LEASING
LEASING
Kelompok 2
Wilhelmus (2013310503)
A. Latar belakang
Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak
sedikit. Apalagi kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan
suatu usaha tersebut, agar kita dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar maka
kita membutuhkan suatu lembaga untuk memperoleh suatu dana usaha, lembaga
ini dinamakan leasing.
Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.
Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan
jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur
setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan leasing
2. Mengetahui Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Sewa Guna Usaha (Leasing)
3. Mengetahui Penggolongan Perusahaan Sewa Guna (Leasing)
4. Menjelaskan Proses Dan Mekanisme Transaksi Sewa Guna (Leasing)
5. Mengetahui Kelebihan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan.
C. Manfaat Penulisan
Dengan diselesaikannya penulisan makalah ini, penulisan makalah ini
diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai
berikut:
1. Secara teoritis, hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pada
pengembangan ilmu hukum di bidang hukum internasional tentang pengakuan de
jure dan de facto hokum internasional. Selain itu dapat memperluas pandangan
ilmiah mengenai Pengkuan Hukum Internasional.
2. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi pembuat Undang-undang di bidag
Hukum Internasional untuk melakukan pembaharuan peraturan perundang-
undangan serta sistem hukumnya. Selain itu, sebagai bahan informasi bagi para
pelaksana kebijakan dalam mengambil langkah-langkah perumusan kebijakan
mengenai Pengakuan Hukum Internasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)
Sewa Guna Usaha (Leasing) menurut Perpres No 9 tahun 2009 tentang
lembaga pembiayaan adalah lembaga pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa
guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk di gunakan oleh penyewa guna
usaha (lessee). Selama jangka waktu tertentu selama masih jangka waktu tertentu
berdasarkan pembiayaan secara angsuran.
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna
Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi ( finance lease ) maupun
sewa guna usaha tanpa hak opsi ( operating lease ), untuk digunakan oleh lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa
guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa
guna usaha. Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa
guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa.
Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki
hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam setiap transaksi leasing di
dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:
a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang
memiliki hak kepemilikan atas barang
b. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi
pada akhir perjanjian
c. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.
2. Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan
leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila
pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan Supplier (Manufacturer),
Lessor Independent (Lessor) . pembiayaan leasing sendiri akan dapat
meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan
menggunakan pembiayaan trasdisional. Captive lessor ini sering pula disebut
dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak
perusahaan leasing (subsidiary ) dan pihak kedua adalah lessee atau pemakai
barang.
1. Finance Lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor
adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha
( lessee ) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama
perusahaan leasing , sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan
pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek
transaksi leasing . Selama masa leasing , lessee melakukan pembayaran nilai sisa
(residual value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang
modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan
leasing .
2. Operating Lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya
di-lease -kan. Berbeda dengan finance lease , dalam operating lease jumlah
seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya.
Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu keahlian khusus
terutama untuk pemeliharaannya dan pemasaran kembali barang modal yang di-
lease-kan tersebut. Oleh karena itu berbeda dengan finance lease objek leasing di
akhir masa kontrak merupakan hak milik lessor untuk kemudian dilakukan
pemasaran kembali barang modal tersebut. Lessor dalam operating lease
bertanggung jawab atas segala biaya pelaksanaan lease antara lain misalnya, biaya
asuransi, pembayaran pajak dan pemeliharaan barang modal. Perbedaan lain
dengan finance lease adalah angsuran operating lease tidak menggambarkan
keseluruhan biaya perolehan barang.
1. Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya
dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow
terutama bagi perusahaan (lessee) yang beru berdiri atau beroperasi dan
perusahaan yang mulai berkembang.
2. Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih
mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan.
Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan
yang dihasilkan lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala
dapat disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease.
Artinya pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang modal yang di-lease
tersebut telah mulai produktif. Selain itu perusahaan leasing dapat melakukan
pengaturan pembayaran yang menggelembung (baloon payment) pada awal atau
akhir masa lease, pembayaran musiman (khusus apabila lessee bergerak dalam
bidang pertanian, perkebunan atau peternakan) bahkan mungkin pula suatu
tenggang waktu pembayaran yang sesuai dengan keadaan keuangan lessee.
5. Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan
arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap
pendapatan lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif
lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada
pertimbangan kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.
6. Proteksi Inflasi
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa
keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya
setelah kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif
suku bunga tetap,maka lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa
kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.
9. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,
instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat
dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan
dapat disusutkan berdasarkan lamanya leasing.
2 Jumlah 10 unit
3 Harga/unit Rp 223.000.000
Kredit
Finance lease
b. Bebanpenyusutan
Bebanpenyusutan 278.750.000
Akm. Penyusutan - truk 278.750.000
Berdasarkan asumsi yang Penulis telah kemukakan sebelumnya, maka tabel
penyusutan dan tax saving atas pembelian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Th Tarif Nilai Buku Beban Nilai Sisa Buku Discount Present Value
Penyusutan Akhir Periode factor
Awal Periode (20%)
b. Pembelian Kredit
Kondisi secara lebih mendalam tentu juga akan mempengaruhi hasil dari
perencanaan pajak atas perolehan barang modal truk ini. Oleh karena itu, Penulis
menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Bunga kredit per tahun 9% sehingga bunga kredit per bulan sebesar
0,75%.
2. Bunga dianggap tetap (fixed rate)
3. Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan setiap akhir tahun
4. Metode yang digunakan untuk menghitung pembayaran angsuran adalah
metode anuitas, yaitu metode pembayaran angsuran dengan jumlah
nominal yang dibayarkan setiap akhir periode adalah sama
5. Bunga pinjaman hanya dikenakan atas saldo pinjaman sehingga hanya ada
bunga dan pokok pinjaman.
Adapunjurnalterkaitdenganperolehantruksecarakredityaitu :
a. Pembelian
Truk 2.230.000.000
Hutang bank 2.230.000.000
b. Bebanpenyusutan
Bebanpenyusutan 278.750.000
Akm. Penyusutan - truk 278.750.000
c. Pembayaranangsuranhutang bank
Hutang bank 29.566.132
Bebanbunga 11.701.920
Kas 46.291.132
Selanjutnya, perusahaan perlu menghitung present value interest factor
annuity (PVIFA) terlebih dahulu. Perhitungannya sebagai berikut
Berdasarkan PVIFA tersebut maka angsuran yang harus dibayar oleh perusahaan
setiap bulannya adalah sebesar
a= = = Rp. 46.291.132,-
Berdasarkan PVIFA tersebut maka beban sewa yang harus dibayar oleh
perusahaan setiap bulannya adalah sebesar
a= = = Rp. 43.677.090,-
Penyusutan
Selisih Rp18.397.500,00
Selisih Rp16.725.000,00
A. Kesimpulan
Dengan semakin berkembangya dunia bisnis, maka semakin banyak
perusahaan yang terjun ke dunia bisnis. Dengan semakin banyaknyaperusahaan
yang terjun ke dunia bisnis, maka semakin banyak kebutuhandana dan modal
yang harus dipenuhi oleh berbagai perusahaan. Haltersebut mendorong industry
bisnis yang bergerak dalam bidangpembiayaan yang disebut lembaga pembiayaan.
Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan
karenayang dikatakan dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usahayang
di dalam melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaandana atau
barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaanperusahaan dalam bentuk
penyediaan barang barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan
hak pilih (optie) bagiperusahaan tersebut untuk membeli barang barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan
nilaisisa yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, leasing termasuk
salahsatu jenis lembaga pembiayaan karena leasing membiayai perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang modal
DAFTAR PUSTAKA
http://jokosunarto27.blogspot.com/2012/06/leasing-sewa-guna-usaha.html.
Tanggal 09 Oktober 2017