Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN

Total Disosolved Solid (TDS)

NAMA : AANG SYARIFUDIN


NIM : 131510501292
GOL/KEL : F/1
ANGGOTA : 1. SETYO PERMADI (131510501030)
2. ANGGA WIBOWO (131510501167)
3. ERLIN SEPTIANI (131510501177)
4. MASJUANDA N (131510501274)
5. SEPTIANA M (131510501276)
TANGGAL PRAKTIKUM : 15 MARET 2016
TANGGAL PENYERAHAN : 22 MARET 2016
ASISTEN : 1. WAHYU HIDAYAT
2. DEWI ULINIHAYAH
3. DENNY KUSWANTORO
4. JEFRI ANGGARAN
5. MAULIDA NURHASANAH
6. AVIEF AINUL RIZA
7. PRICILIA MARISKA GUNAWAN
8. AYU AMANDA
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Permasalahan lingkungan selalu berjalan lurus dengan perkembangan
industri yang ada. Industri rumahan maupun industri yang berupa pebrik memang
berkontribusi langsung dan mendukung kehidupan masyarakat karena dengan
adanya industri akan menyediakan pangan, sandang dan papan bagi kehidupan.
Adanya industri apabila dilihat dari segi keamanan lingkungan dan kesehatan
lingkungan memberikan dampak yang kurang baik karena pada tahapan yang ada
akan memberikan suatu bahan sisa yang sering di sebut limbah. Pengertian dari
limbah ialah proses masuk atau dimasukkannya organisme atau bahan yang
bersifat dapat mencemari lingkungan seperti tanah, air dan udara sehingga dapat
menurunkn kualitas ketiga omponen tersebut yang nantinya akan menurunkan
kemampuannya sesuai fungsinya.
Limbah berdasarkan bentuknya terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
limbah cair, padat dan gas. Ketiga bentuk limbah tersebut sangat berbahaya
apabila dalam limbah terdapat bahan berbahaya yang masing-masing mempunyai
sifat merusak. Kerusakan tesebut baik dirasakan oleh manusia dan lingkungan.
Suatu limbah dikatakan berbahya apabila pada salah satu bentuknya terdapat sifat
mudah meledah, bersifat korosif, berbau tajam, mengandung senyawa aktif yang
tidak dapat di uraikan oleh mikroba tanah dalam bentuk ion. Keberadaan mikroba
tanah seperti fungi, bakteri, mikroalga, protozoa dan virus dapat mengntungkan
dan dapat pula merugikan. Keberadaan mikroba tersebut akan menguraikan
apabila limbah berada pada lingkungan seperti tanah dan air yang mana dapat
meguraikan senyawa aktif bersifat racun menjadi ion hingga menghasilkan
oksigen. Keberadaan ion dalam lingkungan akan bermanfaat bagi plankton baik
fitoplankton dan zooplankton. Plankton tersebut dapat bermanfat bagi kehidupan
makhluk lain elain mikroba seperti ikan dan hewan vertebrata lainnya.
Total dissolved solid (TDS) merupakan ukuran zat terlarut baik zat organik
maupun zat anorganik misal garam dan lain-lain yang terdapat pada suatu larutan.
TDS juga menggambarkan jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm) atau
sama dengan miligram per liter (mg/l). Pada umumnya zat yang terlarut dalam air
harus melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer. Aplikasi tersebut biasa
digunakan untuk keperluan pengairan, pemeliharaan akuarium, kolam renang.
Proses kimia, pembuatan air mineral dan lain-lain. Oleh karena itu, pengukuran
TDS perlu dilakukan guna mengetahui besarnya zat yang terlarut pada sebuah
larutan sehingga dapat diketahui apakan larutan tersebut baik untuk penggunan
tertentu.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengukur besarnya zat terlarut dalam sebuah larutan.
2. Mengetahui apakah larutan suatu limbah baik digunakan untuk penggunan
tertentu berdasarkan besarnya zat yang terlarut.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Limbah merupakan sesuatu yang keberadaannya cenderung menyebabkan


masalah lingkungan di beberapa tempat karena sifatnya yang meninggalkan residu
bagi lingkungan. Keberadaan limbah padat dapat dengan mudah dikendalikan
salah satunya dengan mendaur ulang limbah padat untuk menjadi atau diperlukan
sebagai keperluan tertentu. Limbah gas pada umumnya akan menguap ke udara
dan akan kembali ke permukaan tanah apabila gas tersebut menjadi awan dan
berkumpul pada salah satu titik hingga menjadi awan hitam dan terkena suhu yang
dingin akan menjadi hujan. Jatuhnya air hujan dari atmosfer pada umumnya
mengandung beberapa unsur dan senyawa asam seperti asam sulfat (Jenie, 1993).
Berdasarkan bentuk limbah yang ada terdapat salah satu bentuk limbah
yang keberadaann dan penanganannya lebih sulit jika dibandingkan dengan
bentuk lain. Limbah cair memerlukan penanganan yang khusus untuk
pengendalian hingga aman bagi lingkungan. Limbah cair dapat meresap pada
tanah dengan membawa beberapa senyawa organik baik anorganik. Keamanan
senyawa tersebut dapat dikendalikan dengan pembuatan tempat penampungan
dari beberapa saluran pembuangan yang nantinya akan memanfaatkan mikroba
seperti fungi, bakteri, protozoa, mikroalga sebagai perombak senyawa tersebut
(Agustira et al., 2013).
Penanganan limbah yang baik secara biologik maka limbah haruslah
mengandung karbon, nitrogen, fosfor dan unsur kelumit agar laju sistesis mikroba
dapat berjalan seimbang (Manurung et al., 2012). Pada umumnya yang terjadi
dilapang sangat minim untuk kekurangan unsur tersebut. Kelebihan nutrien
tersebut dapat menyebabkan eutrofikasi pada air permukaan apabila efluen
disalurkan. Pengendalian dapat dilakukan pada saat efluen belum disalurkan.
Akan tetapi pada beberapa limbah rumah tangga dapat terjadi kekurangan nutrien
tersebut dan perlu penambahan secara mekanik agar tercapainya penanganan
limbah dengan baik. Keberadaan nutrien yang kurang akan menurunkan laju
pertumbuhan mikroba dalam perairan sehingga dapat menurunkan laju penguraian
BOD dan pelemahan sifat pengendapan pada lumpur. Untuk memperoleh suatu
nisbah BOD:N:P sebesar 100:5:1 maka diperlukan pendekatan penambahan
nutrien. Studi dengan limbah yang defisien nutrien menetapkan 3-4 lb N/100 lb
BOD yang dihilagkan dan 0,5-0,7 lb/100 lb BOD yang dihilangkan akan
mencegah kondisi defisiensi nutrien (Devi et al., 2013).
Limbah cair penyebab kerusakan lingkungan salah satunya limbah cair
rumah tangga yang berupa air detergen. Kandungan dalam detergen ialah zat
sulfaktan yang berupa anionik, kationik dan nonionik. Perairan yang tercemar
limbah detergen dalam ketegori tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air
dan manusia (Prihessy dalam Pratiwi et al., 2012). Permasalahan limbah tersebut
dapat ditangani dengan pemberian tawas dan karbon aktif. Pratiwi et al., (2012)
menyebutkan, bahwa pemberian tawas dan karbon aktif pada limbah detergen
mengalami perbaikan yaitu temperatur dan Ph yang mana konduktivitasnya
mengalami perbaikan sebesar 70,60 %, BOD 81,39 %, TSS 92,25 %, TDS 76,72
%, detergen 57,72 % dan fosfat 92,28 %.
Limbah pada umumnya mengandung BOD, COD, DO, TSS dan TDS yang
mana istilah-istilah tersebut memiliki pengertian tersendiri berdasarkan fungsinya.
BOD merupakan numlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan yang tertsuspensi dalam
air. COD merupakan banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
senyawa organik secara kimiawi. DO merupakan kandungan bahan organik yang
berada pada perairan yang mengandung limbah. TSS merupakan larutan yang
sudah mengalami pemisahan dengan TDS yang mana merupakan zat terlarut pada
larutan. Semain tinggi BOD maka semakin tinggi bahan organik dalam perairan
(Paramita et al., 2012).
Cara kerja mikoba yakni dengan mengubah limbah organik menjadi
senyawa organik sederhana dengan mengkonversi dalam bentuk gas
karbondioksida (semakin tinggi aktivitas maka semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan), metana, hidrogen, hidrogen sulfida dan air maupun energi yang di
butuhkan untuk proses pertumbuhan. Kemudian untuk mengetahui keberhasilan
cara kerja mikroba dapat menggunakan parameter secara kima dan fisika. Kimia
mengggunakan ph sedangkan fisika dengan menghitung kandungan TSS dan
TDS. Ukuran TDS berkisar kurang dari atau sama dengan 1 miu meter. Semakin
besar nilai TDS maka semakin banyak bahan organik yang belum terdegradasi
menjadi gas. Parameter biologi dapat menghitung banyaknya mikroorganisme
yang hidup dalam air limbah (Retnosari, 2013).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Pengelolaan Limbah Pertanian dengan judul Total
Disolved Solid dilakukan pada hari Selasa, 15 Maret 2016 Pukul 13.00 WIB yang
bertempat di Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Pinggan aluminium
2. Kertas saring berlipat
3. Corong berdiameter 15 cm
4. Erlenmeyer 1000 ml

5. Pengering listrik

3.2.2 Bahan
1. Aquades
2. Limbah cair

3.3 Cara Kerja


1. Meletakkan kertas saring berlipat di atas pinggan aluminium kering yang telah

diketahui bobotnya dan memanaskan dalam oven pada suhu selama

0,5-1 jam.
2. Selanjutnya memasukkan pinggan yang berisi kerats saring ke dalam eksikator
dan menimbang setelah dingin (a mg).
3. Menyaring 100-500 ml contoh air (tergantung volume contoh dan kadar
lumpur) pada erlenmeyer berskala dengan kertas saring kering yang telah
diketahui bobotnya.
4. Menggunakan hasil saringan dalam erlenmeyer sebagai penetapan kation, anion
dan unsur-unsur lain.
5. Memasukkan kembali lumpur/bahan padatan dalam kertas saring ke dalam

pinggan aluminium dan mengeringkan pada suhu selama 1-3 jam

kemudian mendinginkan pada eksikator dan menimbang (b mg).


6. Menghitung beratnya tds.
DAFTAR PUSTAKA

Agustira, R., K. S. Lubis., dan Jamilah. 2013. Kajian Karakteristik Kimia Air,
Fisika Air dan Debit Sungai pada Kawasan Das Padang Akibat
Pembuangan Limbah Tapioka. Agroekoteknologi, 1 (3) : 615-625.

Devi, L. P. W. K., K. G. D. Putra., dan A. A. B. Putra. 2013. Efektifitas


Pengolahan Air Effluent Menjadi Air Reklamasi di Instalasi Pengolahan
Air Limbah Suwung Denpasar Ditinjau dari Kandungan Kekeruhan,
Total Zat Terlarut (TDS), dan Total Zat Tersuspensi (TSS). Kimia, 7 (1) :
64-74.

Jenie, B. S. L dan W. P. Rahayu. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan.


Yogyakarta : Kanisius.

Manurung, T., Y. S., Dewi dan B. J. Lekatompessy. 2012. Efektivitas Biji Kelor
(Moringa Oleifera) pada Pengolahan Air Sumur Tercemar Limbah
Domestik. Ilmiah Fakultas Teknik LIMITS, 8 (1) : 33-46.

Paramita, P., M. Shovitri dan N. D. Kuswytasari. 2012. Biodegradasi Limbah


Organik Pasar dengan Menggunakan Mikroorganisme Alami Tangki
Septik. Sains dan Seni ITS, 1 : 23-26.

Pratiwi, Y., S. Sumarsih dan W. F. Windi. 2012. Uji Toksisitas Limbah Cair
Laundrysebelum dan Sesudah Diolah dengan Tawas dan Karbon Aktif
Terhadap Bioindikator (Cyprinuscarpio L). Seminar Nasional Aplikasi
Sains & Teknologi, 298-306.

Retnosari, A. A dan M. Shovitri. 2013. Kemampuan Isolat. Bacillus Sp. dalam


Mendegradasi Limbah Tangki Septik. Sains dan Seni Pomits, 2 (1) : 7-11.

Anda mungkin juga menyukai