena Inspektorat dalam melaksanakan tugasnya
itu pemerintah daerah diharapkan memiliki dan juga akan berpengaruh pada
sistem akuntansi dan standar akuntansi sensitivitas etika.
keuangan pemerintah daerah yang Budaya organisasi adalah sistem
memadai dan melakukan perbaikan makna dan keyakinan bersama yang dianut
mekanisme audit terhadap instansi oleh para anggota organisasi yang
pemerintah. Pengembangan sistem menentukan sebagian besar cara mereka
akuntansi pemerintah daerah merupakan bertindak, budaya tersebut mewakili
tantangan yang membutuhkan kompetensi persepsi bersama yang dianut oleh para
tersendiri untuk mendesain sistem anggota organisasi tersebut (Robbins,
akuntansi yang akan diterapkan. 2003:58. Budaya yang kuat mempunyai
Pengawasan internal di pemerintah dampak yang lebih besar pada perilaku
provinsi maupun kabupaten/kota di Bali karyawan dan lebih langsung terkait
oleh Inspektorat masing-masing, dirasakan dengan pengutangan turn-over karyawan.
masih sangat lemah. Akibatnya, banyak Dalam budaya yang kuat, nilai inti
penyimpangan dalam pengelolaan organisasi dipegang secara mendalam dan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

dianut bersama secara meluas. Makin menunjukan pengalaman sangat penting,


banyak anggota yang menerima nilai-nilai karena semakin teliti auditor maka semakin
inti dan makin besar komitmen mereka meningkat sensitivitas etika yang dimiliki
pada nilai-nilai tersebut, maka makin kuat auditor (Asana, 2013).
budaya tersebut. Melalui budaya etis Hunt dan Vitell (dalam Nurfarida,
organisasi yang dianut oleh Inspektorat 2011:37) mengembangkan sebuah model
Pemerintah Kabupaten Buleleng, auditor untuk menjelaskan proses pengambilan
internal memiliki sensitivitas yang tinggi keputusan etika, dimana langkah awal
dalam menghadapi permasalahan dalam individual menerima masalah etika, sampai
kegiatan audit yang dilaksanakan, sehingga pada pertimbangan etika (ethical judgment),
budaya etis organisasi berpengaruh berkembang pada niat, dan akhirnya
terhadap sensitivitas etika pada kegiatan terbawa pada perilaku. Faktor-faktor
audit yang dilaksanakan Inspektorat dimana Hunt dan Vitell memprediksi
Pemerintah Kabupaten Buleleng. Hal ini pengaruh kemampuan seseorang untuk
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan mempersiapkan masalah etika meliputi
oleh Gusti Ayu Sutarsih (2014) yang lingkungan budaya, lingkungan industri,
membuktikan bahwa budaya etis organisasi lingkungan organisasi, dan pengalaman
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap personal. Jadi seorang yang sudah memiliki
tingkat sensitivitas. Berdasarkan uraian di pengalaman akan mampu peka terhadap
atas maka dapat dirumuskan hipotesis masalah-masalah etika yang dihadapi.
sebagai berikut: Berdasarkan uraian di atas maka dapat
H1: Budaya etis organisasi berpengaruh dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
signifikan terhadap sensitivitas etika. H3: Pengalaman berpengaruh signifikan
Menurut Cohen et al. (dalam Falah, terhadap sensitivitas etika.
2006:17) orientasi setiap individu pertama- Profesionalisme juga menjadi syarat
tama ditentukan oleh kebutuhannya. utama bagi yang ingin menjadi seorang
Kebutuhan tersebut berinteraksi dengan auditor eksternal. Profesional berati
pengalaman pribadi dan sistem nilai memiliki tanggung jawab untuk berprilaku
individu yang akan menentukan harapan- yang lebih dari sekedar memenuhi
harapan atau tujuan dalam setiap tanggung jawab yang dibebankan
perlakuannya sehingga pada akhirnya kepadanya, memenuhi Undang-Undang,
individu tersebut menentukan tindakan apa dan peraturan masyarakat. Sama halnya
yang akan diambilnya. Jadi dengan dengan Inspektorat yang merupakan
orientasi etika yang dimiliki oleh seorang Lembaga Pengawasan Internal, juga harus
auditor itu membuatnya memiliki sensitivitas memiliki Profesionalisme dalam
etika yang diperlukan untuk menentukan menjalankan tugas-tugasnya. Kemampuan
harapan-harapan atau tujuan yang ingin seorang profesional untuk berperilaku etis
dicapainya. Hal ini diperkuat dengan sangat dipengaruhi oleh sensitivitas individu
penelitian yang dilakukan oleh Aziza, tersebut. Jadi seorang profesional sangat
(2008) bahwa terdapat pengaruh antara dituntut untuk memiliki sensitivitas etika
orientasi etika dengan sensitivitas etika. dalam melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat Berdasarkan uraian di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Orientasi etika berpengaruh signifikan H4: Profesionalisme berpengaruh
terhadap sensitivitas etika. signifikan terhadap sensitivitas etika.
Selain dibutuhkannya orientasi etika Hasi penelitian dari Aziza dan Salim,
Knoers dan Haditono (1999) menyatakan (2008:2) menemukan bahwa para
bahwa pengalaman adalah proses profesional cenderung mengabaikan
pembelajaran dan pertambahan potensi masalah etika ketika mereka terfokus pada
tingkah laku yang diperoleh dari pendidikan masalah etika. Oleh karena itu, penelitian
formal maupun non formal. Auditor yang ini menguji kembali fenomena yang sama
memiliki pengalaman dianggap lebih dari penelitian tersebut dalam profesi
konservatif saat menghadapi dilema etika, auditor internal pemerintah daerah
Larkin, 2000 (dalam Asana, 2013). Hal ini (Aparatur Inspektorat) di Inspektorat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

