Anda di halaman 1dari 21

PERENCANAAN PAJAK

SEWA GUNA USAHA (LEASING)

Kelompok 2

Wilhelmus (2013310503)

Makhfudotul Maulidya (2015310261)

Wahyu Ariansyah (2015310262)

Izzan Akbar (2015310279)

Agung Rianto (2015310395)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
TAHUN AJARAN 2017-2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak
sedikit. Apalagi kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan
suatu usaha tersebut, agar kita dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar maka
kita membutuhkan suatu lembaga untuk memperoleh suatu dana usaha, lembaga
ini dinamakan leasing.
Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.
Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan
jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur
setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan leasing
2. Mengetahui Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Sewa Guna Usaha (Leasing)
3. Mengetahui Penggolongan Perusahaan Sewa Guna (Leasing)
4. Menjelaskan Proses Dan Mekanisme Transaksi Sewa Guna (Leasing)
5. Mengetahui Kelebihan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan.
C. Manfaat Penulisan
Dengan diselesaikannya penulisan makalah ini, penulisan makalah ini
diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai
berikut:
1. Secara teoritis, hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pada
pengembangan ilmu hukum di bidang hukum internasional tentang pengakuan de
jure dan de facto hokum internasional. Selain itu dapat memperluas pandangan
ilmiah mengenai Pengkuan Hukum Internasional.
2. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi pembuat Undang-undang di bidag
Hukum Internasional untuk melakukan pembaharuan peraturan perundang-
undangan serta sistem hukumnya. Selain itu, sebagai bahan informasi bagi para
pelaksana kebijakan dalam mengambil langkah-langkah perumusan kebijakan
mengenai Pengakuan Hukum Internasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)
Sewa Guna Usaha (Leasing) menurut Perpres No 9 tahun 2009 tentang
lembaga pembiayaan adalah lembaga pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa
guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk di gunakan oleh penyewa guna
usaha (lessee). Selama jangka waktu tertentu selama masih jangka waktu tertentu
berdasarkan pembiayaan secara angsuran.
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna
Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi ( finance lease ) maupun
sewa guna usaha tanpa hak opsi ( operating lease ), untuk digunakan oleh lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa
guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa
guna usaha. Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa
guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa.
Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki
hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam setiap transaksi leasing di
dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:
a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang
memiliki hak kepemilikan atas barang
b. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi
pada akhir perjanjian
c. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.

B. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Sewa Guna Usaha (Leasing)


Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak
yang berkepentingan, yaitu : lessor, lessee, supplier , dan bank atau kreditor.
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa
pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam
financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah
dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan
keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan
keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan
dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut. Lessee adalah
perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal
dari lessor.
Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa
barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada
akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak
lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan harga
berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan
peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko
bagi lessee terhadap kerusakan.
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai
oleh lessor . Dalam
Mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada
lesseetanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan.
Sebaliknya, dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada
lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu
secara tunai atau berkala. Bank . Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing ,
pihak bank atau kreditor tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut,
namun pihak bank memegang
Peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor , terutama dalam
mekanisme leverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh
melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan
menerima kredit dari bank, untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan
dijual sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor .

C. Penggolongan Perusahaan Sewa Guna (Leasing)


Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat
digolongkan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing .
Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin
dapat sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan
barang modal nasabahnya ( lessee ). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai
supplier atau produsen kemudian di-lease kepada pemakai. Lembaga keuangan
yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing , misalnya bank-bank, dapat pula
disebut sebagai lessor independent . Banyak lembaga keuangan yang bertindak
sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi
juga memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing. Di samping itu lessor
independen dapat pula memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer )
yang sering disebut dengan vendor program.

2. Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan
leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila
pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan Supplier (Manufacturer),
Lessor Independent (Lessor) . pembiayaan leasing sendiri akan dapat
meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan
menggunakan pembiayaan trasdisional. Captive lessor ini sering pula disebut
dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak
perusahaan leasing (subsidiary ) dan pihak kedua adalah lessee atau pemakai
barang.

