PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Sedangkan Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut,
dan memelihara kesuburan tanah. Mengingat begitu pentingnya fungsi dari hutan
konservasi maupun hutan lindung maka menjaga, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi dari hutan konservasi dan lindung harus terus dijaga dan
ditingkatkan.
Upaya untuk menjaga dan meningkatkan fungsi tersebut dapat dilakukan
melalui gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Kementerian kehutanan
yang bertugas mengurusi bidang kehutanan di Indonesia telah melakukan kegiatan
RHL yang intensif sejak tahun 1976, baik melalui program inpres penghijauan dan
reboisasi maupun kebijakan sektoral. Sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2008
kegiatan RHL diprogramkan melaui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (GNRHL/Gerhan), Tahun 2010 sampai sekarang gerakan RHL dilakukan
melalui Kebun Bibit Rakyat (KBR) dan RHL Kawasan Konservasi/Lindung.
Balai Pengelolaan DAS Sampean sebagai kepanjangan tangan Kementerian
Kehutanan khususnya Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
dan Perhutanan Sungai tahun 2012 dan tahun 2013 telah melakukan kegiatan RHL
kawasan konservasi/lindung seluas 600 ha yang terletak di UPT Balai Taman
Nasional Meru Betiri seluas 350 Ha; di Balai Taman Nasional Baluran seluas 150
Ha; dan di Balai Besar Taman Nasional Bromo Tngger Semeru seluas 100 Ha.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan tersebut maka
perlu dilakukan evaluasi/penilaian tanaman.
B. Tujuan Penilaian
Tujuan Evaluasi/Penilaian tanaman RHL kawasan konservasi/lindung di
wilayah BPDAS Sampean Tahun 2014 adalah mengetahui tingkat keberhasilan
1
prosentase tumbuh tanaman RHL kawasan konservasi/lindung tahun 2012 dan tahun
2013 sebagai dasar untuk melakukan pemeliharaan tahun pertama (P1) dan
pemeliharaan tahun kedua (P2).
3
Kelompok umur lebih dari 55 thn sebanyak 1.880 orang. Mata
pencaharian penduduknya sebagian besar sebagai petani.
Kelembagaan masyarakat kelompok tani yang berkaitan dengan
pengelolaan hutan konservasi/lindung di blok Mandilis adalah kelompok
Gumuk Suru dengan jumlah anggota 150 orang. Peran serta dari
kelompok tani tersebut dalam pengelolaan hutan konservasi/lindung di
Blok Mandilis adalah membantu pengamanan hutan dan membantu
pemadaman kebakaran hutan.
D. Pengertian
1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga.
2. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dann mengalirkan air air yang berasal dari curah hujan ke danau ke
laut secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai sungai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas
daratan.
3. Hutan dan Lahan Kritis adalah hutan dan lahan yang be
rada di dalam dan di luar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai
media pengatur tata air dan unsur produktifitas lahan sehingga menyebabkan
terganggunya keseimbangan ekosistem DAS.
4. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau yang ditetapkan
oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
5. Reboisasi adalah upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak
yang berupa lahan kosong, alang-alang atau semak belukar untuk
mengembalikan fungsi hutan.
6. Penanaman pengkayaan reboisasi adalah kegiatan penambahan anakan pohon
pada kawasan hutan rawang yang memiliki tegakan berupa anakan, pancang,
tiang dan pohon sejumlah 500-700 batang/ha, dengan maksud untuk
4
meningkatkan nilai tegakan hutan baik kualitas maupun kuantitas sesuai
fungsinya.
7. Pengayaan tanaman adalah kegiatan memperbanyak keragaman dengan cara
pemanfaatan ruang tumbuh secara optimal, melalui penanaman pohon.
8. Pemeliharaan tanaman adalah perlakuan terhadap tanaman dan lingkungannya
dalam luasan dan kurun waktu tertentu agar tanaman tumbuh sehat dan
berkualitas sesuai dengan standar hasil yang ditentukan.