Pemerintah Kabupaten Buleleng, dan organisasi, tugas pokok dan fungsi serta
model dikembangkan untuk menjelaskan aktivitas organisasi. Sumber data dalam
faktor personal dan lingkungan, yang penelitian ini yaitu data primer yang
mempengaruhi sensitivitas Aparatur diperoleh secara langsung dari sumber asli
Inspektorat Pemerintah Kabupaten dan data dikumpulkan secara khusus untuk
Buleleng pada situasi etika. menjawab pertanyaan penelitian yang
Berdasarkan uraian diatas, maka sesuai dengan keinginan peneliti. Data
penulis tertarik untuk melakukan penelitian primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
dengan judul Pengaruh Budaya Etis pembagian atau penyebaran daftar
Organisasi, Orientasi Etika, pertanyaan yang diberikan kepada pegawai
Profesionalisme, dan Pengalaman terhadap Inspektorat Pemerintah Kabupaten
Sensitivitas Etika Kegiatan Audit yang Buleleng.
Dilaksanakan Inspektorat Pemerintah
Kabupaten Buleleng Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
METODE kuesioner dengan menggunakan skala
Penelitian ini dilakukan untuk likert. Skala likert yaitu skala yang
memperoleh gambaran mengenai pengaruh digunakan untuk mengukur, sikap,
budaya etis organisasi, orientasi etika, pendapat, dan persepsi seseorang atau
pengalaman, dan profesionalisme terhadap sekelompok orang tentang fenomena sosial
sensitivitas etika kegiatan audit yang (Sugiyono, 2013). Setiap pernyataan
dilaksanakan inspektorat pemerintah disediakan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu:
kabupaten Buleleng. Peneliti menggunakan (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) cukup
seluruh jumlah pegawai pada bagian audit setuju, (2) tidak setuju, dan (1) sangat tidak
yang ada di kantor Inspektorat Kabupaten setuju.
Buleleng sebagai populasi sekaligus Analisis data yang digunakan dalam
sebagai sampel penelitian karena besarnya penelitian ini adalah (1) uji kualitas data
jumlah populasi yang masih dalam yang terdiri dari uji validitas dan uji
kemampuan peneliti sehingga sampel reliabilitas, (2) Uji hipotesis menggunakan
dalam penelitian ini disebut sampel jenuh, uji regresi regresi linier berganda dengan uji
Hal tersebut sejalan dengan teori yang asumsi klasik yang terdiri dari uji
dikemukakan oleh Wijaya (2013:27) bahwa normalitas, uji multikolinearitas, uji
studi penelitian yang mencakup seluruh heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
elemen dalam populasi atau menggunakan
populasi sebagai subjek penelitian disebut HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel jenuh. Penggunaan populasi HASIL
sebagai subjek penelitian disebabkan Kuesioner budaya etis organisasi
terjangkaunya jumlah populasi. Variabel terdiri dari 4 butir dengan indeks validitas
pada penelitian ini terdiri dari variabel butir bergerak dari 0,892 s.d 0,936 dan
terikat/dependen dan variabel-variabel indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar
bebas/independen. Definisi operasional 0,845 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner
variabel pada penelitian ini yaitu budaya orientasi etika terdiri dari 18 butir dengan
etis organisasi, orientasi etika, pengalaman indeks validitas butir bergerak dari 0,813
yang menunjuk kepada pengetahuan s.d 0,907 dan indeks reliabilitas Alpha
prosedural, dan profesionalisme yang Cronbach sebesar 0,772 dengan klasifikasi
merupakan perpaduan antara kompetensi tinggi. Kuesioner pengalaman terdiri dari 2
dan karakter yang menunjukkan adanya butir dengan indeks validitas butir bergerak
tanggung jawab moral. dari 0,899 s.d 0,917 dan indeks reliabilitas
Jenis data dalam penelitian ini adalah Alpha Cronbach sebesar 0,897 dengan
data kuantitatif dan data kualitatif. Data klasifikasi tinggi. Kuesioner profesionalisme
kuantitatif dalam penelitian ini adalah terdiri dari 5 butir dengan indeks validitas
jumlah pegawai audit serta jawaban butir bergerak dari 0,766 s.d 0,859 dan
kuesioner dari responden, sedangkan data indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar
kualitatif dalam penelitian ini yaitu struktur 0,806 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

