Anda di halaman 1dari 8

Eksplorasi dan Remodelling Akuntansi Pada Usaha

Mikro Dan Kecil (UMK)


Zipo Rohman Armando
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Email: armando.zipo@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi terhadap kegiatan akuntansi usaha mikro dan kecil di Kota Malang. Eksplorasi berfokus untuk
mengetahui bagaimana kondisi kegiatan akuntansi dan mengapa kondisi tersebut terjadi, pemanfaatan informasi keuangan, dan memodelkan
kegiatan akuntansi yang sesuai dengan kebutuhan usaha mikro dan kecil. Penelitian ini dilakukan pada usaha mikro dan kecil di Kota Malang
dengan metode penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan metode pengambilan data dengan wawancara. Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa kondisi kegiatan akuntansi di usaha mikro sangat rendah partisipasinya. Hal ini disebabkan karena kegiatan akuntansi bukan
hal yang penting, rendahnya pendidikan dan pelatihan pemilik tentang akuntansi, dan usaha lebih fokus pada produksi dan marketing daripada
akuntansi. Selain itu, didapatkan bahwa informasi keuangan sangat rendah pemanfaatannya untuk kegiatan manajemen internal, akses kredit
perbankan, dan perpajakan. Berdasarkan kondisi tersebut dibuatlah model pencatatan kas sederhana hingga pencatatan produksi yang mampu
memenuhi kebutuhan usaha dalam manajemen internal, pemenuhan kredit perbankan, dan pelaporan perpajakan.

Kata Kunci: Kegiatan Akuntansi, Eksplorasi, Remodel, Usaha Mikro dan Kecil

1. Pendahuluan mereka melanjutkan dengan mencatat traksaksi dan sebagian


lagi melakukan perhitungan transaksi tanpa membuat laporan
Berdasarkan kontribusi dalam perekonomian Indonesia, keuangan.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha
yang strategis. Menurut Biro Pusat Statistik (2013), UMKM Tanpa laporan keuangan, usaha mikro dan kecil akan
pada tahun 2012 memiliki porsi 98,82% dari total jumlah entitas kesulitan melakukan kegiatan manajerial yang penting bagi
usaha di Indonesia. Menyerap tenaga kerja sebesar 90,12% dari perkembangan usaha. Nicholls dan Holmes (1988) yang
total angkatan kerja di Indonesia. menyatakan bahwa informasi akuntansi merupakan alat yang
digunakan untuk pengambilan keputusan. Informasi akuntansi
Tetapi dalam realita, banyak ditemukan berbagai macam memiliki kemampuan dalam mengukur dan
permasalahan yang menyebabkan UMKM tidak berjalan dengan mengkomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan
baik dan sulit bergerak. Menteri Koperasi dan UKM, Syarief ekonomi usaha yang dapat digunakan sebagai langkah untuk
Hasan yang mengatakan bahwa kendala UMKM terletak pada mengambil keputusan dalam memecahkan masalah. Kelemahan
permodalan dan sulitnya akses modal, rendahnya penggunaan dalam penyediaan laporan keuangan akan menjadi penyebab
teknologi, dan lemahnya pemasaran (Suhendra, 2013). kegagalan utama perusahaan dalam melakukan kegiatannya
Pernyataan sejenis juga disampaikan oleh Marie Elka Pangestu (Peterson, Kometzky, & Ridgway, 1993)
selaku Menteri Perdagangan, Marie mengatakan bahwa
permasalahan UMKM meliputi akses informasi terhadap pasar, Berdasarkan penelitian penyebab tidak adanya laporan
akses masuk kedalam pasar, permodalan yang terbatas, keuangan dalam UKM karena dikarenakan standard overload
kepemimpinan pelaku usaha, persaingan dan jaminan order (Nair dan Rittenberg, 1983; Suhari dan Wahdini, 2006).
besar, dan birokrasi dalam menjalankan UMKM (Malau, 2011). Standard overload terjadi ketika standar laporan yang ada dirasa
tidak sesuai dengan kebutuhan usaha, terdapat beberapa item
Salah satu penyebab peliknya permasalahan yang terjadi di dan poin dalam standar laporan keuangan yang tidak diperlukan
UMKM ialah kelemahan manajemen dalam penyediaan dan tidak sesuai dengan kebutuhan usaha yang dijalankan,
informasi akuntansi berupa laporan keuangan. Kenyataan ini sehingga pemilik merasa tidak perlu untuk mengikuti standar
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhairi (2004), tersebut. Guna mengatasi permasalahan tersebut, Ikatan
Raharjo (1993), dan Benjamin (1990) bahwa praktek akuntansi Akuntan Indonesia telah menyesuaikan dengan kebutuhan usaha
pada usaha mikro masih rendah dan memiliki banyak mikro dan kecil dengan membuat standar akuntansi khusus
kelemahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Srikadi yakni Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntansi
dan Setyawan (2010) di Jogjakarta, usaha mikro dan kecil Publik (SAK ETAP).
sebagian besar tidak menerapkan laporan keuangan sama sekali.
Banyak pengelolaan keuangan dari pelaku UKM hanya sampai Walaupun telah dibuatkan standar yang lebih sederhana
pada pengumpulan bukti transaksi dan sebagian kecil dari (SAK ETAP), tetap saja banyak UMKM yang tidak mengikuti

1
standar tersebut dengan berbagai macam alasan. Sari dan
Setyawan (2012) menyampaikan bahwa kecilnya kapasitas
usaha dan rumitnya pembuatan laporan keuangan yang 4. Ukuran usaha
menyulitkan untuk menerapkan siklus akuntansi secara benar. Kriteria ukuran usaha merupakan klasifikasi UMKM
Selain itu nilai omset usaha sangat mempengaruhi penggunaan didasarkan pada kriteria UMKM berdasarkan yakni
akuntansi pada usaha, semakin kecil omsetnya semakin sulit Biro Pusat Statistik (BPS) dan Undang-Undang No 20
ditemui akuntansi dan laporan keuangan (Wati, 2011; Wahyudi, Tahun 2008. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
2009). Wiliam, Chen, dan Tearney (1989) mengatakan bahwa
rendahnya pendidikan, jenis usaha, omset usaha, kompleksitas Tabel 1. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah
usaha, dan lingkungan usaha mempengaruhi pemilik usaha
Lembaga Indikator Mikro KecilMenengah
untuk tidak membuat laporan keuangan.
BPS1 Pekerja <5 orang 5-19 orang
20-99 orang
Kekayaan Rp. Rp.50 juta-
Rp.500 juta-
2. Metode Penelitian
50juta Rp.500 juta
Rp. 10.000
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan 2 juta
Pemerintah
pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan Omset Rp. 300 Rp.300 juta Rp. 2.500
penelitian yang mampu memberikan pemahaman tentang juta Rp 2.500 juta Rp
fenomena apa yang sedang terjadi secara menyeluruh dengan juta 50.000 juta
penggambaran secara deskriptif dalam bentuk bahasa dan kata- Sumber : 1 Biro Pusat Statistik tahun 2008 ; 2 Undang-Undang Republik
kata (Moleong, 2007). Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah;

Penelitian ini menggunakan wawancara semistruktur guna Berdasarkan hasil pencarian wawancara, dapatkan 10 orang
menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan mendalam. informan yang berasal dari 12 usaha di Kota Malang. Data
Estenberg dalam Sugiyono (2010: 233) mengemukakan terkait informan dijelaskan dalam tabel berikut:
wawancara semistruktur ialah wawancara yang dilakukan Tabel 2. Nama dan Jabatan Informan
dengan instrumen namun pertanyaan lebih terbuka dan dapat
No Nama Usaha Nama Jabatan
berkembang tanpa harus terpaku pada instrumen yang telah Informan
ditetapkan guna mendapatkan jawaban yang lebih dalam, detail, 1 PT Nusantara Media Lita Amelia Manajer Keuangan
dan mengekplorasi seluruh persepsi dan kondisi informan. Solusi (konsultan IT)
Peneliti bertanya sesuai dengan instrumen pertanyaan yang 2 Nusantara Media Lita Amelia Manajer Keuangan
Solusi (travel dan
telah disiapkan kemudian instrumen tersebut dikembangkan
rental mobil)
guna mengekplorasi jawaban informan lebih dalam dan 3 Nusantara Media Lita Amelia Manajer Keuangan
mendetail sesuai dengan kebutuhan penelitian. Solusi (toko komputer)
4 Franchise B-Travel Nugraha Hariya Pemilik
Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan 5 Keripik Buah Legitz Nugraha Hariya Pemilik
menggunakan teknik purposive sampling dengan memberikan 6 Pabrik Tahu Wawan Pemilik
kriteria terhadap objek yang diteliti. Kriteria yang diberikan 7 Kripik Tempe Andhika Surti Pemilik
terdiri dari 4 hal, yaitu: 8 Kripik Tempe Enak Aminah Pemilik
9 Kripik Buah Selamat Hendra Pemilik
1. Kegiatan usaha. 10 Tri Bina Cipta Shoheh dan Sari Pemilik
11 Keramik Rusdi Pemilik
UMKM yang dijadikan objek penelitian harus
mewakili dari kegiatan usaha dagang, manufaktur, dan
jasa. Pemilihan ini dikarenakan perbedaan kegiatan 3. Analisis dan Pembahasan
usaha berpengaruh terhadap kegiatan pencatatan dan
3.1. Gambaran Umum Informan
administrasi di UMKM.
Informan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
2. Bentuk usaha berjumlah 10 (sepuluh) orang dari 12 unit UMKM yang berada
di Kota Malang. Informan yang diteliti terdiri dari berbagai
Kriteria bentuk usaha dibedakan bedasarkan legalitas macam jenis usaha, yaitu usaha jasa, produksi, dan dagang.
usaha tersebut. Usaha yang memiliki legal formal Sebaran informan juga mencakup hampir seluruh area yang ada
berupa PT dan CV akan memiliki perbedaan yang di Kota Malang.
signifikan dalam pencatatan akuntansi dibandingkan
dengan usaha perseorangan. Secara kekelembagaan usaha yang dijadikan objek
penelitian secara umum (sekitar 80%) tidak memiliki lembaga
3. Keikutsertaan dalam kredit perbankan atau merupakan usaha perseorangan. Sisanya (20%) telah
memiliki lembaga yang jelas berupa PT dan CV. Hal ini
Kemampuan UMKM untuk bankable akan menjadi
menunjukkan bahwa objek penelitian merupakan usaha yang
penting dalam pemilihan usaha, karena usaha yang digerakkan atas dasar kepemimpinan dari pemilik tanpa struktur
mampu memenuhi standar perbankan dianggap telah organisasi yang jelas. Segala aturan organisasi, keuangan,
memiliki kemampuan untuk melakukan pelaporan manajemen, dan seluruh kegiatan yang ada bersumber dan
keuangan. berasal dari pemilik usaha. Kelemahan yang dihadapi oleh usaha

2
tersebut umumnya berupa pembagian tugas dan wewenang, informasi keuangan dalam pengambilan keputusan. Tanpa
status karyawan, sistem penggajian dan kepegawaian yang tidak laporan keuangan, keputusan ini akan sulit untuk dilakukan baik
jelas. oleh pelaku usaha dan bank sebagai penyedia dana. Oleh karena
itu, pembukuan dan pelaporan keuangan merupakan hal yang
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kriteria cukup penting dalam pertumbuhan dan perkembangan usaha
UMKM berdasarkan BPS dan UU No. 20 Tahun 2008 terbagi (Rudiantoro dan Siregar, 2011).
dalam 2 kelompok, yakni mikro dan kecil. Namun jika
diperbandingkan antara kriteria BPS dengan kriteria Undang- Berdasarkan hasil wawancara, penyediaan laporan keuangan
Undang, didapati tidak semua usaha berada dalam kriteria yang sangatlah minim. Dari 12 usaha yang dijadikan sebagai
sama kecuali usaha Jasa Konsultan IT PT Nusantara Media informan penelitian terdapat 8 usaha yang tidak memiliki
Solusi dan Keripik Tempe Andhika yang berada dalam kriteria laporan keuangan. Informan tersebut menyampaikan bahwa
kecil. Pembagian kriteria tersebut yakni: mereka tidak memiliki sama sekali laporan keuangan baik dalam
bentuk laba rugi, neraca, ataupun arus kas. Hal ini sesuai dari
Tabel 3. Kriteria Informan Berdasarkan BPS wawancara yang dilakukan kepada Aminah pemilik keripik
dan UU No. 20 Tahun 2008 Enak sebagai berikut:
No Nama Usaha Pekerja Omset Kekayaan
Saya tidak membuat laporan keuangan. Bagaimana Saya dapat
1 PT Nusantara Media 8 1.500 juta 150 juta
Solusi (konsultan IT) (kecil) (kecil) (kecil)
membuat laporan keuangan, mencatat data keuangan jarang
2 Nusantara Media 2 100 juta 450 juta
dilakukan. Kalau Saya ingin mencatat, ya Saya catat, jika tidak
Solusi (travel dan (mikro) (mikro) (kecil)
ada waktu ya tidak dicatat. Catatan yang Saya lakukan biasanya
rental mobil) menuliskan uang masuk dan uang keluar.
3 Nusantara Media 1 100 juta 100 juta Pernyataan ini juga sesuai dengan penyampaian dari Hendra
Solusi (komputer) (mikro) (mikro) (kecil)
4 Franchise B-Travel 2 300 juta 30 juta
sebagai pemilik Keripik Buah Selamat.
(mikro) (kecil) (mikro) Catatan yang Saya buat tidak lengkap sepanjang tahun. Bahkan
5 Keripik Buah Legitz 2 80 juta 20 juta beberapa, pada bulan tertentu tidak setiap hari dicatat,
(mikro) (mikro) (mikro) tergantung mood.
6 Pabrik Tahu 7 250 juta 300 juta
(kecil) (mikro) (kecil) Pernyataan dari informan sesuai dengan hasil dari penelitian
7 Kripik Tempe Andhika 5 700 juta 200 juta yang menyatakan bahwa pencatatan UMKM yang dilakukan
(kecil) (kecil) (kecil) umumnya tidak rapi dan tidak tertib. Penelitian Dianita (2011)
8 Kripik Tempe Enak 6 250 juta 100 juta
(kecil) (mikro) (kecil)
menunjukkan bahwa UMKM yang diteliti secara umum tidak
9 Kripik Buah Selamat 3 200 juta 100 juta memiliki catatan kegiatan keuangan usaha secara tertulis dan
(mikro) (mikro) (kecil) rapi. Hal ini juga didukung oleh Putra dan Kurniawati (2012)
10 Tri Bina Cipta 7 200 juta 100 juta yang menyimpulkan bahwa pencatatan yang dilakukan masih
(kecil) (mikro) (kecil) sangat sederhana dan seadanya. Hal tersebut juga dikuatkan oleh
11 Keramik 2 40 juta 30 juta penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2012) bahwa
(mikro) (mikro) (mikro)
UMKM telah melakukan pencatatan, namun tidak sesuai dengan
12 CV. iTrus Malang 4 150 juta 10 juta
(mikro) (mikro) (mikro)
kaidah akuntansi yang tepat sehingga masih sulit untuk menilai
Sumber: Data diolah. kondisi UMKM apakah dalam keadaan untung, rugi, atau break
even point.
3.2.2 Penyebab Rendahnya Partisipasi Kegiatan
3.2. Deskripsi Hasil Penelitian Akuntansi
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Secara teori, besar peranan laporan keuangan dalam usaha
informan, ditemukan beberapa kejadian dan kondisi di dalam membuat usaha harus membuat laporan keuangan untuk
UMKM yang kemudian digolongkan sesuai dengan subjek memenuhi kebutuhannya. Tetapi berdasarkan hasil wawancara
penelitian. Penggolongan ini yaitu rendahnya kegiatan akuntansi yang telah dipaparkan, bahwa UMKM yang diteliti cenderung
pada UMKM, penyebab rendahnya partisipasi kegiatan untuk tidak membuat laporan keuangan bahkan pembukuannya
akuntansi pada UMKM, dan penggunaan analisa keuangan masih dinilai sangat rendah partisipasinya. Beberapa alasan
dalam usaha informan. Hasil wawancara ini dijelaskan dengan tersebut ialah:
bentuk deskripstif sebagai berikut:
3.2.2.1 Akuntansi Bukan Hal yang Penting
3.2.1 Rendahnya Kegiatan Akuntansi pada UMKM Persepsi merupakan suatu proses dari individu dalam
Laporan keuangan adalah alat komunikasi antara data memilih, mengelola, dan menginterpretasikan suatu rangsangan
keuangan dengan aktifitas usaha dengan proses akuntansi yang yang diterimanya ke dalam suatu penilaian terkait apa yang ada
menghasilkan nilai usaha guna memberikan pandangan pada di sekitarnya (Schiffman dan Kanuk, 2010). Persepsi juga
pengambilan keputusan (Lontoh dan Lindrawati, 2004). merupakan proses tentang petunjuk indra dan pengalaman masa
Laporan keuangan memiliki tujuan untuk memberikan lampau yang relevan untuk memberikan gambaran pada situasi
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Menurut tertentu (Ruch, 1967). Persepsi pemilik terhadap pentingnya
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:4), tujuan dari laporan laporan keuangan akan berpengaruh pada bagaimana tersajinya
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut laporan keuangan. Persepsi negatif yang ditunjukkan pemilik
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu terhadap laporan keuangan akan membuat motivasi untuk
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

3
menyediakan laporan keuangan rendah dan tidak tersedianya mengerjakan dan mencatat keuangan, apa lagi kalau sudah
laporan keuangan dengan baik. sibuk pasti ada yang lupa.

Sebagian besar informan menunjukkan persepsi negatif Beberapa peneliti juga menyimpulkan hal serupa. Peacock
tentang laporan keuangan. Motivasi mereka untuk menyediakan (1985) bahwa rendahnya pengetahuan akuntansi pemilik usaha
dan membuat laporan keuangan juga rendah. Hal ini sesuai menyebabkan banyak usaha yang mengalami kegagalan.
dengan hasil wawancara di lembaga bimbingan Tri Bina Cita Bahkan Riani (2011) menunjukkan bahwa banyak UKM yang
yang disampaikan oleh Sari, istri dari pemilik usaha yang memiliki kualitas SDM rendah dan mengakibatkan lemahnya
merupakan administrasi, pemilik, dan juga tentor. manajemen yang dijalankan.
Sebenarnya laporan keuangan itu penting, tetapi buat apa? Kita 3.2.2.3 Produksi dan Pemasaran Versus Akuntansi
rasa belum butuh adanya laporan keuangan. Pemilik usaha ini Pemilik usaha cenderung menitikberatkan produksi dan
kita berdua (Shoheh dan Sari). Selain itu kita bangun usaha ini marketing daripada akuntansi. Menurut pendapat mereka,
dari nol, tanpa hutang, bisa beli tanah, bangun gedung, buka mempelajari produksi agar dapat lebih efisien dan efektif lebih
cabang, dan sebagainya. Mungkin suatu saat butuh jika sudah penting dari pada belajar keuangan. Demikian pula dengan
besar dan kami gak sanggup menanganinya lagi.
pemasaran, para informan sebagian besar berkeinginan belajar
Senada dengan itu, pemilik pabrik tahu mengatakan: pemasaran agar penjualan bisa meningkat dan keuntungan lebih
banyak didapat daripada belajar keuangan. Pemilik usaha kripik
Kita dari awal berdiri, tidak ada laporan keuangan. Paling
Enak, Aminah menyatakan:
cuma catatan apa yang harus dicatat. Laporan keuangan tidak
dibutuhkan, yang penting usaha jalan, dagangan tetep laku, Saya ini lebih suka belajar ilmu-ilmu baru tentang produksi,
kedele gak naik. Itu dah cukup. contohnya kripik ini. Setelah dapat pelatihan akhirnya Saya tau
bagaimana agar kripiknya bisa lebih renyah. Cukup direndam
Kondisi yang dialami UKM terkait lemahnya persepsi akan dengan larutan kimia maka kripik buah bisa lebih enak. Tapi
pentingnya laporan keuangan juga sesuai dengan hasil penelitian tentu saja tidak ada resiko dengan kesehatan. Ini pelatihannya
yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Sari dan Setyawan juga dapat dari dosen FTP Brawijaya. Dari pada Saya belajar
(2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara keuangan, hanya itung-itungan aja, kan udah ada kalkulator,
persepsi dan pengetahuan pelaku UKM tentang akuntansi, harga jual dikurangi beli sama dengan laba atau rugi. Kalau
dimana akan mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi kurang ya rugi kalau lebih ya untung. Ya gitu-gitu aja, simpel.
yang ada. Narsa, Widodo, dan Kurniato (2012) menemukan Hal ini juga serupa dengan penyampaian Hendra sebagai
bahwa pemilik UMKM memiliki persepsi bahwa pencatatan pemilik usaha Keripik Buah Selamat:
setiap transaksi dan aset itu bukanlah hal yang penting dalam
kelangsungan usaha. Kalau ada pelatihan dari Pemerintah atau Brawijaya Saya lebih
senang pelatihan marketing dari pada keuangan. Seperti desain
3.2.2.2 Rendahnya Pendidikan dan Pelatihan Pemilik produk, bungkus produk, atau distribusi, itu lebih bermanfaat
Usaha tentang Akuntansi dari pada keuangan karena langsung kerasa untung ruginya.
Dari segi pendidikan, pemilik rata-rata berada dalam tingkat Pemikiran ini menunjukkan bagaimana pemilik usaha
SMA dan S1. Namun demikian, disiplin ilmu yang mereka terutama UKM menganggap bahwa keuangan merupakan anak
miliki bukan berasal dari disiplin ilmu keuangan, sehingga tiri dari usaha. Mereka belum mampu melihat fungsi dan
mereka tidak paham tentang yang tujuan, fungsi, dan kegunaan pentingnya keuangan sebagai alat analisa untuk meningkatkan
laporan keuangan. Hal ini terbukti dari pendidikan S1 pemilik usaha. Rodhiyah (2012) menemukan bahwa UKM cenderung
Kripik Legitz, Nugraha Hariya, yang merupakan lulusan jurusan menganggap bahwa penyelesaian kegiatan produksi lebih
S1 IT salah satu perguruan tinggi swasta di Malang. Nugraha penting jika dibanding dengan pembukuan.
berkata bahwa:
Buat apa laporan keuangan, yang penting tahu uang masuk,
3.2.3 Penggunaan Informasi Keuangan dalam Usaha
uang keluar, lak ketahuan bathi (untung), yang penting bisa Informan
jalan sesuai target. Buat beli ini itu dah cukup. Itu saja sudah Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk
bagus. menjelaskan informasi kondisi keuangan usaha. Untuk
mengetahui kondisi keuangan perusahaan tidaklah cukup hanya
Beberapa informan telah mendapatkan pelatihan tentang melihat laporan keuangan, diperlukan analisis laporan keuangan
manajemen keuangan dan pembuatan laporan keuangan. Tetapi agar informasi yang dimiliki dapat diintrepretasikan dengan
banyak di antara informan menyampaikan bahwa menghasilkan baik. Dunia usaha memerlukan analisa keuangan sebagai alat
laporan keuangan itu susah. Wawan menyampaikan bahwa: untuk mendeskripsikan kondisi usaha sesuai dengan kebutuhan
Walau mengikuti pelatihan, tidak mungkin tiba-tiba bisa. Perlu mereka serta menjawab kondisi tersebut dengan strategi tertentu
latihan terus menerus. Lebih baik membayar orang, praktis, (Munawir, 2010: 31). Hal ini juga berlaku pada informan usaha
simpel, dan gampang. yang memerlukan analisa keuangan sebagai alat untuk
Sesuai dengan hal ini, pemilik kripik Enak juga menjawab permasalah yang mereka butuhkan.
menyampaikan: 3.2.3.1 Infomasi Keuangan Guna Analisa Manajemen
Dulu pernah ikut pelatihan produksi, keuangan, manajemen, Analisa dilakukan oleh manajemen untuk mengukur kondisi
dan lain-lain. Banyak, pokoknya. Tetapi kan tidak setelah itu usaha secara lengkap dan menyeluruh agar dapat diambil suatu
langsung bisa. Tenaganya tidak cukup kalau ngurusi semua tidakan yang berguna bagi perkembangan usaha. Analisa ini
terutama laporan keuangan. Susah. Lebih baik fokus pada memberikan pemahaman yang mendalam tentang kondisi dan
produksi dan marketing. Butuh banyak energi untuk

4
kinerja perusahaan dan membantu mengidentifikasi Kami jarang seh kredit, namun beberapa waktu lalu ada
penyimpangan dari rata-rata atau standar industri (Darsono dan beberapa orang yang menawarkan KUR. Dapat kredit usaha 25
Ashari, 2009: 51). juta buat beli mesin dan alat-alat.

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa beberapa Walaupun demikian, terdapat beberapa kondisi tertentu yang
UKM melakukan analisa internal dengan cara yang sederhana. memerlukan laporan keuangan seperti pemberian kredit atau
Hal ini terjadi karena mereka tidak mampu menyediakan laporan hibah oleh pemerintah. Syarat yang diberikan dan harus
keuangan yang dapat digunakan sebagai bahan utama dalam terpenuhi ialah laporan keuangan dan proposal kebutuhan yang
analisa keuangan. Pemilik Pabrik Tahu, Wawan, menyampaikan diperlukan. Namun beberapa UKM tidak mampu menyediakan
bahwa: hal tersebut sehingga meminta pada kerabat atau orang yang
dianggap mampu guna menyediakan laporan keuangan dan
Saya tidak pakai analisa, ya paling catatan itu aja. Kalau bayar proposal yang diminta. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
utang ya bayar utang, kalau tagih ya ditagih. Gitu aja gak usah Surti yang menyampaikan bahwa:
susah-susah. Kalau mau mengembangkan usaha ya ditabung.
Kalau mendesak ya pinjem. Ya analisa itu saja. Sekali waktu pernah ada yang bilang, ada hibah dari
pemerintah untuk usaha. Apa gitu, sudah lama. Tapi dengan
Analisa yang digunakan cenderung menggunakan analisa catatan suruh bikin proposal hibah dan sebagainya, termasuk
sederhana guna menjembatani kebutuhan jangka pendek. Hal ini laporan keuangan. Dari pada susah membuat, akhirnya minta
dilakukan karena dianggap kebutuhan tersebut merupakan tolong saudara untuk buat proposalnya. Isinya gimana gak tau,
kebutuhan paling mendesak dan harus segera disikapi. Hal ini yang penting Saya bilang pingin alat ini sebesar Rp.
sesuai dengan informasi dari Djoko Susilo, sebagai pemilik 10.000.000,-. Trus proposalnya dikirim akhirnya dapat juga.
iTrust, menyatakan bahwa: Berdasarkan dua kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
Analisa yang Saya gunakan dari rencana keuangan hanya kebutuhan UKM dalam analisa kredit sebenarnya tidaklah
berkisar berapa-berapa keuntungan yang Saya dapat, marginnya rumit. Analisa kredit tidak memerlukan laporan keuangan secara
berapa, gaji dan bonus karyawan itu saja. Tidak menggunakan lengkap dengan penyajian yang wajar namun cenderung pada
analisa yang rumit dan susah. Saya melakukan hal tersebut pencatatan transaksi yang ada serta bukti transaksi pendukung
untuk memproyeksikan kira-kira usaha ini bisa jalan apa tidak. sebagai bentuk konfirmasi pencatatan yang ada. Hal ini sesuai
Karena sebagai jasa konsultan, karyawan adalah hal yang paling
dengan penelitian Narsa, Widodo, Kurnianto (2012) bahwa
penting.
UMKM yang memiliki catatan keuangan yang baik mampu
Rodhiyah (2012) menyampaikan bahwa pencatatan mengakses kredit perbankan sehingga masalah permodalan
keuangan yang dilakukan belum dapat dipakai sebagai laporan dapat diatasi. Melalui pencatatan yang dilakukan dapat dinilai
kinerja keuangan, akibatnya tidak bisa digunakan untuk kondisi usaha apakah layak atau tidak mendapatkan kredit
memprediksi kegiatan usaha maupun sebagai usaha.
pertanggungjawaban kepada pihak-pihak terkait antara lain
pihak perbankan, pemasok, maupun pemerintah terkait dengan 3.2.3.3 Informasi Keuangan Guna Perpajakan
pajak. Narsa, Widodo, dan Kurnianto (2012) juga menyatakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 tentang
bahwa UMKM umumnya tidak memiliki laporan keuangan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima
yang sesuai dengan standar sehingga mengalami kesulitan untuk atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
dilakukan analisa oleh internal dan perbankan. yang belaku efektif pada 1 Juli 2013 menunjukkan bahwa
UMKM yang menerima penghasilan dengan peredaran bruto
3.2.3.2 Informasi Keuangan Guna Kredit Perbankan tidak lebih dari Rp4,8 milyar dalam satu tahun pajak, dikenakan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa terdapat 2 informan pajak penghasilan bersifat final dengan tarif 1%. Keputusan ini
yang melakukan pinjaman kredit terhadap perbankan dan 1 menunjukkan bahwa semua UMKM yang berada di Indonesia,
usaha yang mendapatkan hibah dari pemerintah. Kredit dalam kecuali UKM tertentu, wajib membayar pajak. Mereka
usaha digunakan untuk membiayai kegiatan nasabah yang diharuskan menghitung seluruh omset yang mereka miliki
memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk kemudian melakukan penyetoran kepada Dirjen Pajak senilai
modal kerja, dengan dana tersebut maka pihak nasabah akan 1% dari omset mereka.
dapat mengembangkan dan memperluas usahanya (Kasmir,
2008: 105). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan pihak PT Guna menentukan nilai omset usaha sesuai dengan
kebutuhan perpajakan, maka diperlukan suatu alat untuk
Nusantara Media Solusi, dimana Lita Amelia menyampaikan
bahwa: mengambarkan keuangan usaha. Alat tersebut dapat berupa
laporan keuangan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
Kami melakukan kredit kepada salah satu bank swasta. beberapa UKM tidak memiliki laporan keuangan sehingga tidak
Nilainya cukup besar, di atas 100 juta rupiah. Hal ini kami mampu untuk menunjukkan nilai omset yang mereka butuhkan
lakukan untuk membiayai modal awal proyek jaringan untuk menilai pajak. Walaupun demikian, penilaian omset dapat
pembayaran PLN. tetap dilakukan dengan catatan harus tersedia pembukuan dan
Pernyataan senada disampaikan oleh dengan pengusaha bukti transaksi sebagai pendukung usaha. Pembukuan usaha
kripik Enak bahwa dalam memenuhi kebutuhan usaha mereka akan mempermudah untuk menentukan berapa penjualan yang
melakukan pinjaman. Pemilik kripik Enak menyampaikan dilakukan oleh UKM selama satu tahun.
bahwa: Hasil wawancara, menunjukkan bahwa usaha yang
membayar pajak hanya 1 usaha saja, yaitu PT Nusantara Media
Solusi sebagai konsultan IT. Mereka tidak hanya melapokan

5
pajak namun juga menggunakan teknik pelaporan perpajakan c. Sebagai dasar pengambilan keputusan untuk
tertentu guna meringankan pajak mereka namun tetapi tidak pengembangan UMKM.
menyalahi aturan yang berlaku. Lita Amelia menyampaikan
Beberapa penelitian terdahulu ditemukan bahwa kebutuhan
bahwa:
UMKM tentang informasi keuangan ditentukan oleh volume
Kami membuat laporan pajak. Soalnya Kami bentuk PT, sudah usaha. Wati (2011) menemukan bahwa omset usaha
terdaftar di Dirjen Pajak. Untuk analisa dan laporan berpengaruh terhadap penerapan akuntansi. Demikian pula
perpajakannya, Saya analisa sendiri biar pajaknya bisa rendah. dengan penelitian yang dilakukan Wahyudi (2009) bahwa omset
Ya laporannya kami smoothing dan rapikan. Dulu dikampus, usaha berpengaruh terhadap persepsi pemilik usaha mengenai
sedikit pernah belajar tentang pajak. Soalnya kami PT yang
kegiatan utamanya konsultan IT, jadi hubungannya sama
penerapan akuntansi. Semakin besar omset suatu usaha, semakin
pengadaan barang dan jasa. Takutnya ketika ada urusan apa-apa besar pula informasi yang dibutuhkan oleh usaha, sehingga
yang berhubungan sama pajak akan beresiko bagi usaha. Selain semakin besar pula penerapan akuntansi dalam usaha tersebut.
itu karena konsultan terkadang langsung dipungut sama pihak
Berdasarkan pendekatan atas informasi dasar akuntansi
pembayar jadi selalu terekam apa saja yang kami lakukan.
dalam UMKM dan pendekatan teori bahwa volume usaha
Berbeda dengan usaha PT Nusantara Media Solusi sebagai berpengaruh terhadap akuntansi maka dibuatlah sebuah
konsultan IT, informan lainnya tidak melakukan analisa, formulasi kebutuhan pencatatan berdasarkan besaran usaha.
membuat laporan pajak, dan membayar pajak. Berbagai alasan Formulasi ini merupakan tahapan kapan sebuah usaha
dikemukakan oleh UKM, salah satunya dikarenakan tidak membutuhkan pencatatan kas sederhana, kapan suatu usaha
tersedianya data dan keinginan membayar pajak yang rendah. memerlukan kartu hutang, kartu piutang, kartu gaji, dan kartu
Hal ini diungkapkan oleh Wawan selaku pemilik Pabrik Tahu: produksi, serta laporan keuangan, dan penyusunan laporan
keuangan sesuai dengan SAK ETAP. Fomulasi ini tersaji dalam
Saya tidak bayar pajak. Laporan keuangan aja gak ada, apa
yang mau dilaporkan. Kalau orang pajaknya datang kesini ya Bagan 1 yang berisikan level kebutuhan pencatatan dan laporan
terserah. Itungen sendiri berapa pajaknya. Kan tinggal bayar. keuangan.
Pajak seringkali dianggap memberatkan pelaku usaha, Bagan 1. Level Kebutuhan Pencatatan dan Laporan
sehingga mereka tidak membuat laporan perpajakan. Hariya Keuangan
pemilik Keripik Legitz menyampaikan:
Kami tidak pernah melakukan perhitungan pajak untuk usaha.
Paling orang pajaknya juga tidak tahu berapa yang harus kami
setor. Bahkan mungking orang pajak tidak tahu kalau ada usaha
Level 4
ini. Penyusunan
Level 3 Laporan
Keuangan
Penelitian Suhari dan Wahdini (2006) yang menyatakan Penyusunan
Sesuai SAK
Laporan
bahwa laporan keuangan untuk tujuan perpajakan terlalu banyak Keuangan ETAP
(Menengah)
Level 2 Neraca dan Laba
biaya daripada manfaat yang diberikan, sehingga UMKM lebih Pencatatan Rugi
Transaksi
banyak untuk tidak membuat laporan keuangan. Neag, Masca, Lainnya seperti
(Kecil)

dan Pascan (2009) menemukan bahwa laporan keuangan Hutang, Piutang,


dan lain-lain
Level 1
UMKM yang terstandar (IFRS dan SAK) masih terlalu Pencatatan Kas (Mikro)
sederhana
kompleks untuk usaha mikro dan kecil, terlebih untuk (Mikro)
memenuhi tujuan perpajakan, tidak dapat diaplikasikan dan
susah untuk dipenuhi.
3.2.4 Rancang Model Laporan Keuangan dan Informasi
Bagan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Akuntansi yang Sesuai Dengan Kebutuhan UMKM
Level 1: menunjukkan level paling dasar, dimana setiap
Dalam memodelkan pencatatan dan pelaporan UMKM
usaha wajib dan harus mencatat kas keluar masuk. Pencatatan
perlu dibuatkan model pencatatan keuangan yang sederhana dan
pada level satu mengindasikan kebutuhan dasar bagi setiap
mudah dimengerti oleh UMKM (Narsa, Widodo, Kurnianto,
usaha. Dengan pencatatan sederhana, usaha mampu melakukan
2012). Hal ini sejalan dengan suvey yang dilakukan oleh Grant
berbagai analisa seperti jumlah omset, total transaksi per hari,
Thornton Org. (2011) bahwa banyak pelaku usaha dan akuntan
rekam jejak biaya produksi, pembayaran karyawan dan
setuju untuk melakukan penyederhanaan terhadap laporan
sebagainya. Dasar ini akan memudahkan kebutuhan analisa
keuangan yang ada dan jika dilakukan penyederhaan maka 80%
internal, kebutuhan analisa kredit, dan kebutuhan pelaporan
pelaku usaha akan menerapkannya. Meskipun demikian,
perpajakan.
pelaporan keuangan UMKM yang dibuat lebih sederhana harus
sesuai dengan kebutuhan UMKM akan analisa internal, analisa Level 2: menunjukkan transaksi khusus yang intensitasnya
perpajakan, dan keperluan kredit usaha. Selain itu, laporan telah tinggi dalam usaha. Transaksi ini menjadi penting karena
keuangan yang disajikan juga harus mampu memenuhi tujuan merupakan bagian dari usaha yang tidak terpisahkan dan
pelaporan keuangan, yaitu: berhubungan langsung dengan kertersediaan kas. Transaksi
yang memerlukan pencatatan khusus karena intensitasnya
a. Memberi informasi yang reliabel dan akuntabel
meningkat ialah penjualan, hutang, piutang, dan produksi.
mengenai posisi keuangan UMKM.
Level 3: penyusunan laporan keuangan berupa neraca dan
b. Sebagai bahan untuk menilai kinerja UMKM.
laba rugi. Penyusunan laporan keuangan diperlukan ketika

6
volume usaha semakin meningkat dan besar. Kebutuhan analisa Dalam penelitian ini juga ditemukan kebutuhan UMKM
keuangan yang lebih kompleks dibutuhkan guna menjelaskan tentang penggunaan informasi akuntansi. Mereka menginginkan
kondisi usaha yang sesuangguhnya. Contohnya pada usaha PT informasi akuntansi mampu menjembati kebutuhan internal
Nusantara Mitra Solusi yang membuat neraca yang digunakan mereka dalam analisa manajemen secara sederhana seperti
sebagai pertanggungjawaban kepada pemilik dan melaporkan hutang, piutang, gaji, dan produksi. Mereka juga membutuhkan
peningkatan ekuitas masing-masing pemilik. Selain itu, laporan informasi akuntansi mampu menjebatani persyaratan untuk
keuangan diperlukan untuk masuk ke dalam lembaga-lembaga memenuhi kredit perbankan. Selain itu mereka juga
tertentu guna mengakses kredit yang lebih besar, kerjasama membutuhkan informasi akuntansi yang mampu menjembatani
penjualan yang lebih tinggi, atau pengabungan usaha. Karena masalah perpajakan UMKM walaupun mereka belum tentu
kebutuhan ini, maka laba rugi dibutuhkan untuk menunjukkan melakukan pembayaran pajak.
sejauh mana usaha mampu menghasilkan keuntungan, serta
Guna menjembatani permasalahan rendahnya intensitas
bagaimana usaha meningkatkan ekuitas pemilik.
akuntansi dan kebutuhan akan informasi akuntansi usaha mikro
Level 4: penyusunan laporan keuangan sesuai dengan SAK dan kecil dibuatlah rancang model memudahkan mereka dalam
ETAP. Penyusunan laporan keuangan sesuai standar yang melakukan kegiatan akuntansi tetapi juga mampu
ditentukan oleh peraturan jika usaha menjadi lebih besar dan menyelesaikan kebutuhan mereka tentang informasi akuntansi.
kompleks. Terlebih jika usaha memiliki omset Rp4,8 milyar, Rancang model ini terdiri dari pencatatan kas sederhana yang
maka diperlukan laporan keuangan yang sesuai standar, yakni merupakan induk dari informasi akuntansi yang ada, catatan
SAK ETAP yang merupakan standar akuntansi yang ditujukan piutang, catatan hutang, catatan gaji, dan catatan produksi.
untuk UMKM. Penggunaan laporan keuangan sesuai SAK Rancang model yang telah dibuat kemudian dianalisa lebih
ETAP hanya diformulasikan bagi UMKM yang usahanya telah lanjut berdasarkan kapasitas dan volume usaha mereka.
kompleks dan mampu menyediakan tenaga kerja khusus dalam Pembagian ini di gambarkan dalam 4 level usaha yakni: level 1,
bidang akuntansi, terlebih jika terdapat software akuntansi yang usaha mikro dengan volume usaha kecil; level 2, usaha mikro
digunakan dalam usaha tersebut. Hal ini akan memudahkan dengan volume usaha sedang; level 3, usaha kecil; level 4, usaha
usaha karena kebutuhan analisa internal tidak hanya analisa sedang terutama jika volume usaha mampu mencapai Rp4,8
sederhana, tapi jauh lebih kompleks guna membuat usaha Milyar sesuai dengan batas maksimum pajak UMKM.
semakin efektif dan efisien. Dari segi kebutuhan kredit, usaha
dalam tingkatan ini juga membutuhkan permodalan yang besar 5. Daftar Pustaka
dalam usahanya, sehingga pihak perbankan memerlukan analisa [1] _________. (2008). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
yang lebih dalam dengan jaminan yang sesuai dengan kondisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta: Sekretariat Negara Republik
usaha. Dari segi perpajakan, nilai pajak tidak lagi ditentukan Indonesia.
oleh omset sebagai acuan utama, tetapi terdapat PKP [2] _________. (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46
(Penghasilan Kena Pajak) yang dihitung berdasarkan omset Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Jakarta:
dikurangi biaya dan PKP yang telah diketahui yang dihitung Kementrian Sekertaris Negara.
kembali berdasarkan prosentase tertentu untuk mengetahui [3] Anggraeni, I. (2012). Penerapan Sistem Akuntansi Sederhana pada UKM
jumlah pajak yang dibebankan. Oleh karena itu, dalam penyajian Cireng Cageur Group Bogor. Skripsi. Bogor: IPB: Fakultas Ekonomi dan
perpajakan diperlukan teknik khusus guna membuat laporan Manajemen.
perpajakan yang baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku. [4] Benjamin, W. (1990). Laporan Keuangan (Ikhtisar Akuntansi)
Dalam SAK ETAP laporan yang perlu disajikan ialah Laporan Perusahaan Kecil. Seminar Akuntan Nasional. Surabaya.
Laba rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan [5] Biro Pusat Statistik. (2008). Indikator Makro Ekonomi Usaha Kecil dan
Catatan Atas Laporan Keuangan. Menengah Tahun 2003. BPS.
[6] Biro Pusat Statistik. (2013). Jumlah Usaha Kecil dan Menengah di
4. Kesimpulan Indonesia. BPS.
[7] Darsono, dan Ashari. (2009). Pedoman Praktis Memahami Laporan
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di Kota Keuangan. Yogyakarta: Andi.
Malang tentang kegiatan akuntansi UMKM. Berdasarkan hasil [8] Dianita, I. (2011). Studi Penerapan Pencatatan Keuangan pada Usaha
penelitian yang dilakukan, peneliti menghasilkan kesimpulan Mikro dan Kecil. Skripsi. Surabaya: UPN Veteran.
bahwa pencatatan keuangan usaha mikro dan kecil intensitasnya [9] Grant Thornton (Org). (2001). Simplifying Financial Reporting Survey.
rendah. Mereka cenderung untuk tidak melakukan pencatatan Grant Thornton (Org).
transaksi dengan baik. Sedikit usaha yang melakukan pencatatan [10] Holmes, S., dan Nicholls, D. (1988). An Analysis of The Use of
dengan lengkap hingga terbentuk laporan keuangan. Rendahnya Accounting Information by Australian Small Business. Journal of Small
intensitas pencatatan dalam UMKM disebabkan karena Business Managemen. Volume 26 (20), 57-68.
beberapa faktor, yaitu: (1). Pemilik memiliki persepsi bahwa [11] Ikatan Akuntansi Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
pencatatan, pembukuan, dan pelaporan bukanlah hal yang
[12] Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
penting. (2). Rendahnya pendidikan dan pelatihan pemilik
tentang akuntansi sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana [13] Lontoh, F. O., dan Lindrawati. (2004). Manajemen Laba Dalam Persepsi
Etis Akuntan Di Pulau Jawa. Jurnal Wida Manajemen & Akuntansi, 4(1),
melakukan pencatatan, pembukuan, dan pelaporan. (3). 1-26.
Kecenderungan pemilik untuk fokus pada kegiatan produksi dan [14] Malau, S. (2011). Inilah Enam Masalah UKM di Tiap Negara.
marketing dari pada akuntansi, seolah-olah akuntansi adalah (http://www.tribunnews.com/bisnis/2011/07/11/inilah-enam-masalah-
anak tiri dalam usaha. ukm-di-tiap-negara, diakses pada 1 November 2013)
[15] Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

7
[16] Munawir. (2010). Analisis Laporan Keuangan (Edisi Keempat). [26] Rudiantoro, R., dan Siregar, S. V. (2011). Kualitas Laporan Keuangan
Yogyakarta: Liberty. UMKM Serta Prospek Implementasi SAK ETAP. Simposium Nasional
[17] Narsa, I. M., Widodo, A., dan Kurnianto, S. (2012, Desember). Akuntansi XIV Aceh 2011: 21-22.
Mengungkap Kesiapan UMKM dalam Implementasi Standar Akuntansi [27] Sari, R. N., dan Setyawan, A. B. (2012). Persepsi Pemilik dan
Keuangan Entitas Tanpa AKuntabilitas Publik (PSAK-ETAP) Untuk Pengetahuan Akuntansi Pelaku USaha Kecil dan Menengah Atas
Meningkatakan Akses Modal Perbankan. Majalah Ekonomi, Volume Penggunaan Informasi Akuntansi. Seminar Nasional UPI Bandung.
XXII, No 3: 204-214. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
[18] Neag, R., Masca, E., dan Pascan, I. (2009). Actual Aspects Regarding The [28] Schiffman, L. C., dan L., K. L. (2010). Prilaku Konsumen. Jakarta:
IFRS For SME Opinion, Debates, and Future Development. Annales Indeks.
Univertsitatis Apulensis Series Economica, Volume 11(1). [29] Srikandi, C., dan Setyawan, A. (2010). Analisis Penerapan Siklus
[19] Peacock, R. (1985). Finding the Causes of Small Bussines Failure. Akuntansi Pada Usaha Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa
Management Forum, Volume 11(2). Yogyakarta. STIE Nusa MegarKencana E-Journal.
[20] Peterson, R.A., Kometzky, G., dan Ridgway, N.M. (1993). Perceived [30] Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Causes of Small Bussines Failure: A Research Note. American Journal of Bandung: Alfabeta.
Small Bussines. Volume 8 (1): 15-19. [31] Suhairi. (2004). Personalitiy, Accounting Knowledge, Accounting
[21] Putra, H. A., dan Kurniawati, E. P. (2012). Penyusunan Laporan Information Usage, and Performance: A Research On Entrepreneurship
Keuangan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Berbasi Standar Of Indonesia Medium Industries. Desertasi. Malaysia: USM.
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). [32] Suhari, dan Wahdini. (2006). Persepsi Akuntan Terhadap Overload
Jurnal Pekan Ilmiah Dosen FEB (halaman. 547-580). Salatiga: Standar Akuntansi Keunagan (SAK) Bagi USaha Kecil Dan Menengah.
Universitas Kristen Satya Wacana: Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Makalah yang disamapaikan pada SNA IX Padang.
[22] Raharjo, M. D. (1993). Faktor-faktor keuangan yang mempengaruhi [33] Suhendra, Z. (2013). Di Forum APEC 2013, Syarief Hasan Beberkan 3
usaha kecil dan menengah di Indonesia. In K. J. Akrasanee, Aspek-aspek Masalah UKM Indonesia. (http://finance.detik.com/read/2013/10/05/
finansial usaha kecil dan menengah; Studi kasus Asean (hal. 16-50). 104457/2378640/1036/di-forum-apec-2013-syarief-hasan-beberkan-3-
Jakarta: LP3ES. masalah-ukm-indonesia diakses pada 1 November 2013)
[23] Riani, N. Z. (2011). Indentifikasi Permasalahan dan Kerangka [34] Wahyudi, M. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengembangan Kluster UMKM Sandang di Bukittinggi Sumatra Barat. Penggunaan Informasi Akuntansi Pada Usaha Kecil dan Menengah
TINGKAP, 51-64. (UKM) di Yogyakarta. Tesis. Semarang: Universitas Dipenogoro
[24] Rodhiyah. (2012). Kajian Tentang Akuntabilitas Usaha Kecil Menengah Semarang.
Melalui Laporan Keuangan. Skripsi. Semarang: UNDIP: Jurusan [35] Wati, E. E. (2011). Persepsi Para Pelaku UKM (Usaha Kecil dan
Administrasi Bisnis. Menengah) Terhadap Penerapan Akuntansi. Skripsi. Surabaya: Sekolah
[25] Ruch, F. L. (1967). Psychology and Life. Atlanta: Foresman and Ringgi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Company. [36] Williams, L., Chen, R., dan Tearney, M. (1989). Accounting Standards:
Overload for Small Business. The National Public Accountant, 40-43.

Anda mungkin juga menyukai