Anda di halaman 1dari 28

Kecurigaan Kejahatan Seksual Pada Anak

Dibawah Umur

Skenario
Anda bekerja sebagai seorang dokter IGD sebuah rumah sakit. Pada suatu sore hari datang seorang laki-laki
berusia 45 tahun membawa anak perempuannya berusia 14 tahun menyatakan bahwa ankanya tersebut baru saja
pulang setelah 3 hari dibawa lari oleh teman laki-laki usia 18 tahun yang dikenalnya dari situs heharing social. Anak
tersebut mengaku tidak sadarkan diri setelah diberi minuman oleh laki-laki tersebut. Sang ayah takut apabila telah
terjadi sesuatu pada diri anaknya. Ia juga bimbang apa yang akan diperbuatnya bila sang anak telah disetubuhi
laki-laki tersebut dan akan merasa senang apabila anda dapat menjelaskan berbagai hal tentang aspek hukum dan
medikolegal danri kasus anaknya.

Pendahuluan
Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana, hendaknya dilakukan dengan teliti
dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti-bukti yang ditemukannya karena berbeda dengan di klinik ia
tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti. Tetapi
dalam melaksanakan kewajiban itu dokter jangan sampai meletakkan kepentingan sikorban di bawah kepentingan
pemeriksaan. Terutama bila korban masih anak-anak hendaknya pemeriksaan itu tidak sampai menambah trauma
psikis yang sudah dideritanya.
Visum et Repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa dari penuntutan
atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Di Indonesia pemeriksaan korban persetubuhan yang diduga
merupakan tindak kejahatan seksual umum-nya dilakukan oleh dokter ahli llmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan,
kecuali di tempat yang tak ada dokter ahli demikian, dokter umumlah yang harus melakukan pemeriksaan itu.
Sebagai ahli klinis yang perhatian utamanya tertuju pada kepentingan pengobatan penderita, memang agak
sukar untuk melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan kejahatan. Sebaiknya korban kejahatan seksual
dianggap sebagai orang yang telah mengalami cedera fisik dan/atau mental, sehingga sebaiknya pemeriksaan
ditangani oleh dokter di klinik. Penundaan pemeriksaan dapat memberikan hasil yang kurang memuaskan.1

Definisi Anak Dibawah Umur


Setiap negara memiliki definisi yang tidak sama tentang anak. Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam
Convention on the Right of the Child (CRC) atau KHA menetapkan definisi anak: "Anak berarti setiap manusia di
bawah umur 18 tahun, kecuali menurut undang-undang yang berlaku pada anak, kedewasaan dicapai lebih awal."

1
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak: "Anak adalah
seseorang yang be-lum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan."
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak mendefinisikan anak berusia 21 tahun
dan belum pernah kawin.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun dan belum pernah kawin.2

Pemeriksaan
1. Anamnesis
Pada umumnya anamnesis yang diberikan oleh orang sakit dapat dipercaya, sebaliknya anamnesis yang
diperoleh dari korban tidak selalu benar. Terdorong oleh berbagai maksud atau perasaan, misalnya maksud untuk
memeras, rasa dendam, menyesal atau karena takut pada ayah/ibu, korban mungkin mengemukakan hal-hal yang
tidak benar.
Anamnesis merupakan suatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter sehingga bukan merupakan
pemeriksaan yang obyektif, sehingga seharusnya tidak dimasukkan dalam Visum et Repertum. Anamnesis
dibuat terpisah dan dilampirkan pada Visum et Repertum dengan judul "keterangan yang diperoleh dari korban".
Dalam mengambil anamnesis, dokter meminta pada korban untuk menceritakan segala sesuatu tentang kejadian
yang dialaminya dan sebaiknya terarah. Anamnesis terdiri dari bagian yang bersifat umum dan khusus.
Anamnesis umum
Anamnesis umum meliputi pengumpulan data tentang umur, tanggal dan tempat lahir, status perkawinan,
siklus haid, untuk anak yang tidak diketahui umurnya, penyakit kelamin dan penyakit kandungan serta
adanya penyakit lain: epilepsi, katalepsi, syncope. Cari tahu pula apakah pernah bersetubuh? Persetubuhan
yang terakhir? Apakah menggunakan kondom?

Anamnesis khusus
Hal khusus yang perlu diketahui adalah waktu kejadian; tanggal dan jam. Bila waktu antara kejadian dan
pelaporan kepada yang berwajib berselang beberapa hari/minggu, dapat diperkirakan bahwa peristiwa itu
bukan peristiwa perkosaan, tetapi persetubuhan yang pada dasarnya tidak disetujui oleh wanita yang
bersangkutan.
Karena berbagai alasan, misalnya perempuan itu merasa tertipu, cemas akan menjadi hamil atau
selang beberapa hari baru diketahui oleh ayah/ibu dan karena ketakutan mengaku bahwa ia telah disetubuhi
dengan paksa. Jika korban benar telah diperkosa biasanya akan segera melapor. Tetapi saat pelaporan yang
terlambat mungkin juga disebabkan karena korban diancam untuk tidak melapor kepada polisi. Dari data ini
dokter dapat mengerti mengapa ia tidak dapat menemukan lagi spermatozoa, atau tanda-tanda lain dari
persetubuhan.

2
Tanyakan pula di mana tempat terjadinya. Sebagai petunjuk dalam pencarian trace evidence yang
berasal dari tempat kejadian, misalnya rumput, tanah dan sebagainya yang mungkin melekat pada pakaian
atau tubuh korban. Sebaliknya petugas pun dapat men-getahui di mana harus mencari trace evidence' yang
ditinggalkan oleh korban/pelaku.
Perlu diketahui apakah korban melawan. Jika korban melawan maka pada pakaian mungkin
ditemukan robekan, pada tubuh korban mungkin ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan dan pada alat
kelamin mungkin terdapat bekas perlawanan. Kerokan kuku mungkin menunjukkan adanya sel-sel epitel
kulit dan darah yang berasal dari pemerkosa/penyerang.
Cari tahu apakah korban pingsan. Ada kemungkinan korban menjadi pingsan karena ketakutan tetapi
mungkin juga korban dibuat pingsan oleh laki-laki pelaku dengan pemberian obat tidur atau obat bius. Dalam
hal ini jangan lupa untuk mengambil urin dan darah untuk pemeriksaan toksikologik.
Tanyakan apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi, apakah se-telah kejadian, korban mencuci, mandi dan
mengganti pakaian.

2. Pemeriksaan pakaian
Pemeriksaan pakaian perlu dilakukan dengan teliti. Pakaian diteliti helai demi helai, apakah terdapat: Robekan
lama atau baru sepanjang jahitan atau melintang pada pakaian, Kancing terputus akibat tarikan, Bercak darah,
air mani, lumpur dsb. yang berasal dari tempat kejadian.
Catat apakah pakaian dalam keadaan rapi atau tidak, benda-benda yang melekat dan pakaian yang mengandung
trace evidence dikirim ke laboratorium kriminologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

3. Pemeriksaan umum tubuh korban


Lukiskan penampilannya (rambut dan wajah), rapi atau kusut, keadaan emosional, tenang atau sedih/gelisah
dsb. Adakah tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran atau diberikan obat tidur/bius, apakah ada needle
marks. Bila ada indikasi jangan lupa untuk ambil urin dan darah.
Adakah tanda-tanda bekas kekerasan, memar atau luka lecet pada daerah mulut, leher, pergelangan tangan,
lengan, paha bagian am dan pinggang.
Dicatat pula tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, refleks cahaya, pupil pinpoint, tinggi dan
berat badan, tekanan darah, keadaan jantung, paru, dan abdomen.
Adakah trace evidence yang melekat pada tubuh korban.

4. Pemeriksaan bagian khusus (daerah genitalia)

3
Ada tidaknya rambut kemaluan yang saling melekat menjadi satu karena air mani yang mengering, gunting
untuk pemeriksaan laboratorium.
Cari bercak air mani di sekitar alat kelamin, kerok dengan sisi tumpul skalpel atau 'swab' dengan kapas lidi
yang dibasahi dengan larutan garam fisiologis.
Pada vulva, teliti adanya tanda-tanda bekas kekerasan, seperti hiperemi, edema, memar dan luka lecet
(goresan kuku). Introitus vagina apakah hiperemi/edema? Dengan kapas lidi diambil bahan untuk
pemeriksaan sperma dari vestibulum.
Periksa jenis selaput dara, adakah ruptur atau tidak. Bila ada, tentukan ruptur baru atau lama dan catat lokasi
ruptur tersebut, teliti apakah sampai ke insertio atau tidak. Tentukan besar orifisium, sebesar ujung jari
kelingking, jari telunjuk atau 2 jari. Sebagai gan-tinya boleh juga ditentukan ukuran lingkaran orifisium,
dengan cara ujung kelingking atau telunjuk dimasukkan dengan hati-hati ke dalam orifisium sampai terasa
tepi selaput dara menjepit ujung jari, beri tanda pada sarung tangan dan lingkaran pada titik itu diukur.
Ukuran pada seorang perawan kira-kira 2,5 cm. Lingkaran yang memungkinkan persetubuhan dapat terjadi
menurut Voight adalah minimal 9 cm. Harus diingat bahwa persetubuhan tidak selalu disertai dengan
deflorasi. Pada ruptur lama, robekan menjalar sampai ke insertio disertai adanya parut pada jaringan di
bawahnya. Ruptur yang tidak sampai ke insertio, bila sudah sembuh tidak dapat dikenal lagi.
Periksa pula apakah frenulum labiorum pudendi dan commisurra labiorum posterior utuh atau tidak.
Periksa vagina dan serviks dengan spekulum, bila keadaan alat genital mengijinkan. Adakah tanda penyakit
kelamin.

Pemeriksaan Laboratorium
Lakukan pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium. Untuk pemeriksaan cairan mani dan sel mani
dalam lendir vagina, lakukan dengan mengambil lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose
batang gelas, atau swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum.
Pada anak-anak atau bila selaput dara utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi dari vestibulum saja.
Pemeriksaan terhadap kuman N. gonorrhoea: dari sekret urether (urut dengan jari) dan dipulas dengan
Pewarnaan Gram.
Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-l, III, V dan VII. Jika pada pemeriksaan didapatkan N. gonorrhoea
berarti terbukti adanya kon-tak seksual dengan seseorang penderita, bila pada pria tertuduh juga ditemukan N.
gonorrhoea, ini merupakan petunjuk yang cukup kuat. Jika terdapat ulkus, sekret perlu diambil untuk pemeriksaan
serologik atau bakteriologik.
Pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan toksikologik terhadap urin dan darah juga dilakukan bila ada indikasi.

Pemeriksaan Pria Tersangka

4
Pemeriksaan pria tersangka dapat dilakukan terhadap pakaian, catat adanya bercak semen, darah dsb. Bercak
semen tidak mempunyai arti dalam pembuktian sehingga tidak perlu ditentukan. Darah mempunyai nilai karena
kemungkian berasal dari darah deflorasi. Di sini penentuan golongan darah penting untuk dilakukan. Mungkin dapat
ditemukan tanda bekas kekerasan: akibat perlawanan oleh korban. Untuk mengetahui apakah seorang pria baru
melakukan persetubuhan, dapat dilakukan pemeriksaan ada tidak-nya sel epitel vagina pada glans penis.

Pemeriksaan terhadap sel epitel vagina pada glans penis dapat dilakukan dengan menekankan kaca obyek
pada glans penis, daerah korona atau frenulum, kemudian diletakkan terbalik di atas cawan yang berisi larutan lugol.
Uap yodium akan mewarnai lapisan pada kaca obyek tersebut. Sitoplasma sel epitel vagina akan berwar-na coklat
tua karena mengandung glikogen. Warna coklat tadi cepat hilang namun dengan meletakkan kembali sediaan di atas
cairan lugol maka warna coklat akan kembali lagi. Pada sediaan ini dapat pula ditemukan adanya spermatozoa tetapi
tidak mempunyai arti apa-apa. Perlu pula dilakukan pemeriksaan sekret uretra untuk menentukan adanya penyakit
kelamin.
Trace Evidence pada pakaian yang dipakai ketika terjadi persetubuhan harus diperiksa. Bila fasilitas untuk
pemeriksaan tidak ada, kirim ke laboratorium forensik di Kepolisian atau bagian llmu Kedokteran Forensik,
dibungkus, segel serta membuat berita acara pembungkusan dan penyegelan.
Rambut dan barang bukti lain yang ditemukan diperlakukan serupa. Jika dokter menemukan rambut
kemaluan yang lepas, ia harus mengambil beberapa helai rambut kemaluan dari wanita dan laki-laki sebagai bahan
pembanding (matching).

Pemeriksaan Cairan Mani (Semen)


Cairan mani merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau khas. Cairan mani
pada saat ejakulasi kental kemudian akibat enzim proteolitik menjadi cair dalam waktu yang singkat (10-20 menit).
Dalam keadaan normal, volume cairan mani 3-5 ml pada 1 kali ejakulasi dengan pH 7.2 -7.6. Cairan mani
mengandung spermatozoa, sel-sel epitel dan sel-sel lain yang ter-suspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal
yang mengandung spermin dan beberapa enzim seperti Fosfatase asam. Spermatozoa mempunyai bentuk khas untuk
spesies tertentu dengan jumlah yang bervariasi, biasanya antara 60 sampai 120 juta per ml.

Penentuan spermatozoa (mikroskopis)


Tanpa pewarnaan
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat spermatozoa yang bergerak. Pemeriksaan motilitas
sprmatozoa ini paling bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya persetubuhan. Umumnya disepakati
bahwa dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina.
Haid akan memperpanjang waktu ini menjadi 3-4 jam. Setelah itu spermatozoa tidak bergerak lagi dan akhirnya
ekornya akan menghilang (Itsis), sehingga harus dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan.
5
Cara pemeriksaan : satu tetes lendir vagina diletakkan pada kaca obyek, dilihat dengan pembesaran 500 x serta
kon-densor diturun kan. Perhatikan pergerakan sperma.

Menurut Voight, sperma masih bergerak kira-kira 4 jam pasca-persetubuhan. Menurut Gonzales, sperma
masih bergerak 30-60 menit pasca-persetubuhan. Menurut Ponzold kurang dari 5 jam pas-capersetubuhan, tetapi
kadang-kadang bila ovulasi atau terdapat sekret serviks, dapat bertahan sampai 20 jam.
Menurut Nickols, sperma masih dapat ditemukan 5-6 hari pasca persetubuhan walaupun setelah 3 hari
hanya tinggal beberapa saja. Menurut Voight, 66 jam pasca-persetubuhan sedangkan menurut Davies & Wilson,
30 jam. Pada orang yang mati setelah persetubuhan, sperma masih dapat ditemukan sampai 2 minggu
pasca-persetubuhan, bahkan mungkin lebih lama lagi.
Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih dapat ditemukan sampai 3
hari pasca-persetubuhan, kadang - kadang sampai 6 hari pasca-persetubuhan.
Bila sperma tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ada ejakulat mengingat kemungkinan
azoospermia atau pasca ektomi sehingga perlu dilakukan penentuan cairan mani dalam cairan vagina.

Dengan pewarnaan
Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala api. Pulas dengan
HE, Methy lene Blue atau Malachite green.
Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah dengan pulasan malachite green
dengan prosedur sebagai berikut:
Warnai dengan larutan Malachite Green 1% selama 10 - 15 menit, lalu cuci dengan air mengalir dan setelah itu
lakukan counter stain dengan larutan Eosin Yellowish 1% selama 1 menit, terakhir cuci lagi dengan air.
Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan lekosit tidak terdiferensiasi, sel epitel berwama merah
muda merata dan lekosit tidak terwarnai. Kepala sperma tampak merah dan lehernya merah muda, ekornya
berwarna hijau.

Untuk membuktikan adanya cairan mani dalam sekret vagina, perlu dideteksi adanya zat-zat yang banyak
terdapat dalam cairan mani dengan pemeriksaan laboratorium berikut:
Reaksi fosfatase asam
Dasar reaksi adalah adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang dihasilkan oleh kelenjar
prostat. Aktifitas enzim fosfatase asam rata-rata adalah sebesar 2500 U.KA(Kaye). Dalam sekret vagina
setelah 3 hari abstinensi seksualis ditemukan aktifitas 0-6 Unit (Risfeld).
Dengan menentukan secara kuantitatif aktifitas fosfatase asam per 2 cm2 bercak, dapat ditentukan
apakah bercak tersebut adalah bercak mani atau bukan. Aktifitas 25 U K.A. per 1 cc ekstrak yang
diperoleh dari 1 cm bercak dianggap spesifik sebagai bercak mani.

6
Reagens untuk pemeriksaan ini adalah :
Larutan A :
1. Brentamin Fast Blue B: 1 g
2. Natrium acetat trihyrate: 20 g
3. Glacial acetat acid: 10 ml
4. Aquadest: 100 ml
(2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga dengan pH 5, kemudian (1)
dilarutkan dalam larutan penyangga tersebut.
Larutan B :
Natrium-alfa-naphtyl phosphate 800 mg
Aquadest 10 ml
89 ml Larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu disaring cepat ke dalam botol yang berwarna gelap. Jika
disimpan di le-mari es reagen ini dapat bertahan berminggu - minggu dan adanya endapan tidak akan
mengganggu reaksi.
Prinsip: enzim fosfatase asam menghidrolisis Na-alfa naftil fosfat; alfa-naftol yang telah dibebaskan
akan bereaksi dengan brentamine menghasilkan zat warna azo yang berwarna biru ungu.
Cara pemeriksaan: Bahan yang dicungai ditempelkan pada kertas saring yang telah terlebih dahulu
dibasahi dengan akuades selama beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat dan disemprot
dengan reagens. Ditentukan waktu reaksi dari saat penyenprotan sampai timbul warna ungu.
Perlu diperhatikan bahwa intensitas warna maksimal tercapai secara berangsur-angsur dan test ini tidak
spesifik. Hasil positip semu dapat terjadi dengan feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-
tumbuhan.

Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberi warna dengan serentak dengan intensitasnya
tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim fosfatase, memberikan intensitas warna secara
berangsur-angsur.
Menurut Davies & Wilson, bila waktu reaksi 30 detik, merupakan indikasi yang baik untuk
adanya cairan mani. Bila 30-65 detik, indikasi sedang, dan masih periu dikuat-kan dengan pemeriksaan
elektroforesis.
Bila > 65 detik, belum dapat mennyatakan sepenuhnya tidak terdapatnya cairan mani, karena
pernah ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi spermatozoa positif. Enzim fosfatase asam yang
terdapat di dalam vagina memberikan waktu reaksi rata-rata 90-100 detik. Kehamilan, adanya bakteri-
bakteri dan fungi dapat mempercepat waktu reaksi.
Untuk membedakan fosfatasa asam seminal dari fosfatasa asam lain dapat dilakukan
pemeriksaan berikut:
Inhibisi dengan I (-)tartrat (Sivaram)
7
Untuk membedakan bercak mani dari bercak lain dapat digunakan l(-)tartrat yang menghambat aktifitas
enzim fosfatase asam dalam semen.
Dipergunakan 2 macam reagens yang mengandung Na-alfa naftil fosfat dan Brentamine Fast Blue Salt.
Reagens I: merupakan larutan kedua zat di atas dalam larutan penyangga sitrat dengan pH 4,9.
Reagens II: terdiri dari 9 bagian larutan sitrat (pH 4.9) dan 1 bagian larutan 0,4 M l(+)asam tartrat
dengan pH 4,9.
Cara pemeriksaan: Lakukan ekstraksi sepotong kecil bercak dengan beberapa tetes aquadest. Ekstrak
diteteskan pada 2 helai kertas saring Whatman no.1, masing-masing 1 tetes dan ditandai dengan pensil,
biarkan mengering. Kertas saring pertama disemprot dengan reagens I dan yang lain dengan reagens II.
Interpretasi: apabila bercak ekstrak yang disemprot dengan reagens I berwarna ungu, sedangkandengan
reagens II tak timbul warna, maka dapat dipastikan bahwa dalam ekstrak terdapat mani.
Bila warna ungu dengan intensitas yang sama timbul pada kedua kertas tadi, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat aktifitas fosfatase asam yang bukan berasal dari mani.

Cara elektro-imunodifusi (Baxter)


Serum anti mani manusia (anti human semen serum), selain spesifik untuk antigen manusia, juga
mengandung zat anti terhadap fosfatase asam.
Bila serum ditambahkan dengan air mani akan terbentuk kompleks enzim-antibodi yang masih memiliki
sifat enzimatik dan dspat diperlihatkan dengan reaksi fosfatase asam.
Medium yang digunakan adalah lempeng agar yang mengandung serum anti mani manusia dalam
konsentrasi kecil (1%).
Setelah dilakukan elektroforesis, lempeng agar dikem-bangkan dalam reagens fosfatase asam.
Pada fosfatase seminal, tampak puncak presipitin ke arah anoda, sedangkan pada fosfatase vaginal,
puncak presipitin ke arah katoda.
Cara ini adaiah satu-satunya cara untuk menentukan dengan pasti adanya mani manusia pada keadaan
azoospermia. Dengan cara ini, Baxter dapat menentukan adanya semen di dalam vagina sampai 4 hari
pasca persetubuhan.

Elektroforetik (Adam & Wraxall)


Cara ini menggunakan lempeng akrilamid dan dikembang-kan dengan bufer (pH 3), dilihat di bawah
sinar ultra violet.
Hasil : fosfatase asam seminal bergerak sejauh 4 cm, sedangkan fosfatase asam vaginal bergerak sejauh
3 cm.

Reaksi Florence
Dasar reaksi adalah untuk menentukan adanya kholin
8
Reagens : larutan lugol yang dapat dibuat dari:
o Kalium yodida 1,5 g
o Yodium 2,5 g
o Akuades 30 ml.
Cara pemeriksaan: bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak diletakkan pada kaca
obyek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet di bawah kaca
penutup.
Bila terdapat mani, tampak kristal kholin-peryodida berwar-na coklat, berbentuk jarum dengan ujung
sering terbelah.
Tes ini tidak khas untuk cairan mani karena ekstrak jaringan berbagai organ, putih telur dan ekstrak
serangga akan memberikan kristal serupa. Sekret vagina kadang-kadang memberikan hasil positif.
Sebaliknya bila cairan mani belum cukup berdegradasi, maka hasiinya mungkin negatip.
Reaksi ini dilakukan biia terdapat azoospermi dan cara lain untuk menentukan semen tidak dapat
dilakukan.

Reaksi Berberio
Dasar reaksi adalah untuk menentukan adanya spermin dalam semen.
Reagens : larutan asam pikrat jenuh.
Cara pemeriksaan: sama seperti pada reaksi Florence.
Hasil positif memperlihatkan adanya kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum
dengan ujung tumpul, dan kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal. Kristal
mungkin pula berbentuk ovoid. Reaksi tersebut mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditemukan
spermatozoa.
Penentuan adanya spermin dapat pula dengan tes Puranen yang khas untuk cairan mani. tetapi mungkin
terjadi hasii negatip semu dan reaksinya leb'h lambat dibandingkan dengan tes Berbeerlo. reagen adalah
larutan 5 g naphothol S yellow dalam 100 cc aquadest.
Cara pemeriksaan : Seperti tes Florence, tunggu kira-kira 1 jam, hasilnya positip terlihat kristal-kristal
spermin flavinat berwarna kuning.

Penentuan golongan darah ABO pada cairan mani.


Penentuan golongan darah ABO pada semen golongan sekretor dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi.
Hanya untuk golongan sekretor saja dapat ditentukan golongan darah dalam semen.
Pada individu yang termasuk golongan sekretor, dapat ditemukan subtansi golongan darah dalam cairan
tubuhnya seperti air liur, sekret vagina, cairan mani dan lain-lain. Ternyata subtansi golongan darah dalam cairan
mani jauh lebih banyak dari pada dalam air liur (2-100 kali).

9
Pada golongan bukan sekretor (non-sekretor), tidak ditemukan adanya subtansi tersebut dalam cairan
tubuhnya.
Kira-kira 80% individu termasuk dalam golongan sekretor, dan 20% golongan non-sekretor. Untuk
mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai subtansi golongan darah dalam bahan pemeriksaan yang berasal dari
foniks oosterior vagina, lihatlah tabel di bawah ini.
Golongan darah si wanita
O A B AB
Substansi "sendiri" H A B A+B
dalam sekrit vagina
A+H B+H
Substansi "asing" A B A H*
dalam sekrit vagina
B H* H* A+H
AB
H* ; hanya H.

Jika dari sekrit vagina wanita golongan 0, ditemukan subtansi A dan H atau B dan H, berarti terdapat sublansi
"sendiri" bersama dengan subtansi "asing". Jika ditemukan subtansi A atau B atau A dan B, berarti pada sekrit vagina
tersebut terdapat subtansi "asing". Adanya subtansi "asing" menunjukkan bahwa di dalam vagina wanita tersebut
terdapat cairan mani.

Pemeriksaan bercak mani pada pakaian


Visual, Bercak mani berbatas tegas dan lebih gelap dari sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna agak
kekuning-kuningan. Pada bahan sutera/nylon batasnya sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap dari sekitarnya.
Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak yang segar akan menunjukkan permukaan mengkilat dan translusen,
kemudian akan mengering. Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna kuning sampai coklat. Pada tekstil
yang menyerap, bercak yang segar tidak berwama atau bertepi kelabu yang berangsur-berangsur akan berwama
kuning sampai coklat dalam waktu 1 bulan.

Di bawah Sinar ultra violet, bercak semen menunjukkan fluoresensi putih. Hasil pemeriksaan ini kurang
memuaskan untuk bercak pada sutera buatan atau nylon karena mungkin tidak memberi tluoresensi. Fluoresensi
terlihat jelas pada bercak mani yang melekat di bahan tekstil yang terbuat dari serabut katun. Bahan makanan,
urin, sekret vagina dan serbuk detergen yang tersisa pada pakaian sering menunjukkan fluoresensi juga.

10
Secara taktil (perabaan) bercak mani teraba memberi kesan kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap,
bila tidak teraba kaku, kita masih dapat mengenalinya karena permukaan bercak akan teraba kasar.

Dapat pula dilakukan uji pewarnaan Baecchi


Reagens Baecchi dibuat dari:
Asam fukhsin 1 % 1 ml
Biru metilena 1 % 1 ml
Asam klorida 1 % 40 ml.
Bercak yang dicurigai, digunting sebesar 5 mm x 5 mm, pada bagian pusat bercak. Bahan dipulas dengan reagens
Baecchi selama 2-5 menit, dicuci dalam HC11 % dan dilakukan dehidrasi berturut-turut dalam alkohol 70%,
80% dan 95-100% (absolut), lalu dijernihkan dalam xylol (2x). Kemudian keringkan di antara kertas saring.
Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, letakkan pada gelas obyek dan diuraikan sampai serabut-serabut saling
terpisah. Tutup dengan gelas tutup dan balsem Kanada, periksa dengan mikroskop pembesaran 400 x. Serabut
pakaian tidak meng-ambil warna, spermatozoa dengan kepala berwama merah dan ekor berwama merah muda
terlihat banyak menempel pada serabut benang.

Skrining dapat dilakukan dengan Reagens Fosfatase Asam.


Sehelai kertas saring yang telah dibasahi dengan akuades ditem pelkan pada bercak yang dicurigai selama 5 10
menit. Keringkan lalu semprot dengan reagens. Bila terlihat bercak berwama ungu, kertas saring diletakkan
kembali pada pakaian sesuai dengan letaknya semula. Dengan demikian letak bercak pada kain dapat diketahui.
Reaksi Fosfatase Asam dan Florence dilakukan bila pada pemeriksaan tidak dapat ditemukan sel spermatozoa.

Pemeriksaan Pria Tersangka


Untuk membuktikan bahwa seorang pria baru saja melakukan persetubuhan dengan seorang wanita, dapat
dilakukan peme riksaan labora torium sebagai berikut:
Cara Lugol.
Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada bagian kolum, korona serta frenulum.
Kemudian letakkan dengan spesimen men-ghadap ke bawah di atas tempat yang berisi larutan Lugol dengan tujuan
agar uap yodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasil positip akan menunjukkan sel-sel epitel vagina dengan
sitoplasma berwama coklat karena mengan-dung banyak glikogen.
Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan adanya kromatin seks (Barr bodies)
pada inti. Dengan pembesaran besar, perhatikan inti sel epitel yang ditemukan dan cari Ban bodies. Ciri-cirinya
adalah menempel erat pada permukaan membran inti dengan diameter kira-kira 1 u yang berbatas jelas dengan tepi
tajam dan terietak pada satu dataran fokus dengan inti.
Dengan sendirinya bila persetubuhan tersebut telah ber-langsung lama atau telah dilakukan pencucian pada alat
kelamin pria, maka pemeriksaan tersebut di atas tidak akan berguna lagi.1
11
Aspek Hukum
KUHP pasal 284
1. Dihukum dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan: 1a. seorang pria yang telah kawin, yang melakukan
gendak (overspel), padahal diketahui bahwa pasal 27 BW (Burgerlyk Wetboek) berlaku baginya.
1b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui bahwa pasal 27 BW (Burgerlyk
Wetboek) berlaku baginya.
2a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah
telah kawin;
2b. seorang wanita yang belum kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya
bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.
2. Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka
berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan untuk bercerai atau pisah-
meja dan ranjang karena alasan itu juga.
3. Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
4. Pengaduan dapat ditarik kembali seiama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai.
5. Jika bagi suami-istri itu berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan
karena perce raian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.
BW pasal 27
Dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai satu orang perempuan sebagai isterinya,
seorang perempuan hanya satu orang laki sebagai suaminya.

KUHP 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pada tindak pidana di atas perlu dibuktikan telah terjadi per-setubuhan dan telah terjadi paksaan dengan
kekerasan atau dengan ancaman kekerasan. Dokter dapat menentukan apakah persetu-buhan telah terjadi atau tidak,
dan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan. Tetapi ia tidak dapat menentukan apakah terdapat unsur paksaan pada
tindak pidana ini.
Ditemukannya tanda kekerasan pada tubuh korban tidak selalu merupakan akibat paksaan, mungkin juga
disebabkan oleh hal-hal lain yang tak ada hubungannya dengan paksaan. Demikian pula jika dokter tidak menemukan
tanda kekerasan, maka hal itu belum merupakan bukti bahwa paksaan tidak terjadi. Pada hakekatnya dokter tak dapat
menentukan unsur paksaan yang terdapat pada tindak pidana perkosaan; sehingga ia juga tidak mungkin menentukan
apakah perkosaan telah terjadi.

12
Yang berwenang untuk menentukan hal tersebut adalah hakim, karena perkosaan adaiah pengertian hukum
bukan istilah Medis, sehingga dokter jangan menggunakan istilah perkosaan dalam m et Repertum.

Dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum hanya dituliskan (1) ada tidaknya tanda persetubuhan dan (2)
ada tidaknya tanda kekerasan, serta jenis kekerasan yang menyebabkannya.

KUHP pasal 286


Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam
keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pada tindak pidana di atas harus terbukti bahwa perempuan berada dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya
ketika terjadi persetubuhan. Dokter harus mencatat dalam anamnesa apakah korban sadar ketika terjadi
persetubuhan, adakah penyakit yang diderita korban yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan korban pingsan atau
tidak berdaya, misalnya epilepsi, katalepsi, syncope dsb. Jika korban mengatakan ia menjadi pingsan, maka perlu
diketahui bagaimana terjadinya keadaan pingsan itu, apakah terjadi setelah korban diberi minuman atau makanan.
Pada pemeriksaan perlu diperhatikan apakah korban menun-jukkan tanda-tanda bekas hilang kesadaran, atau
tanda-tanda telah berada di bawah pengaruh alkohol, hipnotik atau narkotik. Apabila ada petunjuk bahwa alkohol,
hipnotik atau narkotik telah diper-gunakan, maka dokter perlu mengambil urin dan darah untuk pemeriksaan
toksikologik.
Jika terbukti bahwa si terdakwa telah sengaja membuat wanita itu pingsan atau tak berdaya, ia dapat dituntut
telah melakukan tindak pidana perkosaan, karena dengan membuat wanita itu pingsan atau tidak ber daya ia telah
melakukan kekerasan.

KUHP pasal 89
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.

KUHP pasal 287


(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya
untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita itu belum sampai dua belas tahun atau
jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasai 294.

Tindak pidana ini merupakan persetubuhan dengan wanita yang menurut Undang-Undang belum cukup
umur. Jika umur korban belum cukup 15 tahun tetapi sudah di atas 12 tahun, penuntutan baru dilakukan bila ada

13
pengaduan dari yang bersangkutan. Jadi dengan keadaan itu persetubuhan tersebut merupakan delik aduan, bila tidak
ada pe-ngaduan, tidak ada penuntutan.
Tetapi keadaan akan berbeda jika:
a. Umur korban belum cukup 12 tahun; atau
b. Korban yang belum cukup 15 tahun itu menderita luka berat atau mati akibat perbuatan itu (KUHP ps. 291);
atau
c. Korban yang belum cukup 15 tahun itu adalah anaknya, anak tirinya, muridnya, anak yang berada dibawah
pengawasannya, bujangnya atau bawahannya (ps 294).

Dalam keadaan di atas, penuntutan dapat dilakukan, walaupun tidak ada pengaduan karena bukan lagi
merupakan delik aduan.

Pada pemeriksaan akan diketahui umur korban. Jika tidak ada akte kelahiran maka umur korban yang pasti
tak diketahui. Dokter perlu menyimpulkan apakah wajah dan bentuk badan korban sesuai dengan umur yang
dikatakannya.

Keadaan perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan perlu dikemukakan. Ditentukan
apakah gigi geraham belakang ke-2 (molar ke-2) sudah tumbuh (terjadi pada umur kira-kira 12 tahun, sedangkan
molar ke-3 akan muncul pada usia 17-21 tahun atau lebih). Juga harus ditanyakan apakah korban sudah pernah
mendapat haid bila umur korban tidak diketahui.

Kalau korban menyatakan belum pernah haid, maka penentuan ada/tidaknya ovulasi masih diperlukan.
Muller menganjurkan agar dilakukan observasi seiama 8 minggu di rumah sakit untuk menentukan adakah seiama
itu ia mendapat haid. Kini untuk menentukan apakah seorang wanita sudah pernah mengalami ovulasi atau belum,
dapat dilakukan pemeriksaan 'vaginal smear'.
Hal di atas perlu diperhatikan mengingat bunyi kalimat: pada-hal diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa wanita itu umurnya belum lima belas tahun dan kalau umurnya tidak jelas bahwa belum waktunya
untuk dikawin. Perempuan yang belum pernah haid dianggap sebagai belum patut dikawin.
KUHP pasal 291
(1) Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 288 dan 290 itu berakibat luka berat,
dijatuhkan hukuman penjara se-lama-lamanya 12 tahun.
(2) Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan daiam ps 285, 286, 287, 289 dan 290 itu berakibat matinya orang
dijatuh-kan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun.

KUHP pasal 294

14
Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya atau anak piaraannya, anak yang
dibawah pengawasannya, orang dibawah umur yang diserahkan kepa-danya untuk dipelihara, dididiknya atau
dijaganya, atau bujangnya atau orang yang dibawah umur, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 7
tahun.

Dengan itu dihukum juga :


1. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dibawahnya/orang yang
dipercayakan/diserahkan kepadanya untuk dijaga.
2. Pengurus, dokter, guru, pejabat, pengurus atau bujang di penjara, ditempat bekerja kepunyaan negeri, tempat
pen-didikan, rumah piatu, R.S. gila atau lembaga semua yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang
dimasuk-kan disitu.

Yang perlu diperhatikan sebelum pemeriksaan:


Setiap pemeriksaan untuk pengadiian harus berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang.
Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban me-rupakan benda bukti. Kalau korban datang sendiri
dengan membawa surat permintaan dari polisi, jangan diperiksa, suruh korban kembali kepada polisi.
Setiap Visum et Retertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh korban pada waktu
permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter.
Bila dokter telah memeriksa seorang korban yang datang di rumah sakit, atau di tempat praktek atas inisiatif
sendiri, bukan atas permintaan polisi, dan beberapa waktu kemu-dian polisi mengajukan permintaan dibuatkan
Visum et Repertum, maka ia harus menolak, karena segala sesuatu yang diketahui dokter tentang diri korban
sebelum ada permintaan untuk dibuatkan Visum et Repertum merupakan rahasia kedokteran yang wajib
disimpannya (KUHP ps. 322). Dalam keadaan seperti itu dokter dapat meminta kepada polisi supaya korban
dibawa kembali kepadanya dan Visum et Repertum dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan pada waktu
permintaan diajukan. Hasil pemeriksaan yang lalu tidak diberikan dalam bentuk Visum et Repertum, tetapi
dalam bentuk surat keterangan.
Hasil pemeriksaan sebelum diterimanya surat permintaan pemeriksaan dilakukan terhadap pasien dan bukan
sebagai corpus dilicti (benda bukti).
Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada kor-ban sendiri atau jika korban adalah seorang anak, dari
orang tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan
hasil pemeriksaan akan disampaikan ke pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan dilakukan
atas permintaan polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan tidak menolaknya. Selain itu
bagian yang akan diperiksa merupakan the most private part dari tubuh seorang wanita.
Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa korban.
Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama.

15
Hindarkan korban dari menunggu dengan perasaan was-was dan cemas di kamar periksa. Apalagi bila korban
adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus dicatat, jangan tergantung pada ingatan semata.
Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya Visum et Repertum perkara cepat dapat dis-
elesaikan. Seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan dari tahanan, bila ternyata ia tidak bersalah.
Kadang-kadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang ibu/ayah untuk memeriksa anak pe-
rempuannya, karena ia merasa sangsi apakah anaknya masih perawan, atau karena ia merasa curiga kalau-kalau
atas diri anaknya baru terjadi persetubuhan.

