Anda di halaman 1dari 16

unsur-unsur kebudayaan suku banjar

Sistem religi/ kepercayaan suku banjar

Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan


Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam.Pengkategorian atas berbagai sistem
kepercayaan yang ada ini dalam masyarakat Banjar sebagian berdasarkan atas kesatuan-kesatuan
sosial yang menganutnya.Dalam ungkapan lain, istilah Islam Banjar setara dengan istilah-istilah
berikut: Islam di Tanah Banjar, Islam menurut pemahaman dan pengalaman masyarakat Banjar,
Islam yang berperan dalam masyarakat dan budaya Banjar, atau istilah-istilah lain yang sejenis,
tentunya dengan penekanan-penekanan tertentu yang bervariasi antara istilah yang satu dengan
lainnya.
Kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam bukanlah satu-satunya kepercayaan religius
yang dianut masyarakat Banjar, sistem ritual dan sistem upacara yang diajarkan Islam bukanlah
satu-satunya sistem upacara yang dilakukan.Keseluruhan kepercayaan yang dianut orang Banjar
menurut beberapa Sejarawan Banjar telah dibedakan menjadi tiga kategori.Yang pertama ialah
kepercayaan yang bersumber dari ajaran Islam.Isi kepercayaan ini tergambar dari rukun iman
yang ke enam.Kedua, kepercayaan yang berkaitan dengan struktur masyarakat Banjar pada
zaman dahulu, yaitu pada masa sultan-sultan dan sebelumnya.Orang-orang Banjar pada waktu
itu hidup dalam lingkungan keluarga luas, yang dinamakan bubuhan dan juga bertempat tinggal
dalam lingkungan, bubuhan pula.Kepercayaan demikian ini selalu disertai dengan keharusan
bubuhan melakukan upacara tahunan, yang biasa dinamakan sebagai aruh tahunan.Ketiga,
kepercayaan yang berhubungan dengan beragam tafsiran dari masyarakat atas alam lingkungan
sekitarnya, yang mungkin adakalanya berkaitan pula dengan kategori kedua.kepercayaan.Untuk
kategori pertama mungkin lebih baik dinamakan kepercayaan Islam, kategori kedua kepercayaan
bubuhan dan kategori ketiga kepercayaan lingkungan.
Sistem kekerabatan suku banjar

Sistem kekerabatan suku Banjar pada umumnya adalah sama, untuk daerah seluruh
Kalimantan Selatan. Suku Banjar mendasarkan kekerabatan mereka menurut garis dari keturunan
ayah dan garis keturunan ibu atau bilateral.Tetapi di akui bahwa dalam hal-hal tertentu terutama
yang menyangkut masalah kematian, perkawinan yang menjadi wali asbah adalah garis dari
pihak ayah. Dalam hal masalah keluarga besar dan pengertian keluarga besar, maka berlaku garis
keturunan ayah dan garis keturunan ibu, keduanya diberlakukan sama.
Masyarakat suku Banjar mengenal istilah Bubuhan, yang dimaksud dengan istilah
bubuhan dalam masyarakat Banjar adalah kelompok kekerabatan yang merupakan kumpulan
dari keluarga batih yang merupakan satu kesatuan. Bubuhan ini yang menurut pengertian
Sosiologi adalah keluarga besar, yaitu yang terdiri dari dua keluarga batih atau lebih yang masih
mempunyai hubungan keturunan satu sama lain, baik menurut garis keturunan ayah atau ibu.
Keluarga bubuhan, yang disebut keluarga besar, tetapi disebut pula keluarga luas.Dari
perkawinan terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang sering disebut keluarga inti atau
keluarga batih.Satu keluarga batih terdiri dari satu suami dan satu istri (atau lebih).Selama satu
tahun tersebut, keluarga batih baru ini diberi kesempatan untuk mengerjakan sawah atau ladang
sendiri dan orang tua istri, mereka selalu membantu kehidupan keluarga baru ini.Tetapi kalau
keluarga baru ini belum mempunyai kemampuan hidup berpisah dari rumah keluarga istrinya,
kecendrungan menetap dalam keluarga istri ini disebut matrilokal atau uksorilokal.Kalau ikut di
keluarga pihak suami disebut patrilokal.Kalau mereka telah mempunyai kemampuan untuk hidup
sendiri dan berpisah dari orang tua (dari istri atau suami) disebut neolokal.sistem kekerabatan
umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah tertentu sebagai panggilan dalam keluarga.
Skema di atas berpusat dari ULUN sebagai penyebutnya.
Bagi ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara tertua
disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha, saudara tengah dari
ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman) dan Makacil (bibi),
sedangkan termuda disebut Busu. Untuk memanggil saudara dari kai dan nini sama saja, begitu
pula untuk saudara datu.
Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya, yaitu:
minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
maruai (isteri sama isteri bersaudara)
ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
badangsanak (saudara kandung)
Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga menggunakan
kata aku untuk menunjuk diri sendiri.Sedangkan untuk menghormati atau memanggil yang lebih
tua digunakan kata pian atau andika, dan kata ulun untuk menunjuk diri sendiri.

Sistem pencahariaan suku banjar


Orang Banjar dikenal dengan julukan masyarakat air (`the water people') karena adanya
pasar terapung, tempat perdagangan hasil bumi dan kebutuhan hidup sehari-hari di sungai-sungai
kota Banjarmasin, ibukota Propinsi Kalimantan Selatan.
Sebagian besar mereka hidup bertani dan menangkap ikan. Sekarang banyak pula yang bergerak
dalam bidang perdagangan, transportasi, pertambangan, pembangunan, pendidikan, perbankan,
atau menjadi pegawai negeri. Selain itu, mereka mempunyai keahlian menganyam dan membuat
kerajinan permata yang diwariskan secara turun temurun. Upacara-upacara adat masih
dipertahankan. Kekayaan alam dan kesuburan tanah tempat orang Banjar ternyata tidak otomatis
meningkatkan taraf hidup mereka. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana transportasi
(kondisi jalan dan angkutan) yang terbatas menyebabkan produk pertanian dan non pertanian
mereka sulit untuk dipasarkan. Selain itu, kesulitan mendapat modal juga mengurangi ruang
gerak mereka.
Melihat corak ekonominya, maka dapat dibagi menjadi beberapa sub bidang yaitu:
1. Pertanian
Kehidupan masyarakat Banjar tidak lepas dengan kehidupan agrarisnya, mengingat
kebanyakan penduduk Kal-Sel menyandarkan pendapatannya dalam bidang ini, walaupun untuk
usaha sampinganpun juga dilakukan apalagi bagi penduduk yang bertempat tinggal didataran
rendah, dataran tinggi, rawa dan dekat sungai. Dalam hal istilah dalam bertani sendiri, masing-
masing mempunyai kata tersendiri untuk menyebutkannya seperti:
a. Khusus dataran tinggi, ada beberapa kriteria penyebutan seperti: Ladang Tegalan atau Bahuma
Gunung
Biasanya dilakukan oleh masyarakat yang bermukim didaerah pegunungan seperti
pengunungan meratus yang sistemnya masih menggunakan sistem tebang-bakar atau swidden
(berpindah) yang menggunakan sistem siklus apabila lahan yang telah digunakan nantinya dapat
kembali ditanami apabila telah menjadi belukar. Ini mungkin memerlukan waktu yang relative
lama, tetapi karena telah menjadi kebiasaan maka nantinya tanah tersebut akan tetap diolah.
b. Khusus dataran rendah, menyebutnya dengan istilah:
Sawah untuk membedakan antara pertanian dataran tinggi dan rendah dimana pada pertanian
dataran rendah sendiri berada dialiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan Selatan,
dibedakan menjadi:
1. Sawah Tahun
Umur padinya sampai berumur 1 tahun, biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tersebar
didaerah khusunya seluruh Kal-Sel.
2. Bahuma Surung
Menanam bibit padi dilakukan pada saat musim kemarau tiba, dengan panennya saat musim
hujan. Bahuma surung ini dilakukan Urang Banjar hanya sebagai penyeling Sawah Tahun,
hingganya lahan tidak terlantar dan tidak akan menjadi lahan tidur.
3. Bahuma Rintak
Kebalikan dari bahuma surung maka pelaksanaannya dapat dilakukan pada saat musim
penghujan, sedangkan panennya dilakukan pada saat kemarau.
4. Bahuma Gadabung
Sama seperti pada sawah tahun, hanya saja dalam hal perbedaan penanaman bibitnya
menyesuaikan dengan keadaan musim.Bahuma Gadabung sudah tidak dilakukan lagi mengingat
musim yangb tidak menentu.
5. Bahuma Penyambung
Mengingat kemungkinan musim hujan yang lama maka dilakukanlah bahuma penyambung ini
agar tidak terjadi kegagalan panen pada saat musim yang tidak menentu.
2. Berkebun
Berkebun merupakan kegiatan masyarakat yang dilakukan di dataran rendah dan di
dataran tinggi sesuai dengan geografis wilayahnya, usaha berkebun ini sebagai usaha jangka
panjang yang dilakukan. Adapun berkebun yang dilakukan urang banjar diklasifikasikan
menjadi:
1. Kebun rumbia
Jenis perkebunan ini ditanam di dataran rendah yang dialiri sungai sungai besar seperti sungai
Bahan, Negara, dan sungai tapin. Hasil dari perkebunan ini adalah sagu, daunnya untuk atap, dan
pelepahnya untuk membuat lampit, hati atau paya digunakan untuk makan ternak yaitu untuk
pangan itik.Begitu bermanfaatnya rumbia sebagai usaha bidang perkebunan maka usaha ini
masih banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Tapin.
2. Kebun nyiur
Merupakan perkebunan kelapa yang berada didataran rendah yang biasanya ditanam diatas
tanggul atau galangan dan parit-parit berupa jalur-jalur untuk membawa buah yang dipetik
dengan cara menghayutkan buah kelapa tersebut di parit-parit.
3. Kebun pisang
Pengusahaan Pohon pisang juga dilakukan didataran rendah, yang ditanam digalangan sawah.
4. Kebun paring atau bamboo
Kebun paring banyak terdapat didaerah-daerah dataran tinggi yang kadang terlihat seperti hutan
bamboo, karena jarak yang berdekatan. Bisanya digunakan sebagai bahan baku untuk membuat
kerajianan alat penangkapan ikan, dan anyaman bambu.
5. Kebun hanau atau enau
Jenis pekebunan ini ditanam didaerah pegunungan dengan hawa sejuk, proses pengambilan
sarinya disebut menyadap seperti pada karet. Hanau atau enau ini merupakan salah satu bahan
baku untuk membuat gula merah atau gula habang.Dalam proses penyadapan, orangnya harus
naik keatas pohon untuk mengambil sari atau nira dan diletakkan didalam bumbung atau sejenis
batang pohon bambu yang besar untuk menyimpannya, setelah beberapa jam (saat nira telah
habis menetes yang terkandung) maka bumbung yang telah berisi cairan enau tadi diambil dan
disaring untuk memisahkan sari dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya, maka proses
selanjutnya adalah perebusan sari sampai cairan tersebut mengental, untuk menghasilkan warana
gula merah yang bagus (kekuning-kuningan) maka oleh sebagian orang diberi parutan kemiri
secukupnya. Maka proses terakhir adalah penuangan sari kedalan cetakan khusus.
6. Kebun karet
Hampir diseluruh pelosok Kalimantan-Selatan terdapat perkebunan karet, mengingat
pengusahaan bidang ini dirasa sangat menguntungkan bagi orang yang mengusahakannya,
khususnya adalah di daerah dataran tinggi seperti: Kabupaten Tanjung, Tabalong,HSU, HST,
HSS dan Tapin yang mengusahakan lahannya untuk perkebunan karet. Secara umum penjualan
hasil karet ini terdapat di daerah Tanjung.
7. Kebun lurus
Diusahakan didataran tinggi, dan dimanfaatkan untuk usaha perkayuan, sebagai bahan baku
meubel.
8. Kebun buah-buahan bermusim
Untuk kebun buah-buahan bermusim seperti: rambutan, langsat atau duku, tiwadak atau
cempedak, dan jenis buah-buahan yang ada pada bulan-bulan tertentu, jenis buah-buahan ini
tersebar di seluruh pelosok Kalimantan Selatan.
3. Perikanan
1. Perikanan darat
2. Perikanan disungai besar
3. Kumpai Paiwakan
Jenis pengusahaan perikanan ini umumnya berada di tepian sungai-sungai besar dengan
memanfaatkan media enceng gondok (ilung) dan batang-batang pohon yang disatukan, dengan
media ini maka ikan-ikan yang hidup di sungai bersarang pada media tersebut.

1. Raba
Sama halnya dengan kumpai paiwakan maka media yang digunakan adalah batang pohon dan
enceng gondok.Namun, pemeliharaan ikan ini lebih dkhususkan sebagai tempat memancing dan
menombak ikan yang hidup didalamnya.
2. Danau
Daerah Kalimantan Selatan terdapat dua buah danau yaitu danau panggang di Kabupaten Hulu
Sungai Utara dan danau bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ada berbagai macam ikan
yang dihidup didanau tersebut, penangkapannyapun masih menggunakan alat-alat tradisional
yang disesuaikan dengan pola musim.
3. Sungai paiwakan
Anak-anak sungai ditujukan kedaerah rawa untuk kemudian sebagai tempat perkembangan ikan
dengan menggunakan penghalang yang terbuat dari bamboo, pada saat musim penghujan maka
penghalang antara anak sungai dengan rawa ini dibuka dimaksudkan agar ikan-ikan ini kemudian
tertampung di air rawa.
4. Sumur paiwakan
Hampir sama dengan sungai paiwakan, tetapi biasanya jauh dari tepi sungai, hingganya terdapat
kesulitan untuk mengambil hasil ikan dari sumur paiwakan ini.
5. Pirungkang
6. Perikanan laut
4. Peternakan
1. Peternakan kerbau atau hadangan (dilakukan di daerah dataran rendah dan dataran tinggi)
2. Peternakan sapi
3. Peternakan itik
4. Peternakan ayam rumah
5. Meramu
Kegiatan meramu yang ada di masa sekarang ini yaitu:
1. Meramu galam
2. Meramu kapur naga, papung, dan balangiran.
3. Meramu halayung dan sirang
4. Meramu rotan
6. Kerajinan tangan
Ada beberapa jenis kerajinan yang berkembang di Kalimantan Selatan antara lain:
1. Penggosokan intan dan batu-batu alam
2. Kerajinan dengan media daun-daunan (misalnya daun rumbia)
3. Kerajinan rotan
4. Kerajinan jangkang
5. Pertukangan rumah
6. Tukang mas
7. Kerajinan kuningan
8. Pandai besi
9. Kerajinan gerabah
10. Kerajinan pembuatan kain tradisional
11. Kerajinan pembuatan alat penangkap ikan
12. Pembuatan anyaman purun
13. Kerajinan sulam-menyulam dan membordir
14. Pembuatan kue-kue tradisional
15. Kerajinan anyaman bambu
7. Kegiatan perdagangan
Kegiatan perdagangan ini berkembang pada masyarakat yang bertempat tinggal di
bantaran sungai, bidangnya sendiripun ada berbagai macam perdagangan yang dijalankan oleh
masyarakatnya sesuai dengan tingkat keperluan. Namun, ada ciri khas dalam kegiatan berdagang
itu sendiri yakni dikenalnya system penyambangan atau pembalantikan (sebagai pedagang
perantara antara produsen utama dengan konsumen tingkat lanjut yang biasanya menunggu
ditempat-tempat tertentu untuk membeli secara langsung barang-barang yang akan dijual
langsung dari produsen).

Sistem peralatan hidup suku banjar


1. Alat-alat produktif
Peralatan yang digunakan antara lain:
Peralatan untuk bertani: parang cangkuk (untuk menebas),parang Duyung (untuk merumput di
sawah),parang Lantik (untuk menebaspepohonan yang kecil),Belayung (untuk menebang pohon
yang besar),dan cangkul
Peralatan untuk rumah tangga : Parang Bungkul (untuk memotong benda-benda yang cukup
besar),pisau,lading,kapak,dll.
2. Senjata
Senjata digunakan masyarakat Banjar untuk melindungi dirinya dari musuh dan bisa juga
berfungsi sebagai alat produktif seperti untuk mengangkap ikan,berburu di hutan,jerat
perangkap,dll. Contohnya Mandau, Sumpit, serapang (tombak lima mata), tiruk (tombak panjang
lurus untuk berburu ikan haruan atau ikan gabus dan tomat disungai), pengambangan ( tombak
lurus bermata satu), duha ( pisau bermata dua untuk berburu babi)
3. Makanan
Dalam pembuatan makanan diperlukan sistem teknologi yang digunakan untuk membuat
makanan tersebut mempunyai nilai lebih.Bagaimana cara mengolah,memasak,dan
menyajikannya juga harus diperhatikan.apalagi penggunaan bumbu-bumbunya.salah satu hasil
makanan orang Banjar yang terkenal adalah SOTO BANJAR yang telah tuurun temurun
menggunakan resep warisan leluhur mereka.
4. Pakaian dan Perhiasan
Untuk itu dalam pembuatannya diperlukan sistem teknologi yang tepat seperti pembuatan kain
sasirangan yang mengguanakan teknik cetak sehingga dihasilkan kain yang bermotif sama,dalam
pembuatan kain tenun juga dilakukan teknik tenun halus.Perhiasan digunakan sebagai cedera
mata, pelengkap dalam berbusana dan menambah keanggunan seseorang.Masyarakat Banjar
telah mengenal perhiasan sejak dulu yaitu ada yang menggunakan lokan,kerang,batu hias,dan
emas.
5. Rumah
Orang Banjar mengenal sistem pembuatan rumah mereka yaitu dengan mengikat bahan
material,merangkai kayu-kayu,dan menyusunnya menjadi bentuk sebuah rumah yang mereka
inginkan.dengan bahan utama adalah kayu ulin karena banyak terdapat di sekitar mereka.Rumah
yang dijadikan rumah adat adalah rumah bubungan tinggi/rumah panggung karena bentuk pada
bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45. Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar
ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan.
Namun perkembangannya kemudian bentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan di
samping kiri dan kanan bangunan dan agak ke belakang ditambah dengan sebuah ruangan yang
berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi.
Bangunan tambahan di samping kiri dan kanan ini tamapak menempel (dalam bahasa Banjar:
Pisang Sasikat) dan menganjung keluar.
Bangunan tambahan di kiri dan kanan tersebut disebut juga anjung; sehingga kemudian
bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan nama Rumah Ba-anjung.
6. Alat-alat Transportasi
Yang menjadi alat transportasi utama mereka adalah jukung yang menjadi sarana trasportasi
sungai. Dari ke-8 sistem teknologi tersebut menandakan bahwa masyarakat Banjar telah peka
terhadap perkembangan teknologi yang sangat mereka perlukan untuk mempermudah pekerjaan
mereka

Sistem bahasa suku banjar


Bahasa banjar adalah bahasa daerah kalimantan selatan yang dipergunakan oleh suku
banjar. Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa
Melayu.Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar
Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dan lain-lain. Beberapa kata-kata dalam bahasa
banjar untuk kata ganti orang berdasarkan tingkatannya:
( halus ) Ulun = Saya ; ( Sam) Piyan/ ( an), dika = Kamu
( netral / sepadan)Aku, diyaku = aku ; Ikam, kawu = kamu
( agak kasar )Unda, sorang =aku ; Nyawa = kamu.
Kalau diperhatikan pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi adanya
variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu kelompok dengan
kelompok suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat disebut dialek dari bahasa Banjar yang
bisa dibedakan antara dua dialek besaryaitu:
Bahasa Banjar Hulu Sungai/Bahasa Banjar Hulu
Bahasa Banjar Kuala
Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh penduduk asli sekitar kota Banjarmasin,
Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu adalah bahasa Banjar yang dipakai
penduduk daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan,
Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara (dan Balangan) , Tabalong, Amuntai, Alabiu, Kalua,
Kandangan. Pemakai dialek Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan masih menunjukkan beberapa
variasi subdialek lagi
Sistem keseniaan suku banjar
Masyarakat Banjar telah mengenal berbagai jenis dan bentuk kesenian, baik Seni Klasik,
Seni Rakyat, maupun Seni Religius Kesenian yang menjadi milik masyarakat Banjar. Suku
Banjar mengembangkan seni dan budaya yang cukup lengkap, walaupun pengembangannya
belum maksimal, meliputi berbagai cabang seni. Seni ukir dan arsitektur tradisional Banjar
tampak sekali pembauran budaya, demikian pula alat rumah tangga, transportasi, tari, nyanyian,
dan sebagainya.
1. Seni tari
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan
istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari daerah Banjar yang
terkenal misalnya:
Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.
Tari Baksa Panah
Tari Baksa Dadap
Tari Baksa Lilin
Tari Baksa Tameng
Tari Radap Rahayu
Tari Kuda Kepang
Tari Japin/Jepen
Tari Tirik Kuala
Tari Gandut
Tari Tirik
Tari Babujugan
Tari Jepen Lenggang Banua
Tari Japin Hadrah
Tari Kambang Kipas
Tari Balatik
Tari Parigal Amban
Tari Tameng Cakrawati
Tari Alahai Sayang
2. Seni karawitan
a. Gamelan banjar
- Gamelan banjar tipe keratin
- Gamelan banjar tipe rakyatan
3. Lagu daerah
Lagu daerah Banjar yang terkenal misalnya :
Ampar-Ampar Pisang
Sapu Tangan Babuncu Ampat
Paris Barantai
Timang Banjar
Banjarmasin
4. Seni Rupa Dwimatra
a. Seni ayaman
Seni anyaman dengan bahan rotan, bambu dan purun sangat artistik. Anyaman rotan berupa tas
dan kopiah.
b. Seni lukisan kaca
Seni lukisan kaca berkembang pada tahun lima puluhan, hasilnya berupa lukisan buroq, Adam
dan Hawa dengan buah kholdi, kaligrafi masjid dan sebagainya. Ragam hiasnya sangat banyak
diterapkan pada perabot berupa tumpal, sawstika, geometris, flora dan fauna.
c. Seni tatah/ukir

Motif ukiran juga diterapkan pada sasanggan yang terbuat dari kuningan.

Motif jambangan bunga dan tali bapilin dalam seni tatah ukir Banjar seni ukir terdiri atas tatah
surut (dangkal) dan tatah babuku (utuh). Seni ukir diterapkan pada kayu dan kuningan. Ukiran
kayu diterapkan pada alat-alat rumah tangga, bagian-bagian rumah dan masjid, bagian-bagian
perahu dan bagian-bagian cungkup makam. Ukiran kuningan diterapkan benda-benda kuningan
seperti cerana, abun, pakucuran, lisnar, perapian, cerek, sasanggan, meriam kecil dan sebagainya.
Motif ukiran misalnya Pohon Hayat, pilin ganda, swastika, tumpal, kawung, geometris, bintang,
flora binatang, kaligrafi, motif Arabes dan Turki.
d. Pencak silat kuntau banjar
Pencak Silat Kuntau Banjar adalah ilmu beladiri yang berkembang di Tanah Banjar dan daerah
perantauan suku

5. Seni Rupa Trimatra (Rumah Adat)


Rumah adat Banjar ada beberapa jenis, tetapi yang paling menonjol adalah Rumah
Bubungan Tinggi yang merupakan tempat kediaman pangeran/raja (keraton). Jenis rumah yang
ditinggali oleh seseorang menunjukkan status dan kedudukannya dalam masyarakat. Jenis-jenis
rumah Banjar:
1. Rumah Bubungan Tinggi, kediaman raja
2. Rumah Gajah Baliku, kediaman saudara dekat raja
3. Rumah Gajah Manyusu, kediaman "pagustian" (bangsawan)
4. Rumah Balai Laki, kediaman menteri dan punggawa
5. Rumah Balai Bini, kediaman wanita keluarga raja dan inang pengasuh
6. Rumah Palimbangan, kediaman alim ulama dan saudagar
7. Rumah Palimasan (Rumah Gajah), penyimpanan barang-barang berharga (bendahara)
8. Rumah Cacak Burung (Rumah Anjung Surung), kediaman rakyat biasa
9. Rumah Tadah Alas
10. Rumah Lanting, rumah di atas air
11. Rumah Joglo Gudang
12. Rumah Bangun Gudang
6. Jukung Banjar
Miniatur jukung gundul suku Banjar

Jukung adalah transportasi khas Kalimantan. Ciri khasnya terletak pada teknik
pembuatannya yang mempertahankan sistem pembakaran pada rongga batang kayubulat yang
akan dibuat menjadi jukung. Jenis Jukung:
1. Jukung Sudur (rangkaan)
1. Jukung Sudur Biasa
2. Jukung Sudur Bakapih
3. Jukung Sudur Anak Ripang
2. Jukung Patai
1. Jukung Biasa
2. Jukung Hawaian
3. Jukung Kuin
4. Jukung Pelanjan
5. Jukung Ripang Hatap
6. Jukung Pemadang
3. Jukung Batambit
1. Jukung Tambangan
2. Jukung Babanciran
3. Jukung Undaan
4. Jukung Parahan
5. Jukung Gundul
6. Jukung Pandan Liris
7. Wayang Banjar
Wayang Banjar terdiri dari :
1. Wayang kulit Banjar
2. Wayang gung/wayang Gong yaitu (wayang orang versi suku Banjar)
8. Mamanda
Mamanda merupakan seni teater tradisonal suku Banjar
9. Tradisi Bananagaan
Naga Badudung
Kepala Naga Gambar Sawit
Kepala Naga Darat

Sistem pengetahuan suku banjar


Dalam setiap suku bangsa pasti mempunyai sistem pengetahuan masing-masing begitu
juga dengan suku banjar yang ada di Kalimantan Selatan,dimana sistem pengetahuan ini di
dapatkan dari warisan turun-temurun nenek moyang suku Banjar itu sendiri maupun belajar dari
daerah lain .Sistem pengetahuan ini digunakan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang
kompleks. Suku Banjar pada umumnya mempunyai pengetahuan tentang:
1.Pengetahuan tentang Alam sekitar/tempat tinggal.
Pengetahuan suku banjar tentang alam sekitar,yaitu pengetahuan mengenai musim-
musim,dan gejala alam.Pengetahuan tentang musim ini digunakan masyarakatnya untuk
menentukan kapan musim tanam bagi mereka yang bertani,sedangkan bagi yang bermata
pencaharian melaut musim digunakn untuk mengetahui kapan musim yang baik untuk pergi
melaut.
2.Pengetahuan tentang Fauna dan Flora di daerahnya.
Pengetahuan tentang Flora ini berfungsi untuk mengetahui tumbuh-tumbuhan yang ada di
sekitar mereka,tumbuh-tumbuhan apa saja yang dapat dijadikan sayur serta tumbuh-tumbuhan
yang digunakan untuk pengobatan suatu penyakit dan tumbuh tumbuhan yang digunakan untuk
upacara keagamaan.
Pengetahuan tentang Fauna merupakan pengetahuan mengenai binatang-binatang yang ada
dan hidup di lingkungan alam mereka.Bagi masyarakat yang suka berburu atau bermata
pencaharian berburu pengetahuan ini sangat penting karena untuk mengetahui binatang apa saja
yang dapat diburu serta mengetahui daerah buruan.Bagi masyarakat petani pengetahuan tentang
fauna ini juga sangat penting untuk menjaga tanaman mereka dari binatang yang dapat
merusaknya.Tetapi petani juga dapat mengetahui binatang yang dapat dipelihara dan
dimanfaatkan untuk menjaga tanaman mereka seperti Anjing yang dapat dilatih untuk untuk
menjaga tanaman petani dari gangguan binatang lain seperti Babi dan Anjing juga bisa
digunakan untuk berburu.
3.Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional.
Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional,pengobatan tradisional ini ada yang didapat
dari keturunan yang di wariskan secara turun-temurun ataupun dari belajar.Dalam pengobatan
tradisional ini bahan yang digunakan untuk obat berasal dari tumbuh-tumbuhan yang ada di
sekitar mereka.Tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat ini hampir diketahui oleh semua suku
Banjar karena selalu digunakan untuk penyakit yang mereka ketahui,penyebarannya pun lewat
mulut ke mulut. Pengobatan Tradisional ini penyembuhannya ada dengan tindakan jasmani dan
ada dengan tindakan rohani.Tindakan pengobatan secara jasmani ini yaitu tukang urut atau
tukang pijat,Bidan beranak/melahirkan,yang mana pengetahuan ini mereka dapat dari orang tua
atau keluarga karena faktor keturunan.
Pengobatan melalui tindakan Rohan.Orang yang mempunyai pengetahuan ini terbagi dua
yang pertama mereka yang mempunyai pengetahuan agama yang luas,pengobatan ini
menggunakan doa-doa atau ayat-ayat dari Al Quran yang ditiupkan kedalam air dan air itu
diminumkan atau diusapkan ke muka si sakit.Kedua mereka yang mempunyai ilmu kebatinan
dimana keberadaannya dibenarkankan oleh masyarakat karena terbukti dari penyembuhan
penyakit yang mereka lakukan. Dengan pengetahuan tentang pengobatan tradisional
ini,masyarakat mempunyai pandangan terhadap jenis penyakit yang ada di sekitar mereka.
4. Sistem pengetahuan tentang waktu
Nama bulan, hari dan penyebutan waktu dalam sehari semalam yang di gunakan
masyarakat Banjar,adalah mengadopsi dari bahasa Arab.

5.Sistem ilmu pengetahuan


Ciri khas sistem ilmu pengetahuan banjar, berkembangnya pendidikan tradisional,
utamanya pendidikan agama islam yang dikenal sebagai pengajian. Pelajaran yang di berikan
oleh tuan guru dalam pengajian adalah tauhid, fiqih danilmu tasawuf.

Anda mungkin juga menyukai