Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pencernaan yaitu tentang
Pengkajian pada pasien dengan gangguan system pencernaan. Terimakasih kami
ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari ketidaksempurnaan makalah kami, banyak kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang
membangun guna melengkapi kekurangan makalah kami.

Om Santhi,Santhi,Santhi Om

Denpasar, April 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2.Tujuan ................................................................................................. 1
1.3. Manfaat .............................................................................................. 1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengkajian Pada Pasien Gangguan Sistem Pencernaan ..................... 2
2.1.1. Pengertian dasar Sistem Pencernaan .......................................... 2
2.1.2. Anatomi & Fisiologi Sistem Pencernaan ................................... 4
2.1.3. Masalah gangguan Sistem Pencernaan ...................................... 20
2.1.4. Pengkajian .................................................................................. 21
2.2. Program & Prosedur Pemeriksaan Penunjang ................................... 23
2.2.1. Endoskopi .................................................................................. 23
2.2.2. USG abdomen ............................................................................ 27
2.2.3. Tomografi komputer (CT) ......................................................... 27
2.3. Pengambilan & Persiapan Pemeriksaan Penunjang ........................... 28
2.3.1. Tes Feses .................................................................................... 28
2.3.2. Darah .......................................................................................... 29
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan ................................................................................... 33
3.2. Saran .............................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hal yang mendasari dalam melakukan pengkajian system pencernan adalah
untuk mengetahui fungsi-fungsi system pencernaan dalam tubuh serta mengetahui
gangguan-gangguan padaa system pencernaan manusia. Proses proses dalam system
pencernaan ada 4 proses yaitu, ingesti (masuknya makanan ke mulut), digesti
(penguraian makanan), absorpsi (penyerapan sari-sari makanan), dan eliminasi
(pengeluaran sisa makanan). Pengkajian pada system pencernaan dilakukan untuk
mendapatkan data yang akurat sebelum menegakan diagnose.

1.2. Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui anatomi system pencernaan
1.2.2. Untuk mengetahui gangguan pada system pencernaan
1.2.3. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gangguan
system pencernaan

1.3. Manfaat
1. Agar lebih mengetahui cara melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan
system pencernaan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGKAJIAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN

2.1.1. Pengertian Dasar Sistem Pencernaan


Sistem organ pencernaan adalah system organ yang menerima makanan,
mencerna untuk dijadikan energi daan nutrient, serta mengeluarkan sisa proses tersebut.
Pada dasarnya system pencernaan makanan yang terbentang dari mulut atau oris
sampai ke anus dalam manusia di bagi menjadi 3 bagian:
1) Proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut sampai ke lambung
(Digesti)
2) Proses penyerapan sari-sari makanan yang terjaddi di dalam usus (Absorpsi)
3) Proses pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus (Eliminasi)

Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran penncernaan, saluran
pencernaan harus memiliki persediaan air, elekktrolit dan makanan yang terus-menerus,
untuk dibutuhkan:
1) Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan
2) Sekresi getah pencernaan
3) Absorpsi hasil pencernaan air dan elektrolit
4) Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal yang akan membawa zat
yang akan di absorpsi
5) Pengaturan semua fungsi oleh system saraf dan hormone

Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat nutrien yang sudah dicerna
secara berkesinambungan, untuk di distribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi dengan

4
unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi). Sebelum zat ini di peroleh oleh tubuh
makanan harus berjalan dan bergerak sepanajang saluran pencernaan.
Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan
mempersiapkannya untuk di asimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian-
bagian berikut:
Mulut
Faring Tekak
Esofagus Tenggorokan
Ventrikulus Lambung
Usus halus & besar

Selain itu mulut memuat gigi untuk mengunyah makanan, dan lidah yang
membantu untuk cita rasa dan menelan. Beberapa kelenjar atau kelompok kelenjar
menuangkan cairan pencerna penting kedalam saluran pencernaan.
Seluruh saluran pencernaan dibatasi selaput lender (membrane mukosa), dari
bibir sampai ujung akhir usofagus, ditambah lapisan-lapisan epithelium.
Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat
sederhana yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan
sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam berbagai
cairan pencerna. Setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja
atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya.
Pitalin (amylase ludah) misalnya bekerja hanya atas gula dan tepung,
sedangkan pepsin hanya atas protein. Satu jenis cairan pencerna, misalnya cairan
pancreas, dapat mengandung beberapa enzim dan setiap enzim bekerja hanya atas satu
jenis makanan.
Enzim ialah zat kimia yang menimbulkan perubahan susunan kima terhadap zat
lain tanpa enzim itu sendiri mengalami suatu perubahan. Untuk dapat bekerja secara
baik, berbagai enzim tergantung adanya garam mineral dan kadar asam atau kadar
alkali yang tepat.

5
2.1.2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Susunan saluran pencernaan terdiri dari oris (mulut), faring (tekak), esogfagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus) yang terbagi
menjadi duodenum (usus 12 jari), ileum (usus penyerapan), jejunum; intestinum mayor
(usus besar) yang terbagi menjadi kolon asendens (usus besar uang naik), kolon
tranvesum (usus besar mendatar), kolon desendens (usus besar turun), kolon sigmoid,
rectum, anus (dubur). Organ yang menghasilkan getah cerna adalah kelenjar ludah,
kelenjar getah lambung, kelenjar hati dan kelenjar pancreas.
1. Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan.
Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit atau vestibula, yaitu ruang
diantara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga
mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan semua gigi, dan
di sebelah belakang bersambung dengan awal faring.
Selaput lender mulut ditutupi epithelium yang berlapis-lapis.
Dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lender.
Selaput ini sangat kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung
akhir saraf sensoris.
a) Bibir
Terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Di
sebelah luar ditutupi kulit dan di sebelah dalam ditutupi selaput lender
(mukosa).
b) Palatum (langit-langit)
Terdiri atas dua bagian yaitu, palatum keras yang tersusun atas tajuk-
tajuk palatum dari sebelh depan tulang maksilaris, dan lebih ke belakang
terdiri atas dua tulang palatum. Di belakang ini terletak palatum lunak ,
yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak dan yang
terdiri atas jaringan fibrus dan selaput lender. Di tengah palatum lunak
menggantung ke luar sebuah prosesus berbentuk kerucut yaitu uvula.

