Anda di halaman 1dari 12

2

METODE PELAKSANAAN HOT MIX

Metode pelaksanaan (construction method) pekerjaan jalan, dengan perkersan aspal hot
mix (flexible pavement), dapat dijelaskan dengan urut-urutan kerja sebagai berikut:

Pekerjaan Persiapan

Dilakukan survey untuk menetapkan letak quarry tanah yang diperlukan untuk material
timbunan yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas. Dan lokasi untuk disposal area, yang
diperlukan untuk tempat pembuangan tanah bekas galian yang tidak memenuhi sayrat sebagai
material timbunan.
Dilakukan survey untuk menetapkan letak quarry sirtu yang memenuhi syarat sebagai
material subbase.
Dilakukan survey untuk menetapkan letak quarry batu, bila pengadaan batu pecah akan
diproduksi sendiri dengan stone crusher, untuk bahan agregat.
Dilakukan survey untuk menetapkan letak base camp yang paling menguntungkan,
misalnya:
Letaknya pada lokasi jalan yang akan dilakasanakan (sedekat mungkin), dan mudah
drainasenya.
Usahakan memperoleh tanah yang luas, sehingga Crushing Plant dan Aspalt Mixing
Plant dapat terletak pada satu lokasi.
Letaknya dekat dengan quarry batu
Tidak mengganggu lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Survei-survei ini biasanya telah dilakukan pada waktu proses perhitungan biaya (cost
estimate), tetapi terkadang perlu dilakukan survei ulang untuk meyakinkan survei pertama
atau mencari alternatif yang lebih bagus.
Situasi letak Plant harus direncanakan sebaik-baiknya, agar lali-lintas dump truck yang
memasukkan bahan baku (raw material) tidak saling mengganggu dengan Dump Truck
yang membawa hasil produk (hot mix), dengan menyusun site plan yang baik.
Jalan masuk/keluar dump truck harus dibuat cukup kuat, untuk menjamin kelancaran
transportasi material/hot mix.
Dibuat drainase lingkungan yang baik, agar lokasi base camp tidak terganggu pada
musim hujan.
Alat-alat yang menggunakan ukuran (berat, volume, temperature, dan lain-lain) agar
menggunakan kalibrasi yang masih berlaku, termasuk alat laboratorium.
Dibuat mix design untuk hot mix sesuaispesifikasi yang ada, dengan menggunakan
material yang akan dipakai.
Dilakukan field survey untuk review desain sesuai pekerjaan yang akan dilakukan,
termasuk untuk Mutual Check Nol (MCO).

Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan pengukuran sebaiknya dilakukan oleh juru ukur yang bersetifikat, untuk
menjamin ketepatan pengukuran. Hal ini sangat penting karena merupakan pekerjaan awal
yang sangat menentukan.
Pertama kali dipasang patok-patok As jalan pada setiap jarak lebih kurang 50 meter untuk
bagian jalan yang lurus. Untuk bagian jalan yang lenkung, dapat dibuat patok-patok As
yang jaraknya dekat sehingga kelihatan jelas garis lengkungnya.
Selain patok As, dipasang juga patok-patok bantu dan patok elevasi yang diletakkan di
tempat yang aman (tidak terganggu oleh kegiatan pekerjaan).
Patok-patok ukur tersebut harus diikat dengan titik tetap yang ada, baik koordinatnya
maupun elevasinya, sehinnga setiap saat dapat dikontrol kembali. Lihat Gambar 2.1 dan
Gambar 2.2.
Badan jalan yang terletak pada daerah galian maupun timbunan, dibuatkan bentuk
profilnya denggan menggunakan bahan papan kayu, sebagai pedoman pelaksanaan
pembuatan tanggul dan galian (lihat pada metode pekerjaan sauran), untuk pedoman
pembuatan badan jalan.

Pekerjaan Subgrade

Yang dimaksud subgrade adalah tanah dasr, yang dapat berupa galian maupun timbunan,
tergantung elevasi rencana terhadap tanah yang ada.
Urut-urutan pekerjaan subgrade dapat diuraikan sebagai berikut:
Pekerjaan pembentukan permukaan subgrade, baik pada daerah galian maupun daerah
timbunan pada dasarnya, sama dengan pekerjaan tana cut &fil pada metode pelaksanaan
pekerjaan saluran.
Permukaan subgrade yang terletak pada daerah galian, harus dibuatkan saluran
drainsenya terlebih dahulu.
As jalan dan elevasi, dikontrol lagi pada badan jalan yang telah terbentuk. Permukaan
subgrade pada daerah galian perlu dipadatkan seperlunya untuk keseragaman kepadatan,
dengan CBR > 5%. Sedengkan subgrade yang berupa timbunan harus dipadatkan dengan
kepadatan 100% proctor setebal 30 cm. Lihat Gambar 2.3.

Pekerjaan Subbase

Yang dimaksud dengan subbase adalah lapisan pertama fondasi jalan. Biasanya bila
lapisan fondasi jalan yang diperlukan cukup tebal, karena kondisi subgrade yang kurang kuat,
maka lapisan fondasi dibagi menjadi dua, yaitu subbase dan base. Urut-urutan pekerjaan
subbase dapat diuraikan sebagai berikut:
Pada permukaan subgrade yang telah siap, dipasang patok batas subbase, berpedoman
pada patok As. Patok batas ini diperlukan untuk mengurangi waste material subbase.
Lihat Gambar 2.4.
Material yang telah disiapkan untuk lapisan subbase, diangkut dengan dump truck dan
ditumpahkan sepanjang jalan.
Satu tumpahan dump truck mewakili daerah seluas yang diperhitungkan. Bila material
untuk perkerasan bahu jalan tidak sama dengan material subbase, maka material bahu
jalan di drop lebih dahulu.
Bila tebal hamparan lepas 30 cm, dan tiap dump truck terisi volume material lepas (lose)
sebanyak 6 m, maka satu tumpahan dump truck untuk maksimum daerah seluas = 6/0,30
= 20 m. Lihat Gambar 2.5.

Material subbase dihampar/diratakan dengan menggunakan Motor Grader dengan cara


menyetel ketinggian dan kemiringan blade-nya sesuai dengan geometri yang diperlukan
dalam gambar desai. Lihat Gambar 2.6.

Material subbase yang telah diratakan dengan Motor Grade, diperiksa


ketinggiannya/kerataannya (bila ada yang kurang atau lebih dapat diselesaikan dengan
tenaga orang). Segera diikuti dengan pekerjaan pemadatan dengan Vibro Roller.
Pemadatan pertama, sekaligus dipakai sebagai percobaan pemadatan untuk dapat
memperoleh data, berapa lintasan yang diperlukan agar mencapai tingkat kepadatan yang
disyaratkan, dan berapa % factor pemadatan yang terjadi dari material lose (lepas)
menjadi material padat. Data ini nantinya dipergunakan sebagai pedoman dalam
pekerjaan pemadatan subbase seterusnya. Misalkan diperoleh data dari percobaan
pemadatan yang memenuhi syarat kepadatan sebagai berikut (lihat Gambar 2.7):
Tebal lapisan gembur (lose): 30 cm
Jumlah lintasan pemadatan dengan menggunakan alat yang ada 6 kali
Tebal lapisan setelah padat: 24 cm
Pada saat penghamparan dan pemadatan harus diperhatikan kadar air optimumnya.
Untuk mencapai keseragam kepadatan, terutama pada batas-batas jalur pemadatan, maka
pemadatan satu jalur dengan jalur sebelahnya harus dilakukan overlapping selebar lebih
kurang 15 cm. Lihat Gambar 2.8. Begitu seterusnya, sehingga mencapai ketabalan
subbase yang ynag ditetapkan dalam gambar desain.

Pekerjaan Trial Mix dan Percobaan Pemadatan Hot Mix

Material base yang digunakan adalah ATB (asphalt treated base) atau aspal beton (hot
mix). Trial Mix dilakukan dengan tujuan memberikan kepastian/menjamin campuran
pelaksanaan, bahwa pekerjaan mixing nantinya dapat berjalan dengan lancardan memenuhi
persyaratan teknis.
Perlu diingat bahwa setiap ada penggantian material, maka perlu dilakukan trial mix
ulang (contoh untuk aspal AC 80/100).
Dilaksanakan persiapan-persiapan untuk melakukan trial mix, seperti penyediaan material
(batu, pasir, filler dan aspal) yang cukup, kalibrasi semua peralatan, mix design dan
kesiapan alat.
Pada pemanasan aspal pada temperature antara 140C sampai 160C. Pada saat agregat
dimasukkan ke dalm unit pengaduk (biasnya agregat dipanaskan dulu), temperature
campuran agregat dan aspal maksimum 155C.
Pada saat keluar, campuran aspal harus mempunyai temperature 135C sampai 155C.
Hasil campuran, diambil sampelnya kemudian dilakukan pengetesan di laboratorium,
untuk mencari nilai-nilai yang dites, seperti Stability, Void, Kadar aspal, Flow, Density.
Bila mixing telah memenuhi persyaratn yang ditentukan, maka dilakukan persiapan-
persiapan untuk melakukan percobaan penghamparan dan pemadatan.
Hot mix diwaba dengam dump truck ke tempat percobaan penghamparan, yang kondisi
tanahnya sama dengan subbase yang ada atau dapat juga lansung di subbase yang telah
dipadatkan. Hot mix dihampar dengan menggunakan Asphalt Finisher pada temperature
120C, dengan ketebalan hamparan yang diperkirakan untuk mendekati tebal lapisan base
padat sesuai persyaratan. Bila lapisan base yang direncanakan cukup tebal, maka biasanya
untuk dapat memperoleh kepadatan yang sempurna, pelaksanaan pemadatannya
dilakukan bertahap (misalnya dua lapis).
Pemadatan pertam temperature (Break Down Rolling) dilakukan pada minimum 115C.
Pengukuran temperature dilapangan menggunak termometer lapangan yang ditusukkan
pda hot mix yang diukur.
Alat pemadat menggunakan Steel Tandem Roller sebanyak 2 atau 3 lintasan.
Pemadatan tahap kedua (Intermediate Rolling) dilakukan pada temperature hot mix
mencapai 90C - 115C.
Alat pemadat yang digunakan adalah Pneumatic Tire Roller (PTR) sebanyak 6 -10
lintasan.
Pemadatan tahap terakhir (Finisher Rolling) dilakukan pada temperature hot mix paling
rendah 85C.
Alat pemadat menggunakan Steel Tandem Roller sebanyak 2 lintasan.
Selama pemadatan, roda selalu dibasahi dengan air, untuk mencegah lekatnya hot mix
pada roda pemadat.
Banyaknya lintasan, terutama Intermediate Rolling dibuat beberapa variasi agar dapat
memilih alternative yang tepat. Lihat Tabel 2.1.

Table 2.1 Varian Pemadatan

Varian I Varian II Varian III


I : 3 lintasan I : 3 lintasan I : 3 lintasan
II : 6 lintasan II : 8 lintasan II : 10 lintasan
III : 2 lintasan III : 2 lintasan III : 2 lintasan

Tiap-tiap varian, setelah 24 jam, diambil sampelnya masing-masing (dengan core drill)
dan dites densitas dan ketebalannya.
Hal-hal yang penting dicatt dan dipedomani dari hasil percobaan adalah:
Turunnya temperature hot mix dari AMP ke site (lokasi penghamparan). Data ini
diperlukan untuk memastikan perlu pencegahan turunya pengatur atau tidak, missal
dengan cara hot mic ditutup dengan terpal.
Koefisien pemadatan (dari lose ke padat). Data ini diperlukan untuk memperkirakan
tebal hamparan hot mix (lose) untuk dapat mencapai ketebalan padat.
Banyaknya lintasan pada masing-masing tahap pemadatan (varian yang memenuhi
syarat hasil densitasnya).
Temperatur campuran aspal yang dipersyaratkan untuk berbagai jenis asapl, dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
Pekerjaan percobaan pemadatan ini perlu mendapat perhatian sepenuhnya, karena akan
dipergunakan untuk membuat perencanaan. Dengan demikian data yang diperoleh pada
percobaan pemadatan harus diyakini benar, dan dapat dipergunakan sebagai pedoman
pemadatan subbase berikutnya. Perencanaan yang dimaksud terdiri dari:
Rencana ketebalan hamparan hot mix.
Jumlah banyaknya lintasan pemadatan dengan menggunakan alat sesuai dengan
percobaan, bila alat pemadat yang digunakan diganti maka jumlah lintasan perlu
diperkirakan lagi. Pada umumnya didasarkan atas beratnya alat, yaitu makin berat alat,
jumlah lintasan pemadatan yang diperlukan semakin sedikit.

Table 2.2 Persyaratan Temperatur

Construction Bitumen Asphalt Mixture Temperature (C)


No.
Procedure Viscocity AC 40/60 AC 60/70 AC 80/100
1 Mixing Marshall
0,20 160 1 155 1 145 1
Mix Speciman
2 Compacting Marshall
0,40 150 1 145 1 135 1
Mix Spec
3 Maximum Mixing
- 170 165 155
Temperature in AMP
4 Mixing, target
0,20 0,50 150 160 145 155 135 145
Temperature Range
5 Loading Asphalt into
0,50 1,00 140 155 135 150 125 140
Truck
6 Delivery to Paver 0,50 1,00 135 155 130 150 120 140
7 Breakdown Rolling 12 130 150 125 145 115 135
8 Secondary Rolling/
2 20 105 130 100 125 90 115
Intermediate Rolling
9 Finishing Rolling > 20 > 100 > 95 >85
Pekerjaan Base Course (Asphalt Treated Base)

Pekerjaan lapisan base ini dilaksanakan berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan
penghamparan dan pemadatan.
Dengan data yang diperoleh dalam proses percobaan pemadatan yang telah ditetapkan
sebagai pedoman, maka proses penghamparan untuk lapisan base ini (ATB), dilaksanakan
sama dengan proses pemadatan pada percobaan.
Untuk komunikasi antara tempat penghamparan hot mix dengan AMP, harus alat
komunikasi (HT, radio dan lain-lain).
Penghamparan hot mix, tidak boleh dilakukan pada waktu hujan, karena akan mengurangi
mutu dari aspal beton yang dihasilkan.
Urutan pekerjaan hot mix dapat dijelaskan sebagai berikut:
Permukaan subbase yang akan dioverlay (dilapisi) dengan Hot Mix, dibersihkan dari
semua kotoran, dengan menggunakan Air Compressor.
Kemudian diikuti dengan penyemprotan aspal (jenis MC) untuk prome coat sebanyak 0,4-
1,2 kg/m, dengan menggunakan Asphalt Prayer.
Dibuat guide line pada tepi As jalan sebagai pengarah Asphalt Finisher pada proses
penghambaran. Garis ini akan diikuti oleh jalannya Asphalt Finisher dengan cara
menggantungkan unting-unting pada sisi Finisher.
Agar alat perangakat penghamparan Hot Mix dapat efiseien, maka jumlah dump truck
pengankut Hot Mix harus disesuaikan dengan kapasitas penghamparan.
Asphalt Finisher disiapkan di ujung tempat mulai penghambaran, denagn posisi unting-
unting tepat pada guide line dan alat pengatur ketebalan hamparan disetel sesuai
ketebalan yang diinginkan.
Kesiapan perangkat alat penghambar dan pemadat di lokasi harus diberitahukan kepada
petugas di AMP melaui alat komunikasi yang dipakai.
Selama penghambaran, Finisher dibantu dengan tenaga orang di bagian depan, untuk
menjaga agar jalur yang dilewati roda/track Finsher, bersih dari tumpukan Hot Mix,
sehingga kerataan hamparan dapat terjamin.
Hot Mix dalam Dump Truck, sebelum ditumpuhkan ke Finisher, harus diukur dulu
temperaturnya.
Pemadatan tiga tahap dilakukan seperti pada percobaan (Break Down Rolling,
Intermediate Rolling, dan Finisher Rolling), khususnya temperature yang diperkenankan
pada masing-masing tahapan pemadatan.
Untuk Break Down Rolling, roda penggerak harus di depan, tidsk boleh dibelakang
(Gambar 2.8).
Arah gerakan alat pemadat, sejajar dengan arah As jalan dan pemadatan dimulai dari
sisi terendah dan kemudian bergeser ke yang lebih tinggi (Gambar 2.10).

Selama pemadatan, tidak boleh menguabah kecepatan secara mendadak dan alat
dilarang berhenti di atas hot mix yang masih panas. Kecepatan bergerak alat pemadat
diatur sebagai berikut:
Steel Tandem Roller, maksimum 4 km/jam
Tire Roller, maksimum 15 km/jam
Untuk melakukan pembelokan, harus dilakukan di luar atau di daerah yang sudah
selesai pemadatannya.

Sambungan Hot Mix

Karena lebar serta panjang hamparan dari alat penebar ada batasnya, maka dalam
pelaksanaan penghamparan hot mix dipelukan sambungan.
Ada 2 (dua) macam sambungan, yaitu:
Longitudinal Joint, yang dibatasi dengan kemampuan alat yang digunakan (lebar
hamparan).
Tranversal Joint, yang dibatasi dengan waktu berhentinya pekerjaan (akhir jam kerja).
Agar yang diperoleh sambungan yang baik, maka selisih waktu pelaksanaan tidak lebih
dari 3 x 24 jam.
Hamparan pada longitudinal joint, perlu ada overlapping selebar 5 c (lihat Gambar 2.11).
Pemdatan pada longitudinal joint harus dioerhatikan dengan benar, lihat Gambar 2.12.

Hamparan pada trasversal joint dan cara sambungannyabdapat ditempuh dengan


menggunak balok kayu pembatas atau digergaji, lihat Gamabr 2.13 dan 2.14, potongan
memanjang jalan.

Sambunagn transversal antara hotmix harus dibuat tegat.


Pemadatan pada transversal joint pelu dilakukan khusus, lihat Gambar 2.15.
Pekerjaan Surface Course

Material surface dibuat dari aspal beton, hanya ukuran agregatnya lebih halaus dari void-
nya lebih kecil karena berfungsi sebagai lapisan kedap air juga.
Sama seperti lapisan aspal beton pada base, sebelumnya permukaan yang akan dilapis
surface, dibersihkan dulu dan dikeringkan dengan menggunakan kompresor.
Kemudian diikuti dengan penyemprotan aspal untuk lapisan pengikat (tack coat)
sebanyak 0,25-0,5 liter/m, dengan menggunakan Aspalt Sprayer/ Aspalt Distibutor. Bila
lapisan base-nya masih baru, sebaiknya tidak perlu menggunakan tack coat, karena akan
memperbesar kadar aspal pada lapisan surface, yang dapat mengakibatkan bleeding
(keluar aspanya).
Pembuantan guide line, sepetri pada lapisan base, untuk mengarahkan jalanya Finisher.
Proses berikutnya dari penghamparan sampai pemadatan, sama dengan lapisan base
sebelumnya. Hanya ketebalanya saja yang berbeda.

Pekerjaan Tes Sampel

Tes terhadap sampel hotmix hasil pekerjaan, dilakukan baik terhadap campuran yang ada
di AMP yang dipadatkan di laboratorium, maupun yang telah dipadatkan di lapangan.

Di unit AMP setiap hari produksi, selalu diambil sampelnya untuk dites di laboratorium.
Di lapangan, hotmix yang telah dipadatkan juga di tes dengan cara diambil sampelnya
menggunakan core drill, untuk setiap jarak 50 meter atau ditetapkan dalam persyaratan.
Samapel yang diambil, dites kepadatannya dan juga lainnya sesuai persyaratan. Biasanya
sampel core drill juga diukur ketebalannya, lapisannya yang diambil.

Pekerjaan Bahu Jalan (Shoulder)

Di tepi jalan (bahu jalan), biasanya juga dipadatkan dengan lapisan subbase. Urut-urutan
pekerjaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Di tepi perkerasan, ditumpuk material untuk bahu jalan. Jarak tumpukan dihitung seperti
tumpukan material subbase.
Tumpukan material untuk bahu jalan ditebar dan diratakan dengan Motor Grade dengan
cara blade-nya/pisaunya .Lihat Gambar 2.16.
Kemudian diikuti dengan pemadatan menggunakan Mini Vibro Roller. Lihat Gambar
2.17

Pekerjaan Marking

Untuk pekerjaan yang kecil, marking (dengan cat) dapat dikerjakan tenaga orang dengan
cara menggunakan mal dari lembaran karet atau karton.
Untuk pekerjaan marking (marka) yang cukup banyak, biasanya digunakan alat yang
dipasang pada mobil. Untuk mengopersaikan alat ini, perlu guide line yang diikuti oleh
mobil. Alat tersebut disetel untuk membuat marka jalan yang putus-putus maupun menerus.
Pelaksanaan dengan alat yang dipasang di mobil dapat diselesaikan dengan kecepatana
10km/jam. Oleh karena itu untuk pekerjaan yang besar atau panjang digunakan alat tersebut.
Marka jalan ini biasanya menggunakan cat khusus, yang lebih tahan terhadap geseran, dan
dapat memantulkan sinar sehingga marka ini akan tampak jelas pada malam hari bila terkena
sinaar mobil.
Sebelum pekerjaan marka dilaksanakan, permukaan aspal harus dibuat bersih dan kering,
dengan menggunakan kompresor.
Surface course (lapisan permukaan), walaupun bukan merupakan kekuatan struktur yang
diperhitungkan pada perkerasan jalan, namun harus cukup kuat menahan geseran kendaraan
yang lewat di atasnya. Bila lapisan permukaan mudah terjadi deformasi, maka marka jalan
yang ada juga ikut berubah, seperti banyak dijumpai di beberpa jalan.
Marka ini disamping untuk menunjukkan batas bagi pengendara, juga digunakan untuk
pedoman bila terjadi tabrakan antar kendaraan. Barang siapa yang melanggar batas marka ini
tentu akan dinyatakan sebagai pihak yang salah. Oleh karena itu, kondisi marka jalan yang
banyak berubah mengikuti lapisan permukaan yang terjadi deformasi, manjadi tidak
berfungsi sebagai tolok ukur dalam mencari kesalahan berlalu-lintas.

Anda mungkin juga menyukai