9. Rancangan Teknis adalah desain lapangan/pola kegiatan teknis secara rinci
(bestek) dari setiap komponen pekerjaan yang meliputi rancangan pekerjaan
fisik, tata waktu dan anggaran yang telah dinilai dan disahkan.
10. Bibit adalah bahan tanaman atau bagian lainnya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangkan tanaman yang berasal dari bahan
generatif atau bahan vegetatif.
11. Bibit Tanaman Hutan dalah tumbuhan muda hasil perbanyakan dan atau
perkembangbiakan dari benih dan merupakan calon pohon.
12. Jenis kayu-kayuan adalah jenis-jenis tanaman hutan yang menghasilkan kayu
untuk konstruksi bangunan, meubel dan peralatan rumah tangga.
13. Jenis tanaman Multi Purpose Trees Species (MPTS) adalah jenis-jenis tanaman
yang menghasilkan kayu dan bukan kayu.
14. Luas Tanaman adalah luas tanaman yang dilaksanakan pengukuran pada waktu
penilaian sesuai dengan sasaran lokasi.
15. Tanaman Sehat adalah tanaman yang tumbuh segar dan batang relatif lurus dan
bertajuk (kecuali pada jenis yang menggugurkan daun pada periode kering)
dengan tinggi minimal sesuai dengan standar.
16. Tanaman kurang sehat adalah tanaman yang tumbuhnya tidak normal atau
terserang hama dan penyakit atau daun menguning atau berwarna tidak normal,
batang bengkok atau percabangan sangat rendah.
17. Tanaman merana adalah tanaman yang tumbuhnya tidak normal atau terserang
hama dan penyakit sehingga kalau dipelihara kecil kemungkinan akan tumbuh
dengan baik.
18. Persentase tumbuh tanaman adalah perbandingan antara tanaman sehat dengan
jumlah tanaman yang ditargetkan dikalikan 100%.
5
19. Systematic Sampling with Random Start adalah suatu metode pengambilan
contoh yang dilakukan secara sistematis dengan pengambilan contoh pertama
dilaksanakan secara random/acak.
20. Purposive Sampling adalah suatu metode pengambilan contoh yang dilakukan
secara terpilih.
21. Intensitas Sampling adalah proporsi ukuran contoh terhadap ukuran populasi.
6
II. PELAKSANAAN PENILAIAN
A. Metode Penilaian
1. Areal Tanaman
Satuan Lokasi Penilaian
Satuan unit penilaian tanaman RHL pada hutan Konservasi/ lindung
adalah luas petak tanaman yang ditetapkan dalam rancangan yang telah
disahkan.
Pengukuran Luas Tanaman
Pengukuran luas tanaman dilakukan realisasi luas tanaman yang
dinyatakan dalam luas areal yang ditanam dalam satuan hektar (Ha) dan
dibandingkan terhadap rencana luas tanaman sesuai rancangan yang telah
disahkan. Pengukuran luas tanaman dilakukan dengan cara memetakan petak
hasil penanaman menggunakan GPS atau alat ukur lain. Kemudian
dituangkan dalam peta dengan skala 1 : 10.000, dan dihitung luasnya. Hasil
perhitungan selanjutnya direkapitulasi.
Penilaian Tanaman
Penilaian tanaman dilakukan melalui teknik sampling dengan metode
Systematic Sampling With Random Start (Penarikan Petak Ukur Disengaja),
yaitu petak ukur pertama dibuat secara acak dan petak ukur selanjutnya
dibuat secara sistematik, dengan :
Intensitas Sampling (IS) 5%, dengan petak ukur seluas 0,1 Ha berbentuk
persegi panjang (40 m x 25 m).
Jarak antar titik pusat petak ukur adalah 100 m arah utara-selatan dan
200 m arah barat-timur.