3. Lease Broker atau Packager


Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager . Broker
leasing berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor yang
membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing beasanya
tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas
namanya. Disamping itu perusahaan broker leasing memberikan satu atau lebih
jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu
transaksi leasing.

D. Proses Dan Mekanisme Transaksi Sewa Guna (Leasing)


Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi
antara lain bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi
leasing yang telah dibahas pada awal bab ini dapat disimpulkan bahwa leasing
mengandung arti suatu perjanjian antara pemilik barang ( lessor ) dengan pemakai
barang ( lessee ).
Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi
leasing (basic lease ). Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara periodic
kepada lessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut, Dalam
definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan lessee padahal dalam
praktiknya pihak supplier merupakan pihak yang terlibat dalam suatu mekanisme
transaksi leasing.
Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang
secara garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu :

1. Finance Lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor
adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha
( lessee ) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama
perusahaan leasing , sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan
pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek
transaksi leasing . Selama masa leasing , lessee melakukan pembayaran nilai sisa
(residual value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang
modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan
leasing .

2. Operating Lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya
di-lease -kan. Berbeda dengan finance lease , dalam operating lease jumlah
seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya.
Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu keahlian khusus
terutama untuk pemeliharaannya dan pemasaran kembali barang modal yang di-
lease-kan tersebut. Oleh karena itu berbeda dengan finance lease objek leasing di
akhir masa kontrak merupakan hak milik lessor untuk kemudian dilakukan
pemasaran kembali barang modal tersebut. Lessor dalam operating lease
bertanggung jawab atas segala biaya pelaksanaan lease antara lain misalnya, biaya
asuransi, pembayaran pajak dan pemeliharaan barang modal. Perbedaan lain
dengan finance lease adalah angsuran operating lease tidak menggambarkan
keseluruhan biaya perolehan barang.

E. Kelebihan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan


Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain
sebagai berikut:

1. Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya
dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow
terutama bagi perusahaan (lessee) yang beru berdiri atau beroperasi dan
perusahaan yang mulai berkembang.
2. Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih
mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan.
Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan
yang dihasilkan lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala
dapat disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease.
Artinya pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang modal yang di-lease
tersebut telah mulai produktif. Selain itu perusahaan leasing dapat melakukan
pengaturan pembayaran yang menggelembung (baloon payment) pada awal atau
akhir masa lease, pembayaran musiman (khusus apabila lessee bergerak dalam
bidang pertanian, perkebunan atau peternakan) bahkan mungkin pula suatu
tenggang waktu pembayaran yang sesuai dengan keadaan keuangan lessee.

3. Sumber Pembiayaan Alternatif


Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu
fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak
terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan
apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya. Karena hak kepemilikan
sah atas objek lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan
yang dihasilkan oleh objek lease sehingga merupakan jaminan bagi leasing itu
sendiri. Dengan demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit tetap dapat
menjamin kredit yang sudah ada.

4. Off Balance Sheet


Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca
memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan sebagai
aktiva berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci
karena mungkin masih dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan
pembelian barang modal baru sah apabila disetujui Dewan Komisaris atau bahkan
Rapat Pemegang Saham). Dengan demikian keputusan secara cepat dan tepat
dapat lebih mudah dilakukan oleh direksi. Di pihak lain, tanpa mencantumkan
sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan mencantumkannya sebagai kewajiban.
Hal ini mempunyai dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan perusahaan
lessee karena transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam neraca lessee
sebagai komponen utang. Kondisi ini disebut off balance sheet financing.

5. Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan
arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap
pendapatan lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif
lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada
pertimbangan kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.

6. Proteksi Inflasi
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa
keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya
setelah kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif
suku bunga tetap,maka lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa
kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.

