ORGANIK
Disusun oleh:
Agus Rochmat S.Si., M.Farm.
Meri Yulvianti S.Pd., M.Si.
DR Indar Kustiningsih ST., MT.
A. Halaman Sampul
Halaman sampul merupakan bagian pertama laporan praktikum yang dapat dilihat oleh
pembaca. Halaman sampul berfungsi sebagai petunjuk awal bagi yang berminat membaca
laporan praktikum. Perwajahan memuat judul praktikum, nama penulis beserta nim, logo
UNTIRTA, nama jurusan yang diikuti oleh nama universitas beserta tahun dibuatnya laporan
praktikum tersebut..
B. Sistematika
Sistematika penulisan laporan praktikum merupakan urutan-urutan bagaimana hasil dan
pembahasan praktikum disajikan dalam bentuk laporan sehingga memudahkan para pembaca
memahami isi laporan praktikum. Secara garis besar, laporan praktikum disusun dengan
sistematika sebagai berikut:
- Bagian Awal (Preliminary)
- Bagian Inti (Pokok Kajian)
- Bagian Akhir (Referensi)
C. Bagian Awal
1. Halaman Judul Bagian Dalam
Penulisan Judul bagian dalam pada dasarnya adalah sama dengan judul yang tertulis pada
cover bagian depan.
2. Lembar Pengesahan
Lembar pengesahan ini memuat pengesahan dari Koordinator Laboratorium Pengembangan
produk, dan Asisten Laboratorium Penanggung Jawab Modul yang dibubuhi tandatangan.
3. Kata Pengantar
Kata pengantar memuat uraian yang mengantarkan pembaca ke inti pembahasan laporan
praktikum. Bisa jadi merupakan abstrak
Daftar tabel merupakan daftar yang berisi petunjuk tabel-tabel (jika ada) yang ada padabagian
inti laporan praktikum. Daftar tabel harus ditulis secara jelas sehingga memudahkan pembaca
mencari tabel yang diinginkan.
Daftar gambar merupakan daftar yang berisi petunjuk gambar-gambar (jika ada) yang ada
pada bagian inti laporan praktikum.
Lampiran pada praktikum diletakkan pada bagian akhir laporan praktikum yang diberi judul
daftar lampiran dengan tujuan untuk memudahkan pembaca mencari data pendukung dalam
laporan praktikum seperti lembar kerja praktikum dan lembar asistensi.
1. Tujuan Paktikum
Sub bab ini mengetengahkan indikator-indikator apa yang hendak dibuktikan dalam
praktikum, terutama indikator-indikator yang berkaitan dengan variabel-variabel yang
akan dipraktikumkan. Tujuan merupakan arah pelaksanaan praktikum yang menguraikan
apa yang akan dicapai serta merumuskan tujuan umum praktikum yang konsisten dengan
materi pokok.
2. Tinjauan Pustaka
Sub bab ini menjelaskan definisi dari variabel-variabel yang menjadi materi praktikum, teori
(atau teori-teori) yang relevan dengan materi yang akan dipraktikumkan.
Tinjauan pustakan ini dapat pula berisi uraian tentang data sekunder yang diperoleh dari
publikasi baku (misalnya, job title), publikasi ilmiah, atau hasil penelitian pihak lain yang
dapat dijadikan pertimbangan dan kaidah-kaidah teoritis, serta asumsi-asumsi yang
memungkinkan terjadinya penalaran untuk menjawab masalah yang diteliti.
Catatan:
- Dalam rangka memperkaya ilmu dan teori-teori, sebagai referensi, praktikan wajib
menggunakan paling sedikit 3 (tiga) buku yang relevan dengan materi yang
dipraktikumkan.
3. Tinjauan bahan
Subbab ini menjelaskan karakteristik dari bahan-bahan yang digunakan. Dapat bersumber
dari MSDS bahan.
5. Prosedur Percobaan
Sub bab ini akan menjabarkan step-step pengerjaan praktikum yang melibatkan alat dan
bahan yang digunakan berdasarkan materi yang dipraktikumkan.
6. Data Pengamatan
Berisikan tabel dari lembar kerja praktikum yang berisikan hasil praktikum.
7. Grafik
Tidak semua bab per materi dalam suatu laporan memiliki grafik, grafik biasanya
ditampilkan untuk menunjukkan hubungan antara 2 variable atau lebih yang dicantumkan
dalam lembar kerja praktikum.
8. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi membahas reaksi-reaksi kimia yang terjadi secara berurutan berdasarkan
prosedur percobaan.
9. Pembahasan
10. Kesimpulan
Kesimpulan berisikan pernyataan terwujud atau tidaknya tujuan praktikum.
Catatan: untuk penulisan naskah seluruhnya TULIS TANGAN PENA WARNA BIRU
B. Kutipan
Kutipan biasanya diperoleh dan ditulis langsung dari bahan referensi yang dipakai
dandituliskan sesuai aslinya.Kutipan ini biasanya selalu ada dalam penulisan praktikum
terutamapenjabaran mengenai teori penukung penulisan. Aturan penulisan kutipan yang
berlaku padapenulisan laporan praktikum adalah sebagai berikut:
1. Tiap akhir paragraph yang dikutip dari referensi atau literatur diikuti dengan penomoran
sesuai dengan nomor literatur yang digunakan.
2. Nomor literatur tercantum dalam daftar pustaka.
3. Literatur dalam daftar pustaka tidak menurut abjad, tetapi sesuai dengan nomor urut.
4. Untuk literatur yang sama dalam bab yang berbeda nomor literatur yang digunakan sama,
mengacu pada penomoran dalam daftar pustaka.
C. Persamaan
Bila ada persamaan, maka persamaan ditulis sedekat mungkin dengan petunjuk
(pointer) dalam teks dan diberi nomor berurutan. Contoh:
......... (2.1)
E. Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi informasi tentang sumber pustaka yang telah dirujuk dalam tubuh
tulisan. Untuk setiap pustaka yang dirujuk dalam naskah harus muncul dalam daftar pustaka,
begitu juga sebaliknya, setiap pustaka yang muncul dalam daftar pustaka harus pernah
dirujuk dalam tubuh tulisan. Sumber pustaka diharapkan berasal dari sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan keabsahan ilmiahnya (misalnya Jurnal Ilmiah, Prosiding Seminar dll)
dan bukan berasal dari opini pribadi yang dipublikasikan dalam internet atau media lainnya.
Penulisan daftar pustaka mengacu pada HARVARD style yaitu menggunakan nama penulis
dan tahun publikasi dengan urutan pemunculan berdasarkan nama penulis secara alfabetis.
Publikasi dari penulis yang sama dan dalam tahun yang sama ditulis dengan cara menambahkan
huruf a, b atau c dst tepat di belakang tahun publikasi (baik penulisan dalam daftar pustaka
maupun sitasi dalam naskah tulisan). Alamat Internet ditulis menggunakan huruf italic.
Terdapat banyak varian dari system Harvard yang digunakan dalam berbagai jurnal di dunia.
Contoh:
1. Buller H, Hoggart K. 1994a. New drugs for acute respiratory distress syndrome. New
England J Med 337(6): 435-439.
2. Buller H, Hoggart K. 1994b. The social integration of British home owners into rench
rural communities. J Rural Studies 10(2): 197-210.
3. Dower M. 1977. Planning aspects of second homes. di dalam Coppock JT (ed.), Second
Homes: Curse or Blessing? Oxford: Pergamon Pr. Hlm 210-237.
5. Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge: Cambridge Univ. Press.
1. Smith (1983) menemukan bahwa tumbuhan pengikat N dapat diinfeksi oleh beberapa
species Rhizobium yang berbeda.
2. Integrasi vertical system rantai pasokan dapat menghemat total biaya distribusi antara
15% sampai 25% (Smith, 1949, Bond et al., 1955, Jones dan Grenn, 1963).
3. Walaupun keberadaan Rhizobium normalnya mampu meningkatkan pertumbuhan
kacang-kacangan (Nguyen, 1987), namun telah didapat pula hasil yang berbeda bahkan
berlawanan (Washington, 1999).
d) Dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa pengarang dan
lembaga:
Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 1998, pasal 4(2) tentang
ketenagakerjaan. 1999. Djambatan, IKAPI, Jakarta.
f) Skripsi/Tesis/Disertasi:
Ernawati, S.Y. 1992. Hubungan antara minat terhadap pelajaran metematika dan
inteligensi dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas II di SMP Kristen
Perngadi Surabaya, Skripsi, tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
h) Karya terjemahan
P. Lampiran
Bagian ini biasanya semua data data dan fenomena selama praktikum dan
ditandatangani oleh asisten laboratorium penanggung jawab modul.
Mengetahui
Koordinator
Laboratorium Pengembangan Produk
Tujuan
a. Mempelajari reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel dengan katalis yang berbeda
b. Melakukan uji mutu biodiesel dan membandingkannya dengan SNI
Teori Dasar
Reaksi transesterifikasi dengan katalis basa biasanya menggunakan logam alkali
alkoksida, NaOH, KOH, dan NaHCO3 sebagai katalis. Katalis basa ini lebih efektif
dibandingkan katalis asam, konversi hasil yang diperoleh lebih banyak, waktu yang dibutuhkan
juga lebih singkat serta dapat dilakukan pada temperatur kamar. (Anonim, 2005).
Agar reaksi berjalan cepat tahap transesterifikasi memerlukan pengadukan dan
pemanasan (50-55 oC) atau di bawah titik didih methanol (64,7 oC) untuk memisahkan gliserin
dan metil ester (biodiesel). Pada reaksi transeseterifikasi ini, sebagai reaktan dapat digunakan
metanol atau etanol. Pada proses ini dipilih metanol sebagai reaktan karena merupakan
alkohol yang paling reaktif. Alkohol dengan atom C lebih sedikit mempunyai
kereaktifan yang lebih tinggi daripada alkohol dengan atom C lebih banyak. Reaksi
transesterifikasi merupakan reaksi yang bersifat ireversible. (Pelly, 2000)
c. Bilangan Ester
Agus Rochmat Praktikum Kim Organik Page 11
Bilangan ester (Ae) = [ Bilangan penyabunan (As) Bilangan asam (Aa) ]
d. Pengujian Density
1. Timbang labu piknometer yang telah bersih dan kering sebagai a gram.
2. Labu piknometer diisi dengan contoh dan diimpitkan pada suhu T C kemudian
timbang sebagai b gram.
3. Labu dibersihkan dengan sabun, kemudian dengan alkohol dan dikeringkan.
4. Lakukan langkah 2 dengan contoh aquadest.
5. Hitung harga density metil ester.
e. Pengujian Viskositas
1. Bersihkan terlebih dahulu alat ostwald dengan contoh 2 - 3 kali.
2. Pipet 5 mL sampel dan masukkan ke dalam alat ostwald.
3. Tetapkan berapa waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sampel dengan jalan
menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas. Bila miniskus berhimpit
perhitungan dimulai lagi dengan tanda garis bawah.
4. Pengamatan dilakukan berulang minimal 3 kali.
5. Catat juga suhu pada saat pengamatan.
6. Ulangi langkah diatas dengan menggunakan aquadest.
Catatan : pembuatan larutan Indikator PP (Larutkan 0.5 gam fenoftalein dalam 100
mL etanol).
Tujuan
a. Mempelajari reaksi esterifikasi pembuatan metil salisilat
b. Melakukan uji organoleptik ada produk yang dihasilkan
Dasar Teori
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk
ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat
ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun
aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik (Fessenden, 1981).
Laju esterifikaasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan
asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya mempunyai pengaruh yang
kecil dalam laju pembentukan ester (Anonima, 2009).
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan
katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang juga digunakan
gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis ini cenderung melibatkan ester-ester
aromatik (yakni ester yang mengandung sebuah cincin benzen) (Clark, 2007).
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam kehidupan
sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai
bahan intermediat dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik (Supardani,
dkk., 2006).
Salah satu turunan dari asam salisilat adalah metil salisilat. Metil salisilat adalah cairan
kuning kemerahan dengan bau wintergreen. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol dan
eter. Metil salisilat sering digunakan sebagai bahanfarmasi, penyedap rasa pada makanan,
minuman, gula-gula, pasta gigi, antiseptik,dan kosmetik serta parfum. Metil salisilat telah
digunakan untuk pengobatan sakit syaraf, sakit pinggang, radang selaput dada,
dan rematik, juga sering digunakan sebagai obat gosok dan balsem (Supardani, dkk., 2006).
Cara Kerja
1. Masukkan ke dalam labu alas bulat 10 gram asam salisilat, 20 ml methanol, 2ml asam
sulfat pekat dan batu didih, lalu menggojoknya.
2. Lengkapi labu dengan pendingin balik, kemudian refluk campuran selama 1 jam
diatas water bath.
3. Kemudian pindahkan campuran kedalam labu destilasi. Destilasi kelebihan methanol
absolut pada 65oC (menghitung volume methanol berlebih teoritis), lalu mendinginkanya.
4. Menuang residu (cairan dalam labu destilasi) kedalam 250 ml air pada bekker glass,
aduk dan dinginkan.
5. Setelah lapisan ester mengendap. Cuci ester berturut turut dengan 25 ml air.
Tambahkan NaHCO3 sampai netral, lalu cek dengan kertas lakmus. Pisahkan esternya
dengan mendekater atau dengan corong pemisah.
7. Keringkan dengan 5 gram MgSO4 anhidrat dalam Erlenmeyer selama 30 menit.
8. Saring ester dengan kertas saring, tampung cairan kedalam labu destilasi
9. Lakukan destilasi dengan kondensor udara pada penangas pasir.
10. Kumpulkan methyl salisilat pada suhu 221 224oC.
11. Hitung rendemennya.
Tujuan
Teori Dasar
Aspirin (asam asetil salisilat) yang merupakan salah satu turunan dari fenol morohidris ialah
fenol dengan satu gugus hidroksil yang berikatan pada inti aromatisnya. Fenol tidak dapat
didestilasi dalam air secara memuaskan. oleh karena itu, asetilasi berlangsung baik pada
anhidrida asam asetat dengan adanya penambahan sedikit asam mineral yang berfungsi sebagai
katalis
kegunaan aspirin secara umum adalah sebagai obat pengurang rasa sakit (analgesik) dan
penurun panas (antipiretik).
Bahan :
5. Air es
Bahan :
2. Labu Erlenmeyer 50 mL
4. Corong Hirsch
1. 500 mg asam salisilat dan 5 tetes Asam fosfat (H3PO4) 85% dimasukkan ke dalam tabung
reaksi ukuran 13 x 100mm
2. 1.25 ml anhidrida asetat dimasukkan melalui dinding tabung reaksi, kemudian tabung
dicelupkan ke dalam penangas air pada suhu 80-85C selama 10 menit
3. 5 ml air ditambahkan secara hati-hati dan tabung dibiarkan menjadi dingin (reaksi antara
air dan kelebihan anhidrida asetat dapat menimbulkan panas)
4. Bila mulai terbentuk kristal, tabung reaksi untuk dimasukkan ke dalam bak berisi es
selama 15 menit untuk menyempurnakan proses kristalisasi.
5. Kristal disaring dengan corong Hirsch dan dicuci dengan 1.0-1.5 mL air es dan kristal
dibiarkan mengering.
7. Jika tidak semua kristal melarut, sedikit pelarut etanol-air 25% ditambahkan lagi setetes
demi setetes sampai semua kristal tepat larut (jangan sampai berlebih)
8. Jika tetap masih ada residu, larutan disaring dengan menggunakan pipet (sekali pakai)
yang diisi kapas. Pipet dipertahankan tetap panas dengan cara menempatkannya dalam labu
yang berisi sedikit pelarut yang mendidih.
9. Filtrat dibiarkan menjadi dingin dan bila kristalisasi terah sempurna, penyaringan
dilakukan dengan corong Hirsch.
Tujuan Pecobaan
Memahami reaksi penyabunan
Membuat sabun batangan
Dasar Teori
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena
sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada
sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang,
detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu cuci.
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah jenis sabun mandi yang dapat
menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakanya berkilau jika dibandingkan dengan
jenis sabun yang lain seperti sabun mandi biasa (opaque) dan sabun translucent.
Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa
pemakaian yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian 0,967
hingga 6,867 kg/cm2. Sedangkan mengenai transparansi, sabun akan semakin jernih bila
etanol yang digunakan semakin murni.
Prosedur Percobaan
A. Preparasi Bahan
- Timbang 17,5 gram asam stearat
- Timbang 8 gram NaOH dan larutkan dengan aquadest sebanyak 25 mL
- Siapkan 50 mL minyak, 30 mL etanol 96% dan 6 mL glyserin
- Timbang 25 gram sukrosa dan dilarutkan dalam 25 mL aquadest diatas penangas air.
Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat mengetahui pembuatan ethanol gel sebagai bahan energi alternatif
Dasar Teori
Gel adalah sistem padat atau setengah padat dari paling sedikit dua konstituen yang
terdiri dari massa seperti agar yang rapat dan diisi oleh cairan. Gel terdiri dari dua fase kontinyu
yang saling berpenetrasi. Fase yang satu berupa padatan, tersusun dari partikel partikel yang
sangat tidak simetris dengan luas permukaan besar, sedang yang lain adalah cairan (Martin,
1993).
Ethanol gel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar padat parafin yaitu
terbaharukan, selama pembakaran tidak berasap, tidak menimbulkan jelaga, tidak menghasilkan
gas berbahaya, bersifat non karsinogenik dan non korosif. Bentuknya gel memudahkan dalam
pengemasan dan pendistribusian. Ethanol gel sangat cocok digunakan untuk pemanas pada
saat pesta, pada saat berkemah, dan untuk keperluan tentara.
Prosedur
Pembuatan Alkohol gel
Buatlah larutan ethanol 70 % sebanyak 100 ml kedalam beaker glass
Pengujian Kualitatif
a. Lama Menyala
Timbang 5 gram etanol di cawan proselin. Bakar etanol dengan api langsung
(gunakan lilin) dan pada saat bersamaan dinyalakan stop watch.
Amati waktu yang diperlukan sampai etanol gel menyala
Amati warna apinya.
Amati waktu yang diperlukan sampai api di etanol gel padam
Timbang sisa gel yang tidak terbakar
b. Panas yang dipindahkan
Masukkan 100 ml air ke beaker gelas
Timbang +/- 7 gram etanol gel di cawan porselen dan bakar (buat
seperti kompor api, dimana api harus menyentuh beker gelas)
Catat suhu awal air sebelum dipanaskan dan air setelah api pada
etanol gel padam
Hitung kalor Cp etanol gel dengan rumus :
Q : kalor untuk memanaskan air (joule)
M : massa air
Cp : kalor jenis air (joule / mol. oKelvin)
dT : perubahan suhu (oKelvin)
1. Brian S. Furniss, B. S., Hannaford, A. J., Smith, P. W. G., Tatchell, A. R., 1989, Vogels
th
Textbook Of Practical Organic Chemistry, 5 edition, Longman Scientific And Technical,
John Wiley and Sons, New York.
2. Wilcox, Jr., C. F., and Wilcox, M. F., 1995, Experimental Organic Chemistry; A Small-
nd
Scale Approach, 2 edition, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.