Untuk memperoleh kualitas hasil pengukuran, jarak antara petak ukur
terluar dengan batas tanaman ditentukan minimum 50 m dan maksimum
100 m. Dengan demikian hasil sampling yang didapat akan mampu
memenuhi azas keterwakilan dengan Intensitas Sampling 5% atau setiap
petak ukur mewakili 2 Ha. Apabila luas petak kurang dari 2 Ha, maka
dibuat 1 petak ukur.
7
Sebagai panduan dalam pembuatan petak ukur pelaksanaan penilaian
tanaman maka dibuat diagram skema penarikan contoh petak tanaman yang
dipetakan skala 1 : 10.000 dengan mencantumkan koordinat titik ikat yang
mudah ditemukan di lapangan. Pembuatan diagram skema penarikan petak
ukur tanaman sebagai berikut:
a. Siapkan peta hasil pengukuran luas tanaman skala 1 : 10.000.
b. Tentukan pada peta tersebut titik petak ukur pertama secara acak.
c. Buat garis transek melalui titik ukur pertama tersebut, yaitu garis vertikal
memotong tegak lurus larikan tanaman dan garis horisontal sejajar
larikan tanaman.
d. Buat garis transek berikutnya secara sistimatik terhadap garis transek
pertama dengan jarak antar garis 2 cm dan jarak antar garis horisontal
1 cm.
e. Buat petak ukur 4 mm x 2,5 mm pada garis transek tersebut dengan titik
potong garis transek sebagai titik pusatnya, sehingga penyebaran letak
petak ukur tersebut dapat mewakili seluruh areal tanaman yang dinilai.
Untuk memudahkan pemeriksaan ulang (re-checking) hasil penilaian
tanaman, di lapangan diberi tanda berupa patok pengenal dan diberi identitas
nomor petak ukur dan tanggal pengamatan pada semua titik sumbu petak
ukur.
Data dan informasi petak tanaman
Data yang dicatat dan diukur pada setiap petak ukur meliputi data
tanaman: jenis tanaman, jumlah tanaman yang hidup, kondisi tanaman
(sehat, kurang sehat, merana) dan data penunjang (fisiografi lahan, keadaan
tumbuhan bawah, kondisi tanah dan gangguan tanaman). Data tanaman yang
hidup pada setiap petak ukur dicatat pada Tally Sheet.
2. Pengolahan Data
Persentase tumbuh tanaman setiap petak dihitung dengan cara
membandingkan jumlah tanaman yang tumbuh sehat dengan rencana jumlah
tanaman yang seharusnya ada di dalam suatu petak ukur yang dinilai.
T = ( hi/ ni) x 100%
8
= (h1 + h2 + + hn) / (ni) x 100%
dimana :
T = Persen (%) tumbuh tanaman sehat
hi = Jumlah tanaman sehat yang terdapat pada petak ukur ke-i
ni = Jumlah tanaman yang seharusnya ada pada petak ukur ke-i
Penilaian tanaman setiap petak yang dilaksanakan dalam hamparan lahan
dengan satuan luas (ha) dinilai keberhasilannya. Tanaman Tahun Berjalan
(Penilaian Tahap I), Persentase tumbuh tanaman sehat dinyatakan :
Berhasil 60%
Kurang berhasil < 60%
Dari perhitungan persentase tumbuh pada setiap petak/lokasi selanjutnya hasilnya
direkapitulasi.
B. Hasil Penilaian
Hasil penilaian dari pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
Konservasi/Lindung tanaman tahun 2012 dan tanaman tahun 2013 disajikan menjadi
3 (tiga) bagian yaitu hasil penilaian tanaman yang berada di UPT Balai Taman
Nasional Meru Betiri; hasil penilaian tanaman yang berada di UPT Balai Taman
Nasional Baluran; dan hasil penilaian tanaman yang berada di UPT Balai Besar
Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
9
penanaman seluas 350 hektare atau 100%. Rincian lengkap sebagaimana
tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Pengukuran Luas Lokasi Tanaman RHL Konservasi/ Lindung
Tanaman Tahun 2012 dan Tanaman Tahun 2013 di Balai Taman Nasional
Meru Betiri.
BALAI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI Luas Tanaman
No. Rencana Realisasi
Kabupaten Kecamatan Desa Blok/Dusun Petak
(Ha) (Ha) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Jember Tempurejo Andongrejo Mandilis 1 25 25 100
Tahun 2012 2 25 25 100
3 25 25 100
4 25 25 100
5 25 25 100
6 25 25 100
Sumber: Hasil Pengukuran Lapangan BP DAS Sampean, tahun 2012 dan tahun 2013.
Keberhasilan Tanaman
Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung
tanaman tahun 2012 di UPT Balai Taman Nasional Meru Betiri berdasarkan
penilaian tim evaluasi tanaman yang dilakukan tahun 2014 adalah
prosentase tumbuh sehat tanaman dengan instensitas sampling 5% pada
sampel yang diambil adalah 22,99%.
Sedangkan tingkat keberhasilan tanaman RHL kawasan
konservasi/lindung tanaman tahun 2013 yang dilakukan pada tahun 2014
10
adalah prosentase tumbuh sehat dengan intensitas sampling 5% pada sampel
yang diambil adalah 61,30%.
Secara rinci hasil penilaian tanaman RHL kawasan konservasi/lindung
di UPT Balai Taman Nasional Meru Betiri pada tahun 2014 tersaji pada
tabel 2.
11
Kekurang berhasilan dari kegiatan RHL Kawasan Konservasi/Lindung
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya waktu penanaman yang
kurang memperhatikan musim, pemeliharaan yang kurang intensif meliputi
penyiangan terhadap gulma, pencegahan hama penyakit dan pemupukan.
Faktor utama penyebab dari kurang keberhasilannya diduga karena
kekurangan air. Ini bisa dilihat dari tanaman yang merana dan mati
mengering. Kekurangan air ini merupakan kendala utama dari kegiatan
RHL Kawasan Konservasi/Lindung. Pengairan tanaman hanya
mengandalkan curah hujan selama musim penghujan saja. Sedangkan
selama musim kemarau sama sekali tidak mendapatkan air. Kendala untuk
melakukan pengairan pada musim kemarau diantaranya adalah
membutuhkan biaya yang tinggi sedangkan biaya terbatas, lokasi yang
berbukit/bergelombang dan jauh dari sumber mata air.
Salah satu cara untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan
menaman pada awal musim penghujan sehingga tanaman cukup kuat
menghadapi musim kemarau yang akan datang. Selain itu juga dicari
tanaman yang kuat atau tahan kekeringan.
12
Tabel 3. Rekapitulasi Pengukuran Luas Lokasi Tanaman RHL Konservasi/ Lindung
Tanaman Tahun 2012 di Balai Taman Nasional Baluran.
TAMAN NASIONAL MERU BETIRI Luas Tanaman
No. Rencana Realisasi
Kabupaten Kecamatan Desa Blok/Dusun Petak
(Ha) (Ha) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Situbondo Banyuputih Sumberwaru Watunumpuk 1 25 25 100
Tahun 2012 2 25 25 100
3 25 25 100
4 25 25 100
5 25 25 100
6 25 25 100
Jumlah 150 150 100
Keberhasilan Tanaman
Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung
tanaman tahun 2012 di UPT Balai Taman Nasional Baluran berdasarkan
penilaian tim evaluasi tanaman yang dilakukan pada tahun 2014 adalah
berhasil karena prosentase tumbuh sehat tanaman dengan instensitas
sampling 5% pada sampel yang diambil adalah 66,80% dengan rincian hasil
penilaiannya tersaji pada tabel 4.
13
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa petak yang paling rendah
prosentase keberhasilannya adalah pada petak 5 yaitu 58,93% sedangkan
yang paling tinggi prosentase keberhasilannya adalah pada petak 2 yaitu
70%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 terlampir.
Kurang
Jumlah 3.000 1.359 54,36 Berhasil
Sumber: Penghitungan Lapangan BP DAS Sampean, 2013
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa petak yang paling tinggi prosentase
keberhasilannya adalah pada petak 1 di SPTN Wilayah III Resort Seroja yaitu
69,92%, sedangkan yang paling rendah prosentase keberhasilannya adalah pada
petak 1 di SPTN wilayah IV Pronojiwo Resort Pronojiwo yaitu 37,50%. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11 terlampir.
15
III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilaian tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung
tahun 2014 untuk tanaman tahun 2012 (P2) dan tanaman tahun 2013 (P1) dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Luas lokasi penanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai Taman
Nasional Meru Betiri adalah sesuai dengan rencana yaitu 150 hektare (tahun
tanam 2012) dan 200 hektare (tahun tanam 2013) atau dapat dinyatakan
realisasi luas penanaman 100%.
2. Luas lokasi penanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai Taman
Nasional Baluran adalah sesuai dengan rencana yaitu 150 hektare (tahun
tanam 2012) atau dapat dinyatakan realisasi luas penanaman 100%.
3. Luas lokasi penanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai Besar
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah sesuai dengan rencana yaitu
100 hektare (tahun tanam 2013) atau dapat dinyatakan realisasi luas
penanaman 100%.
4. Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai
Taman Nasional Meru Betiri tahun tanam 2012 untuk 6 petak pada Blok
Mandilis, Desa Sanenrejo Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember seluas
150 hektare adalah dalam kategori kurang berhasil dengan prosentase
tumbuh sehat tanaman adalah 22,99%. Sedangkan untuk tahun tanam 2013
untuk 8 petak pada Blok Darungan, Desa Sanenrejo, Kecamatan Tempurejo,
Kabupaten Jember seluas 200 hektare adalah dalam kategori berhasil dengan
prosentase tumbuh sehat tanaman adalah 61,30%.
5. Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai
Taman Nasional Baluran tahun tanam 2012 untuk 6 petak pada Blok
Watunumpuk, Desa Sumber Waru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten
Situbondo seluas 150 hektare adalah dalam kategori berhasil dengan
prosentase tumbuh sehat tanaman adalah 66,80%.
16
6. Tingkat keberhasilan tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung di Balai
Besar Taman Nasional Boromo Tengger Semeru tahun tanam 2013 untuk 2
petak pada SPTN wilayah III dan SPTN Wilayah IV Pronojiwo seluas 100
hektare di Kabupaten Lumajang adalah dalam kategori kurang berhasil
dengan prosentase tumbuh sehat tanaman adalah 54,36%.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penilaian tanaman RHL Kawasan Konservasi/Lindung
tanaman tahun 2012 (P1) dan tanaman tahun 2013 (P2), yang dilaksanakan oleh tim
evaluasi tanaman dari BPDAS Sampean pada tahun 2014 dengan memperhatikan
juga jumlah tegakan awal pada maasing-masing lokasi kegiatan, maka
direkomendasikan agar tanaman RHL kawasan konservasi/lindung yang ada di Balai
Taman Nasional Meru Betiri seluas 150 hektare dan Balai Taman Nasional Baluran
seluas 150 hektare tahun tanam 2012 untuk dapat dilanjutkan kegiatan pemeliharaan
tahun ke-2 (P2).
Sedangkan tanaman RHL kawasan konservasi/lindung yang ada di Balai
Taman Nasional Meru Betiri seluas 200 hektare dan Balai Besar Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru seluas 100 hektare untuk dapat dilanjutkan kegiatan
pemeliharaan tahun ke-1 (P1).
17
LAMPIRAN LAMPIRAN
18