Anda di halaman 1dari 11

Laporan Laboratorium HF

Pengukuran Return Loss Antena Dipole-Omnidireksional


Berdasarkan Jarak dan Polarisasi

Disusun Oleh : 1. Ade Zaskiatun Nabila (1315030001)


2. Lisa Mulyani (1315030021)
3. Muhammad Hilmi Fuad (1315030108)
4. Mustika Putri (1315030064)
5. Rafika Ardine (1315030113)
6. Ridhwan Khairullah Nurinsani (1315030075)
7. Rifqi Wahyu Purnomo(1315030015)
8. Shania Elsa Hanifah (1315030079)
9. Verawati Agustina (1315030017)

Kelas/Kelompok : Teknik Telekomunikasi 5A/2

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2017
Pengukuran Return Loss Antena Dipole-Omnidireksional Berdasarkan
Jarak dan Polarisasi

I. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui pengaruh jarak antena pada proses pengiriman sinyal
2. Dapat mengoperasikan alat yang digunakan dalam pengukuran RL
3. Untuk mengetahui propagasi terbaik antara antena dipole dan antena omnidireksional

1. Dasar teori
a. Spektrum Analyzer
Spectrum Analyzer berfungsi sebagai sebuah alat ukur yang digunakan untuk
mengetahui jumlah distribusi energi dari suatu spektrum frekuensi yang dihasilkan
oleh sinyal listrik. Dengan mengetahui distribusi energi sepanjang spektrum
frekuensi, maka akan diperoleh informasi yang lainnya seperti : Lebar bidang
frekuensi (bandwidth), Efek berbagai jenis modulasi, Pembangkitan sinyal
yang palsu. Komponen yang akan digunakan yakni:
Spectrum Analyzer, berfungsi sebagai pengukuran sinyal pada domain frekuensi
tertentu.
Antena, berfungsi untuk menangkap sinyal frekuensi
Kabel konektor, berfungsi untuk menghubungkan dari Antena menuju Spectrum
Analyzer.
Speaker, berfungsi untuk mengeluarkan suara dari Spectrum Analyzer.
b. Signal Generator

Function Generator adalah alat ukur elektronik yang menghasilkan, atau


membangkitkan gelombang berbentuk sinus, segitiga, ramp, segi empat, dan bentuk
gelombang pulsa.
Function generator terdiri dari generator utama dan generator modulasi.
Generator Utama menyediakan gelombang output sinus, kotak, atau
gelombang segitiga dengan rangkuman frekwensi 0,01 Hz sampai 1 GHz.
Generator modulasi menghasilkan bentuk gelombang sinus, kotak, dan
segitiga dengan rangkuman frekuensi 0,01 Hz sampai 10 kHz. Generator
sinyal input dapat digunakan sebagai Amplitudo Modulation (AM) atau Frequensi
Modulation (FM). Selubung (envelope) AM dapat diatur dari 0% sampai
100%; FM dapat diatur frekwensi pembawanya hingga 5%. Function Generator
umumnya menghasilkan frekuensi pada kisaran 0,5 Hz sampai 20 GHz atau lebih
tergantung rancangan pabrik pembuatnya. Frekuensi yang dihasilkan dapat dipilih
dengan memutar-mutar tombol batas ukur frekuensi (frequency range).
c. Antena Omnidirectional

Sebuah antena Omnidirectional adalah antena daya sistem yang memancar secara
seragam dalam satu pesawat dengan bentuk pola arahan dalam bidang tegak lurus.
This pattern is often described as "donut shaped". Pola ini sering digambarkan sebagai
"donat berbentuk". Antena Omnidirectional dapat digunakan untuk menghubungkan
beberapa antena directional di outdoor point-to-multipoint komunikasi systems
termasuk sambungan telepon selular dan siaran TV.
Antena omni mempunyai sifat umum radiasi atau pancaran sinyal 360-derajat yang
tegak lurus ke atas. Omnidirectional antena secara normal mempunyai gain sekitar 3-
12 dBi. Yang digunakan untuk hubungan Point-To-Multi-Point ( P2Mp) atau satu titik
ke banyak titik di sekitar daerah pancaran. Yang baik bekerja dari jarak 1-5 km, akan
menguntungkan jika client atau penerima menggunalan directional antenna atau
antenna yang ter arah. Yang ditunjukkan di bawah adalah pola pancaran khas RFDG
140 omnidirectional antena. Radiasi yang horisontal dengan pancaran 360-derajat.
Radiasi yang horisontal pada dasarnya E-Field yang berbeda dengan polarisasi yang
vertikal adalah sangat membatasi potongan sinyal yang di pancarkan. Antena ini akan
melayani atau hanya memberi pancaran sinyal pada sekelilingnya atau 360 derjat,
sedangkan pada bagian atas antena tidak memiliki sinyal radiasi.
d. Antena Dipole
Antena dipole bisa berupa satu kawat saja yang disebut single wire dipole , dua buah
kawat yang disambungkan kedua ujungnya yang disebut two wire folded dipole atau
terdiri dari tiga kawat yang semua ujungnya disambung yang disebut three wire
folded dipole.
e. Return Loss
Return Loss atau Reflection Loss menunjukkan suatu nilai kesesuaian dari impedansi
input. Jika input match nya baik maka koefisien refleksi input akan rendah dan berarti
hanya sedikit daya masuk yang dipantulkan kembali. Dengan demikian nilai return
loss akan tinggi.
II. Alat dan bahan:
Roll Meter
Antena Omnidireksional
Antena Dipole
Spectrum Analyzer
Signal Generator
Kabel Coaxial
Pipa Penyangga Antena

III. Langkah kerja


1.Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktik.
2.Memasang antena dipole dengan polarisasi horizontal.
3.Memasang kabel coaxial pada antena dipole yang dihubungkan pada signal generator.
4.Mengatur frekuensi antena pada signal generator sebesar 144 MHz.
5.Mengatur amplitudo mulai dari 0-15 dBm dengan range 5 dBm menggunakan signal
generator pada setiap azimuth antena dipole 0o hingga 270o.
6. Memasang spectrum analyzer yang dihubungkan dengan omnidireksional yang
berfungsi sebagai receiver.
7. Mengatur jarak antara transmitter dan receiver sebesar 3 meter.
8. Mengulang kembali langkah kedua hingga ketujuh dengan polarisasi vertikal pada
antena dipole dan jarak 6 m antara transmitter dan receiver.

IV. Hasil percobaan

I. Tabel Hasil Percobaan


A. Antena Horizontal Dipole 3 m dengan antenna receiver omnidirectional

Posisi Amplitude (dB) Return Loss(dB)

0 80
5 86
0 70
10
15 65

0 82
5 80
90 72
10
15 68

0 85
5 80
180 75
10
15 68
88
0 80
5 78
270
10 70
15

B. Antena Horizontal Dipole 6 m dengan antenna receiver omnidirectional

Posisi Amplitude (dB) Return Loss(dB)

0 86
5 82
0 78
10
15 74

0 85
5 79
90 72
10
15 70

0 85
5 80
180 75
10
15 68

88
0 82
5 79
270
10 70
15

C. Antena Vertikal Dipole 3 m dengan antenna receiver omnidirectional

Posisi Amplitude (dB) Return Loss(dB)

0 70
5 68
0 60
10
15 55
0 60
5 55
90 50
10
15 45

0 60
5 55
180 55
10
15 48

65
0 60
5 55
270
10 50
15

D. Antena Vertikal Dipole 6 m dengan antenna receiver omnidirectional

Posisi Amplitude (dB) Return Loss(dB)

0 62
5 55
0 55
10
15 48

0 62
5 55
90 52
10
15 50

0 78
5 70
180 60
10
15 60

68
0 62
5 58
270
10 55
15
II. Lampiran Gambar Hasil Praktikum
A. Posisi Antena Horizontal dengan jarak 3 meter

Gambar 2. Return Loss Amplitude 15 dB 90o


Gambar 1. Return Loss Amplitude 15 dB 0o

Gambar 3. Return Loss Amplitude 15 dB 180o


Gambar 4. Return Loss Amplitude 15 dB 270o

B. Posisi Antena Horizontal dengan jarak 6 meter


Gambar 5. Return Loss Amplitude 15 dB 0o Gambar 6. Return Loss Amplitude 15 dB 90o

Gambar 7. Return Loss Amplitude 15 dB 180o


Gambar 8. Return Loss Amplitude 15 dB 270o

C. Posisi Antena Vertikal dengan jarak 3 meter

Gambar 8. Return Loss Amplitude 15 dB 0o Gambar 8. Return Loss Amplitude 15

Gambar 7. Return Loss Amplitude 15 dB 180o Gambar 7. Return Loss Amplitude 15 d


D. Posisi Antena Vertikal dengan jarak 6 meter

Gambar 8. Return Loss Amplitude 15 dB 0o


Gambar 8. Return Loss Amplitude 15 dB 90o

Gambar 7. Return Loss Amplitude 15 dB 180o


Gambar 7. Return Loss Amplitude 15 dB 270o

V. Analisa

Dari hasil percobaan, dapat dilihat bahwa transmisi dengan polarisasi antena vertikal
lebih bagus saat diterima oleh antena penerima karena antena dipole memang
memiliki polarisasi lebih bagus dengan menggunakan vertikal dan diterima oleh
antena omnidireksional yang memiliki penerimaan ke segala arah.

Frekuensi transmisi yang digunakan sebesar 144MHz dikarenakan saat pengujian


digunakan jarak yang relatif pendek sehingga untuk memperoleh gain terbaik
digunakan frekuensi yang tinggi.

Pada signal generator, semakin besar amplitudo yang diberikan maka return lossnya
akan semakin baik. Hal ini dikarenakan penguatan yang dilakukan oleh signal
generator dapat mengakibatkan power yang ditransmisikan semakin baik, sehingga
returnnya semakin kecil.
Pada pengujian, hasil terbaik didapatkan pada saat transmitter berada pada azimuth
0. Hal ini dikarenakan antena dipole memiliki pancaran 2 arah namun memiliki
fokus terbaik pada saat azimuth 0. Pada posisi 90 dan 270 sinyal yang diterima
kurang baik, hal ini dikarenakan sudut tersebut tidak termasuk area pancaran dari
antena dipole.

Hasil dari percobaan membuktikan bahwa jarak 3 m lebih baik dari jarak 6 m. Hal ini
dikarenakan semakin panjang jarak maka semakin besar hambatan yang harus dilalui.
Sehingga semakin dekat jaraknya, maka semakin baik.

VI. Kesimpulan
Pada pengukuran antena dipole dan omnidireksional, antena dipole lebih bagus
pada posisi vertikal dibandingkan horizontal
Jarak antara antena pemancar dipole dan antena penerima omnidireksional
mempengaruhi return lossnya.
Posisi azimuth antena dipole mempengaruhi return lossnya karena antena dipole
memiliki pancaran sesuai azimuthnya
Besar nilai amplitudo pada signal generator mempengaruhi besar nilai return loss.
Posisi pada antena omnidireksional tidak mempengaruhi besar nilai return loss

Lampiran

Gambar Signal Generator


Gambar Antena Pemancar Dipole Polarisasi Horizontal

Anda mungkin juga menyukai