sensitivitas etika terdiri dari 4 butir dengan (2-tailed) lebih besar dari 0,05 untuk
indeks validitas butir bergerak dari 0,902 statistik Kolmogorov-Smirnov Z.
s.d 0,903 dan indeks reliabilitas Alpha Berdasarkan kriteria uji normalitas, data
Cronbach sebesar 0,842 dengan klasifikasi terdistribusi normal jika angka signifikansi
tinggi. lebih besar dari 0,05. Berdasarkan Tabel 1,
ditunjukkan bahwa angka Asymp. Sig. (2-
Hasil pengujian normalitas data tailed) sebesar 0,963 yang disajikan pada
menggunakan statistik angka Asymp. Sig. Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolgomorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 18
Normal Parametersa,b Mean 0,000
Std. Deviation 1,083
Most Extreme Differences Absolute 0,118
Positive 0,118
Negative -0,096
Kolmogorov-Smirnov Z 0,502
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,963
Sumber: data penelitian diolah, 2015

Hal ini menunjukkan bahwa sebaran variabel budaya etis organisasi, 2,078 untuk
data budaya etis organisasi, orientasi etika, orientasi etika, 0,779 untuk variabel
pengalaman, profesionalisme, dan pengalaman, dan 1,129 untuk variabel
sensitivitas etika berdistribusi normal. Pada profesionalisme. Serta dilihat dari nilai
Tabel 2 hasil pengujian multikolinieritas tolerance yang masing-masing lebih besar
menggunakan Variance Inflation Factor dari 0,1 yaitu: 0,496 untuk variabel budaya
(VIF) menunjukkan nilai VIF dari masing- etis organisasi, 0,481 untuk variabel
masing variabel bebas lebih besar dari 0,1 orientasi etika, 0,779 untuk variabel
dan lebih kecil dari 10 yaitu: 2,017 untuk pengalaman, dan 0,885 untuk variabel
profesionalisme.
Tabel 2. Hasil Uji Multikolinieritas

Collinearity Statistics
Model Keterangan
Tolerance VIF
Budaya Etis Organisasi 0,496 2,017 Non Multikolinearitas
Orientasi Etika 0,481 2,078 Non Multikolinearitas
Pengalaman 0,779 1,284 Non Multikolinearitas
Profesionalisme 0,885 1,129 Non Multikolinearitas
Sumber: data penelitian diolah, 2015

Berdasarkan nilai VIF dan tolerance, pengamatan ke pengamatan yang lain yaitu
korelasi di antara variabel bebas dapat dengan menggunakan uji Glejser
dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara
Dengan demikian, dapat disimpulkan variabel bebas dengan absolut residual
bahwa di antara variabel bebas tidak ada lebih besar dari 0,05 yaitu 0,663 untuk
korelasi atau tidak terjadi multikolinearitas variabel budaya etis organisasi, 0,796 untuk
pada model regresi linier. Hasil pengujian variabel orientasi etika, 0,095 untuk variabel
heteroskedastisitas yang bertujuan untuk pengalaman, dan 0,878 untuk variabel
menguji apakah dalam model regresi terjadi profesionalisme yang ditunjukkan pada
ketidaksamaan varian dari residual satu Tabel 3. Dengan demikian, dapat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

disimpulkan bahwa tidak ditemukannya regresi.


masalah heteroskedastisitas pada model
Tabel 3. Hasil Uji Heterokedastisitas

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,955 1,227 1,593 0,135
X1 0,025 0,055 0,155 0,446 0,663
X2 -0,004 0,013 -0,093 -0,264 0,796
X3 -0,172 0,096 -0,498 -1,800 0,095
X4 0,010 0,064 0,041 0,157 0,878
Sumber: data penelitian diolah, 2015
Pada penelitian ini diajukan 4 ini menunjukkan bahwa sensitivitas etika
hipotesis. Pengujian hipotesis digunakan dipengaruhi oleh budaya etis organisasi,
analisis regresi linier berganda. Hasil orientasi etika, pengalaman, dan
analisis uji koefesien determinasi disajikan profesionalisme sebesar 90,1%. Sisanya
pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, 9,9 % sensitivitas etika dipengaruhi oleh
ditunjukkan bahwa hasil uji koefesien faktor lain di luar model regresi linier dalam
determinasi dengan nilai Adjusted R penelitian ini.
Square yang diperoleh sebesar 0,901. Hal
Tabel 4. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi

Adjusted R
Model R R Square Std. Error of the Estimate
Square
1 0,961 0,924 0,901 1,23812
Sumber: data penelitian diolah, 2015

Hasil analisis regresi linier berganda profesionalisme (X4) terhadap sensitivitas


antara variabel budaya etis organisasi (X1), etika (Y) dapat dilihat pada Tabel 5.
orientasi etika (X2), pengalaman (X3), dan
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Analisis Persamaan Regresi Linier Ganda

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -8,573 2,522 -3,399 0,005
X1 0,597 0,113 0,571 5,262 0,000
X2 0,068 0,028 0,270 2,447 0,029
X3 0,505 0,197 0,223 2,571 0,023
X4 0,327 0,131 0,202 2,491 0,027
Sumber: data penelitian diolah, 2015

Berdasarkan data pada Tabel 1. Koefisien regresi untuk variabel budaya


5.diperoleh model persamaan regresi linier etis organisasi sebesar 0,597, arah
berganda yaitu: koefisien tersebut positif yang
menunjukkan bahwa budaya etis
Berdasarkan Tabel 5 dan persamaan organisasi berpengaruh positif terhadap
regresi maka dapat diambil keputusan sensitivitas etika. Pengaruh positif
sebagai berikut: menunjukkan bahwa hubungan budaya
etis organisasi dan sensitivitas etika
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

