Anda di halaman 1dari 20

Abortus Provocatus Kriminalis

Skenario

Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B. Seorang anggota
polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya sebagai botol dari sebuah alat suction curret
milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya adalah bahwa dokter tersebut disangka telah melakukan
pengguguran kandungan yang illegal dan di dalam botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil
suction. Polisi menerangkan dalam surat permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga
perempuan yang saat ini sedang diperiksakan ke Bagian Kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan
pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi pengguguran kandungan dan
apakah benar bahwa ketiga perempuan yang sedang diperiksa di kebidanan adalah perempuan yang
kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke
proses hokum terhadap dokter tersebut.

Anda tahu bahwa harus ada komunikasi antara anda dengan dokter kebidanan yang memeriksa
perempuan-perempuan di atas, agar pemeriksaan medis dapat member manfaat yang sebesar-besarmya bagi
penyidikan dan penegakan hukum.

Definisi Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu. Abortus dapat terjadi secara
spontan atau secara buatan. Abortus spontan (keguguran, miscarriage) dapat merupakan suatu mekanisme
alamiah untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang abnormal.
Abortus buatan (pengguguran, aborsi, abortus provocatus) adalah abortus yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan mengakhiri proses kehamilan.
Abortus buatan dapat bersifat legal (abortus provocatus medicinalis/therapeutiad) yang dilakukan
berdasarkan indikasi medik.
Abortus buatan ilegal (abortus provocatus criminalis) adalah abortus yang dilakukan berdasarkan
indikasi nonmedik. Abortus ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten atau tenaga yang tidak
kompeten. Aborsi yang dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten biasanya dengan cara-cara seperti memijit-
mijit perut bagian bawah, memasukkan benda asing atau jenis tumbuh-tumbuhan/rumput-rumputan ke dalam
leher rahim, dan pemakaian bahan - bahan kimia yang dimasukkan ke dalam jalan lahir sehingga sering terjadi
perdarahan dan infeksi yang berat, bahkan dapat berakibat fatal.

1
Berlandaskan Lafal Sumpah Hippokrates, Lafal Sumpah Dokter Indonesia dan International Code of
Medical Ethics maupun KODEKI, setiap dokter wajib menghormati dan melindungi makhluk hidup insani.
Karena itu, aborsi berdasarkan indikasi nonmedik adalah tidak etis.
Abortus buatan legal dilakukan dengan cara tindakan operatif (paling sering dengan cara kuretase,
aspirasi vakum) atau dengan cara medikal. Dalam Deklarasi Oslo (1970) dan UU No. 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan, mengenai abortus buatan legal terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang keputusannya disetujui
secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka dan prosedur
operasionalnya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas
yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau keluarga.
Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan ia
melakukan pengguguran itu, ia berhak meng-undurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan
medik itu kepada teman sejawat lain yang kompeten.
Yang dimaksud dengan indikasi medis dalam abortus buatan legal ini adalah suatu kondisi yang benar-
benar mengharuskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa
ibu atau adanya ancaman gangguan fisik, mental dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau risiko
yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik yang berat
Hak utama untuk memberikan persetujuan tindakan medik adalah pada ibu hamil yang bersangkutan,
namun pada keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya dapat diminta pada
suaminya/wali yang sah.

Pernyataan Oslo didukung oleh General Assembly dari WMA, namun tidak mengikat para anggotanya.
Ada negara yang melegalkan abortus sebagai salah satu cara keluarga berencana. Suatu masalah yang sulit
dihadapi adalah kehamilan tidak diinginkan (KTD) seperti pada kasus kegagalan kontrasepsi, kehamilan di luar
nikah, kehamilan karena perkosaan, tidak adanya akses untuk pelayanan KB, tekanan pasangan, dan faktor
ekonomi. Setiap wanita memiliki hak reproduksi, yaitu hak menentukan jumlah, penjarakan, dan waktu
kelahiran anak. Oleh karena aborsi atas alasan non-medik dianggap tindakan melanggar hukum (tindakan
kriminal) dan aborsi bukan salah satu cara KB di Indonesia, banyak wanita dengan KTD mencari pelayanan
aborsi pada tenaga tidak terlatih dan memakan sendiri bermacam-macam obat untuk menggugu rkan
kandungannya. Akibatnya, angka kesakitan dan kematian ibu di Indonesia akibat aborsi tidak aman menjadi
tinggi.
Aborsi tidak aman merupakan ancaman bagi kesehatan dan hidup wanita, Tindakan konkrit pemecahan
masalah aborsi tidak aman merupakan bagian upaya peningkatan kualitas kesehatan reproduksi di Indonesia
dan pemenuhan hak reproduksi wanita. Penelitian pada banyak negara menunjukkan bahwa di negara-negara
yang mengizinkan aborsi dengan indikasi yang lebih luas, insiden aborsi tidak aman lebih rendah dan angka
kematian akibat aborsi tidak aman jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara yang melarang aborsi
secara ketat (Berrer, 2004).

2
Di Indonesia, diperkirakan sekitar 1,5-2 juta aborsi tidak aman setiap tahunnya dan kontribusi Angka
Kematian Ibu (AKI) sebab aborsi tidak aman adalah 11,1%.
Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir ini diperkenalkan program aborsi berbasis konseling
dengan tujuan menyelenggarakan aborsi yang aman sesuai standar setelah pasien mendapat konseling dengan
baik. Bukan mustahil bahwa ibu dengan KTD mengurungkan niatnya untuk aborsi setelah mendapat konseling
tersebut. Selanjutnya, konseling pasca-aborsi, pendidikan, dan pelayanan KB harus diberikan secara bermutu
sehingga dapat mencegah aborsi berulang.1

Teknik Aborsi

1. Teknik Bedah
Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus
Kuretase
Aspirasi vakum (kuretase isap)
Dilatasi dan evakuasi (D&E)
Dilatasi dan ekstraksi (D&X)
Aspirasi haid
Laparatomi
Histerotomi
Histerektomi
2. Teknik Medis
Oksitosin intravena
Cairan hiperosmotik intra-amnion
Salin 20%
Urea 30%
Prostaglandin E2, F2, dan analognya
Penyuntikan intra-amnion
Penyuntikan ekstraovular
Insersi vagina
Injeksi parenteral
Ingesti oral
Antiprogesteron RU 486 (mifepriston)
Berbagai kombinasi teknik diatas.2

Anamnesis
Yang penting dicari adalah apakah etiologi di balik tindakan abortus. Dari hasil survey di Amerika,
kebanyakan orang memilih untuk diabortus karena belum siap memiliki anak. Dimana hanya 13% yang memilih

3
abortus karena khawatir akan keselamatan dirinya, dan 12% karena khawatir akan keselamatan bayinya. Dari
data tersebut, dapat dilihat bahwa angka abortus provokatus kriminalis lebih besar daripada angka abortus
provokatus medicinalis. Perlu juga ditanyakan cara yang dilakukan untuk melakukan abortus, dan berapa usia
kehamilan saat dilakukannya abortus. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan gambaran apa saja kemungkinan
hasil pemeriksaan yang dapat diperoleh.
Anamnesa sekitar gejala abortus adalah apakah adanya kehamilan sebelumnya, apakah ada perdarahan
per vaginam, nyeri perut bawah atau pinggang, serta kemungkinan komplikasi-komplikasi yang timbul akibat
dilakukannya abortus.3

Pemeriksaan Tersangka yang Melakukan Abortus


a. Tanda-tanda kehamilan
Perubahan pada payudara
Pigmentasi
Hormonal
Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan, kerusakan
jaringan yang merupakan jejas atau tanda usaha penghentian kehamilan. Ditemukannya sel radang
PMN menunjukkan tanda intravitalitas. Tentukan pula umur janin atau usia kehamilan, karena
sekalipun undang-undang tidak mempermasalahkan usia kehamilan, namun penentuan usia kehamilan
kadang kala diperlukan oleh penyidik dalam rangka penyidikan perkara secara keseluruhan.

b. Tanda-tanda kekerasan
Kekerasan mekanik local dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar dapat dilakukan
sendiri oleh ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik berlebihan,pemijatan/pengurutan perut
bagian bawah, kekerasan yang langsung pada perut atau uterus,pengaliran listrik pada serviks dan
sebagainya. Perlu dibuktikan adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia
interna atau eksterna, daerah perut bagianbawah. Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka
atau perforasi. Lakukan pula tesemboli udara pada vena cava inferior dan jantung. Periksa alat genitalia
interna apakah pucat,mengalami kongesti atau adanya memar.
Kekerasan dapat pula berasal dari dalam dengan melakukan:
Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun atau airpanas pada
portio, aplikasi asam arsenic, kalium permanganate pekat atau jodiumtinktur.
Pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam serviks
Manipulasi serviks dengan jari tangan
Manipulasi uterus dengan melakukan pemecahan selaput amnion. Pemecahan selaputamnion dapat
dilakukan dengan memasukkan alat apa saja yang cukup panjang dan kecil melalui serviks.

4
Manipulasi uterus dengan penyuntikan kedalam uterus. Penyuntikan atau penyemprotan biasa
dilakukan dengan menggunakan Higginson Syiringe, sedangkan cairannya adalah air sabun,
desinfektan atau dengan air biasa/air panas. Penyemprotan ini dapat menyebabkan emboli udara.

c. Pemeriksaan Ginekologi
Inspeksi vulva : pendarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau
busuk dari vulva.
Inspekula : ostium uteri masih terbuka atau sudah tertutup ada atau tidak cairan dan jaringan berbau
busuk yang keluar dari ostium.
Colok vagina : portio masih terbuka atau sudah tertutup tidak nyeri saat portio digoyang.
Pada pemeriksaan bimanual uterus membesar atau tidak sesuai dengan riwayat haid dan tidak mendatar.
Riwayat Ginekologi, riwayat penyakit/kelainan ginekologi serta pengobatannya dapat memberikan
keterangan penting, terutama operasi yang pernah dialami. Perlu diketahui.
Menarche
Siklus haid teratur atau tidak, dan menopause. Selalu harus ditanyakan tanggal haid terakhir yang masih
normal. Jikalau haid terakhirnya tidak jelas normal, maka perlu juga ditanyakan tanggal haid. Perlu juga
diketahui riwayat tiap kehamilan sebelumnya. Apakah berakhir dengan keguguran, ataukah dengan
persalinan, apakah persalinannya normal atau operasi.

d. Pemeriksaan Toksikologi
Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang dapat mengakibatkan abortus.
Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya berupa IUFD,
kematian janin di dalam rahim dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan. Abortus yang
dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari
atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda
abortus criminal.

e. Pemeriksaan Darah

Dari penemuan botol dari sebuah alat suction curret, dapat diperiksa campuran darah dan jaringan hasil
suction, dimana sebelumnya harus dipastikan terlebih dahulu darah yang terdapat di dalam botol itu adalah
darah manusia atau bukan.

Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada
laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan,
penyelidikan terhadap bercak darah ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil.
Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut.
Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat memastikan
apakah bercak berwarna merah itu darah.
5
Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan :

Bercak tersebut benar darah


Darah dari manusia atau hewan
Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia

Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam dalam larutan fisiologis, atau
langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila menempel pada pakaian. Ada banyak tes penyaring
yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena
hanya yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

f. Pemeriksaan DNA
Pemeriksaan DNA pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey pada tahun 1. Beliau menemukan bahwa
pita DNA dari setiap individu dapat dilacak secara simultan pada banyak lokus sekaligus dengan pelacak
DNA (DNA probe) yang diciptakannya. Pola DNA ini dapat divisualisasikan berupa urutan pita-pita yang
berbaris membentuk susunan yang mirip dengan gambaran barcode pada barang di supermarket. Uniknya
ternyata pita-pita DNA ini bersifat spesifik individu, sehingga tak ada orang yang memiliki pita yang sama
persis dengan orang lain. Perkembangan lebih lanjut pada bidang forensik adalah ditemukannya pelacak
DNA yang hanya melacak satu lokus saja (single locus probe). Berbeda dengan tehnik Jeffreys yang
menghasilkan banyak pita, disini pita yang muncul hanya 2 buah saja. Ditemukannya metode penggandaan
DNA secara enzimatik (metode Polymerase Chain Reaction atau PCR) oleh kelompok Cetus, membuka
lebih banyak kemungkinan pemeriksaan DNA. Dengan metode ini bahan sampel yang amat minim
jumlahnya tidak lagi menjadi masalah karena DNAnya dapat diperbanyak jutaan sampai milyaran kali lipat
di dalam mesin yang dinamakan mesin PCR atau thermocycler. Dengan metode ini waktu pemeriksaan juga
banyak dipersingkat, lebih sensitif serta lebih spesifik pula. Pada metode ini analisis DNA dapat dilakukan
dengan sistim dotblot yang berbentuk bulatan berwarna biru, sistim elektroforesis yang berbentuk pita DNA
atau dengan pelacakan urutan basa dengan metode sekuensing.
Dengan pemeriksaan DNA Single Locus mampu membedakan DNA dari tiap individu, sehingga
pembuktian cairan di dalam botol pada kasus ini dapat terselesaikan.

g. hCG (human Chorionic Gonadotropin)


Hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil dan
diekskresikan melalui urin. Hormon hCG ini dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan
peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan di antara 30-60 hari. produksi puncaknya
adalah pada usia kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir
kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari.4

Aspek Hukum

Beberapa aspek hukum yang terkait dengan tindakan pada kasus:


6
Pasal 346 KUHP.

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347 KUHP

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima
belas tahun.

Pasal 348 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.

Pasal 349 KUHP

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun
melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

Pasal 283 KUHP

Barang siapa mempertunjukkan alat atau cara menggugurkan kandungan kepada anak di bawah usia 17 tahun
atau di bawah umur dikenakan pidana penjara paling lama sembilan bulan.

Pasal 299 KUHP

Barang siapa menganjurkan atau merawat atau memberi obat kepada seorang wanita dengan memberi harapan
agar gugur kandungannya dikenakan pidana penjara paling lama empat tahun.

Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan,
yang dikenal dengan istilah Abortus Provocatus Criminalis. Yang menerima hukuman adalah:

Ibu yang melakukan aborsi


Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi.5
7
Aspek Medikolegal
Prosedur medikolegal yaitu tata cara prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan
dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan umum. Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu
kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada
sumpah dokter dan etika kedokteran.
Lingkup prosedur medikolegal antara lain
1. Pengadaan Visum et Repertum
2. Pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka
3. Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan ahli di
dalam persidangan
4. Kaitan Visum et Repertum dengan rahasia kedokteran
5. Penerbitan surat keterangan kematian dan surat keterangan medik
6. Fitness/kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik

Kewajiban dokter untuk membuat keterangan ahli telah diatur dalam pasal 133 KUHAP. Keterangan
ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan (pasal 184 KUHAP).
a. Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli adalah
penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang tersebut sesuai dengan pasal 11 KUHAP.
b. Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik yang menyangkut
tubuh manuasia dan membuat keterangan ahli adalah dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik), dokter
dan ahli lainnya. Sedangkan dalam penjelasan KUHAP tentang pasal tersebut dikatakan bahwa yang dibuat
oleh dokter ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain ahli
kedokteran kehakiman disebut keterangan.
Secara garis besar, semua dokter yang telah mempunyai surat penugasan atau surat izin dokter dapat
membuat keterangan ahli. Namun untuk tertib administrasinya, maka sebaiknya permintaan keterangan
ahli ini hanya diajukan kepada dokter yang bekerja pada suatu instansi kesehatan (puskesmas hingga rumah
sakit) atau instansi khusus untuk itu, terutama yang milik pemerintah.
c. Prosedur permintaan keterangan ahli
Permintaan keterangan ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis dan hal ini secara tegas telah
diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati. Jenasah harus diperlakukan dengan
baik, diberi label identitas dan penyidik wajib memberitahukan dan menjelaskan kepada keluarga korban
mengenai pemeriksaan yang akan dilaksanakan. Mereka yang menghalangi pemeriksaan jenasah untuk
kepentingan peradilan diancam hukuman sesuai dengan pasal 222 KUHP.
d. Penggunaan keterangan ahli
Penggunaan keterangan ahli atau dalam hal ini visum et repertum adlaah hanya untuk keperluan peradilan.
Dengan demikian berkas keterangan ahli ini hanya boleh diserahkan kepada penyidik (instansi) yang

8
memintanya. Keluarga korban atau pengacaranya dan pembela tersangka pelaku pidana tidak dapat
meminta keterangan ahli langsung kepada dokter pemeriksa, melainkan harus melalui aparat peradilan
(penyidik, jaksa atau hakim). Berkas keterangan hali ini tidak dapat digunakan untuk penyelesaian klaim
asuransi. Bila dioerlukan keterangan, pihak asuransi dapat meminta kepada dokter keterangan yang khusus
untuk hal tersebut, dengan memperhatikan ketentuan tentang wajib simpan rahasia jabatan.
I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan
o Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label
yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari
kaki atau bagian lain badan mayat.
o Pasal 134 KUHAP
1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin
lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud
dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu
diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
o Pasal 135 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan
menurul ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat (2) dan Pasal 134 ayat (1) undang-
undang ini.
o Pasal 179 KUHAP
1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau
ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.

9
II. Hak Menolak Menjadi Saksi / Ahli
o Pasal 120 KUHAP
1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang
memiliki keahlian khusus.
2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan
memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan
karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia
dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.
o Pasal 168 KUHAP
Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan
dapat mengundurkan diri sebagai saksi:
a) Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga
dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;
b) Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara
bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara
terdakwa sampai derajat ketiga;
c) Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.
o Pasal 170 KUHAP
1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan
rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu
tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.

III. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya


o Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-
benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
o Pasal 184 KUHAP
1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk ;
e. Keterangan terdakwa.
2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

o Pasal 185 KUHAP

10
1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.
2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah
terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan suatu
alat bukti yang sah lainnya.
4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri-sendiri tentang suatu kejadian atau suatu keadaan dapat
digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu
dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau
keadaan tertentu.
5) Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan
keterangan saksi.
6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, Hakim harus dengan sungguh-sungguh
memperhatikan:
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
7) Keterangan saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak merupakan
alat bukti, namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang disumpah
dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.
o Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
o Pasal 187 KUHAP
Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah, adalah:
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang
atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu;
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan
yang diperuntukan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang
lain.
o Pasal 65 KUHAP

11
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang
yang mempunyai keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.
o Pasal 66 KUHAP
Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.
o Pasal 180 KUHAP
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan
bahan baru oleh yang berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap hasil
keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar hal itu
dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana
tersebut pada ayat (2)
4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi semula
dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai wewenang untuk
itu.

IV. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter


o Pasal 216 KUHP
1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan
tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana;
demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan
dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
2) Disamakan dengan pajabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-
undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan umum.
3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang
menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya dapat ditambah sepertiga.
o Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
o Pasal 224 KUHP
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru bahasa,
dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia harus
melakukannya:
1. dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.

12
2. dalam perkara lain. dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.
o Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa, tidak datang
secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.4

Aspek Etika Profesi


Etika adalah disipilin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap dan atau
perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian baik buruk dan benar salah
berdasarkan teori etika, diantaranya adalah teori deontology dan teleology. Deontologi mengajarkan bahwa baik
buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari perbuatannya itu sendiri, dan lebih didasarkan dari ajaran agama,
tradisi, dan budaya. Sedangkan teology mengajarkan untuk melihat baik buruk tindakan melalui hasilnya,
didasarkan dari penalaran (reasoning), dan pembenaran (justifikasi) kepada asas manfaat (asas utilitarian).
Untuk mencapai suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral:
- Prinsip Autonomy, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi
pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed consent
- Prinsip Beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang bertujuan pada
kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan
juga perbuatan yang sisi baiknya lebih besar daripada sisi buruknya
- Prinsip Non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan memperburuk keadaan
pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum non nocere atau above all do no harm.
- Prinsip Justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap
maupun dalam mendistribusikan sumber daya alam.
Selain keempat kaidah dasar moral diatas yang harus dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan
klinis, profesional juga mengenal etika profesi sebagai panduan dalam bersikap dan berperilaku, yang tercermin
dalam sumpah dokter dan kode etik kedokteran. Baik sumpah dokter dan kode etik kedokteran berisikan
sejumlah kewajiban moral yang melekat pada dokter, dimana meski bukanlah kewajiban hukum sehingga tidak
dapat dipaksakan secara hukum, namun kewajiban moral tersebut haruslah menjadi pemimpin dari kewajiban
dalam hukum kedokteran. Hukum kedokteran yang baik haruslah hukum yang etis.7
Dalam kasus abortus kriminalis, telah terjadi pelanggaran etik profesi kedokteran sebagai berikut:
- Pelanggaran sumpah dokter yang berbunyi sebagai berikut:
Saya bersumpah/berjanji bahwa:
o Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan
o Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan bersusila, sesuai dengan
martabat pekerjaan saya
o Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran
o Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena
keilmuan saya sebagai Dokter

13
o Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan
o Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan,
Kesukuan, Politik Kepartaian atau Kedudukan Sosial
o Saya akan memberikan kepada Guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih
yang selayaknya
o Teman-sejawat saya akan saya perlakukan sebagai saudara kandung
o Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan
o Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan
Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri
saya.
- Pelanggaran Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 7d yang berbunyi sebagai berikut: setiap
dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian pelaksanaan etik profesi,
yaitu lembaga kepengurusan pusat, wilayah, dan cabang, serta lembaga MKEK (Majelis Kehormatan
Etik Kedokteran) di tingkat pusat, wilayah, dan cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah
sakit) didirikan Komite Medis dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan etik
dan standar profesi di rumah sakit. Bahkan di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan pula Majelis
Kehormatan Etik Rumah Sakit (Makersi). Pelanggaran etik profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi,
dalam bentuk peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat seperti kewajiban menjalani
pendidikan/pelatihan tertentu (bila akibat kurang kompeten) dan pencabutan haknya berpraktik profesi.
Sanksi tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut
melanggar etik (profesi) kedokteran.

Visum et Repertum

Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang
mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian
dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHAP.
Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa
manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di
dalam bagian Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti benda bukti. Visum et repertum
juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di
dalam bagian Kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu
kedokteran dengan ilmu hukum, sehingga dengan membaca Visum et Repertum, dapat diketahui dengan jelas
apa yang telah terjadi pada seseorang dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada
14
perkara pidana yang menyangkut tubuh/jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan
duduknya persoalan di sidang Pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan
baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang memberi kemungkinan dilakukannya pemeriksaan atau
penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat
hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan(ps 180 KUHAP).
Di dunia kedokteran, dikenal pelbagai surat keterangan, antara lain catatan medik dan surat keterangan
medik.Catatan medik adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medik beserta tindakan
pengobatan/perawatannya, yang merupakan milik pasien, meskipun dipegang oleh dokter/institusi kesehatan.
Catatan medik ini terikat pada rahasia pekerjaan dokter yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 10 tahun
1966 dengan sanksi hukum seperti dalam pasal 322 KUHP.Dokter boleh membuka isi catatan medik kepada
pihak ketiga, misalnya dalam bentuk keterangan medik, hanya setelah memperoleh izin dari pasien, baik berupa
izin langsung maupun berupa perjanjian yang dibuat sebelumnya antara pasien dengan pihak ketiga tertentu
(misalnya perusahaan asuransi). Oleh karena Visum et repertum dibuat atas kehendak undang-undang, maka
dokter tidak dapat dituntut karena membuka rahasia pekerjaan sebagaimana diatur dalam pasal 322 KUHP,
meskipun dokter membuatnya tanpa seizin pasien. Pasal 50 KUHP mengatakan bahwa barangsiapa melakukan
perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undangundang, tidak dipidana, sepanjang Visum et repertum tersebut
hanya diberikan kepada instansi penyidik yang memintanya, untuk selanjutnya dipergunakan dalam proses per-
adilan.

Dengan konsep visum et repertum di atas, dikenal beberapa jenis visum et repertum, yaitu :
a. Visum et repertum, perlukaan (termasuk keracunan)
b. Visum et repertum kejahatan susila
c. Visum et repertum jenasah
d. Visum et repertum psikiatrik

Jenis a, b dan c adalah visum et repertum mengenai tubuh/ raga manusia yang dalam hal ini berstatus
sebagai korban tindak pidana, sedangkan jenis d adalah mengenai jiwa/mental tersangka atau terdakwa tindak
pidana. Meskipun jenisnya bermacam-macam, namun nama resminya tetap sama yaitu "Visum et Repertum",
tanpa embel-embel lain. Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas sebuah
kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia,
tanpa memuat singkatan, dan sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi
penjelasan bahasa Indonesia.
Apabila penulisan sesuatu kalimat dalam visum et repertum berakhir tidak pada tepi kanan format, maka
sesudah tanda titik harus diberi garis hingga ke tepi kanan format. Apabila diperlukan gambar atau foto untuk
lebih memperjelas uraian tertulis dalam visum et repertum, maka gambar atau foto tersebut diberi kan dalam
bentuk lampiran.

Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :

15
1. Kata Pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et repertum khusus
dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan meterai untuk dapat dijadikan
sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.

2. Pendahuluan. Kata "Pendahuluan" sendiri tidak ditulis di dalam visum et repertum, melainkan langsung
dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan nama dokter pembuat visum
et repertum dan institusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal surat
permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
Dokter tidak dibebani pemastian identitas korban, maka uraian identitas korban adalah sesuai dengan
uraian identitas yang ditulis dalam surat permintaan visum et repertum. Bila terdapat ketidak-sesuaian
identitas korban antara surat permintaan dengan catatan medik atau pasien yang diperiksa, dokter dapat
meminta kejelasannya dari penyidik.

3. Bagian Pemberitaan.

Bagian ini berjudul "Hasil pemeriksaan" dan berisi hasil pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan
atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta
keadaannya selesai pengobatan/perawatan.

Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh alat-dalam yang
berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut. Yang diuraikan dalam bagian ini merupakan
pengganti barang bukti, berupa perlukaan/keadaan kesehatan/sebab kematian yang berkaitan dengan
perkaranya. Temuan hasil pemeriksaan medik yang bersifat rahasia dan tidak berhubungan dengan
perkaranya tidak dituangkan ke dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai rahasia
kedokteran.

4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul "Kesimpulan" dan berisi pendapat dokter berdasarkan
keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat
penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.

Pada kejahatan susila, diterangkan juga apakah telah terjadi persetubuhan dan kapan perkiraan
kejadiannya, serta usia korban atau kepantasan korban untuk dikawin.

5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum et repertum
ini saya buat . dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai
dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana."4,6

Interpretasi Kasus

Pada kasus di atas, seorang dokter diduga melakukan pengguguran kandungan terhadap salah satu dari
ketiga perempuan yang sedang diperiksa di bagian kebidanan sebuah rumah sakit. Karena pada pemeriksaan
salah satu wanita tersebut ditemukan adanya :

16
Tanda-tanda kekerasan mekanik lokal pada organ reproduksi (uterus, vagina, serviks, dsb) sebagai tanda
adanya usaha aborsi provokatus.
Zat/obat yang digunakan untuk membantu proses aborsi pada pemeriksaan toksikologi
Sel trofoblas (tanda kehamilan, tanda kerusakan jaringan akibat usaha penghentian kehamilan), sel
PMN (tanda intravitas) pada pemeriksaan mikroskopik
Peningkatan hormone hCG (human chorionic gonadothropin)
Kecocokan DNA tersangka dengan jaringan aborsi

RS Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11470

Telp/fax (021) 566 9999 / (021) 2950 1234

Jakarta, 19 Desember 2013

PROJUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
No.003/TU.RSUKRIDA/II/2013
Yang bertanda tangan di bawah ini, Alethea Andantika, dokter ahli kedokteran forensik pada Rumah
Sakit Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian
Resort Polisi Jakarta Barat No. Pol.: B/909/VR/XII/12/Serse tertanggal lima belas Desember tahun dua ribu tiga
belas, maka pada tanggal sembilan belas Desember tahun dua ribu tiga belas, pukul delapan lewat 30 menit
Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan
tersebut adalah:
Nama : Nyonya Erniyutini-------------------------------------------------------------------------------

Umur : 25 tahun-----------------------------------------------------------------------------------------

Status : Belum menikah---------------------------------------------------------------------------------

Jenis kelamin : Perempuan ---------------------------------------------------------------------------------------

Warga Negara : Indonesia -----------------------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan : Karyawan----------------------------------------------------------------------------------------

Alamat : Jl.Semangka 5 E7 Tanjung Duren, Jakarta barat -------------------------------------------

17
Hasil pemeriksaan

1. Ny Erniyutini mengaku dirinya mengalami menstruasi 3 bulan yang lalu, mempunyai pacar dan pernah
berhubungan seksual tanpa alat pengaman dengan pasangannya.---------------------------------
2. Pada korban ditemukan : -----------------------------------------------------------------------------------------
a. Dari pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah, tekanan darah menurun, denyut nadi cepat
dan kecil serta suhu badan normal. -----------------------------------------------------------------------
b. Didapatkan payudara membesar dan stretchmark pada perut. ------------------------------------------
c. Pada pemeriksaan daerah kelamin didapatkan pendarahan. -----------------------------------------
3. Di lakukan pemeriksaan laboratorium: -------------------------------------------------------------------------
a. Pemeriksaan darah didapatkan kadar Hb darah yang rendah-----------------------------------------
b. Pemeriksaan golongan darah adalah A rhesus positif--------------------------------------------------
c. Pemeriksaan hormon kehamilan positif--------------------------------------------------------------------
d. Pemeriksaan radiologi kelihatan permukaan keadaan dinding rahim-------------------------------
e. Pemeriksaan hasil curettage; hasil positif darah manusia, golongan darah adalah O rhesus positif
sesuai dengan wanita tersangka. Hasil pemeriksaan DNA terhadap jaringan serta wanita tersangka
cocok. (Mencari hubungan antara jaringan yang ditemukan dengan tersangka melalui pemeriksaan
golongan darah, DNA). Ditemukan pula sel PMN dan trofoblas yang menandakan bahwa barang
bukti merupakan hasil kehamilan dan punya tanda intravital.------------------------------------------
4. Korban diberikan obat pereda pendarahan, obat anti nyeri. Korban dipulangkan. --------------------

Kesimpulan
Pada korban perempuan ini yang berusia 25 tahun, berdasarkan hasil temuan yang telah di dapatkan
tanda-tanda kehamilan, berupa: payudara yang membesar, strecthmark pada perut. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan barang bukti jaringan mempunyai kesesuaian dengan Ny.Erniyutini. Telah terjadi
tindak pengguran kandungan. --------------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah Visum et Repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan
dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.----------------------------

Dokter Pemeriksa

Dr.Alethea Andantika

18
Kesimpulan
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu. Abortus dapat terjadi secara
spontan atau secara buatan. Abortus buatan (pengguguran, aborsi, abortus provocatus) adalah abortus yang
terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan mengakhiri proses kehamilan. Abortus buatan dapat bersifat
legal (abortus provocatus medicinalis/therapeutiad) yang dilakukan berdasarkan indikasi medik.
Abortus buatan ilegal (abortus provocatus criminalis) adalah abortus yang dilakukan berdasarkan
indikasi nonmedik. Pemeriksaan terhadap tersangka pelaku abortus meliputi pemeriksaan tanda kehamilan,
toksikologi, golongan darah dan DNA membantu penyidik untuk memastikan bahwa barang bukti yang
ditemukan memang benar milik pelaku, sehingga pelaku aborsi dapat dikenakan pasal sesuai dengan aspek
hukum yang berlaku.

Daftar Pustaka
1. Hanafiah J, Amri Amir. Etika kedokteran & hukum kesehatan. Edisi ke-4. Jakarta : EGC.2008.h.107-109.
2. Leveno KJ.Obstetri Williams : panduan ringkas. Edisi ke-21.Jakarta : EGC.2009.h.60.
3. Amir A. Abortus. Dalam : Amir A. Ilmu Kedokteran forensic. Edisi-2. Medan : Ramadhan; 2005. H. 159-
168
4. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FK UI. 1997.h159-64.
5. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FK UI.
1994.h.41-2.
6. Safitry O.Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2013.h.1-63

19
20

Anda mungkin juga menyukai