6
c) Pipi
Membenuk sisi berdaging pada wajah yang menyambung dengan bibir
mulai pada lipatan nasolabial, berjalan dari sisi hidung ke sudut mulut.
d) Gigi geligi dan Pengunyah
Terdapat dua kelompok gigi, yaitu gigi sementara atau gigi sulung dan
gigi tetap. Terdapat dua puluh gigi sulung, sepuluh pada setiap rahang.
Dari tengah kedua sisi berturut-turut dinamai : dua insisivus atau gigi
seri, satu kanina atau gigi taring, dan dua molar atau geraham. Gigi tetap
lebih banyak yaitu tiga puluh dua, enambelas pada setiap rahang. Dari
tengah ke samping berturut-turut disebut : dua insisivus, satu taring, dua
premolar (geraham depan), dan tiga molar 9geraham belakang).
2. Faring dan Usofagus
Faring atau tekak terletak di belakang hidung,mulut dan laring (tenggorokan).
Faring berupa saluran berbentuk darri bahan membran berotot (muskuulo
membranosa) dengan bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar
tenggorokan sampai di ketinggian vertebra servikal ke enam, yaitu ketinggian
tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan usoffagus.
Catatan : Pada ketinggian ini l;aring juga bersambung dengan trakea
(batang tenggorokan). Panjang faring kira-kira tujuh sentimeter dan di bagi atas
3 bagian:
1) Nasofaring, dibelakang hidung. Di dinding pada daerah ini terdapat lubang
saluran eusthakius. Keelenjar-kelenjar adenoid terdapatpada nasofaring.
2) Faring oralis, terletak dibelakang mulut. Kedua tonsil ada di dinding lateral
daerah faring ini.
3) Faring laryngeal ialah bagian terendah yang terletak dibelakang laring.
Di dalam faring terdapat tujuh lubang dua dari saluran eusthakius, dua bagian
posterior lubang hidung (nares) yang berada dibelakang rongga hidung,mulut,laring,
dan usofagus.

7
Struktur faring. Dinding faring tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa,
lapisan fibrosa, dan lapisan berotot. Lapisan mukosa yang terletak paling dalam,
bersambung dengan lapisan dalam hidung, mulut, dan saluran eustakhius. Lapisan
dalam pada bagian atas faring ialah epithelium saluran pernafasan dan bersambung
dengan mulut dilapisi epithelium berlapis.
Lapisan fibrosanya terlentak antara lapisan mukosa dan lapisan berotot. Otot
utama pada faring ialah otot konstriktor, yang berkontraksi sewaktu makanan masuk
ke faring dan mendorongnya masuk ke dalam usofagus.

Kedua tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang terletak di kanan dan
kiri faring diantara tiang-tiang lengkung fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah dan
pembuluh limfe serta mengandung banyak limfosit. Permukaaan tonsil ditutupi
membrane mukosa yang bagian bawah faring. Permukaan ini penuh dengan lekukan,
dan ke dalam lekukan yang banyak ini sejumlah besar kelenjar penghassil
mukusmenuangkan sekresinya. Mukus ini mengandung banyak limfosit. Dengan
demikian tonsil bekerja sebagai garis depan pertahanan dalam infeksi yang tersebar
dari hidung, mulut, dan tenggorokan. Meskipun demikian tonsil bisa gagal menahan
infeksi, yaitu ketika terjadi tonsillitis (peradangan tonsil) atau sebuah abses peritonsiler.
Setelah pengobatan dengan antibiotika dengan pengobatan local, tonsilektomi dapat
dipertimbangkan. Tetapi dewasa ini hal itu kurang dijalankan daripada dulu.
Selaput lender faring yang dekat lubang posterior nares dan lubang saluran
(tuba) eustakhius juga mengandung jaringan limfoid yang serupa dengan jaringan
tonsil. Bila menjadi hipertrofik, jaringan ini dapat menyumbat nares posterior dan
terjadilah keadaan yang disebut sebagai pembesaran adenoid.
Usofagus adalah sebuat tabung berotot yang panjang nya 20-25 cm, di atas di mulai
dari faring, sampai pintu masuk kardiak lambung dibawah. Terletak di belakang trakea
dan di depan tulang punggung. Setelah melalui toraks, menembus diafragma, masuk
ke dalam abdomen, dan menyambung dengan lambung.

8
Usofagus berdinding empat lapis. Di sebelah laut terdiri atas lapisan jaringan
ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas dua lapis serabut otot , yang
satu berjalan longitudional dan yang lain siirkular, sebuah lapisan submukkos, dan di
paling dalam terdapat selaput lender (mukosa).

Menelan. Menelan dilakukan setelah mengunyah dan dapat di lukiskan dengan 3 tahap.
Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipi
dan melalui bagian belakang mulut masuk ke dalam faring.
Setelah makanan masuk faring, palatum lunak naik untuk menutup nares
posterior, glotus menutup oleh kontaksi otot-ototnya dan otot konstriktor faring
menangkap makanan dan mendorongnya masuk usofagus. Pada saat ini pernafasan
berhenti, kalau tidak maka akan tersedak. Orang tak dapat menelan dan bernafas pada
saat yang sama. Gerakan menelan pada bagian ini merupakan gerakan refleks.
Makanan berjalan dalam usofagus karena kerja peristaltic, lingkaran serabut
otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi. Maka
gelombang peristaltic menghantarkan bola makanan ke lambung.
Tahap kedua dan ketiga pada gerakan menelan terjadi tidak atas kemauan
sendiri, sedangkan tahap pertama, meskipun atas kemauan sendiri, sebagian besar
berjalan otomatis.
Usofagus dapat terserang kardio-spasme atau akalasia, di sebabkan kegagalan
fungsi motorik yang berupa hilangnya gerakan peristaltk di bagian bawah usofagus dan
kegagalan sfinkter kardiak untuk mengendor. Gejala utama ialah disfagia (kesukaran
menelan) dan regurgitasi.
Pengobatan konservatif yang berupa dengan perlahan-lahan makan makanan
yang mudah di telan ada kalanya menolong. Atau usaha untuk membuka sfinkter
kardiak bila perlu dapat di laksanakan. Bila cara ini gagal maka perlu di
pertimbangakan cara pembedahan.