Dalam hal ini sebaiknya ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar ingin mengetahui saja,
atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. Bila dimaksud-kan akan melakukan penuntutan maka sebaiknya
dokter jangan memeriksa anak itu. Katakan bahwa pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi
dan biasanya dilakukan di rumah sakit. Mungkin ada baiknya dokter memberikan penerangan pada ibu/ayah itu,
bahwa jika umur anaknya sudah 15 tahun, dan jika pesetubuhan terjadi tidak dengan paksaan maka menurut
undang-un-dang, laki-laki yang bersangkutan tidak dapat dituntut. Pen-gaduan mungkin hanya akan merugikan
anaknya saja. Lebih baik lagi jika orang tua itu dianjurkan untuk minta nasehat dari seorang pengacara.

Jika orang tua hanya sekedar ingin mengetahui saja maka dokter dapat melakukan pemeriksaan. Tetapi
jelaskan lebih dahulu bahwa hasii pemeriksaan tidak akan dibuat dalam bentuk surat keterangan, karena kita
tidak mengetahui untuk apa surat keterangan itu. Mungkin untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh
seseorang yang tidak ber-salah. Dalam keadaan demikian umumnya anak tidak mau diperiksa, sebaliknya orang
tua malah mendesaknya. Sebaiknya dokter meminta izin tertulis untuk memeriksa dan memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada orang tuanya.

Aspek Medikolegal
Prosedur medikolegal yaitu tata cara prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan dengan
pelayanan kedokteran untuk kepentingan umum. Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada
peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter
dan etika kedokteran.
Lingkup prosedur medikolegal antara lain
1. Pengadaan Visum et Repertum
2. Pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka
3. Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan ahli di dalam
persidangan
4. Kaitan Visum et Repertum dengan rahasia kedokteran
5. Penerbitan surat keterangan kematian dan surat keterangan medik
6. Fitness/kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik
16
Kewajiban dokter untuk membuat keterangan ahli telah diatur dalam pasal 133 KUHAP. Keterangan ahli ini
akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan (pasal 184 KUHAP).
a. Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli adalah penyidik.
Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang tersebut sesuai dengan pasal 11 KUHAP.
b. Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik yang menyangkut tubuh
manuasia dan membuat keterangan ahli adalah dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik), dokter dan ahli
lainnya. Sedangkan dalam penjelasan KUHAP tentang pasal tersebut dikatakan bahwa yang dibuat oleh dokter
ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran
kehakiman disebut keterangan.
Secara garis besar, semua dokter yang telah mempunyai surat penugasan atau surat izin dokter dapat membuat
keterangan ahli. Namun untuk tertib administrasinya, maka sebaiknya permintaan keterangan ahli ini hanya
diajukan kepada dokter yang bekerja pada suatu instansi kesehatan (puskesmas hingga rumah sakit) atau instansi
khusus untuk itu, terutama yang milik pemerintah.
c. Prosedur permintaan keterangan ahli
Permintaan keterangan ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis dan hal ini secara tegas telah diatur
dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati. Jenasah harus diperlakukan dengan baik, diberi
label identitas dan penyidik wajib memberitahukan dan menjelaskan kepada keluarga korban mengenai
pemeriksaan yang akan dilaksanakan. Mereka yang menghalangi pemeriksaan jenasah untuk kepentingan
peradilan diancam hukuman sesuai dengan pasal 222 KUHP.
d. Penggunaan keterangan ahli
Penggunaan keterangan ahli atau dalam hal ini visum et repertum adlaah hanya untuk keperluan peradilan.
Dengan demikian berkas keterangan ahli ini hanya boleh diserahkan kepada penyidik (instansi) yang
memintanya. Keluarga korban atau pengacaranya dan pembela tersangka pelaku pidana tidak dapat meminta
keterangan ahli langsung kepada dokter pemeriksa, melainkan harus melalui aparat peradilan (penyidik, jaksa
atau hakim). Berkas keterangan hali ini tidak dapat digunakan untuk penyelesaian klaim asuransi. Bila
dioerlukan keterangan, pihak asuransi dapat meminta kepada dokter keterangan yang khusus untuk hal tersebut,
dengan memperhatikan ketentuan tentang wajib simpan rahasia jabatan.
I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan
o Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli
lainnya.
17
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang
dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang
memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau
bagian lain badan mayat.
o Pasal 134 KUHAP
1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi
dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan
tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu
diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
o Pasal 135 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan
menurul ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat (2) dan Pasal 134 ayat (1) undang-
undang ini.
o Pasal 179 KUHAP
1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan
ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan
yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

II. Hak Menolak Menjadi Saksi / Ahli


o Pasal 120 KUHAP
1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki
keahlian khusus.
2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan memberi
keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat
serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak
untuk memberikan keterangan yang diminta.
o Pasal 168 KUHAP

18
Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapat
mengundurkan diri sebagai saksi:
a) Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari
terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;
b) Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak,
juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai
derajat ketiga;
c) Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.
o Pasal 170 KUHAP
1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia,
dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal
yang dipercayakan kepada mereka.
2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.

III. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya


o Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya.
o Pasal 184 KUHAP
1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk ;
e. Keterangan terdakwa.
2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

o Pasal 185 KUHAP


1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.
2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap
perbuatan yang didakwakan kepadanya.
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alat
bukti yang sah lainnya.
4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri-sendiri tentang suatu kejadian atau suatu keadaan dapat
digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu
19
dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau
keadaan tertentu.
5) Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan
keterangan saksi.
6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, Hakim harus dengan sungguh-sungguh
memperhatikan:
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi
dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
7) Keterangan saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak merupakan alat
bukti, namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang disumpah dapat
dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.
o Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
o Pasal 187 KUHAP
Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan
dengan sumpah, adalah:
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau
yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar,
dilihat atau dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya
itu;
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang
diperuntukan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
o Pasal 65 KUHAP
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang
mempunyai keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.
o Pasal 66 KUHAP
Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.
o Pasal 180 KUHAP

20
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan,
Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh
yang berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap hasil
keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan
penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana
tersebut pada ayat (2)
4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi semula
dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai wewenang untuk itu.

IV. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter


o Pasal 216 KUHP
1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan
tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian
pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna
menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau
denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
2) Disamakan dengan pajabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-undang
terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan umum.
3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang
menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya dapat ditambah sepertiga.
o Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat
untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
o Pasal 224 KUHP
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru bahasa, dengan
sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia harus melakukannya:
1. dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. dalam perkara lain. dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.
o Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa, tidak datang secara
melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. 1,3,4

21
Aspek Psikososial
Kejahatan seksual dalam berbagai bentuknya merupakan realitas yang hadir dalam kehidupan kita.
Perkembangan yang terjadi memperlihatkan bahwa pelaku kejahatan seksual cenderung menjadikan anak-anak di
bawah umur sebagai korbannya, terbukti prevalensi anak dibawah umur yang menjadi korban semakin tinggi di
bandingkan dengan orang dewasa. Di tengah perkembangan situasi semacam ini, peraturan perundangan yang
digunakan dalam proses penyelesaian hukum tidak mampu menjamin perlindungan terhadap anak dibawah umur
dari kejahatan seksual dan tidak mencerminkan keadilan bagi anak.
Mengingat anak dibawah umur yang menjadi korban telah direndahkan harkat dan martabatnya serta
mengalami trauma psikologis yang berkepanjangan sepanjang hidupnya dan pada banyak kasus, para korban kerap
kali akan mengalami tindakan kekerasan dalam berbagai bentuknya dari berbagai pihak termasuk dari keluarganya.
Persoalan paling umum adalah para korban dipandang telah menebar aib, sehingga orangtua / keluarga dan
komunitas mengasingkan atau mengusir sang anak dari rumah atau komunitasnya. Pihak sekolah-pun dengan alasan
yang sama mampu melahirkan kebijakan untuk mengeluarkan sang korban dari sekolah. Pandangan tentang aib ini
pula yang menjadi factor dominan sebagian besar korban kekerasan dan eksploitasi seksual tidak melaporkan kasus
yang dialaminya.
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Komisi Nasional Perlindungan Anak
Komnas PA memiliki tugas sebagai berikut :
1. Melaksanakan mandate/kebijakan yang ditetapkan oleh Forum Nasional Perlindungan Anak;
2. Menjabarkan Agenda Perlindungan Anak dalam Program Tahunan.
3. Membentuk dan memperkuat jaringan kerjasama dalam upaya perlindungan anak, baik dengan LSM, masyarakat
madani, instansi pemerintah, maupun lembaga internasional, pemerintah dan non-pemerintah;
4. Menggali sumber daya dan dana yang dapat membantu peningkatan upaya perlindungan anak; serta
5. Melaksanakan administrasi perkantoran dan kepegawaian untuk menunjang kinerja Lembaga Perlindungan Anak.5
Selain tugas tersebut diatas Komnas PA juga memiliki fungsi dan peran yaitu :
1. Lembaga pengamat dan tempat pengaduan keluhan masalah anak;
2. Lembaga pelayanan bantuan hukum untuk beracara di Pengadilan mewakili kepentingan anak;
3. Lembaga Advokasi dan Lobi;
4. Lembaga rujukan untuk pemulihan dan peyatuan kembali anak;
5. Lembaga kajian kebijakan dan perundang-undangan tentang anak;
6. Lembaga pendidikan, pengenalan dan penyebarluasan informasi tentang hak anak, serta lembaga pemantau
implementasi hak anak.
Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan perannya Komnas PA mempunyai Prinsip yaitu independen,
pertanggungjawaban publik, mengedepankan peluang dan kesempatan pada anak dalam berpartisipasi dengan
menghargai dan memihak pada prinsip dasar anak, ikut serta menjamin hak anak untuk menyatakan pendapatnya
secara bebas dalam semua hal yang menyangkut dirinya, pandangan anak selalu dipertimbangkan sesuai
22
kematangan, mengupayakan dan membela hak untuk berpartisipasi dan didengar pendapatnya dalam setiap kegiatan,
proses peradilan dan adminsitrasi yang mempengaruhi hidup anak.5

Visum et Repertum

Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang
mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari
tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHAP.
Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa
manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam
bagian Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti benda bukti. Visum et repertum juga memuat
keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian
Kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu
hukum, sehingga dengan membaca Visum et Repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada
seseorang dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut
tubuh/jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduknya persoalan di sidang
Pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam
KUHAP, yang memberi kemungkinan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila
timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan(ps 180
KUHAP).
Di dunia kedokteran, dikenal pelbagai surat keterangan, antara lain catatan medik dan surat keterangan
medik.Catatan medik adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medik beserta tindakan
pengobatan/perawatannya, yang merupakan milik pasien, meskipun dipegang oleh dokter/institusi kesehatan.
Catatan medik ini terikat pada rahasia pekerjaan dokter yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 10 tahun 1966
dengan sanksi hukum seperti dalam pasal 322 KUHP.Dokter boleh membuka isi catatan medik kepada pihak ketiga,
misalnya dalam bentuk keterangan medik, hanya setelah memperoleh izin dari pasien, baik berupa izin langsung
maupun berupa perjanjian yang dibuat sebelumnya antara pasien dengan pihak ketiga tertentu (misalnya perusahaan
asuransi). Oleh karena Visum et repertum dibuat atas kehendak undang-undang, maka dokter tidak dapat dituntut
karena membuka rahasia pekerjaan sebagaimana diatur dalam pasal 322 KUHP, meskipun dokter membuatnya tanpa
seizin pasien. Pasal 50 KUHP mengatakan bahwa barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan
undangundang, tidak dipidana, sepanjang Visum et repertum tersebut hanya diberikan kepada instansi penyidik yang
memintanya, untuk selanjutnya dipergunakan dalam proses peradilan.

Dengan konsep visum et repertum di atas, dikenal beberapa jenis visum et repertum, yaitu :
a. Visum et repertum, perlukaan (termasuk keracunan)

23
b. Visum et repertum kejahatan susila
c. Visum et repertum jenasah
d. Visum et repertum psikiatrik

Jenis a, b dan c adalah visum et repertum mengenai tubuh/ raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai
korban tindak pidana, sedangkan jenis d adalah mengenai jiwa/mental tersangka atau terdakwa tindak pidana.
Meskipun jenisnya bermacam-macam, namun nama resminya tetap sama yaitu "Visum et Repertum", tanpa embel-
embel lain. Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas sebuah kertas putih
dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat
singkatan, dan sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia.
Apabila penulisan sesuatu kalimat dalam visum et repertum berakhir tidak pada tepi kanan format, maka
sesudah tanda titik harus diberi garis hingga ke tepi kanan format. Apabila diperlukan gambar atau foto untuk lebih
memperjelas uraian tertulis dalam visum et repertum, maka gambar atau foto tersebut diberi kan dalam bentuk
lampiran.

Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :

1. Kata Pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et repertum khusus
dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan meterai untuk dapat dijadikan sebagai
alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.

2. Pendahuluan. Kata "Pendahuluan" sendiri tidak ditulis di dalam visum et repertum, melainkan langsung
dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan nama dokter pembuat visum et
repertum dan institusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal surat
permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
Dokter tidak dibebani pemastian identitas korban, maka uraian identitas korban adalah sesuai dengan uraian
identitas yang ditulis dalam surat permintaan visum et repertum. Bila terdapat ketidak-sesuaian identitas
korban antara surat permintaan dengan catatan medik atau pasien yang diperiksa, dokter dapat meminta
kejelasannya dari penyidik.

3. Bagian Pemberitaan.

Bagian ini berjudul "Hasil pemeriksaan" dan berisi hasil pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau
sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya
selesai pengobatan/perawatan.

Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh alat-dalam yang berkaitan
dengan perkara dan matinya orang tersebut. Yang diuraikan dalam bagian ini merupakan pengganti barang
bukti, berupa perlukaan/keadaan kesehatan/sebab kematian yang berkaitan dengan perkaranya. Temuan hasil
24
pemeriksaan medik yang bersifat rahasia dan tidak berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan ke
dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.

4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul "Kesimpulan" dan berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannya,
mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat
perlukaan atau sebab kematiannya.

Pada kejahatan susila, diterangkan juga apakah telah terjadi persetubuhan dan kapan perkiraan kejadiannya,
serta usia korban atau kepantasan korban untuk dikawin.

5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum et repertum ini
saya buat . dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana."

Visum et Repertum Korban Kejahatan Susila


Pada umumnya, korban kejahatan susila yang dimintakan visum et repertumnya kepada dokter adalah kasus
dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP. Persetubuhan yang diancam pidana oleh KUHP
meliputi pemerkosaan, persetubuhan pada wanita yang tidak berdaya, persetubuhan dengan wanita yang belum
cukup umur.
Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk mem-buktikan adanya persetubuhan, adanya
kekerasan (termasuk pemberian racun/obat/zat agar menjadi tidak berdaya) serta usia korban. Selain itu dokter juga
diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan dan kelainan psikiatrik/kejiwaan sebagai
akibat dari tindak pidana tersebut. Dokter tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan, karena istilah
pemerkosaan adalah istilah hukum yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan.
Untuk dapat memeriksa korban wanita tersebut, selain adanya surat permintaan visum et repertum, dokter
sebaiknya juga mempersiapkan si korban atau orang tuanya bila ia masih belum cukup umur, agar dapat dilakukan
pemeriksaan serta saksi atau pendam ping perawat wanita dan pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam ruang
tertutup yang tenang.
Pembuktian adanya persetubuhan dilakukan dengan pemeriksaan fisik terhadap kemungkinan adanya
deflorasi himen, laserasi vulva atau vagina, serta adanya cairan mani dan sel sperma dalam vagina terutama dalam
forniks posterior.
Pembuktian adanya sel sperma dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik sediaan usap vagina, baik
langsung maupun dengan pewarnaan khusus. Selain sel sperma, adanya ejakuiat juga dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium khusus untuk cairan mani. Adanya penyakit hubungan seksual atau kehamilan
memperkuat adanya persetubuhan, meskipun tidak diketahui saat terjadinya. Bukti adanya persetubuhan tersebut
baru mempunyai nilai bila sesuai waktu kejadiannya dengan persetubuhan yang diperka-rakan. Misalnya, adanya
deflorasi himen lama (tepi robekan berifpa jaringan parut) atau ditemukannya sel-sel sperma yang hampir lisis,
bukanlah merupakan bukti persetubuhan yang diperkarakan yang terjadi satu hari sebelum pemeriksaan. Jejak
25
kekerasan harus dicari tidak hanya di daerah perineum, melainkan juga daerah-daerah lain yang lazim, seperti wajah,
ieher, payudara, perut dan paha. Pengam-bilan sampel darah untuk pemeriksaan toksikologi dilakukan bila ada
kecurigaan ke arah tersebut, baik yang didapat dari anamnesa maupun dari pemeriksaan fisik.
Usia korban biasanya dapat diketahui bila identitasnya dan asal usulnya jelas. Bila usianya tidak jelas, maka
harus dicari tanda-tanda medik guna memperkirakannya. Telah adanya haid menunjukkan usia 12 tahun atau lebih,
sedangkan adanya tanda seks sekunderyang berkembang menunjukkan usia 15 tahun atau lebih.
Dalam kesimpulan visum et repertum korban kejahatan susila diharapkan tercantum perkiraan tentang usia
korban, ada atau tidaknya tanda persetubuhan dan bila mungkin, menyebutkan kapan perkiraan terjadinya, dan ada
atau tidaknya tanda kekerasan.1,6

RS Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11470

Telp/fax (021) 566 9999 / (021) 2950 1234

Jakarta, 16 Desember 2013


PROJUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No.053/TU.RSUKRIDA/II/2013
Yang bertanda tangan di bawah ini, Alethea Andantika, dokter ahli kedokteran forensik pada Rumah Sakit
Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi
Jakarta Barat No. Pol.: B/909/VR/XII/12/Serse tertanggal lima belas Desember tahun dua ribu tiga belas, maka pada
tanggal enam belas Desember tahun dua ribu tiga belas, pukul delapan lewat 30 menit Waktu Indonesia bagian Barat,
bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana telah
melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:
Nama : Ani---------------------------------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Perempuan------------------------------------------------------------------------------------------
Umur : 14 tahun---------------------------------------------------------------------------------------------
Kebangsaan : Indonesia------------------------------------------------------------------------------------------------
Agama : Islam---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Pelajar---------------------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : Jl. Kemakmuran 11 No.9-------------------------------------------------------------------------

Hasil Pemeriksaan:--------------------------------------------------------------------------------
26
1. Korban datang dalam keadaan setengah sadar, dengan keadaan umum baik. Korban mengaku diajak pergi oleh
teman jejaring sosialnya ke daerah puncak pada tanggal sepuluh Desember tahun dua ribu tiga belas. Korban
diajak pergi ke suatu kafe dan setelah itu korban tidak sadarkan diri setelah meminum minuman yang di pesankan
oleh temannya---------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Pada korban ditemukan:----------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Terdapat bekas gigitan pada payudara sebelah kanan dan kiri. Berbatas tegas dan berwarna kemerahan pucat.
Bekas gigitan pada payudara kiri dan kanan terdapat pada sekitar putting susu --------------------------
b. Ditemukannya rambut kemaluan yang saling melekat menjadi satu. Ditemukannya bercak mani pada daerah
kemaluan depan. ------------------------------------------------------------------------------------------------
c. Pada daerah permukaan depan vagina ditemukan adanya luka lecet dan kemerahan.----------------------------
d. Terdapat robekan pada selaput dara yang sampai ke pangkal pada jam delapan. Robekan disertai bercak
darah mengering. ------------------------------------------------
e. Pada bibir vagina besar sebelah kanan, dua sentimeter dari pertemuan bibir vagina sebelah atas ditemukan
adanya luka lecet tanpa darah. ---------------------------------------------------------------------------------------
3. Terhadap Korban Dilakukan-----------------------------------------------------------------------------------------------
a. Pemeriksaan laboratorium dengan bahan pulas mulut di sela-sela gigi didapatkan adanya sel spermatozoa.-
b. Pemeriksaan laboratorium dengan bahan pulas lendir vagina didapatkan adanya sel spermatozoa.------------
c. Pemeriksaan Fosfatase Asam pada baju dan celana dalam korban, tidak ditemukan adanya perubahan warna
menjadi violet.----------------------------------------------------------------------------------------------------
d. Pemeriksaan Sinar Ultra Violet pada celana dalam dan baju korban dan tidak ditemukan fluoresensi putih.-
e. Pemeriksaan Uji Pewarnaan Baecchi pada celana dalam dan baju korban, tidak ditemukan adanya sel
spermatozoa.------------------------------------------------------------------------------------------------------------
f. Pemeriksaan fosfatase asam pada rambut pubis yang melengket ditemukannya peruahan warna menjadi
ungu.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
g. Pembersihan luka/Wound Toilet.-------------------------------------------------------------------------------------
h. Pemberian analgetika. --------------------------------------------------------------------------------------------------
4. Korban dipulangkan---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan :----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada pemeriksaan korban seorang perempuan berumur 14 tahun ini ditemukan adanya robekan pada selaput dara
sampai ke pangkal pada jam delapan dengan bercak darah mengering, luka lecet pada bibir vagina sebelah kanan
atas, luka lecet pada permukaan depan vagina, sel spermatozoa pada pemeriksaan laboratorium bahan pulasan mulut
dan lendir vagina, luka memar pada kedua payudara yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian.-----------------------------------------------------------------------------
Demikianlah Visum et Repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan
mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.-------------------------------------------
27
Dokter Pemeriksa

Dr.Alethea Andantika

Kesimpulan
Kasus kejahatan susila memerlukan beberapa pemeriksaan yang hendaknya dilakukan dengan teliti dan
waspada. Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan pada tubuh korban yang meliputi
penampilan, keadaan emosional, tanda tanda kekerasan dan juga bagian genital, selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan pada pria tersangka. Melalui hasil beberapa pemeriksaan tersebut pelaku kejahatan susila dapat
dihukum sesuai dengan undang undang yang berlaku.

Daftar Pustaka
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FK UI. 1997.h147-64;184-92.
2. Darmabrata W, Nurhidayat AW. Psikiatri forensik.Jakarta : EGC : 2003.h.52.
3. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FK UI.
1994.h.33-37.
4. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Pustaka Dwipar. 2007.
5. KOMNAS anak.Diunduh dari : http://www.komnaspa.or.id/profile.asp?p=3. 16 Desember 2013.
6. Safitry O.Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta : Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2013.h.1-63

28

Anda mungkin juga menyukai