Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Sedangkan Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut,
dan memelihara kesuburan tanah. Mengingat begitu pentingnya fungsi dari hutan
konservasi maupun hutan lindung maka menjaga, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi dari hutan konservasi dan lindung harus terus dijaga dan
ditingkatkan.
Upaya untuk menjaga dan meningkatkan fungsi tersebut dapat dilakukan
melalui gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Kementerian kehutanan
yang bertugas mengurusi bidang kehutanan di Indonesia telah melakukan kegiatan
RHL yang intensif sejak tahun 1976, baik melalui program inpres penghijauan dan
reboisasi maupun kebijakan sektoral. Sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2008
kegiatan RHL diprogramkan melaui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (GNRHL/Gerhan), Tahun 2010 sampai sekarang gerakan RHL dilakukan
melalui Kebun Bibit Rakyat (KBR) dan RHL Kawasan Konservasi/Lindung.
Balai Pengelolaan DAS Sampean sebagai kepanjangan tangan Kementerian
Kehutanan khususnya Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
dan Perhutanan Sungai tahun 2012 dan tahun 2013 telah melakukan kegiatan RHL
kawasan konservasi/lindung seluas 600 ha yang terletak di UPT Balai Taman
Nasional Meru Betiri seluas 350 Ha; di Balai Taman Nasional Baluran seluas 150
Ha; dan di Balai Besar Taman Nasional Bromo Tngger Semeru seluas 100 Ha.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan tersebut maka
perlu dilakukan evaluasi/penilaian tanaman.

B. Tujuan Penilaian
Tujuan Evaluasi/Penilaian tanaman RHL kawasan konservasi/lindung di
wilayah BPDAS Sampean Tahun 2014 adalah mengetahui tingkat keberhasilan
1
prosentase tumbuh tanaman RHL kawasan konservasi/lindung tahun 2012 dan tahun
2013 sebagai dasar untuk melakukan pemeliharaan tahun pertama (P1) dan
pemeliharaan tahun kedua (P2).

C. Keadaan Umum Lokasi


Kegiatan Penilaian tanaman RHL konservasi/lindung di wilayah BPDAS
Sampean seluas 600 Ha terdapat di 3 lokasi yaitu di UPT Balai Taman Nasional
Meru Betiri kabupaten Jember seluas 350 ha (P1 dan P2); di UPT Balai Taman
Nasional Baluran kabupaten Situbondo seluas 150 ha (P2); dan di UPT Balai Besar
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 100 ha (P1). Kondisi umum dari
masing-masing lokasi tersebut tersaji di bawah ini.