3. Kelenjar Ludah dan Ludahnya

9
Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk atau gabungan kelompok alveoli
bentuk kantong yang memebentuk lubang-lubang kecil. Saluran-saluran dari
setiap alveolus bersatu membentuk saluran yang lebih besar dan yang
menghantar sekretnya kesaluran utama dan dituangkan kedalam mulut.
Kelenjar ludah yang pertama adalah kelenjar parotis, sub mandibularis dan sub
lingualis.
Kelenjar parotis ialah yang terbesar, satu di sebelah kiri dan satu di sebelah
kanan yang terletak di depan agak kebawah telinga. Ada dua struktur
penting yang melintasi kelenjar parotis yaitu kelenjar karotis dan saraf
karnial ketujuh (saraffasialis).
Kelenjar sub mandibularis, kelenjar ini lebih kecil dari kelenjar parotis
terletak di bawah kedua sisi tulang rahang. Sekretnya dituangkan kedalam
melalui saluran sub mandibularis yang bermuara di dasar mulut dekat
frenulum linguae.
Kelenjar sub lingualis, kelenjar yang terkecil yang letaknya di bawah lidah
di kanan dan kiri frenulum linguae dan menurunkan sekretnya kedalam
dasar mulut melalui beberapa muara kecil.
Fungsi kelenjar ludah ialah mengeluarkan saliva, yang merupakan cairan
pertama yang mencernakan makanan. Derasaliran saliva dirangsang oleh adanya
makanan dalam mulut, melihat, membaui, dan memikirkan makanan. Setiap kelenjar
ludah dapat terkena infeksi. Tetapi yang terserang adalah kelenjar parotis karena
letaknya yang dekat dengan mulut dan juga karena dapat terjadinya sumbatan pada
saluran parotis. Keadaan ini merupakan salah satu bentuk parotitis atau parotiditis.
Tetapi parotitis yang akut jarang terjadi. Penyakit beguk (gondong) ialah wabah
parotitis (epidemic parotitis).
Saliva atau ludah ialah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung musin,
enzim pencernaan zat tepung yaitu petialin, dan sedikit zat padat. Fungsi ludah bekerja
secara fisis dan secara kimiawi. Kerja fisisnya ialah membantu membasahi mulut,
membersihkan lidah, dan memudahkan orang berbicara. Kerja kimiawi ludah disebkan

10
enzim petialin yang di dalam lingkungan alkali bekerja atas zat gula dan zat tepung
yang telah dimasak. Kemudian tepung yang telah dimasak diubah menjadi jenis gula
yang mudah larut yaitu maltose. Kerja ini dimulai di dalam mulut, ludah ditelan
bersama dengan makanan dan kerja petialin terus di dalam lambung selama kira-kira
20 menit atau sampai makanan menjadi asam oleh kerja cairan lambung.

4. Rongga Abdomen
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas
dari atas diafragma sampai ke pelvis bawah. Rongga abdomen dilukiskan
menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas yang
lebih besar dari pelvis, yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Isi abdomen
sebagian besar saluran pencernaan, yaitu lambung,usus halus dan usus besar.

5. Lambung dan pencernaanya


Lambung terletak di daerah epigastik sebagian di sebelah kiri darah
hipokondriak dan umbilical. Lambung terdiri dari bagian atas yaitu fundus dan
bagian utama dan bagian bawah yang horizontal yaitu atrium pilorik. Lambung
berhubungan dengan esophagus melalui orifisium atau kardia,dan dengan
duodenum melalui orisiumpilorik.
Fungsi lambung menerima makanan dari esophagus melalui orifisium kardiak dan
bekerja sebagai penimbunan sementara, sedangkan kontraksi otot mencampurkan
makanan dengan getah lambung. Gelombang peristaltic dimulai dari fundus berjalan
berulang ulang setiap menittiga kali dan perlahan menyerap ke pylorus.
Mula mula makanan harus di buat cair kemudian jumlahnya kecil, kira kira
70 cc, berjalan melalui lubang plorik masuk ke duodenum. Kelenjar dalam lapisan
lambung mengeluarkan getah cairan asam bening yang tidak berwarna, mengandung
0,4% asam hidroklorida yang mengasam kan semua makanan yang bekerja sebagai zat
anti septic dan disenfektan membuat organisme yang masuk melalui makanan tidak
berbahaya. Beberapa enzim pencernaan terdapat dalam getah lambung.

11
Pepsin
Pepsin dihasilkan dari pepsinogen dalam lingkungan asam hidroklorida dan
bekerja atas protein kemudian menjadi bahan yang mudah larut disebut pepton.
Renin
Renin ialah ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen
yang dapat larut.kasein ialah protein susu dan setelah dipisahkan dapat di
pengaruhi fermen pepsin.
Enzim lipase
Enzim lipase adalah Sebuah enzim yang memecahkan lemak lambung supaya
dapat dibedakan dari lipase getah pancreas.

Perangsangan sekresi getah lambung. Sekresi mulai pada awal organ makan bila
melihat dan mencium makanan akan merangsang sekresi. Makan di dalam lambung
melepaskan hormon yang di sebut gastrin. Sekresi getah lambung dapat dihalangi
system saraf simpatis seperti yang terjadi pada gangguan emosi, marah, dan takut.
Dalam keadaan normal cairan lambung juga mengandung enzim yang dikenal
sebagai fektor pembuat darah dari castle. Factor ini perlu untuk absorpsi vitamin b12
sianokobalamin (unsurhematinik) tidak adanya factor ini dapat menyebabkan anemia
prenisiosa.

Ringkasan tentang fungsi lambung


Lambung menerima makanan dan bekerja menampung makanan untuk jangaka
pendek
Semua makanan dicairkan dan di campur dengan asam hidroklorida dan dengan
cara ini disiapakan untuk dicerna oleh usus.
Protein diubah menjadi pepton
Susu dibekukan dan kasein diperlukan
Pencernaan lemak di mulai di dalam lambung

12
Factor anti anemia di bentuk
Kime yaitu lambung yang cair yang disalurkan masuk duodenum

Secara klinik gerakan dan keadaan lambung dapat bekrja dengan sinarrontgen dengan
melakukan gastrokopi atau pemriksaan lambung melalui layar rontgen untuk di lihat
langsung. Dengan membuat foto rontgen dari lambung.

6. Usus Halus Dan Perncernaan Dalam Usus


Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang
dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ileo-
kolika tempat bersambung usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilicus
dan dikelilingi usus besar. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang
25 cm panjangnya, berbentuk sepatu kuda dan kepalanya mengelilingi kepala
pankreas. Yeyunum menempati dua perlima sebelah atas dari usus dan Ileum
menempati tiga perlima akhir. Dinding usus halus terdiri atas keempat lapisan
yang sama dengan lambung, yaitu :
a) Dinding lapisan luaradalah membran serosa, yaitu peritoneum yang
mambalut usus dengan erat.
b) Dinding lapisan berotot terdiri atas dua lapisan serabut saja, yaitu lapisan
luar terdiri atas serabut longitudinal dan lapisan tebal terdiri atas serabut
sirkular. Di antara kedua lapisan berotot ini terdapat pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan pleksus saraf.
c) Dinding submukosaterdapat antara otot sirkular dan lapisan yang terdalam
yang merupakan perbatasannya. Dinding submukosa terdiri atas jaringan
areolar dan berisi banyak pembuluh darah, saluran limfe, kelenjar dan
pleksus saraf yang disebut pleksus Meissner.
d) Dinding mukosa dalamyang menyelaputi sebelah dalamnya disusun
berupa kerutan tetap seperti jala yang disebut valvulae koniventesyang

13
memberi kesan anyaman halus. Lipatan ini menambah lusanya permukaan
sekresi dan absorpsi. Lapisan mukosa ini berisi banyak lipatan Lieberkuhn
yang bermuara di atas permukaan di tengah-tangah Vili. Didalam dinding
mukosa terdapat berbagai macam sel termasuk banyak leukosit.
Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi kime dari lambung. Isi
duodenum ialah alkali. Isinya yang cair (atau kime) dijalankan oleh serangkaian
gerakan peristaltic yang cepat. Setiap gerakan lamanya satu sekon dan antara dua
gerakan ada istiraharat beberapa sekon. Terdapat dua jenis gerakan lain seperti :
a) Gerakan segmental ialah gerakan yang memisahkan beberapa segmen usus
karena diikat gerakan konstriksi serabut sirkuler.
b) Gerakan pendulum atau ayunan menyebabkan isi usus bercampur.
Dua cairan pencerna masuk duodenum melalui saluran-salurannya yaitu empedu
melalui hati dan getah pancreas dari pancreas.

Empedudiperlukan untuk pencernaan lemak yang diemulsikan (dipecahkan kecil-


kecil) dengan demikian membantu kerja limfe.
Garam empedu mengurangi tegangan permukaan isi usus dan membantu membentuk
emulsi dari lemak yang dimakan.
Getah pankreas berisi tiga enzim pencerna yang bekerja atas tiga jenis makanan
berikut. Sifatnya alkali.
a) Amilase mencerna hidrat karbon sifatnya lebih kuat dari ptlialin bekerja
atas zat tepung mentah maupun yang telah dimasak dan mengubahnya
menjadi disakarida.
b) Lipase ialah nzim yang memecah lemak menjadi gliserin dan asam lemak.
c) Tripsin ialah mencerna protein. Tripsin dihasilkan enzim tripsinogen yang
terdapat dalam getah pankreas dan yang diubah menjadi enzim pencerna
tripsin oleh salah satu enzim sukus enterikus yaitu enterokinase.
Sukus enterikus. Beberapa enzim terdapat dalam sukus enterikus atau getah usus yang
menyempurnakan pencernaan semua makanan.

14
a) Enterokinase mengaftikan enzim proteolitik yang berasal dari getah
pankreas.
b) Erepsin menyempurnakan pencernaan protein yang telah diubah, yaitu
polipeptida dijadikan berbagai asam amino.
Tiga enzim bekerja atas hidrat karbon menyempurnakan pencernaan zat tepung dengan
mengubah disakarida menjadi monosakarida.
a) Intertase bekerja atas gula.
b) Laktase membelah laktose menjadi glukosa dan galaktosa kemudian diubah
menjadi glukosa didalam hati.
c) Maltase mengubah maltose menjadi dekstrose.
Karena kerja berbagai getah pencerna, yaitu ludah, getah lambung, getah pankreas, dan
sukus enterikus berbgai bahan makanan sekarang disederhanakan sampai keadaannya
terakhir siap untuk diabsorpsi.

Absorpsi. Absorpsi makanan yang telah dicernakan seluruhnya berlangsung di dalam


usus halus melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dan saluran limfe di vili di
sebelah dalam permukaan usu halus. Semua makanan yang telah dicerna langsung
masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena portal dibawa ke hati
untuk mengalami beberapa perubahan.

7. Usus Besar Dan Defekasi


Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah metar panjangnya
adalah sumbangan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileosekal,
yaitu tempat isa makanan lewat. Refleks gastrokolik terjadi ketika makanan
masuk lambung dan menimbulkan paristaltik didalam usus besar. Refleks ini
m,enyebabkan defekasi atau pembuangan air besar. Kolon mulai sebagai
kantong yang mekar dan terdapat apendiks vermiformis atau umbai cacing.
Apendiks juga terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus
lainnya, hanya lapisan submukosanya berisi sejumlah besar jaringan limfe,

15
yang dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian terletak di
bawah sekum dan sebagian di belakang sekum atau disebut retrosekum.

Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari
sini kolon naik melalui daerah sebelah kanan lumbal dan disebut kolon asendens. Di
daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk kolon
sigmoideus atau kolon pelvis dan kemudian masuk pelvis besar dan menjadi rektum.
Rektum sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar, dimulai pada kolon
sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya. Saluran ini
berakhir ke dalam anus yang dijaga otot internal dan eksternal.

Struktur. Kolon terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus halus.
Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang memberi rupa
berkerut-kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus daripada yang ada
pada usus halus, dan tidak memiliki vili. Di dalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar
tubuler dalam usus halus dan dilapisi epitelium silinder yang memuat sel cangkir.

Fungsi usus besar. Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorpsi
makanan. Bila isis usus halus mencapai sekum semua zat makanan telah diabsorpsi dan
isinya cair. Selama perjalanan di dalam kolon isinya menjadi makin padat karena air
absorpsi dan ketika rektum dicapai maka feses bersifat padat-lunak. Peristaltic di dalam
kolon lambat. Fungsi kolon adalan absorpsi air, garam dan glukosa, sekresi musin oleh
kelenjar di dalam lapisan dalam, penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di
dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan sayur hijau dan penyimpanan sisa protein
yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna ekskresi.

Defekasi. Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang


mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-
kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan refleks gastrokolik yang biasanya

16
bekerja sesudah makan pagi. Kerja defikasi ialah soal kebiasaan. Anak-anak
hendaknya diajarkan membuang air besar sesudah makan pagi sebelum kesibukan hari
dapat menyebabkan pekerjaan ini tertunda yang akan menimbulkan konstipasi
(sembelit). Feses berisi sangat banyak bakteri, kebanyakan mati lepasan epitelium dari
usus jumlah kecil zat nitrogen terutama musin, juga garam terutama kalsium fosfat
sedikit zat besi, selulosa, sisa zat makanan lain yang tidak tercerna dan air.

Peritoneum
Peritoneum ialah membrane serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh.
Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum pariental yang melapisi
dinding rongga abdominal dan peritoneum visceral yang meliputi semua organ yang
berada di dalam rongga itu. Ruang yang bisa terdapat di antara dua lapisan ini disebut
ruang peritoneal atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa kantong tertutup dan
pada perempuan saluran telur membuka masuk ke dalam rongga peritoneum. Banyak
lipatan atau kantong terdapat di dalam peritoneum, sebuah lipatan besar atau omentum
mayor yang kaya akan lemak bergantung di sebelah depan lambung. Omentum mijor
berjalan dari porta hepatis setelah menyelaputi hati ke bawah, ke kurvatura minor
lambung dan di sini bercabang menyelaputi lambung ini. Kolon juga terbungkus
peritoneum ini. Fungsi peritoneum menutupi sebagian besar organ-organ abdomen dan
pelvis, membentuk perbatasan halus yang memungkinkan organ saling bergeser tanpa
ada penggasakan. Organ-organ digabungkan bersama dan menjaga kedudukannya
tetap dan mempertahankan hubungan perbandingan organ-organ terhadap dinding
posterior abdomen. Sejumlah besar kelenjar limfe dan pembuluh darah yang memuat
dalam peritoneum membantu melindunginya terhadap infeksi.

Pengaturan Hormonal
Hormon ini di ekstrasikan dari dinding usus halus, bila di suntikan pada hewan
percobaan menyebabkan sekresi liur pancreas dengan kandungan bikarbonat yang
tinggi. Hormon GI ini dinamakan sekretin. Sel-sel GI yang menyekresi hormone tidak

17
mengelompok membantu organ yang nyata merupakan sel tunggal yang tersebar
sepanjang epitel lambung dan usus halus. Rangsangan berbagai bahan kimia dalam
kimus menyebabkan di lepaskannya hormon di permukaan basal yang kemudian
berdifusi kedalam kapiler.
Untuk sampai ke sel sasarannya melalui jalur sirkukasi hormon GI dilepaskan
terutama sebagai respon terhadap perubahan local tertentu dari isi lumen. Berbagai
polipeptida yang aktif sebagai hormone telah telah di isolasikan dari mukosa GI.
Penyuntikan polipeptida ini ternayata menimbulkan perubahan pada keaktifaan sekresi
dan kontraksi ssaluran GI sistenm organ yang lain. Hormon yang mengendalikan
saluran GI makin bertambah, sebab sejumlah peptida yang di temukan disaluran GI di
duga sebagai bakal hormone anatar lain mortilin dan vilkilin

Tabel Fungsi Hormon Peencernaan


Hormon Sumber Simulasi utama Fungsi
untuk sekresi
Gastrin Sel-sel G di Protein di Merangsang
daerah lambung lambung kelenjar sekresi sel
pylorus lambung parietal dan sel
utama
Meningkatkan
motilitas
lambung
Merangsang
motilitas ileum

18
Melemaskan
sfingter
ilosekum
Menginduksi
gerakan massa
di kolon
Bersifat tropic
bagi mukosa
lambung usus
halus
Sekretin Sel-sel endokrin Nutrien di lumen Menghambat
di mukosa duodenum, sekresi lambung
duodenum terutama produk Merangsang
lemak dengan sekresi NaHCO3
tingkat yang lebih encer oleh sel-
rendah dan sel duktus
produk protein pankkreas
Bersifat trifik
pancreas
eksokrin
Menghambat
pengosongan
lambung
Merangsang
sekresi enzim
pencernaan oleh
sel-sel ansinus
pankreas

19
Inhibitor Sel-sel endokrin Lemak Menyebabkan
peptide di mukosa endokrinase, relaksasi
gastrik duodenum hipertonisitas, sfingter menelan
glukosa dan Bersigfat trofik
peregangan di bagi pankreas
duodenum eksokrin
Dapat
menimbulkan
perubahan adptif
jangka panjang
proporsi enzim-
enzim
Berperan dalam
rasa kenyang
Menghambat
pengosongan
lambung
Menghambat
sekresi lambung
Merangsang
sekresi insulin
oleh pankreas

JENIS-JENIS HORMON
1) Gastrin
Gastrin terdapat pada dinding lateral kelenjar dan antrum mukosa lambung.
Gastrin adalah reseptor yang menjadi perantara respon gastrin terhadap perubahan
isi lambung pada mikrovilus mukosa lambung. Efek fisiologis gastrin adalang

20
perangsangan sekresi asam lambung, sekresi pepsin, pertumbuhan mukosa
lambung, perangsangan motilitas lambung, merangsang sekresi insulin dan
glukosa setelah memakan makanan yang mengandung protein.

2) Kolesitokin-pankreozimin (CCK-PZ)
Sel di dalam mukosa usus halus bagian atas menyekresi satu hormon tunggal yang
memiliki dua keaktifan kolesitokenin (CCK) dan pankreozimin (PZ). Selain di
dalam sel endokrin usus halus bagian atas CCK juga di temukan pada saraf ileum
distal, kolon, dan neuron di otak terutama bagian korteks dan saraf di tempat lain
di dalam tubuh. Efek CCK si samping kontraksi kantung empedu dan sekresi liur
pankreas yang ersifat basa, menghambat pengosongan lambung, merangsang
pertumbuhan pankreas, meningkatkan sekresi enterokinase, dapat meningkatkan
motilitas usus halus dann kolon. Rangsangan yang meningkatkan sekresi CCK
adalah sentuhan mukosa usus dengan hasil pencernaan terutama peptide, asam
amino dan asam lemak.

3) Sekretin
Hormon ini di sekresi oleh sel-sel yang letaknya jauh dalam kelenjar mukosa
usus halus bagian atas. Efek sekretin meliputi meningkatkan sekresi bikarbonat
oleh sel-sel saluran pankreas dan saluran empedu yang menimbulkan sekresi
liur pankreas encer dan bersifat alkais, menimbulkan potensiasi efek CCK
terhadap sekresi pankreas yang banayk enzim nya, menurunkan sekresi asam
lambung, kontraksi sfingter pylorus. Rangsangan yang meningkatkan sekresi
sekretin adalah hasil pencernaan protein dan asam yang membsahi mukosa usus
halus sebelah atas.

4) Glukosa Insulinotropik
Glukosa insulinotropik (GIT) di temukan dalam mukosa duodenum dan
jejunum. Efek GIT menghambat sekresi dan motilitas lambung selamafase

21
gastric, merangsang sekresi insulin, mencerna lemak dan glukosa dalam
duodenum, merangsang sekresi elektolit dan air di usus, menimbulkan dilatasi
pembuluh darah tepi, menghambat sekresi asam lambung, menimbulkan
potensiasi kerja asetikolin terhadap kelenjar saliva. Hormon lain antara lain
motilin, dubstansi P, somatosalin, histamine, intestinal gastrin dan serotonin.

2.1.3. Masalah Gangguan Sistem Pencernaan


1) Disfogia, kesukaran menelan bersamaan dengan penyakit atau gangguan pada
tenggorokan atau usofagus.
2) Dispepsia, adalah sebuah bentuk gangguan pencernaan yang sering sukar
sembuh yang dapat mempunyai banyak sebab antara lain ketidakpatuhan diet,
waktu makan tak teratur dan ada kalanya berhubungan dengan ketakutan dan
tekanan jiwa.
3) Gastritis, ialah peradangan lambung.
Gastritis akut umumnya disebabkan zat perangsang seperti keracunan makanan,
infeksi seperti pada influenza dan pemakaian alcohol berlebihan. Gejalanya
ialah yang biasa pada gangguan saluran pencernaan.
Gastritis Kronik ialah sebuah istilah yang digunakan untuk melukiskan
gagngguan pencernaan atau dispepsi yang terjadi pada orang setengah umur
dan lebih tua.
4) Kolik ialahrasa sakit yang akut dan berselang-seling yang disebabkan kontraksi
kuat dinding berotot pada visera berongga. Kolik gastro-intestinal dapat sangat
parah. Penderita sangat gelisah, melilit-lilit karena rasa sakit .
5) Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang dapat umum atau setempat.
Peritonitis akut umum dapat menyusul periforasi saalah satu saluran berongga,
atau dari apendiks atau kandang empedu. Maka timbul sakit abdomen yang akut,
abdomennya melembung kaku dn shock, denyut nadi cepat dan kecil, dan
pernafasan dangkal. Juga terjadi muntah-muntah dan cegukan yang

22
mencemaskan. Tindakan pembedahan diperlukan, dan terapi penguattranfusi
darah , pemberian oksigen mungkin diperlukan.
6) Muntah-muntah dapat terjadi sebagai akibat gangguan saluran darah,
keracunan, akibat gerakan seperti mabuk dalam perjalanan, akibat rasa sakit,
takut atau banyak alasan lainnya. Rasa mual, ludah bertambah, pernafasan cepat
tak teratur, gerakan seperti mau muntah. Semua ini terjadi karena kontraksi otot
pernafasan, kontraksi diafragma dan penutup glottis, sementara muntahnya
keluar menyemprot. Semua gerakan ini di kendalikan di pusat pemuntahan
dalam medulla oblongata.
7) Konstipasi atau pengeluaran isi perut yang sukar, mempunyai banyak sebab.
Kemungkinan dietnya kekurangan lemak, air, buah-buahan, atau sayuran;
kesalahan latihan pengosongan isi perut pada anak-anak atau tidak menaati
kebutuhan alamiah dan buang air kemudian; kebiasaan pemakaian pencahar,
supositori atau enema berakibat isi perut tidak bergerak tanpa bantuan semua
ini. Konstipasi juga dapat bersamaan dengan gangguan pencernaan, atau
spastisitas kolon, adanya tumor, atau sebab obstruksi lain.

2.1.4. Pengkajian
Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah infeksi saluraan pencernan di sebabkan oleh berbagai
enteropatogen, termasuk bacteria dan parasit.
Gastroenteritis adalah sutu kondisi yang di tandai adanya muntah dan diare
yang di akibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleransi terhadap makanan atau
minuman tertentu.

Pengkajian
1. Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Higyene Personal
b) Kebiasaan mencuci tangan

23
c) Kebersihan lingkungan
d) Kebiasaan jajan makanan yang di jajakan di tempat terbuka
e) Pengetahuan keluaraga tentang diare
f) Upaya yang dilakukan keluarga bila terjadi diare
2. Pola nutrisi dan metabolic
a) Pemberian nutrisi
b) Jenis makanan yang diberikan
c) Kaji berat badan
d) Kaji tanda dehidrasi
e) Adanya kemerahan/lecet pada daerah sekitar anus
f) Hasil analisa gas darah, serum elektrolit, dan pemeriksaan hematologi
lainnya.
3. Pola eliminasi
a) Kebiasaan BAB
b) Adanya diare (karakteristik feses: ada darah/lender, warna, frekuensi)
4. Pola tidur dan istirahat
a) Perubahan pola tidur karena diare
5. Pola persepsi dan kognitif
a) Adanya keluhan nyeri pada perut
b) Gelisah

2.2. PROGRAM & PROSEDUR PEMERIKSAAN PENUNJANG


2.2.1. Prosedur Endoskopik
1. Fiberoskopi Gastrointestinal atas / esofagogastroduedenoskopi (EGD)
Fiberoskopi terhadap saluran GI atas memungkinkan untuk visualisasi
lanngsung esophagus, lambung dan mukosa duodenal melalui endoskopi
berlampu (gas troskop). Prosedur ini khususnya bermakna bila ada
abnormalitas esophagus, lambung atau duodenal dan proses inflamasi,
neoplastik atau infeksi yang di curigai.

24
Fiberoskopi gastrointestinal atas juga dapat menjadi prosedur
teeraupetik bila dikombinasikan dengan prosedur lain. Endoskopik teraupetik
dapat di gunakan untuk menghilangkan duktus koledukus, mendilatasi struktus
dan pengobatan gaster dan varises esophagus. Skop laser-compatible
memberikan terapi laser untuk neoplasma GI atas.
Persiapan pasien :
Pasien di instrusikan untuk puasa selama 6 jam sampai 12 jam sebelum
pemeriksaan.
Persiapan pasien meliputi penyemprotan dan kumur anestetik local,
disertai dengan pemberian diazepam (valium) secara intravena segera
sebelum skop dimasukan.
Atropin dapat diberikan untuk mengurangi sekresi.
Glukagon dapat di berikan untuk merileksan otot halus.
Pasien di posisikan miring ke kiri untuk memudahkan aliran saliva dan
memberikan asks mudah untuk endoskopi.
Prosedur :
Gastrokop di lumasi dengan pelumas larut air dan kemudian di
masukan dengan hati-hati perlahan sepanjang bagian belakang
multu dan turun ke esophagus.
Ahli gastroenterology melihat dinding gaster serta springternya.
Endoskop kemudian dimasukan terus ke duodenum untuk
pemeriksaan lebih jauh.
Forsep biopsy untuk mendapatkan sel untuk pemeriksaan
mikroskopik dapat dimasukan melalui skop.
Prosedur secara umum memerlukan waktu kira-kira 30 menit.
Selama EGD penting untuk memantau dan mempertahankan jalan nafas
oral pasien. Oksigen suplemen dapat digunakan bila perlu. Peralatan
kegawatdaruratan harus siap sedia.

25
2. Anaskopi, proktoskopi dan sigmoidoskopi
Prosedur untuk pemeriksaan kolon bagian bawah memerlukan alat yang
menggunakan sinar kecil yang memungkinkan lumen usus bagian bawah
terlihat langsung. Alat ini dapat berubah skop kaku atau skop serat optic
fleksibel.
1) Anaskop adalah skop kaku yang digunakan untuk memeriksa kanal anal.
2) Protoskopi dan sigmoidoskopi adalah skop kaku yang digunakan untuk
melihat rectum dan kolon sigmoid berturut-turut untuk bukti ulerasi
tumor polip atau proses patologis lain. Ini adalah bagian penting dari
skrinning kanker.
Sigmoidoskopi serat optic fleksibel memungkinkan kolon di periksa sampai
40-50 cm (16-20 inchi) dari anus, ini lebih dari 25cm (10 inchi) yang dapat di
lihat dengan sigmoidoskop kaku. Skop fleksibel mempunyai banyak
kemampuan adaptasi dan kemampuan yang sama seperti skop yang digunakan
untuk studi GI atas.
Persiapan Pasien :
Pemeriksaan ini hanya memerlukan pembatasan persiapan usus. Enema air kran
hangat atau enema fleer di berikan sampai aliran balik jernih. Pembatasan diet
tidak selalu di perlukan.
Prosedur skop kaku:
Pasien mengambil posisi lutut-dada pada tepi tempat tidur atau meja
periksa.
Punggung naik dengan sudut kira-kira 45 derajat, pasien pada posisi
tepat untuk memasukan anaskop, protoskop, atau sigmoidoskop.
Selama pemeriksaan proktosigmois oskopik, pasien di informasikan
bahwa tekanan yang ditimbulkan oleh alat akan menciptakan dorongan
untuk defekasi.
Prosedur skop fleksibel :

26
Pasien di tempatkan pada posisi nyaman miring kiri di tempat tidur dengan kaki
d tekuk dan di tempatkan di anterior. Biopsi dan polipektomi juga dapat
dilakukan selama prosedur ini. Impllikasi keperawatan yang sama diterapkan
pada prosedur skop kaku.
3. Kolonoskopi serat optic
Inspeksi visual langsung terhadap kolon sampai sekum di mungkinkan oleh alat
kolonosskop optic fleksibel. Prosedur ini secara umum digunakan sebagai alat
diagnostic dan alat skrining untuk pasien resiko tinggi terhadap kanker. Biopsi
jaringan dapat di dapatkan sesuai kebutuhan. Selama prosedur ini, polip dapat
di evaluasi dan penyakit inflamasi atau penyakit usus lain dapat di diagnosa.
Skop ini mempunyai kemampuan adaptasi dan kemampuan sama dengan
digunakan untuk observasi daan dokumentassi prosedur dan temuan.
Persiapan pasien :
Kebersihan prosedur tergantung pada seberapa baaik kolon di siapkan.
Untuk hal terbaik, saluran usus di sipakna dengan membataasi masukan
cairan caairan pasien (selama 1 sampai 3 hari sebelum pemeriksaan).
Pembersihan kolon dapat di selesaikan dengan berbagai cara. Dekter
dapat memberikan laksatif untuk 2 malam sebelum pemeriksaan dan
enema fleet atau salin sampai aliran balik jernih pada pagi hari untuk
tes.
Saat ini, larutan lavaie elektrolit glikol polietilen digunakan sebagai
lavase usus efektif untuk pembersihan usus.
Pasien di berikan diet cair jernih yang mulai pada sore hari sebelum
prosedur.
Larutan lavase kemudian di minum peroral pada interval lebih dari 3
sampai 4 jam kemudian.
Bila perlu, larutan ini dapat diberikan melalui selang.

27
Pembersihan sus cepat (keluaran rectal jernih dalam kira-kira 4 jam) dan
ditoleransi agak baik oleh kebanyakan pasien.
Prosedur :
Kolonoskopi di lakukan dengan pasien berbaring miring kiri dengan
kakai di tekuk kedepan dada.
Prosedur secara umum memerlukan waktu 1 jam.
Ketidaknyamanan dapat diakibatkan dari pemasukan udara ke kolon
atau dari pemasangan dan pelepasan skop.
Forsep biopsy atau sikatan sitologi dapat dimasukan melalui skop untuk
mendapatkan specimen untuk pemeriksaan histology dan sitologi.
Kompikasi potensial dari kolonoskopi mencakup disritmia jantung dan
deprsi pernafasan yang diakibatkan daari obat-obatan yang diberikan,
reaksi vasovagal dan kelebihan beban sirkulasi atau persiapan usus.
Oleh sebab itu, pemantauan secara kontinu fungsi jantung dan
pernafasan pasien adalah penting. Oksigen suplemen dapat digunakan
sebagai kebutuhan.

4. Enteroskopi usus halus


Endoskopi transnasal diameter kecil memungkinkan observasi langsung
terhadap dinding usus halus. Endoskopi yang digunakan untuk prosedur ini
sangat panjang dan flesibel serta mempunyai balon memperpanjang skop sesuai
peristaltic usus halus. Prosedur ini memerlukan waktu 10 jam atau lebih. Pasien
dapat tetap berada di area pemulihan atau dipulangkan.
Bila skop telah masuk ileum distal, alat ini dengan perlahan meregang saat ahli
endoskopi memeriksa dinding susu. Prosedur yang lama ini biasanya dilakukan
pada situasi terbatas untuk pasien-pasien yang mengalami perdarahan kontinu
meskipun tes diagnostic telah mengidentifikasi tidak ada area yang bermasalah.

28
2.2.2. Ultrasonografi abdomen
Ultrasonografi adalah teknik diagnostic noninvasive diamana gelombang bunyi
dimasukan melalui struktur tubuh internal dan di pantulkan kembali, yang
menghasilkan citra organ dan struktur abdomen pada oskiloskop. Prosedur ini secara
umum digunakan untuk mengetahui ukuran dan konfigurasi struktur abdomen ini.
Prosedur ini terutama bermanfaat pada pendeteksian kolelitiasis, kolesistisis dan
apendititis.
Keuntungan utama dari ulrasonografi adalah prosedur tidak memerlukan
radiasi pengionisasi. Tidak terdapat efek samping yang dilaporkan dan prosedur
relative tidak mahal. Satu kerugiannya bahwa teknik ini tidak dapat digunakan untuk
memeriksa struktur yang ada di balik jaringan tulang, yang mencegah parase
gelombang suara ke struktur yang lebih dalam.

2.2.3. Tomografi Komputer


Tomografi komputer (CT) adalah metode diagnostic yang memberikan
pencitraan potongan-silang untuk memungkinkan organ dan struktur abdominal
terobservasi lebih langsung. Sinar-X multiple diambil dari berbagai sudut,
dikomputerisasi, direkontruksi kemudian dilihat pada monitor komputer. Indikasi
untuk pemindaian CT abdomen adalah penyakit hepar, limpa, ginjal/pankreas dan
organ pelvis.
Karena keadekuatan dari detail tes tergantung pada adanya lemak, alat
diagnostic ini bermanfaat pada orang yang sangat kurus, pasien kakeksia. Prosedur ini
sangat tidak nyeri. Dosis radiasi bagaimanapun dapat dipertimbangkan. Karena waktu
pemindaian yang diperlukan adalah 5 detik, artifak gerakan yang dihasilkan oleh
denyut jantung dan pernafasan tidak dapat dihindari dan gambar hasilnya tidak jelas.

2.3. PENGAMBILAN SPESIMEN


2.3.1. Tes feses

29
Pemeriksaan dasar feses mencakup inspeksi specimen untuk jumlah konsistensi
da warnanya, serta tes skrining untuk darah samar. Perawat dapat melakukan tes ini di
tempat tidur. Tes khusus, termasuk tes untuk urobilinogen fekal, lemak, nitrogen,
parasit, pathogen, residu makanan dan zat lain memerlukan spesimen ini dikirim ke
laboratorium.
Sampel feses biasanya ditampung secara acak kecuali bila dilakukan
pemeriksaan kuatitatif seperti lemak fekal atau urobilinogen. Spesimen acak perlu
dikirim secara langsung ke laboratorium untuk dianalisis. Penampungan kuantitatif 24
jam sampay 72 jam harus tetap dalam pendinginan sampai dibawa ke laboratorium.
Beberapa penampungan feses memerlukan diet khusus untuk ditaati sebelum
penampungan atau obat tertentu ditunda. Penting untuk mengikuti pedoman tes dengan
taat untuk hasil yang akurat.
a. Warna feses
Warna feses dapat bervariasi dari coklat terang sampai coklat gelap. Berbagai
makanan dan obat-obatan mempengaruhi warna feses seperti : protein daging
meghasilkan warna coklat gelap, bayam hijau, wortel dan bit, merah ; kokoa,
merah gelap atau coklat ; senna, kekuningan; bismuth, besi, licorice dan karbon
hitam dan barium penampilan seperti susu.
Bila darah keluar dalam jumlah cukup kedalam saluran GI atas darah
menghasilkan warna hitam seperti ter (melena)
Darah yang masuk bagian bawah saluran GI atau melewati saluran GI
dengan cepat tampak merah terang gelap
Perdarahan rectal bawah atau anal dicurigai nila ada lapisan darah pada
permukaan feses atau bila darah terlihat pada tissue toilet.
b. Konsistensi dan penampilan feses
Pada berbagai gangguan feses menunjukkan penampilan khas
Pada steatorea, feses secara umum berbentuk bulk, berminyak, berbusa
dan bau menyengat, warna feses abu, bau dengan lapisan perak

30
Pada obtuksi bilier, feses menjadi akolik dan sedikit abu-abu atau
seperti lempung karena tidak adanya urobilinogen.
Pada kolitis ulseratif kronis, benang-benang mucus atau pus mungkin
terlihat pada inspeksi langsung terhadap feses
Konstipasi obstipasi (konstipasi ekstrem) atau impaksi fekal dapat
mengakibatkan feses massa yang kecil, kering, keras seperti batu yang
disebut skibola. Tipe feses ini dapat melukai mukosa rectal yang dapat
menyebabkan pendarahan, dimana kasus mafekal terlapis oleh darah.

2.3.2. Tes terhadap darah samar


Tes ini kemungkinan salah satu yang paling sering dilakukan pada tes feses. Ini
paling bermanfaat pada program skrining kanker atau deteksi kanker dini. Tes dapat
dilakukan pada tempat tidur, di laboratoriumdan di rumah. Tes terhadap darah samar
mendeteksi bagian yang mengandung besi-heme dari molekul hemoglobin yang diubah
selama transit melalui usus.
Kemungkinan tes darah samar yang paling luas digunakan adalah homotest.
Tes ini tidak mahal, tidak invasive dan tidak menimbulkan resiko pada pasien. Tetapi
tidak boleh dilakukan bila ada pendarahan hemoroid. Spesimen feses diusap pada slide
dikirimkan ke dokter dan amplop yang diberikan tujuan tersebut dan spesimen feses
diperiksa. Dianjurkan tes seri 3 hari.
Tes bagaimanapun tidak sempurna. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
sensitivitas dan spesivisitas tes. Hasil positif palsu bisa terjadi bila pasien telah makan
daging, unggas, lobak cina, melon, salmo, sardine. Obat-obatan seperti besi, lodin,
indometasin, kolkisin, salisilat, kortikosteroid dan vitamin C juga menyebabkan hasil
positif-palsu.
Alternatif baru tes darah samar sekarang tersedia untuk digunakan masyarakat.
Hemetes II SENSA dan Hemo Quant adalah contoh tes yang dikembangkan untuk
memberikan pembacaan hasil spesifik dan lebih sensitif.

31
Tehnik terbaru
Tes khusus lebih baru dan canggih pada saluran GI sedang disediakan. Berikut
ini hanya beberapa yang akan terlihat lebih sering pada beberapa tahun kemudian.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sistem organ pencernaan adalah system organ yang menerima makanan,
mencerna untuk dijadikan energi daan nutrient, serta mengeluarkan sisa proses tersebut.
Fungsi utama system pencernaan adalah meenyeduaakan zat nutrien yang sudah
dicerna secara berkesinambungan, untuk di distribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi
dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi). Pada dasarnya system pencernaan
makanan yang terbentang dari mulut atau oris sampai ke anus dalam manusia di bagi
menjadi 3 bagian:

32
1) Proses (Digesti)
2) Proses (Absorpsi)
3) Proses (Eliminasi)
Jenis-jenis hormon yang berfungsi dalam system pencernaan adalah hormon Gastrin,
Kolesistokinin-pankreozimin(CCK-PZ), Sekretin dan Glukosa insulinotropik.

DAFTAR PUSTAKA

H.Syaifudin. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC


Deden,Tutik.2010.Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan).Gosyen
Publishing. Yogyakarta
Evelyn.2011.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.PT Gramedia.Jakarta

33

Anda mungkin juga menyukai