7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi


Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang
yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi disebabkan
oleh pesatnya perkembangan teknologi. Dalam suatu kontrak leasing objek
leasing sering dimasukkan sebagai perjanjian bahwa barang yang sedang disewa
tersebut dapat ditukarkan dengan barang yang serupa yang lebih canggih apabila
di kemudian hari terdapat penemuan-penemuan baru yang lebih unggul daripada
produk barang yang sama.

8. Sumber Pelunasan Kewajiban


Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing
karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu
diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di
lease. Sehingga kekhawatiran para kreditor terhadap gangguan penggunaan modal
kerja yang akan mempengaruhi pelunasan kredit yang telah diberikan dapat
diatasi.

9. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,
instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat
dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan
dapat disusutkan berdasarkan lamanya leasing.

10. Risiko Keusangan


Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu
relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan
(obsolescence) sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap
dini yang mungkin terjadi.

11. Kemudahan Penyusutan Anggaran


Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan
merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
BAB III
PEMBAHASAN
Perusahaan Kena Pajak PT. JNE yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang dan
telah memiliki omzet lebih dari 4,8 miliar per tahun akan melakukan ekspansi pasar. Oleh
karena itu, perusahaan pada tahun 2014 berencana menambah armada truk untuk
operasi perusahaan sebanyak 10 unit. Harga perolehan dari setiap truk tersebut Rp
223.000.000. Berdasarkan analisis perpajakan dan keuangan, informasi lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini
No Informasi Penjelasan

1 Jenis barang modal Truk

2 Jumlah 10 unit

3 Harga/unit Rp 223.000.000

4 Umur aset 8 tahun (Kelompok 2)

5 Metode penyusutan Garis lurus

6 Nilai sisa Tidak ada

7 Tingkat diskonto 7% (Bank Indonesia)

8 Bunga Deposito 5,25% (PT Bank BRI (Persero))

9 Tarif PPh 25% (UU PPh 36 2008)

Kredit

10 Bunga kredit 9% (PT Bank BRI (Persero))

11 Jangka waktu kredit 5 tahun

Finance lease

12 Bunga finance lease 11% (Average)

13 Jangka waktu finance lease 5 tahun

14 Uang muka Rp 223.000.000

15 Nilai opsi Rp 223.000.000


a. Pembelian Tunai
Perolehan truk melalui pembelian secara tunai memberikan
perusahaan dapat menggunakan beban penyusutan secara penuh sebagai tax
shield. Namun tentunya juga diukur sesuai dengan umur manfaat truk
tersebut.
Adapunjurnal yang terkaitdenganpembelian asset truksecaratunai;
a. Pembelian
Truk 2.230.000.000
Kas 2.230.000.000

b. Bebanpenyusutan
Bebanpenyusutan 278.750.000
Akm. Penyusutan - truk 278.750.000
Berdasarkan asumsi yang Penulis telah kemukakan sebelumnya, maka tabel
penyusutan dan tax saving atas pembelian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Th Tarif Nilai Buku Beban Nilai Sisa Buku Discount Present Value
Penyusutan Akhir Periode factor
Awal Periode (20%)