adalah searah. Berdasarkan Tabel 5, antara pengalaman terhadap


diperoleh thitung sebesar 5,262 dengan sensitivitas etika.
taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. 4. Koefisien regresi untuk variabel
Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 18-1 = 17 profesionalisme sebesar 0,327, arah
adalah 2,101. Karena thitung lebih besar koefisien tersebut positif yang
dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil menunjukkan bahwa profesionalisme
dari 0,05, maka dapat disimpulkan berpengaruh positif terhadap
bahwa terdapat pengaruh yang sensitivitas etika. Pengaruh positif
signifikan antara budaya etis organisasi menunjukkan bahwa hubungan
terhadap sensitivitas etika. Jadi, profesionalisme dan sensitivitas etika
terdapat pengaruh yang positif dan adalah searah. Berdasarkan Tabel 5,
signifikan antara budaya etis organisasi diperoleh thitung sebesar 2,491 dengan
terhadap sensitivitas etika. taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05.
2. Koefisien regresi untuk variabel Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 18-1 = 17
orientasi etika sebesar 0,068, arah adalah 2,101. Karena thitung lebih besar
koefisien tersebut positif yang dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil
menunjukkan bahwa orientasi etika dari 0,05, maka dapat disimpulkan
berpengaruh positif terhadap bahwa terdapat pengaruh yang
sensitivitas etika. Pengaruh positif signifikan antara profesionalisme
menunjukkan bahwa hubungan terhadap sensitivitas etika. Jadi,
orientasi etika dan sensitivitas etika terdapat pengaruh yang positif dan
adalah searah. Berdasarkan Tabel 5, signifikan antara profesionalisme
diperoleh thitung sebesar 2,447 dengan terhadap sensitivitas etika.
taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 18-1 = 17 PEMBAHASAN
adalah 2,101. Karena thitung lebih besar Pengaruh Budaya Etis Organisasi
dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil terhadap Sensitivitas Etika
dari 0,05, maka dapat disimpulkan Berdasarkan hasil analisis regresi
bahwa terdapat pengaruh yang linier ganda, maka dapat diambil suatu
signifikan antara orientasi etika justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang
terhadap sensitivitas etika. Jadi, signifikan antara budaya etis organisasi
terdapat pengaruh yang positif dan terhadap sensitivitas etika. Justifikasi
signifikan antara orientasi etika diambil dengan mempertimbangkan kajian
terhadap sensitivitas etika. teori dan emperis. Secara teoretis, terdapat
3. Koefisien regresi untuk variabel tiga aspek utama yang mendukung
pengalaman sebesar 0,505, arah terciptanya pemerintahan yang baik (good
koefisien tersebut positif yang governance), yaitu pengawasan,
menunjukkan bahwa pengalaman pengendalian, dan pemeriksaan
berpengaruh positif terhadap (Mardiasmo, 2005). Salah satu unit yang
sensitivitas etika. Pengaruh positif melakukan audit atas pemeriksaan
menunjukkan bahwa hubungan terhadap pemerintah daerah adalah
pengalaman dan sensitivitas etika inspektorat daerah. Inspektorat daerah
adalah searah. Berdasarkan Tabel 5, mempunyai tugas menyelenggarakan
diperoleh thitung sebesar 2,571 dengan kegiatan pengawasan umum pemerintah
taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. daerah, dan tugas lain yang diberikan
Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 18-1 = 17 kepala daerah, sehingga dalam tugasnya
adalah 2,101. Karena thitung lebih besar inspektorat sama dengan auditor internal.
dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil Menurut Westra (dalam Arifuddin, 2002)
dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan tugas auditor
bahwa terdapat pengaruh yang internal sering menghadapi situasi yang
signifikan antara pengalaman terhadap dilematis. Selain harus patuh pada
sensitivitas etika. Jadi, terdapat pimpinan tempat bekerja, juga harus
pengaruh yang positif dan signifikan menghadapi tuntutan dari masyarakat untuk
memberikan laporan yang jujur. Tentunya,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

auditor berkeinginan untuk memelihara auditor internal (Falah, 2006). Karena


keanggotaan profesinya dan menghindari kesamaan peran inspektorat dengan profesi
tindakan pelanggaran etika. Jadi, seorang auditor internal maka diharapkan
auditor dengan komitmen profesional yang Inspektorat juga memiliki etika yang
tinggi diharapkan lebih sensitif terhadap dijalankan secara konsekuen dan konsisten
situasi etika. sesuai dengan standar dan kode etik
Dengan adanya budaya etis profesi auditor internal.
organisasi atau perilaku yang beretika oleh Orientasi etika yang mengarah pada
seorang auditor, maka tentunya hal absolutisme (idealisme yang tinggi,
tersebut akan mempengaruhi nilai relativisme rendah) mempercayai bahwa
sensitivitas etika profesi auditor untuk kepatuhan pada standar etika diharapkan
bertindak profesional dan mampu menunjukkan tingkat paling tinggi pada
memberikan laporan keuangan secara sensitivitas etika (Shaub et al. 1993).
tranparansi dan jujur. Jadi, budaya etis Menurut Shaub et al. (1993) bahwa
organisasi berkaitan erat dengan persepsi seseorang idealisme akan cenderung peka
terhadap nilai-nilai moral. pada kerugian yang menimpa orang lain.
Nilai-nilai dari budaya organisasi Tahap perkembangan moral merupakan
seperti yang dijelaskan dalam Falah (2006) faktor yang menentukan dalam perilaku
tercermin dalam praktek-praktek organisasi. pengambilan keputusan etis. Makin tinggi
Kondisi-kondisi yang dialami anggota perkembangan moral seseorang akan
organisasi seperti penghargaan, dukungan, memberi nilai yang semakin tinggi pada hak
dan perilaku yang diharapkan dalam orang lain seperti yang dijelaskan oleh
organisasi menjadikan anggapan tentang Kohlberg (1984), yang terdiri dari tiga
budaya organisasi itu sendiri dan perilaku tahap. Tahap pertama fokus pada diri
pribadi yang berhubungan dengan individu sendiri, tahap kedua fokus pada hubungan
dalam diri seseorang. personal, dan tahap ketiga adalah
Berdasarkan konsep-konsep tersebut, kepercayaan sesorang pada prinsip
tampak bahwa budaya etis organisasi dan universal. Oleh sebab itu, meningkatnya
sensitivitas etika berbanding lurus, jika tahap perkembangan moral seseorang
semakin tinggi budaya etis organisasi yang akan meningkatkan tingkat sensitivitas
disalurkan, maka semakin tinggi pula etika.
sensitivitas etika. Secara empiris, hasil Berdasarkan konsep-konsep tersebut,
penelitian ini konsisten dengan hasil tampak bahwa orientasi etika dan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh sensitivitas etika berbanding lurus, jika
Sutiarsih (2014), yang menunjukkan bahwa semakin tinggi orientasi etika, maka
budaya etis organisasi berpengaruh semakin tinggi pula sensitivitas etika.
signifikan terhadap sensitivitas etika Secara empiris, hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian terdahulu
Pengaruh Orientasi etika terhadap yang dilakukan oleh Sutiarsih (2014), yang
Sensitivitas Etika menunjukkan bahwa orientasi etika
Berdasarkan hasil analisis regresi berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas
linier ganda, maka dapat diambil suatu etika, di mana idealisme berpengaruh
justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tingkat sensitivitas etika
signifikan orientasi etika terhadap auditor dan relativisme berpengaruh
sensitivitas etika. Justifikasi diambil dengan signifikan terhadap tingkat sensitivitas
mempertimbangkan kajian teori dan auditor.
empiris. Secara teori, inspektorat sebagai
salah satu fungsi vital dalam pemerintahan Pengaruh Pengalaman terhadap
daerah, mempunyai tugas Sensitivitas Etika
menyelenggarakan kegiatan pengawasan Berdasarkan hasil analisis regresi
umum pemerintah daerah dan tugas lain linier ganda, maka dapat diambil suatu
yang diberikan kepala daerah sehingga justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang
dalam tugasnya inspektorat sama dengan signifikan pengalaman terhadap sensitivitas
etika. Justifikasi diambil dengan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

mempertimbangkan kajian teori dan menanggapi informasi yang diperoleh


emperis. selama melakukan pemeriksaan dan juga
Adanya peran auditor internal/peran dalam memberi kesimpulan audit terhadap
inspektorat selaku pengawas intern obyek yang diperiksa berupa keputusan.
pemerintah akan dapat membantu Jadi, seorang yang sudah memiliki
mewujudkan pemerintah daerah yang pengalaman akan mampu peka terhdap
akuntabel dan transparan. Namun, masalah-masalah etika yang dihadapi.
fenomena-fenomena kasus suap yang Berdasarkan konsep-konsep tersebut,
terjadi pada auditor membuat independensi tampak bahwa pengalaman dan sensitivitas
seorang auditor dipertanyakan kembali oleh etika berbanding lurus, jika semakin tinggi
masyarakat. Etika profesi yang dilanggar pengalaman, maka semakin tinggi pula
oleh auditor dapat menurunkan kualitas sensitivitas etika. Secara empiris, hasil
kinerja seorang auditor. Oleh karena itu, penelitian ini didukung dengan hasil
untuk meningkatkan kualitas kinerja auditor penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
perlu ditingkatkan sensitivitas etika (ethical Asana (2013), yang menunjukkan bahwa
sensitivity) seorang auditor karena di pengalaman berpengaruh signifikan
dalamnya terkandung nilai-nilai tingkah laku terhadap sensitivitas etika.
atau aturan-aturan tingkah laku yang
diterima dan digunakan oleh organisasi Pengaruh Profesionalisme terhadap
profesi akuntan yang meliputi kepribadian, Sensitivitas Etika
kecakapan profesional, tanggung jawab, Berdasarkan hasil analisis regresi
dan pelaksanaan kode etik. Kode etik linier ganda, maka dapat diambil suatu
auditor merupakan aturan perilaku auditor justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang
sesuai dengan tuntutan profesi dan signifikan profesionalisme terhadap
organisasi serta standar audit yang sensitivitas etika. Justifikasi diambil dengan
merupakan ukuran kualitas minimal yang mempertimbangkan kajian teori dan
harus dicapai oleh auditor dalam emperis. Secara teoretis, kualitas audit
menjalankan tugas auditnya. dinyatakan sebagai kemungkinan dimana
Auditor yang tidak berpengalaman seorang auditor menemukan dan
lebih banyak membuat kesalahan daripada melaporkan tentang adanya suatu
auditor yang berpengalaman. Kesalahan pelanggaran dalam sistem akuntansi
dapat menurunkan kualitas kinerja auditor. kliennya. Kemungkinan seorang auditor
Seorang auditor yang berpengalaman menemukan adanya kesalahan dalam
mampu menemukan hal penting dalam laporan keuangan bergantung pada
kasus khusus dan mengurangi informasi kemampuan teknik yang dimiliki auditor
tidak relevan dalam pengambilan seperti, profesionalisme. Profesionalisme
keputusannya. Menurut Gusnardi (2003) auditor merupakan sikap seorang auditor
mengukur pengalaman audit melalui yang profesional dalam menjalankan
jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan tanggung jawabnya sebagai auditor
keahlian, serta pelatihan audit yang pernah meskipun harus mengorbankan
diikuti. Sebagai suatu contoh adalah kepentingan diri sendiri. Auditor yang
pengalaman auditor diperoleh dari profesional akan menjalankan tugas dan
pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan, fungsinya dengan baik dan teratur sehingga
pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang akan menghasilkan laporan hasil
berkaitan dengan pengembangan keahlian pemeriksaan yang berkualitas bagi para
auditor. Alasan yang paling umum dalam pengguna.
mendiagnosis suatu masalah adalah Akuntan yang profesional dalam
ketidakmampuan menghasilkan dugaan melaksanakan pemeriksaan diharapkan
yang tepat. Semakin banyak pengalaman akan menghasilkan audit yang memenuhi
auditor, maka semakin dapat menghasilkan standar yang telah ditetapkan sesuai
berbagai macam dugaan dalam dengan kode etik dan standar profesi.
menjelaskan temuan audit. Auditor yang Dengan demikian, akuntan yang profesional
mempunyai pengalaman yang berbeda, akan menjunjung tinggi kode etik profesinya
akan berbeda pula dalam memandang dan sehingga memiliki tingkat sensitivitas etika
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

yang tinggi. Apabila seorang auditor tidak menggunakan juga metode pengumpulan
memiliki atau mematuhi etika profesinya data dengan wawancara sehingga
maka ia tidak akan dapat menghasilkan informasi yang didapat lebih akurat dan
kinerja yang memuaskan bagi dirinya lengkap.
sendiri maupun kliennya.
Berdasarkan konsep-konsep tersebut,
tampak bahwa profesionalisme dan DAFTAR PUSTAKA
sensitivitas etika berbanding lurus, jika Arifuddin dan Sri Anik. 2002. Analisis
semakin tinggi profesionalisme, maka Pengaruh Komitmen Organisasi dan
semakin tinggi pula sensitivitas etika. Keterlibatan Kerja Terhadap
Secara empiris, hasil penelitian ini didukung HUbungan Antara Etika Kerja Islam
dengan hasil penelitian terdahulu yang dengan Sikap Perubahan Organisasi.
dilakukan oleh Asana (2013), yang Simposium Nasional Akuntansi V. 5-6
menunjukkan bahwa profesionalisme September 2002. Semarang.
berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas
etika Asana, Gde Herry Sugiarto. 2013.
Pengaruh Pengalaman, Komitmen,
SIMPULAN DAN SARAN dan Orientasi Etika pada Sensitivitas
Berdasarkan analisis data yang Etika Auditor Kantor Akuntan Publik di
telah dilakukan, peneliti menyimpulkan
beberapa hasil terkait rumusan Bali. Tesis. Program Pasca Sarjana.
permasalahan pada penelitian ini: (1) Universitas Udayana.
terdapat pengaruh yang signifikan antara
budaya etis organisasi terhadap sensitivitas Aziza dan Salim. 2008. Pengaruh Orientasi
etika, (2) terdapat pengaruh yang signifikan Etika Pada Komitmen Dan Sensitivitas
antara orientasi etika terhadap sensitivitas Etika Auditor. Simposium Nasional
etika, (3) terdapat pengaruh yang signifikan Akuntansi XI. 21-23 Juli 2011.
antara pengalaman terhadap sensitivitas Pontianak.
etika, (4) terdapat pengaruh yang signifikan
antara profesionalisme terhadap sensitivitas Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor
etika. Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:
Berdasarkan simpulan di atas,
Erlangga.
penelitian ini memiliki beberapa saran yang
dapat diajukan yaitu bagi para auditor
Falah, Syaikhul. 2006. Pengaruh Budaya
sebaiknya perlu ditingkatkannya
pengalaman kerja dan tingkat pendidikan Organisasi Dan Orientasi Etika
formal agar bisa meningkatkan sensitivitas Terhadap Sensitivitas Etika.
etika. Untuk meningkatkan kualitas kinerja Simposium Nasional Akuntansi X. 26-
auditor perlu ditingkatkan sensitivitas etika 28 Juli 2007. Universitas Hasanudin.
(ethical sensitivity) seorang auditor karena Makasar.
di dalamnya terkandung nilai-nilai tingkah
laku atau aturan-aturan tingkah laku yang Gusnardi. 2003. Analisis Perbandingan
diterima dan digunakan oleh organisasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
profesi akuntan yang meliputi kepribadian,
Judgment Penetapan Resiko Audit
kecakapan profesional, tanggung jawab,
dan pelaksanaan kode etik. Sedangkan oleh Auditor yang Berpengalaman dan
bagi peneliti selanjutnya direkomendasikan Auditor yang Belum Berpengalaman.
untuk dapat mengembangkan penelitian ini (Tidak Dipublikasikan) Tesis.
dengan menambah variabel lain atau dapat Universitas Padjadjaran. Bandung.
meneliti faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi sensitivitas etika seperti
motivasi, ambiguitas, serta independensi
serta selain menggunakan kuesioner,
peneliti selanjutnya hendaknya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

Knoers dan Haditono. 1999. Psikologi Wijaya, Tony. 2013. Metodelogi Penelitian,
Perkembangan: Pengantar dalam Ekonomi dan Bisnis (Teori dan
Berbagai Bagian. Cetakan ke-12. Praktik). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yogyakarta: Gajah Mada university
Press.

Kohlberg, Lawrence dan Candee, Daniel.


1984. The Relationship of Moral
Judgment to Moral Action. Dalam
Kurtines 1984. Morality, Moral
Behaviour, and Moral Development.
New York: John Wiley & Sons.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.


Yogyakarta: Andi.

Nurfarida, Lia. 2011. Pengaruh Budaya Etis


Organisasi Dan orientasi Etika
Terhadap Komitmen Organisasi dan
Sensitivitas Etika Auditof (Studi pada
Aparatur Inspektorat Kabupaten
Bogor). Skripsi. Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Robbins, Stephen P . 2003. Perilaku


Organisasi: Konsep, Kontroversi,
Aplikasi. Jilid 1. Edisi 8. Jakarta: PT.
Prenhallindo.

Shaub, Michael K. 1993. Ethical Reasoning


and Athical Orientation, Gender and
Experience as Predictor Auditors
Views of the Significance of Ethical
Issue. Working paper, Hillsdale
College, Hillsdale, MI

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian


Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif). Bandung: Alfabeta.

Sutiarsih, Gusti Ayu. 2014. Pengaruh


Budaya Etis Organisasi, idealisme,
dan Relativisme terhadap Sensitivitas
Etika Auditor (Studi pada Aparatur
Inspektorat Pemerintah Kabupaten
Buleleng). Skripsi. Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis. Universitas Pendidikan
Ganesha. Singaraja

Anda mungkin juga menyukai