1. Taman Nasional Meru Betiri


Kawasan hutan Meru Betiri pada awalnya berstatus sebagai hutan
lindung yang penetapannya berdasarkan Besluit van den Directur van Landbouw
Neverheiden Handel yaitu pada tanggal 29 Juli 1931 Nomor: 7347/B serta
Besluit Directur van Economiche Zaken tanggal 28 April 1938 Nomor : 5751,
kemudian pada tahun 1967 kawasan ini ditunjuk sebagai Calon Suaka Alam dan
pada periode berikutnya kawasan hutan lindung ini ditetapkan sebagai Suaka
Margasatwa seluas 50.000 Ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor : 276/Kpts/Um/ 6/1972 tanggal 6 Juni 1972 dengan tujuan utama
perlindungan terhadap jenis Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica).
Kemudian pada tahun 1982 berasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor : 529/Kpts/Um/6/1982 tanggal 21 Juni 1982 kawasan Suaka
Margasatwa Meru Betiri diperluas menjadi 58.000 Ha. Perluasan ini mencakup
wilayah Perkebunan Bandealit dan Sukamade Baru seluas 2.155 Ha, serta
kawasan hutan lindung sebelah Utara dan kawasan perairan laut sepanjang
Pantai Selatan seluas 845 Ha.
Pada perkembangan berikutnya yaitu dengan diterbitkannya surat
pernyataan Menteri Pertanian Nomor : 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober
1982 Suaka Margasatwa Meru Metiri dinyatakan sebagai Calon Taman
Nasional, Pernyataan ini dikeluarkan bersamaan dengan diselenggarakannya
Kongres Taman Nasional Sedunia III di Denpasar, Bali. Penunjukan Taman
2
Nasional Meru Betiri (TNMB) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : 277/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 seluas 58.000 Ha yang terletak
pada dua wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Jember seluas 37.585 Ha dan
Kabupaten Banyuwangi seluas 20.415 Ha.
Lokasi kegiatan RHL konservasi/lindung Taman Nasional Meru Betiri
berada di Seksi Pengeloaan Taman Nasional (SPTN) wilayah II Ambulu Resort
Sanenrejo dengan kondisi umum sebagai berikut:
Biofisik
Blok Mandilis terletak di desa Sanenrejo, Kecamatan Tempurejo,
Kabupaten Jember dan masuk dalam wilayah DAS Mayang ds. Luas
lokasi kegiatan Penanaman RHL Konservasi/Lindung seluas 100 ha.
Penggunaan lahan di lokasi seluas 92 ha berupa tanaman campuran, 5 ha
berupa padang rumput dan 3 ha berupa lahan terlantar dengan status
lahan berupa hutan konservasi.
Jenis tanah dari blok Madalah Latosol dengan Mandilis
kedalaman jeluk tanah 60-90 cm, bertekstur remah, tingkat erosi sedang
dan tingkat kesuburan tanah sedang. Tipe iklim D (Schidth & Ferguson)
dengan curah hujan rata-rata 1.637 mm dan hari hujan tahunan rata-rata
120 hari, bulan basah 6 bulan sedangkan bulan kering 5 bulan dan bulan
lembabnya 1 bulan.
Ketinggian tempat blok Mandilis antara 150-214 mdpl dengan
topografi Curam (25% - 40%). Vegetasi yang ada sebelum dilakukan
kegiatan RHL Konservasi/Lindung berupa Kedawung, Petai dan alang-
alang.
Sosial, Ekonomi dan Kelembagaan
Demografi dari Blok Mandilis penduduk sebanyak 6.232 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.010 jiwa dan perempuan
3.222 jiwa, jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1.762 dengan seks
ratio 1,07 dan kepadatan penduduknya 22 jiwa per kilometer persegi.
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umurnya dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu 1. Kelompok umur 0-15 thn sebanyak
2.184 orang, 2. Kelompok umur 15-55 thn sebanyak 2.168 orang, dan 3.

3
Kelompok umur lebih dari 55 thn sebanyak 1.880 orang. Mata
pencaharian penduduknya sebagian besar sebagai petani.
Kelembagaan masyarakat kelompok tani yang berkaitan dengan
pengelolaan hutan konservasi/lindung di blok Mandilis adalah kelompok
Gumuk Suru dengan jumlah anggota 150 orang. Peran serta dari
kelompok tani tersebut dalam pengelolaan hutan konservasi/lindung di
Blok Mandilis adalah membantu pengamanan hutan dan membantu
pemadaman kebakaran hutan.

D. Pengertian
1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga.
2. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dann mengalirkan air air yang berasal dari curah hujan ke danau ke
laut secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai sungai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas
daratan.
3. Hutan dan Lahan Kritis adalah hutan dan lahan yang be
rada di dalam dan di luar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai
media pengatur tata air dan unsur produktifitas lahan sehingga menyebabkan
terganggunya keseimbangan ekosistem DAS.
4. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau yang ditetapkan
oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
5. Reboisasi adalah upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak
yang berupa lahan kosong, alang-alang atau semak belukar untuk
mengembalikan fungsi hutan.
6. Penanaman pengkayaan reboisasi adalah kegiatan penambahan anakan pohon
pada kawasan hutan rawang yang memiliki tegakan berupa anakan, pancang,
tiang dan pohon sejumlah 500-700 batang/ha, dengan maksud untuk

4
meningkatkan nilai tegakan hutan baik kualitas maupun kuantitas sesuai
fungsinya.
7. Pengayaan tanaman adalah kegiatan memperbanyak keragaman dengan cara
pemanfaatan ruang tumbuh secara optimal, melalui penanaman pohon.
8. Pemeliharaan tanaman adalah perlakuan terhadap tanaman dan lingkungannya
dalam luasan dan kurun waktu tertentu agar tanaman tumbuh sehat dan
berkualitas sesuai dengan standar hasil yang ditentukan.
9. Rancangan Teknis adalah desain lapangan/pola kegiatan teknis secara rinci
(bestek) dari setiap komponen pekerjaan yang meliputi rancangan pekerjaan
fisik, tata waktu dan anggaran yang telah dinilai dan disahkan.
10. Bibit adalah bahan tanaman atau bagian lainnya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangkan tanaman yang berasal dari bahan
generatif atau bahan vegetatif.
11. Bibit Tanaman Hutan dalah tumbuhan muda hasil perbanyakan dan atau
perkembangbiakan dari benih dan merupakan calon pohon.
12. Jenis kayu-kayuan adalah jenis-jenis tanaman hutan yang menghasilkan kayu
untuk konstruksi bangunan, meubel dan peralatan rumah tangga.
13. Jenis tanaman Multi Purpose Trees Species (MPTS) adalah jenis-jenis tanaman
yang menghasilkan kayu dan bukan kayu.
14. Luas Tanaman adalah luas tanaman yang dilaksanakan pengukuran pada waktu
penilaian sesuai dengan sasaran lokasi.
15. Tanaman Sehat adalah tanaman yang tumbuh segar dan batang relatif lurus dan
bertajuk (kecuali pada jenis yang menggugurkan daun pada periode kering)
dengan tinggi minimal sesuai dengan standar.
16. Tanaman kurang sehat adalah tanaman yang tumbuhnya tidak normal atau
terserang hama dan penyakit atau daun menguning atau berwarna tidak normal,
batang bengkok atau percabangan sangat rendah.
17. Tanaman merana adalah tanaman yang tumbuhnya tidak normal atau terserang
hama dan penyakit sehingga kalau dipelihara kecil kemungkinan akan tumbuh
dengan baik.
18. Persentase tumbuh tanaman adalah perbandingan antara tanaman sehat dengan
jumlah tanaman yang ditargetkan dikalikan 100%.

5
19. Systematic Sampling with Random Start adalah suatu metode pengambilan
contoh yang dilakukan secara sistematis dengan pengambilan contoh pertama
dilaksanakan secara random/acak.
20. Purposive Sampling adalah suatu metode pengambilan contoh yang dilakukan
secara terpilih.
21. Intensitas Sampling adalah proporsi ukuran contoh terhadap ukuran populasi.

6
II. PELAKSANAAN PENILAIAN

A. Metode Penilaian
1. Areal Tanaman
Satuan Lokasi Penilaian
Satuan unit penilaian tanaman RHL pada hutan Konservasi/ lindung
adalah luas petak tanaman yang ditetapkan dalam rancangan yang telah
disahkan.
Pengukuran Luas Tanaman
Pengukuran luas tanaman dilakukan realisasi luas tanaman yang
dinyatakan dalam luas areal yang ditanam dalam satuan hektar (Ha) dan
dibandingkan terhadap rencana luas tanaman sesuai rancangan yang telah
disahkan. Pengukuran luas tanaman dilakukan dengan cara memetakan petak
hasil penanaman menggunakan GPS atau alat ukur lain. Kemudian
dituangkan dalam peta dengan skala 1 : 10.000, dan dihitung luasnya. Hasil
perhitungan selanjutnya direkapitulasi.
Penilaian Tanaman
Penilaian tanaman dilakukan melalui teknik sampling dengan metode
Systematic Sampling With Random Start (Penarikan Petak Ukur Disengaja),
yaitu petak ukur pertama dibuat secara acak dan petak ukur selanjutnya
dibuat secara sistematik, dengan :
Intensitas Sampling (IS) 5%, dengan petak ukur seluas 0,1 Ha berbentuk
persegi panjang (40 m x 25 m).
Jarak antar titik pusat petak ukur adalah 100 m arah utara-selatan dan
200 m arah barat-timur.
Untuk memperoleh kualitas hasil pengukuran, jarak antara petak ukur
terluar dengan batas tanaman ditentukan minimum 50 m dan maksimum
100 m. Dengan demikian hasil sampling yang didapat akan mampu
memenuhi azas keterwakilan dengan Intensitas Sampling 5% atau setiap
petak ukur mewakili 2 Ha. Apabila luas petak kurang dari 2 Ha, maka
dibuat 1 petak ukur.

7
Sebagai panduan dalam pembuatan petak ukur pelaksanaan penilaian
tanaman maka dibuat diagram skema penarikan contoh petak tanaman yang
dipetakan skala 1 : 10.000 dengan mencantumkan koordinat titik ikat yang
mudah ditemukan di lapangan. Pembuatan diagram skema penarikan petak
ukur tanaman sebagai berikut:
a. Siapkan peta hasil pengukuran luas tanaman skala 1 : 10.000.
b. Tentukan pada peta tersebut titik petak ukur pertama secara acak.
c. Buat garis transek melalui titik ukur pertama tersebut, yaitu garis vertikal
memotong tegak lurus larikan tanaman dan garis horisontal sejajar
larikan tanaman.
d. Buat garis transek berikutnya secara sistimatik terhadap garis transek
pertama dengan jarak antar garis 2 cm dan jarak antar garis horisontal
1 cm.
e. Buat petak ukur 4 mm x 2,5 mm pada garis transek tersebut dengan titik
potong garis transek sebagai titik pusatnya, sehingga penyebaran letak
petak ukur tersebut dapat mewakili seluruh areal tanaman yang dinilai.
Untuk memudahkan pemeriksaan ulang (re-checking) hasil penilaian
tanaman, di lapangan diberi tanda berupa patok pengenal dan diberi identitas
nomor petak ukur dan tanggal pengamatan pada semua titik sumbu petak
ukur.
Data dan informasi petak tanaman
Data yang dicatat dan diukur pada setiap petak ukur meliputi data
tanaman: jenis tanaman, jumlah tanaman yang hidup, kondisi tanaman
(sehat, kurang sehat, merana) dan data penunjang (fisiografi lahan, keadaan
tumbuhan bawah, kondisi tanah dan gangguan tanaman). Data tanaman yang
hidup pada setiap petak ukur dicatat pada Tally Sheet.

2. Pengolahan Data
Persentase tumbuh tanaman setiap petak dihitung dengan cara
membandingkan jumlah tanaman yang tumbuh sehat dengan rencana jumlah
tanaman yang seharusnya ada di dalam suatu petak ukur yang dinilai.
T = ( hi/ ni) x 100%

8
= (h1 + h2 + + hn) / (ni) x 100%
dimana :
T = Persen (%) tumbuh tanaman sehat
hi = Jumlah tanaman sehat yang terdapat pada petak ukur ke-i
ni = Jumlah tanaman yang seharusnya ada pada petak ukur ke-i
Penilaian tanaman setiap petak yang dilaksanakan dalam hamparan lahan
dengan satuan luas (ha) dinilai keberhasilannya. Tanaman Tahun Berjalan
(Penilaian Tahap I), Persentase tumbuh tanaman sehat dinyatakan :
Berhasil 60%
Kurang berhasil < 60%
Dari perhitungan persentase tumbuh pada setiap petak/lokasi selanjutnya hasilnya
direkapitulasi.

B. Hasil Penilaian
Hasil penilaian dari pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
Konservasi/Lindung tanaman tahun 2012 dan tanaman tahun 2013 disajikan menjadi
3 (tiga) bagian yaitu hasil penilaian tanaman yang berada di UPT Balai Taman
Nasional Meru Betiri; hasil penilaian tanaman yang berada di UPT Balai Taman
Nasional Baluran; dan hasil penilaian tanaman yang berada di UPT Balai Besar
Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Balai Taman Nasional


Meru Betiri
Pelaksanaan RHL Kawasan Konservasi/Lindung tahun 2013 di Balai TN
Meru Betiri di laksanakan di SPTN Wilayah II Ambulu, Resort Sanenrejo di
Blok Darungan, Desa Sanenrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember.
Sedangkan utnuk tahun 2012 dilaksanakan pada Blok Mandilis pada SPTN dan
Resort yang sama. Hasil penilaian tanaman RHL Konservasi/Lindung tahun
tanam 2012 adalah sebagai berikut:
Luas Penanaman
Berdasarkan hasil pengukuran luas lokasi penanaman tanaman RHL
Konservasi/Lindung tahun 2012 dan tahun 2013 didapat hasil bahwa luas

9
penanaman seluas 350 hektare atau 100%. Rincian lengkap sebagaimana
tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Pengukuran Luas Lokasi Tanaman RHL Konservasi/ Lindung
Tanaman Tahun 2012 dan Tanaman Tahun 2013 di Balai Taman Nasional
Meru Betiri.
BALAI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI Luas Tanaman
No. Rencana Realisasi
Kabupaten Kecamatan Desa Blok/Dusun Petak
(Ha) (Ha) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Jember Tempurejo Andongrejo Mandilis 1 25 25 100
Tahun 2012 2 25 25 100
3 25 25 100
4 25 25 100
5 25 25 100
6 25 25 100

2 Jember Tempurejo Sanenrejo Darungan 1 25 25 100


Tahun 2013 2 25 25 100
3 25 25 100
4 25 25 100
5 25 25 100
6 25 25 100
7 25 25 100
8 25 25 100

Jumlah 350 350 100

Sumber: Hasil Pengukuran Lapangan BP DAS Sampean, tahun 2012 dan tahun 2013.

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa luas lokasi penanaman


RHL konservasi/Lindung tahun tanam 2012 dan tahun tanam 2013 masing-
masing lokasi yang berada di kabupaten Jember pada petak 1 sampai
dengan 6 tingkat realisasinya adalah 100%.

Keberhasilan Tanaman
Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung
tanaman tahun 2012 di UPT Balai Taman Nasional Meru Betiri berdasarkan
penilaian tim evaluasi tanaman yang dilakukan tahun 2014 adalah
prosentase tumbuh sehat tanaman dengan instensitas sampling 5% pada
sampel yang diambil adalah 22,99%.
Sedangkan tingkat keberhasilan tanaman RHL kawasan
konservasi/lindung tanaman tahun 2013 yang dilakukan pada tahun 2014

10
adalah prosentase tumbuh sehat dengan intensitas sampling 5% pada sampel
yang diambil adalah 61,30%.
Secara rinci hasil penilaian tanaman RHL kawasan konservasi/lindung
di UPT Balai Taman Nasional Meru Betiri pada tahun 2014 tersaji pada
tabel 2.

Tabel 2. Prosentase keberhasilan tanaman RHL kawasan konservasi/lindung tanaman


tahun 2012 dan tanaman tahun 2013 di UPT Balai Taman Nasional Meru
Betiri pada tahun 2014.
JumlahTanaman
(btg)
No. Kabupaten Kecamatan Desa Blok Petak % Ket
Tumbuh Tumbuh
Rencana
Sehat Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Jember Tempurejo Sanenrejo Mandilis 1 520 86 16,54 Kurang berhasil
Tahun 2012 2 480 65 13,54 Kurang berhasil
3 520 128 24,62 Kurang berhasil
4 400 107 26,75 Kurang berhasil
5 440 101 22,95 Kurang berhasil
6 680 212 31,18 Kurang berhasil
Jumlah/rata2 3.040 699 22,99 Kurang berhasil

2 Jember Tempurejo Sanenrejo Mandilis 1 650 441 67,85 Berhasil


Tahun 2013 2 600 454 75,67 Berhasil
3 650 496 76,31 Berhasil
4 600 483 80,50 Sangat Berhasil
5 600 425 70,83 Berhasil
6 650 399 61,38 Berhasil
7 650 235 36,15 Kurang berhasil
8 600 132 22,00 Kurang berhasil

Jumlah/rata2 5.000 1.084 61,30 Berhasil


Sumber: Penghitungan Lapangan BP DAS Sampean, 2014

Berdasarkan tabel 2, untuk tanaman tahun 2012 dapat diketahui bahwa


petak yang paling rendah prosentase keberhasilannya adalah pada petak 2
yaitu 13,54%, sedangkan yang paling tinggi prosentase keberhasilannya
adalah pada petak 6 yaitu 31,18%.
Untuk tanaman tahun 2013 dapat diketahui bahwa petak yang paling
rendah prosentase keberhasilannya adalah petak 8 yaitu 22%, sedangkan
yang paling tinggi prosentse keberhasilannya adalah petak 4 yaitu 80,50%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5 terlampir.

11
Kekurang berhasilan dari kegiatan RHL Kawasan Konservasi/Lindung
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya waktu penanaman yang
kurang memperhatikan musim, pemeliharaan yang kurang intensif meliputi
penyiangan terhadap gulma, pencegahan hama penyakit dan pemupukan.
Faktor utama penyebab dari kurang keberhasilannya diduga karena
kekurangan air. Ini bisa dilihat dari tanaman yang merana dan mati
mengering. Kekurangan air ini merupakan kendala utama dari kegiatan
RHL Kawasan Konservasi/Lindung. Pengairan tanaman hanya
mengandalkan curah hujan selama musim penghujan saja. Sedangkan
selama musim kemarau sama sekali tidak mendapatkan air. Kendala untuk
melakukan pengairan pada musim kemarau diantaranya adalah
membutuhkan biaya yang tinggi sedangkan biaya terbatas, lokasi yang
berbukit/bergelombang dan jauh dari sumber mata air.
Salah satu cara untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan
menaman pada awal musim penghujan sehingga tanaman cukup kuat
menghadapi musim kemarau yang akan datang. Selain itu juga dicari
tanaman yang kuat atau tahan kekeringan.

2. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Balai Taman Nasional


Baluran
Pelaksanaan penilaian tanaman RHL kawasan konservasi/lLindung tahun
2014 di Balai Taman Nasional Baluran di laksanakan di SPTN Wilayah II
Karangtekok, Resort Watunumpuk di Blok Watunumpuk, Desa Sumberwaru,
Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Hasil penilaian tanaman RHL
Konservasi/Lindung tahun tanam 2012 adalah sebagai berikut:
Luas Penanaman
Berdasarkan hasil pengukuran luas lokasi penanaman tanaman RHL
Konservasi/Lindung tahun 2012 didapat hasil bahwa luas penanaman seluas
150 hektare atau 100%. Rincian lengkap sebagaimana tabel 3.

12
Tabel 3. Rekapitulasi Pengukuran Luas Lokasi Tanaman RHL Konservasi/ Lindung
Tanaman Tahun 2012 di Balai Taman Nasional Baluran.
TAMAN NASIONAL MERU BETIRI Luas Tanaman
No. Rencana Realisasi
Kabupaten Kecamatan Desa Blok/Dusun Petak
(Ha) (Ha) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Situbondo Banyuputih Sumberwaru Watunumpuk 1 25 25 100
Tahun 2012 2 25 25 100
3 25 25 100
4 25 25 100
5 25 25 100
6 25 25 100
Jumlah 150 150 100

Sumber: Hasil Pengukuran Lapangan BP DAS Sampean, 2012

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa luas lokasi penanaman


RHL konservasi/Lindung tahun tanam 2012 masing-masing lokasi yang
berada di kabupaten Situbondo pada petak 1 sampai dengan 6 tingkat
realisasinya adalah 100%.

Keberhasilan Tanaman
Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung
tanaman tahun 2012 di UPT Balai Taman Nasional Baluran berdasarkan
penilaian tim evaluasi tanaman yang dilakukan pada tahun 2014 adalah
berhasil karena prosentase tumbuh sehat tanaman dengan instensitas
sampling 5% pada sampel yang diambil adalah 66,80% dengan rincian hasil
penilaiannya tersaji pada tabel 4.

Tabel 4. Prosentase keberhasilan tanaman RHL kawasan konservasi/lindung tanaman


tahun tanam 2012 di Balai Taman Nasional Baluran pada tahun 2014.
JumlahTanaman
(btg)
No. Kabupaten Kecamatan Desa Blok Petak % Ket
Tumbuh Tumbuh
Rencana
Sehat Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Situbondo Banyuputih Sumberwaru Watunumpuk 1 480 334 69,58 Berhasil
Tahun 2012 2 600 420 70,00 Berhasil
3 440 305 69,32 Berhasil
4 520 346 66,54 Berhasil
5 560 330 58,93 Kurang berhasil
6 400 269 67,25 Berhasil
Jumlah 3.000 2.004 66,80 Berhasil
Sumber: Penghitungan Lapangan BP DAS Sampean, 2013

13
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa petak yang paling rendah
prosentase keberhasilannya adalah pada petak 5 yaitu 58,93% sedangkan
yang paling tinggi prosentase keberhasilannya adalah pada petak 2 yaitu
70%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 terlampir.

3. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Balai Besar Taman


Nasional Bromo Tengger Semeru
Pelaksanaan penilaian tanaman RHL kawasan konservasi/lLindung tahun
2014 di Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di laksanakan di
SPTN Wilayah III, Resort Seroja di Blok Ranu Gedangan, Desa Burno,
Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang dan di wilayah SPTN wilayah IV
Pronojiwo Resort Pronojiwo di Blok Surak Tulungagungan, Desa Pronojiwo,
Kecamatan Pronojiwo dan Kabupaten Lumajang.
Hasil penilaian tanaman RHL Konservasi/Lindung tahun tanam 2013 yang
dilaksanakan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Luas Penanaman
Berdasarkan hasil pengukuran luas lokasi penanaman tanaman RHL
Konservasi/Lindung tahun 2013 didapat hasil bahwa luas penanaman seluas
100 hektare atau 100%. Rincian lengkap sebagaimana tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Pengukuran Luas Lokasi Tanaman RHL Konservasi/ Lindung


Tanaman Tahun 2013 di Balai Besar Taman Nasional BTS.
TAMAN NASIONAL MERU BETIRI Luas Tanaman
No. Rencana Realisasi
Kabupaten Kecamatan Desa Blok/Dusun Petak
(Ha) (Ha) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Lumajang Senduro Burno Ranu Gedangan 1 53 53 100
Tahun 2013
Pronojiwo Pronojiwo Surak Tulungagungan 1 47 47 100

Jumlah 100 100 100

Sumber: Hasil Pengukuran Lapangan BP DAS Sampean, 2013

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa luas lokasi penanaman


RHL konservasi/Lindung tahun tanam 2013 masing-masing lokasi yang
berada di kabupaten Lumajang pada 2 resort tersebut diatas tingkat
realisasinya adalah 100%.
14
Keberhasilan Tanaman
Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung
tanaman tahun 2013 di UPT Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru berdasarkan penilaian tim evaluasi tanaman yang dilakukan pada
tahun 2014 yaitu prosentase tumbuh sehat tanaman dengan instensitas
sampling 5% pada sampel yang diambil adalah 54,36% dengan rincian hasil
penilaiannya tersaji pada tabel 6.

Tabel 6. Prosentase keberhasilan tanaman RHL kawasan konservasi/lindung tanaman


tahun tanam 2013 di Balai Besar Taman Nasional BTS pada tahun 2014.
JumlahTanaman
Kabupaten/ (btg)
No. Kecamatan Desa Blok Petak % Ket
Resort Tumbuh Tumbuh
Rencana
Sehat Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Lumajang
- Resort Seroja Senduro Burno Ranu Gedangan 1 1.300 909 69,92 Berhasil
Kurang
- Resort Pronojiwo Pronojiwo Pronojiwo Surak Tulungagungan 1 1.200 450 37,50 Berhasil

Kurang
Jumlah 3.000 1.359 54,36 Berhasil
Sumber: Penghitungan Lapangan BP DAS Sampean, 2013

Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa petak yang paling tinggi prosentase
keberhasilannya adalah pada petak 1 di SPTN Wilayah III Resort Seroja yaitu
69,92%, sedangkan yang paling rendah prosentase keberhasilannya adalah pada
petak 1 di SPTN wilayah IV Pronojiwo Resort Pronojiwo yaitu 37,50%. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11 terlampir.

15
III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilaian tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung
tahun 2014 untuk tanaman tahun 2012 (P2) dan tanaman tahun 2013 (P1) dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Luas lokasi penanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai Taman
Nasional Meru Betiri adalah sesuai dengan rencana yaitu 150 hektare (tahun
tanam 2012) dan 200 hektare (tahun tanam 2013) atau dapat dinyatakan
realisasi luas penanaman 100%.
2. Luas lokasi penanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai Taman
Nasional Baluran adalah sesuai dengan rencana yaitu 150 hektare (tahun
tanam 2012) atau dapat dinyatakan realisasi luas penanaman 100%.
3. Luas lokasi penanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai Besar
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah sesuai dengan rencana yaitu
100 hektare (tahun tanam 2013) atau dapat dinyatakan realisasi luas
penanaman 100%.
4. Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai
Taman Nasional Meru Betiri tahun tanam 2012 untuk 6 petak pada Blok
Mandilis, Desa Sanenrejo Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember seluas
150 hektare adalah dalam kategori kurang berhasil dengan prosentase
tumbuh sehat tanaman adalah 22,99%. Sedangkan untuk tahun tanam 2013
untuk 8 petak pada Blok Darungan, Desa Sanenrejo, Kecamatan Tempurejo,
Kabupaten Jember seluas 200 hektare adalah dalam kategori berhasil dengan
prosentase tumbuh sehat tanaman adalah 61,30%.
5. Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai
Taman Nasional Baluran tahun tanam 2012 untuk 6 petak pada Blok
Watunumpuk, Desa Sumber Waru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten
Situbondo seluas 150 hektare adalah dalam kategori berhasil dengan
prosentase tumbuh sehat tanaman adalah 66,80%.

16
6. Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai
Besar Taman Nasional Boromo Tengger Semeru tahun tanam 2013 untuk 2
petak pada SPTN wilayah III dan SPTN Wilayah IV Pronojiwo seluas 100
hektare di Kabupaten Lumajang adalah dalam kategori kurang berhasil
dengan prosentase tumbuh sehat tanaman adalah 54,36%.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penilaian tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung
tanaman tahun 2012 (P1) dan tanaman tahun 2013 (P2), yang dilaksanakan oleh tim
evaluasi tanaman dari BPDAS Sampean pada tahun 2014 dengan memperhatikan
juga jumlah tegakan awal pada maasing-masing lokasi kegiatan, maka
direkomendasikan agar tanaman RHL kawasan konservasi/lindung yang ada di Balai
Taman Nasional Meru Betiri seluas 150 hektare dan Balai Taman Nasional Baluran
seluas 150 hektare tahun tanam 2012 untuk dapat dilanjutkan kegiatan pemeliharaan
tahun ke-2 (P2).
Sedangkan tanaman RHL kawasan konservasi/lindung yang ada di Balai
Taman Nasional Meru Betiri seluas 200 hektare dan Balai Besar Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru seluas 100 hektare untuk dapat dilanjutkan kegiatan
pemeliharaan tahun ke-1 (P1).

17
LAMPIRAN LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai