Proposal
Proposal
BAB I
PENDAHULUAN
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk dapat hidup sehat dan
derajat kesehatannya. Hal itu ditandai dengan penduduk yang hidup dalam
lingkungan yang sehat, dan juga perilaku yang sepadan dengan kesehatannya itu
SKN adalah upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan adalah
penyakit menular. Salah satu penyakit menular yang cepat penyebarannya yaitu
Demam berdarah atau biasa dikenal dengan DHF merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti. Nyamuk ini merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis, dan bisa
hidup pada daerah yang ketinggiannya mencapai 2200 m diatas permukaan laut
(Price & Wilson. 2007). Nyamuk ini merupakan vektor bagi virus demam berdarah,
karena nyamuk Aedes ini sangat antropolitik dan hidup dekat manusia dan sering
hidup didalam rumah (Soedarmo, 2010). Keistimewaan lain dari DHF menurut
Hidra (2011) yaitu nyamuk betina cenderung menggigit manusia pada pagi hari
antara jam 09.00 10.00 dan sore hari antara jam 16.00 17.00.
kurang aktif dalam menjaga sanitasi lingkungan tempat tinggalnya seperti jarang
menguras bak mandi, membiarkan adanya bak-bak penampungan air dan lain-lain.
Penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang butuh perhatian karena vector dari
penyakit ini hidup didaerah tropis dan Indonesia merupakan negara tropis yang
memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Indonesia juga merupakan salah satu
negara yang ditetapkan sebagai negara endemik demam berdarah. Secara nasional
kejadian luar biasa (KLB) DHF terjadi setiap tahun dibeberapa provinsi di
penduduk terutama yang tinggal didaerah tropis. WHO mencatat tahun 2016 negara
Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 kasus DHF dengan jumlah kematian 108
jiwa. Golongan yang mengalami DHF di Indonesia pada usia 15-44 tahun mencapai
tahun 2016 Jawa Barat menempati urutan ke 5 dengan kasus DHF tertinggi dengan
angka kesakitan sebesar 58,23% per 100.000 penduduk dari 33 Provinsi yang ada
di Indonesia. Dari 9 kota di Jawa Barat, pada tahun 2016 kota Sukabumi sendiri
menempati urutan ke 4 dengan kasus DHF tertinggi dengan angka kesakitan sebesar
Berdasarkan data statistic dari rekam medic ruangan Korpri Melati di RSUD
Table 1.1
Distribusi Pasien Rawat Inap Diruang Korpri Melati RSUD R.Syamsudin S.H
Kota Sukabumi periode Desember 2016 Sampai Februari 2017
1 GEA 18 13,1%
2 CKD 16 11,7%
3 DHF 16 11,7%
5 GASTRITIS 15 11%
6 ANEMIA 13 9,5%
7 OF 12 8,8%
8 MELENA 12 8,8%
9 CKD ON HD 10 7,2%
10 CHF 10 7,2%
sumber : Rekam medic ruangan Korpri Melati di RSUD R.Syamsudin S.H Kota Sukabumi
kasus penyakit yang terdapat Di Ruang Korpri Melati RSUD R.Syamsudin S.H
Kota Sukabumi periode Desember 2016 Februari 2017 yaitu dengan jumlah kasus
Kota Sukabumi, selama periode tahun 2016 jumlah pasien rawat inap diruang korpri
melati sebanyak 1.720 pasien dengan angka kematian setelah 48 jam dirawat atau
5
NDR sebesar 38,36%. Angka tersebut merupakan angka kematian tertinggi dari
tingkat kesadaran. Masalah utama yang sering terjadi pada penderita DHF adalah
trombosit, demam dan terjadinya perdarahan sehingga jika keadaan tidak tertangani
dan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh tidak terjaga, maka dapat terjadi
berdarah dengue dalam hal ini perawat sebagai petugas kesehatan harus dapat
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dari aspek bio, psiko, social,
diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai salah satu tenaga kesehatan yang
6
paling dekat dengan klien dimana peran perawat yang pertama sebagai peran
pelaksana atau care giver yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung
kepada klien dengan memberikan kenyamanan dan rasa aman pada klien dan
kebutuhan nutrisi dan lain-lain. selain itu perawat juga sebagai pendidik atau health
mempertahankan lingkungan yang bersih sebagai salah satu cara penting untuk
kasus dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah untuk
karya ilmiah ini adalah bagaimana melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada klien
dengan Dengue Hemorgic Fever (DHF) Diruang Korpri Melati Bawah RSUD
spiritual-kultural.
masalah.
1.4 Manfaat
Karya tulis ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan informasi penulis
tentang Dengue Hemoragic Fever (DHF) secara teori maupun praktek dan
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat menambah keilmuan keperawatan ilmu
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi tentang bagaimana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah suatu jaringan cairan yang terdiri atas plasma dan di dalamnya
terdapat sel darah. Kandungan yang ada di dalam darah yaitu Air 91%, Protein 3%
natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi), Bahan
Organik 0.1% (glukosa, lemak, asam urat, keratinin, kolesterol, dan asam amino).
Sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit
dikeluarkan melalui ginjal dan kulit, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan
penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi/zat-zat
anti racun, dan menjaga keseimbangan asam basa jaringan tubuh untuk
menghindari kerusakan.
10
adalah protein pigmen yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin
terdiri atas protein yang disebut globin dan pigmen non-protein yang disebut
sifatnya kenyal sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah
yang dilalui.
pernafasan.
Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar dari sel
11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat,
sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat
6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Leukosit selain berada di
dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk kedalam jaringan RES
1) Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
a) Limfosit
m.
b) Monosit
orange muda.
aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit
telah meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi hitosit jaringan
(makrofag tetap).
2) Granulosit
a) Neutrofil
b) Eusinofil
12 m 15 m.
saat terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama
c) Basofil
berbentuk S. Diameternya 12 m 15 m.
menyebabkan peradangan.
merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari sumsum tulang.
trombositopenia. Trombosit memiliki masa hidup dalam darah antara 5-9 hari.
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas
yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca+ dan
ini akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus akan
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price,
2009). Cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut / zat terlarut
ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit adalah unsur atau
senyawa yang jika melebur kedalam air atau pelarut lain akan pecah dan
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Sylvia,
2010) Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
15
Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira
2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-
rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya dari cairan tubuh bayi
Adalah cairan diluar sel, 20% dari BB total Adalah cairan diluar sel.
Ukuran relatif dari (CES) menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi
tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari
4) Transport hormone.
larutan yang memiliki konsentrasi solut tinggi. Hal ini untuk menyamakan
3) Filtrasi, merupakan suatu proses perpindahan zat dan substansi yang dapat
substansi terlarut lain yang berada diantara cairan kapiler dan cairan
interstisial.
disebabkan oleh virus dengue, virus dengue ditularkan oleh nyamuk aedes
yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus.
DHF adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegifty. Infeksi
(Hadinegoro, 2010).
e) Menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan sore
matahari)
h) Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga, dan
i) Di luar rumah dapat hidup ditampungan air yang ada di dalam drum,
umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah (Depkes RI,
2.3.3 Klasifikasi
1) Derajat 1 (ringan)
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu
2) Derajat 2 (sedang)
Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan pada kulit dan atau
perdarahan lainnya.
3) Derajat 3
darah menurun
4) Derajat 4
Terdapat DSS dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur
2.3.4 Patofisiologi
melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala
DF. Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual,
berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbulah the
antibody) yang tinggi. Sebelum seorang terkena DHF, didalam tubuhnya telah
ada satu jenis serotype virus dengue (serangan pertama kali). Biasanya,
serangan pertama kali ini menimbulkan demam dengue. Ia akan kebal seumur
hidup terhadap serotype yang menyerang pertama kali itu. Namun, hanya
akan kebal maksimal 6 bulan-5 tahun terhadap serotype virus dengue lainnya.
serotype itu dan hanya maksimal 6 bulan-5 tahun ia kebal terhadap DEN-2,
Hemoragic Fever. Masa inkubasi DHF dimulai dari gigitan sampai timbul
virus, yaitu sekitar 1-2 hari sebelum terserang demam. Virus tersebut berada
dalam darah selama 5-8 hari. Jika daya tahan tubuh tidak cukup kuat melawan
virus dengue maka orang tersebut akan mengalami berbagai gejala DHF.
22
Bagan 2.1
Pathway DHF
Aktivasi system
kompelen inflamasi
Pelepasan Menstimulasi
mediator- medulla vomiting Aktivasi
Membentuk dan
mediator kimia interleukin 1 di
melepaskan zat
hipotalamus
C3a dan C5a Mual muntah
Peningkatan Menekan
permeabilitas free nerve Pengeluaran
Peningkatan dinding ending prostaglandin
permeabilitas anoreksia
pembuluh darah
membran
Sakit Intake nutrisi Peningkatan
Menghilangnya pada otot/ kurang kerja thermostat
Agregasi plasma melalui sendi
trombosit endotel dinding Kurang
pembuluh darah V Ketidakseimbangan Peningkatan informasi
Nyeri nutrisi kurang dari suhu tubuh tentang
Melepaskan kebutuhan tubuh peyakit dan
adenosine Kebocoran perawatan
diphospat (ADP) plasma (ke hipertermi
ekstravaskuler) Energy berkurang
V
Trombosit Kurang
V Hospitalisasi
mengalami Kekurangan volume Kelemahan fisik pengetahuan
kerusakan cairan
metamorfosis Cemas
Intoleransi aktifitas
trombositopenia
Resiko Syok
Sumber : Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2015. (Hipovolemik)
23
tanda dan gejala demam berdarah, seperti berikut (Wijaya, Andra 2012)
perdarahan.
mimisan (epitaksis).
dan lain-lainnya.
persendian.
24
darah.
1) System Kardiovaskuler
Nadi mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat, kulit
terasa lembab dan dingin, sianosis ferifer ujung-ujung tangan dan kaki,
tekanan darah menurun akibat penurunan volume plasma, CRT > 3 detik
2) System Pernafasan
oleh efusi pleura atau asidosis. Respon tirah baring dapat menimbulkan
3) System Pencernaan
nafsu makan, gejala lain yang ditemukan yaitu nyeri abdomen, nyeri
4) System Persyarafan
5) System Endokrin
6) System Penglihatan
7) System Integumen
tubuh, pada suhu tubuh normal ruam berkurang dan cepat hilang. bekas-
8) System Muskuloskeletal
Nyeri dibagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan,
9) System Perkemihan
Komplikasi dari penyakit DHF menurut (dr. Widoyono, MPH 2011) yaitu :
1) Perdarahan luas
3) Penurunan kesadaran
26
1) Pemerikasaan laboratorium
a) Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase
trombosit <100.000)
plasma
2) Pemeriksaan Radiologis
kanan tetapi apabila terjadi pembesaran plasma hebat, efusi pleura dapat
sebaiknya dalam posisi lateral decubitus kanan (pasien tidur pada sisi
badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.
27
sebagai berikut :
1) Tirah baring
3) Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : air putih, susu, teh
penderita DHF.
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
segera di pasang infuse sebagai penngganti cairan yang hilang dan bila
10) Pemberian cairan intra vena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan
12-48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan sudah teratasi nadi
sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg
yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen semakin
12) Pada pasien tanpa renjatan hanya diberi banyak minum 1 -2 liter dalam
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien terus
terjadinya dehidrasi.
hindari tempat yang banyak nyamuknya pada pagi dan sore hari, terutama
didaerah yang ada penderita DHF nya (Hidayat, 2007). Menurut (Effendi,
2007) ada beberapa cara yang paling efektif dalam mencegahan penyakit
modifikasi tempat.
penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.
cara untuk mengatasi masalah klien. Menurut Carpenito dan Moyet (2008) Proses
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 2008).
Fase dari pengkajian meliputi pengumpulan data dan analisa data. Dalam
penting yang dilakukan oleh perawat. Metode atau cara pengumpulan data
observasi, dan konsultasi. Ada 2 jenis data yaitu data subjektif dan data
pasien atau keluarga pada pasien DHF. Data objektif adalah data yang
1) Pengumpulan Data
a) Identitas
jawab dalam hal ini : nama, usia, jenis kelamin. Pendidikan, agama,
pekerjaan, serta hubungan dengan pasien seperti ayah, ibu atau anak
b) Riwayat kesehatan
Turunnya demam dapat terjadi antara hari ke-4 dan hari ke-5.
31
Pada kasus ini dikaji riwayat kesehatan masa lalu pasien apakah
d) Data Biologis
keluhan mual dan muntah serta sakit dalam menelan. Pada klien
Pada pola eliminasi BAB dan BAK yang perlu ditanyakan adalah
melena.
tidur. Pada klien DHF akan ditemukan gangguan pola tidur akibat
e) Pemeriksaan fisik
Soemarno, (2009).
perdarahan hebat.
kesadaran.
terutama bila sendi dan otot perut ditekan. Nyeri kepala dan pegal-
satunya ke ekstremitas.
35
eliminasi BAK.
f) Data psikologis
Pada klien dengan DHF, harga diri klien biasanya akan terganggu
masing.
36
berkurang karena klien harus bed rest di tempat tidur dan istirahat
tubuh yang disukai dan tidak disukai. Pada klien DHF biasanya
klien tidak menyukai salah satu bagian tubuhnya seperti pada kulit
g) Data social
h) Data spiritual
i) Data penunjang
(1) Darah
46%)
N : Ph 7,38-7,44
(2) Urin
2) Analisa Data
menggambarkan masalah yang sudah ada saat ini. Dan diagnose keperawatan
potensial menggambarkan bahwa masalah yang nyata akan terjadi bila tidak
penyakit (viremia).
penyakit.
2.4.3 Perencanaan
Intervensi Rasional
Kolaborasi :
5. Berikan cairan 5. pemberian cairan IV sangat
intravena sesuai penting bagi pasien yang
program dokter. mengalami defisit volume
cairan dengan keadaan
umum yang buruk karena
cairan langsung masuk
kedalam pembuluh darah.
Pemberian sesuai dengan
program dokter karena
merupakan wewenang
dokter
Intervensi Rasional
penyakit.
Intervensi Rasional
merupakan wewenang
dokter
diberikan/dibutuhkan.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Kolaborasi
7. Berikan terapi cairan 7. Pemberian cairan intravena
intravena jika terjadi sangat diperlukan untuk
perdarahan. mengatasi kehilangan cairan
tubuh yang hebat
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
mengungkapkan rasa
cemasnya
4. menjalin pendekatan dengan
4. Gunakan komunikasi klien
terapeutik.
5. memberikan penjelasan
5. Berikan penjelasan tiap tentang kemungkinan
prosedur / tindakan yang pemberian perawatan
akan dilakukan terhadap intensif jika memang
pasien dan manfaatnya diperlukan oleh pasien untuk
bagi pasien mendapatkan perawatan
yang optimal
2.4.4 Implementasi
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan
Tindakan kolaborasi antara perawat dan tim kesehatan yang lain untuk
pada tujuan. Ketiga, fase terminasi merupakan terminasi perawat dengan klien
2.4.5 Evaluasi
kualitas data. Teratasi atau tidaknya masalah klien serta pencapaian tujuan
O : Data obyektif merupakan tanda klinis dan fakta yang dapat diobservasi
selanjutnya.
penyakit.
atau hilang.
lemah
BAB III
masalah asuhan keperawatan pada klien dengan Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Menurut Bimo Walgito (2010) studi kasus merupakan suatu metode untuk
hidup). Menurut Susilo dan Gudnanto (2011) studi kasus adalah suatu metode untuk
dengan meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
tunggal dapat berarti satu orang atau sekelompok penduduk yang terkena suatu
masalah. Dalam pengelolaan kasus ini penulis akan melakukan pengelolaan kasus
dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus pada klien dengan Dengue
Hemoragic Fever (DHF) di ruang korpri melati bawah RSUD R.Syamsudin S.H
kota Sukabumi.
51
diruang korpri melati bawah RSUD R.Syamsudin S.H Kota Sukabumi, maka
penyusun studi kasus harus menjabarkan konsep anatomi fisiologi darah, konsep
cairan dan elektrolit, konsep penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF) dan konsep
proses asuhan keperawatan pada klien Dengue Hemoragic Fever (DHF). Batasan
Subyek yang digunakan dalam pengelolaan kasus ini adalah 1 orang klien
dengan masalah Dengue Hemoragic Fever (DHF) dengan manifestasi klinis seperti
Sukabumi. Lama waktu sejak klien pertama kali masuk rumah sakit sampai pulang
atau klien yang dirawat minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari klien sudah pulang,
maka perlu penggantian klien lainnya yang sejenis dan bila perlu dapat dilanjutkan
data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan
mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Berdasarkan teori tersebut, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengelolaan kasus ini adalah:
keluarga, pola nutrisi klien, data social spiritual klien dan lain-lain. Sumber
3.6.2 Observasi
tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Jenis observasi yang
dilakukan pada pengelolaan kasus ini yaitu observasi dan pemeriksaan fisik
Metode uji keabsahan data adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2010).
53
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/ informasi yang
peneliti (karena peneliti menjadi instrument pertama), uji keabsahan data dilakukan
dengan :
3.7.2 sumber informasi tambahan menggunakan 3 sumber data utama yaitu klien,
perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Analisa data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang
yang didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal,
untuk diketahui kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang
ada (hidayat, 2008). Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk
bahan untuk memberi rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis
adalah :
54
3.8.4 Kesimpulan
berhubungan dengan manusia, untuk itu penulis menjamin hak asasi partisipan