1 12,5% Rp2.230.000.000 Rp278.750.000 Rp1.951.250.000 1,00 Rp278.750.000

2 12,5% Rp1.951.250.000 Rp278.750.000 Rp1.672.500.000 0,93 Rp260.514.019

3 12,5% Rp1.672.500.000 Rp278.750.000 Rp1.393.750.000 0,87 Rp243.471.046

4 12,5% Rp1.393.750.000 Rp278.750.000 Rp1.115.000.000 0,82 Rp227.543.033

5 12,5% Rp1.115.000.000 Rp278.750.000 Rp836.250.000 0,76 Rp212.657.040

6 12,5% Rp836.250.000 Rp278.750.000 Rp557.500.000 0,71 Rp198.744.898

7 12,5% Rp557.500.000 Rp278.750.000 Rp278.750.000 0,67 Rp185.742.895

8 12,5% Rp278.750.000 Rp278.750.000 Rp0 0,62 Rp173.591.491

Total Rp2.230.000.000 Rp1.781.014.421

Tax Saving Rp557.500.000 Rp445.253.605


Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai sekarang dari akumulasi
penyusutan adalah sebesar Rp 2.230.000.000 sedangkan apabila dilihat present
valuenya sebesar Rp 1.781.014.421. Nilai sekarang tersebut merupakan beban
penyusutan yang dapat dibiayakan terhadap pendapatan bruto perusahaan untuk
menentukan pendapatan kena pajak PT X sehingga dapat mengurangi pajak
sebesar Rp 557.500.000 (Tarif PPh 25%) atau secara present value sebesar Rp
445.253.605.

b. Pembelian Kredit
Kondisi secara lebih mendalam tentu juga akan mempengaruhi hasil dari
perencanaan pajak atas perolehan barang modal truk ini. Oleh karena itu, Penulis
menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Bunga kredit per tahun 9% sehingga bunga kredit per bulan sebesar
0,75%.
2. Bunga dianggap tetap (fixed rate)
3. Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan setiap akhir tahun
4. Metode yang digunakan untuk menghitung pembayaran angsuran adalah
metode anuitas, yaitu metode pembayaran angsuran dengan jumlah
nominal yang dibayarkan setiap akhir periode adalah sama
5. Bunga pinjaman hanya dikenakan atas saldo pinjaman sehingga hanya ada
bunga dan pokok pinjaman.
Adapunjurnalterkaitdenganperolehantruksecarakredityaitu :
a. Pembelian
Truk 2.230.000.000
Hutang bank 2.230.000.000
b. Bebanpenyusutan
Bebanpenyusutan 278.750.000
Akm. Penyusutan - truk 278.750.000
c. Pembayaranangsuranhutang bank
Hutang bank 29.566.132
Bebanbunga 11.701.920
Kas 46.291.132
Selanjutnya, perusahaan perlu menghitung present value interest factor
annuity (PVIFA) terlebih dahulu. Perhitungannya sebagai berikut

PVIFA, 0,75%, 60 = = 48,17337

Berdasarkan PVIFA tersebut maka angsuran yang harus dibayar oleh perusahaan
setiap bulannya adalah sebesar

a= = = Rp. 46.291.132,-

Selanjutnya perhitungan mengenai besarnya angsuran per bulan, bunga, pokok


pinjaman dan nilai sekarang dari angsuran dapat dilihat pada tabel 1 lampiran.
Pembelian secara kredit juga memberikan tax shield berupa beban penyusutan
sebesar biaya perolehan truk tersebut. Beban penyusutan tersebut sama dengan
beban penyusutan apabila membeli secara tunai.

c. Pembelian Leasing dengan Hak Opsi


Pengadaan truk tersebut juga dapat melalui sewa guna usaha (leasing)
dengan hak opsi. Asumsi-asumsi yang dipakai dalam kasus ini sebagai berikut:
1. Pembayaran leasing dilakukan pada setiap akhir bulan selama lima tahun
2. Metode yang digunakan untuk menghitung pembayaran leasing adalah
metode anuitas, yaitu metode pembayaran leasing dengan jumlah nominal
yang dibayarkan setiap periode adalah sama
3. Dengan bunga leasing per tahun sebesar 11% maka bunga leasing per
bulan sebesar 0,92%.
4. Biaya sewa yang harus dibayar sebesar Rp 2.230.000.000 Rp
223.000.000 = Rp 2.007.000.000
Selanjutnya, perlu dihitung besarnya beban sewa yang harus dibayar lessee setiap
bulannya selama lima tahun. Beban sewa tersebut dapat diketahui setelah
menghitung terlebih dahulu present value interest factor annuity (PVIFA) sebagai
berikut:

PVIFA, 0,92%, 60 = = 45,95086

Berdasarkan PVIFA tersebut maka beban sewa yang harus dibayar oleh
perusahaan setiap bulannya adalah sebesar

a= = = Rp. 43.677.090,-

Adapunjurnalterkaitdenganperolehan asset truksecarasewagunausaha


(leasing) antaralain :
a. Transaksisewagunausaha (leasing)
Truk asset finance lease 2.007.000.000
Jaminan lease 223.000.000
Kas 223.000.000
Hutang lease 2.007.000.000

b. Angsuran lease bulan ke-1


Hutang lease 25.239.543
Bebanbunga 18.397.500
Kas 43.637.043

c. Sewagunausahadenganhakopsi (pembelian asset pasca leasing)


Truk 223.000.000
Kas 223.000.000
d. Bebanpenyusutan (pasca leasing)
Bebanpenyusutan 27.875.000
Akm. Penyusutan - truk 27.875.000

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa beban sewa yang


harus dibayar oleh perusahaan sebesar Rp 43.677.090. Selanjutnya perhitungan
mengenai besarnya pembayaran beban sewa, bunga dan angsuran pokok sewa
serta nilai sekarang dari biaya sewa guna usaha dapat dilihat pada tabel 2
lampiran.
Pembiayaan sewa guna usaha dengan hak opsi memberikan perusahan dapat
memiliki aset setelah masa leasing selesai. Oleh karena itu, perusahaan dapat melakukan
penyusutan terhadap truk tersebut. Beban penyusutan untuk truk tersebut dihitung atau
diakui sejak masa leasing berakhir. Perhitungan tersebut menggunakan nilai buku
sebesar nilai opsi yang sudah disepakati bersama dengan lessor. Sedangkan umur
manfaat dari truk tersebut dinilai berdasarkan Pasal 11 (6) UU PPh 36 tahun 2008.
Perhitungan beban penyusutan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Th Tarif Nilai Buku Beban Nilai Sisa Buku Tingkat Nilai Tunai
Akhir Periode
Awal Periode Penyusutan Diskon Beban

Penyusutan

Tahun 1-5 tidak ada penyusutan karena sewa guna usaha

6 12,50% Rp223.000.000 Rp27.875.000 Rp195.125.000 0,67 Rp18.574.289

7 12,50% Rp195.125.000 Rp27.875.000 Rp167.250.000 0,62 Rp17.359.149

8 12,50% Rp167.250.000 Rp27.875.000 Rp139.375.000 0,58 Rp16.223.504

9 12,50% Rp139.375.000 Rp27.875.000 Rp111.500.000 0,54 Rp15.162.153

10 12,50% Rp111.500.000 Rp27.875.000 Rp83.625.000 0,51 Rp14.170.237

11 12,50% Rp83.625.000 Rp27.875.000 Rp55.750.000 0,48 Rp13.243.212

12 12,50% Rp55.750.000 Rp27.875.000 Rp27.875.000 0,44 Rp12.376.833

13 12,50% Rp27.875.000 Rp27.875.000 Rp0 0,41 Rp11.567.134


Total Rp223.000.000 Rp118.676.511

Sumber: Penulis, 2013

d. Perbandingan Penghematan Pajak dan Cash Outflow


Alternatif yang dipilih untuk menghemat pajak terutang adalah alternatif
yang memiliki deductible expenxe paling besar sehingga penghasilan kena pajak
juga menjadi berkurang besar. Namun agar lebih sesuai dalam membandingkan
maka Penulis menggunakan present value dari masing-masing komponen
deductible expense. Hal itu dilakukan agar mendapatkan informasi yang
mempertimbangkan time value of money). Perbandingan tersebut dapat dilihat
pada tabel 3 lampiran.
Berdasarkan tabel 3 lampiran diketahui bahwa apabila dilihat dari nilai
nominal maka perusahaan lebih baik menggunakan leasing dengan hak opsi
(finance lease) karena memiliki nilai tax saving-nya terbesar sebesar Rp
710.305.647. Sedangkan apabila menggunakan kredit dan tunai berturut-turut
hanya Rp 694.366.982 dan Rp 557.500.000.
Akan tetapi Penulis memperhatikan time value of money karena dianggap
paling sesuai dan mempertimbangkan kondisi ekonomi secara global. Oleh karena
itu perusahaan lebih baik menggunakan alternatif kredit dalam memperoleh
barang modal truk tersebut karena mampu memberikan tax saving terbesar
sebesar Rp 563.442.873. Sedangkan apabila menggunakan alternatif leasing
dengan hak opsi dan tunai berturut-turut hanya Rp 536.018.503 dan Rp
445.253.605.
Perusahaan tentu juga akan mampu melakukan penghematan kas apabila
mengambil alternatif kredit ataupun sewa guna usaha. Atas penghematan tersebut
maka perusahaan memiliki sejumlah uang kas untuk bisa digunakan sehari-hari.
Disini penulis memberikan salah satu contoh untuk di depositokan di bank.
Berdasarkan asumsi diawal maka jumlah penghematan tunai yang didapatkan oleh
perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel. Analisis Penghematan Tunai antara Finance Lease dengan Tunai
Keterangan Tingkat Diskon (20%)

Nilai tunai biaya sewa Rp2.025.397.500,00

Penghematan dana tunai karena sewa guna usaha Rp2.007.000.000,00

Selisih Rp18.397.500,00

Penghematan pajak Rp90.764.897,57

Penghematan neto Rp109.162.397,57

Pendapatan bunga deposito Rp120.420.000,00

Jumlah penghematan tunai Rp229.582.397,57

Sumber: Penulis, 2013

Tabel. Analisis Penghematan Tunai antara Kreditdengan Tunai


Keterangan Tingkat Diskon (20%)

Nilai tunai biaya kredit Rp2.246.725.000,00

Penghematan dana tunai karena kredit Rp2.230.000.000,00

Selisih Rp16.725.000,00

Penghematan pajak Rp118.189.267,68

Penghematan neto Rp134.914.267,68

Pendapatan bunga deposito Rp133.800.000,00

Jumlah penghematan tunai Rp268.714.267,68

Sumber: Penulis, 2013

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kredit mampu


memberikan penghematan tunai lebih besar sebesar Rp 268.714.267,68
dibandingkan dengan finance lease. Oleh karena itu, perusahaan bisa mengambil
alternatif pembelian truk secara kredit karena mampu memberikan tax saving dan
penghematan tunai terbesar dibandingkan dengan alternatif yang lain.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan semakin berkembangya dunia bisnis, maka semakin banyak
perusahaan yang terjun ke dunia bisnis. Dengan semakin banyaknyaperusahaan
yang terjun ke dunia bisnis, maka semakin banyak kebutuhandana dan modal
yang harus dipenuhi oleh berbagai perusahaan. Haltersebut mendorong industry
bisnis yang bergerak dalam bidangpembiayaan yang disebut lembaga pembiayaan.
Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan
karenayang dikatakan dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usahayang
di dalam melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaandana atau
barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaanperusahaan dalam bentuk
penyediaan barang barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan
hak pilih (optie) bagiperusahaan tersebut untuk membeli barang barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan
nilaisisa yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, leasing termasuk
salahsatu jenis lembaga pembiayaan karena leasing membiayai perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang modal

DAFTAR PUSTAKA

Suyatno Thomas, Marala, Djuhaepah, T. Abdullah, Azhar Aponno, Johan Thomas,


Ananda, C. Tinonyunianti, Chalik, Kelembagaan Perbankan, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
Susilo, Sri Y,dkk, 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat,
Jakarta.

http://ekonomibisnis.co.id. Tanggal 09 Oktober 2017

http://jokosunarto27.blogspot.com/2012/06/leasing-sewa-guna-usaha.html.
Tanggal 09 Oktober 2017

http://www.slideshare.net/khallad/makalah-leasing . Tanggal 09 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai