Ayam Petelur
Ayam Petelur
Lokasi yang dipilih harus merupakan perpaduan antara tempat yang cocok untuk kehidupan ayam
petelur, harga tanah relative murah serta mudah dijangkau alat transportasi dan komunikasi.
Memelihara ayam petelur sebaiknya dilakukan pada ketingian 100-400 meter diatas permukaan
laut. Kurang dari ketinggian 100 meter dari permukaan laut maka ayam mudah stress karena
pengaruh panas. Sementara ketinggian diatas 400 meter akan berpengaruh buruk karena curah
oksigen semakin rendah, sehingga ayam akan rentan terhadap penyakit pernafasan maupun
penyakit metabolisme lainnya.
Kasus-kasus yang sering terjadi didaerah dataran rendah adalah ayam mudah mengalami panting
(ayam bernafas dengan mulut) karena panas yang berlebihan, bobot telur lebih ringan, kanibal dan
tingkat kematian lebih tinggi. Kasus-kasus yang muncul di dataran tinggi adalah ascites (perut
kembung berisi cairan) dan penyakit pencernaan lainnya akibat bakteri gram negative.
Disamping itu, syarat mutlak lainnya adalah tersedia sumber air yang cukup. Jenis tanah yang
dipilih adalah yang mudah menyerap air seperti tanah berpasir. Menurut pengalaman, jika jenis
tanah kandang mudah menyerap air maka air yang tersedia relative lebih bersih dan tidak tercemar
kuman penyakit. Karenanya ayam tidak mudah terserang penyakit. Tanah yang sulit menyerap air
seperti tanah lempung/ tanah liat sebaiknya dihindari untuk lokasi kandang.
Kenyataan di lapangan membuktikan ayam yang dipelihara sering terserang penyakit pernafasan.
Seperti CDR, Snot serta penyakit pencernaan seperti coli dan penyakit enteritis lainnya. Akibatnya,
peternak didaerah yang tipelogi tanahnya seperti itu sering mengalami kasus dan jumlah kematian
yang jauh lebih banyak dari pada ayam yang dipelihara di lokasi yang ideal.
Selain ketinggian tempat, sumber air dan tipe tanah, memilih lokasi harus
mempertimbangkan kelembapan lokasi. Kelmbapan ideal untuk ayam sekitar 50-70%.
Kelembapan ini akan membantu perkembangan bulu akan semakin baik. Lingkungan dengan
kelembapan rendah akan menyebabkan perkembangan dan bentuk bulu menjadi jelek. Sebaliknya
kelembapan tinggi akan menyebabkan masalah seperti kadar amoniak yang tinggi diikuti masalah
gangguan pernafasan.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja kandang merupakan salah satu sumber daya manusia yang berperan srategis dalam
usaha ayam petelur, khususnya manajemen pemeliharaan. Tanpa tenaga kerja kandang yang
berkualitas, peternakan ayam petelur tidak akan dapat berkembang dengan baik. Untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, perlu memperhatikan biaya pengelolaan tenaga
kerja. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan oleh suatu usaha peternakan ayam petelur dapat
diperkirakan berdasarkan populasi ayam petelur yang dipelihara, termasuk periode produksi.
Kebutuhan tenaga kerja kandang tidak hanya terbatas pada jumlah, melainkan dalam hal kualitas.
Apabila akan merekrut tenaga kerja kandang, tenaga tersebut nantinya harus mendapat pelatihan
khusus. Tujuannya agar tenaga kerja itu memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Manajemen pemeliharaan ayam dari penanganan DOC, pemberian pakan, mengatur lingkungan
kandang, dan mengenal gejala penyakit ayam.
2) Adaptasi lingkungan yang cukup terisolir karena tenaga kerja kandang harus tinggal di kandang
atau tempat sekitar kandang.
3) Ketelitian, kecermatan, dan kesabaran dalam memelihara ayam.
4) Pelaksanaan tugas-tugas yang memerlukan fisik yang sehat dan kuat.
Jumlah tenaga kandang yang diperlukan untuk pengembangan usaha (penambahan populasi ayam),
tergantung sistem manajemen yang diterapkan dan ketersediaan tenaga yang ada. Setiap daerah
atau lokasi memerlukan sistem manajemen tersendiri dan menghadapi persoalan yang berbeda
dalam hal merekrut tenaga kerja kandang. Namun, secara umum kebutuhan tenaga kerja kandang
ayam petelur yang ideal, yaitu setiap tenaga kerja kandang untuk 1.5002.500 ekor, tergantung
teknologi yang digunakan. Semakin canggih teknologi yang digunakan, kebutuhan tenaga kerja
kandang semakin rendah. Untuk penambahan 5.000 ekor, diperlukan tambahan tenaga kerja
kandang sebanyak 23 orang.
Modal
1. Menyiapkan Modal
Modal dari sudut pandang adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi
lain dan tenaga kerja serta pengelolaan yang dapat menghasilkan barang baru. Modal dapat berupa
materi seperti uang, tanah, dll. maupun potensi pribadi (SDM) seperti keberanian, ketrampilan,
kejujuran dll. Modal dalam yang berupa uang sangat penting untuk menjalankan bisnis pullet,
sebab untuk memulai usaha ini membutuhkan modal yang cukup besar.
Modal dalam pengertian sehari-hari adalah sejumlah uang yang perlu dimiliki sebagai langkah
awal berusaha. Besarnya uang tergantung pada skala usaha, jenis usaha, serta ketersediaan barang
dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan bisnis tersebut. Modal untuk bisnis pullet terdiri
atas:
1. Modal investasi yaitu penyediaan sarana usaha yang bersifat fisik seperti sewa tanah,
pembuatan kandang, perizinan dll.
2. Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai semua kegiatan usaha, seperti
pembelian DOC, pakan, obat dll.
Beberapa langkah yang harus ditempuh untuk melaksanakan manajemen keuangan dan
permodalan adalah sebagai berikut:
1) Sebelum melaksanakan kegiatan, ada baiknya dilakukan analisis pembiayaan atau permodalan
yang mencakup modal investasi dan modal kerja.
2) Setelah besarnya modal diketahui, besar modal yang sudah tersedia bisa dinilai. Misalkan,
tanah dan kandang sudah tersedia tentunya hal tersebut akan mengurangi jumlah modal yang harus
disediakan.
3) Semua bentuk aset yang dimiliki bisa dihitung (termasuk dana segar yang dimiliki). Kemudian,
dihitung berapa kekurangan modal yang dibutuhkan atau melaksanakan bisnis sesuai dengan
kemampuan modal yang tersedia.
Modal dapat diperoleh dengan cara, masing-masing memiliki keunggulan maupun kekurangannya
terutama dilihat dari sesikonya. Cara memperoleh modal tersebut antara lain:
1. Modal pribadi
Yaitu modal yang digunakan untuk usaha peternakan seluruhnya berasal dari peternak. Resiko
dari usaha ini ditanggung sepenuhnya oleh pribadi.
3. Modal patungan
Yaitu modal yang diperoleh dengan patungan antara dua orang atau lebih untuk mendirikan atau
melaksanakan usaha peternakan. Keuntungan dari sistem permodalan seperti ini adalah resiko
dapat ditanggung bersama sehingga mungkin terasa lebih ringan
2. Ketersediaan lahan
Jika menghendaki beternak dengan kandang pribadi, maka perlu membangun kandang terlebih
dahulu. Untuk kandang Pullet dengan kepadatan kandang 12 ekor per meter persegi (1:12), maka
untuk pemeliharaan 1.000 ekor pullet membutuhkan lahan untuk kandang seluas 1.000/12 = 83,33
m2 atau + 84 m2. Jika kandang tingkat 2, maka luas tiap lantai adalah 42 m2. Namun, perlu
dibangun pula mess karyawan (anak kandang), gudang pakan, tempat mencuci tempat pakan dan
minum serta peralatan pakan, saluran drainase, dan gudang tempat penyimpanan alat.
Selain kandang pembesaran, kandang ayam petelur periode produksi juga perlu disiapkan.
Kebutuhan kandang ayam petelur periode produksi kurang lebih + 166 m2 per 1.000 ekor. atau
kurang lebih + 180 m2 dengan gudang pakan dan mes karyawan. Jika kita memulai ayam petelur
dengan membeli pullet (tidak memelihara sendiri dari DOC) lahan untuk pembuatan kandang
pemeliharaan pullet tidak diperlukan.
Teknologi
Penetasan telur tetas skala industri pada umumnya menggunakan dua jenis mesin tetas, yaitu
incubator dan hatchery.
Inkubator
Setelah telur di kumpulkan dari peternakan Parent stock dan lolos pada seleksi tahap pertama,
yaitu seleksi kualitas telur, di antara telur retak, besar telur dengan besar yang ideal. kemudian
telur tetas lolos dari seleksi tahap pertama, telur di masukkan ke dalam inkubator.
Temperatur dan kelembaban di dalam inkubator disesuaikan seperti pada penetasan alami.
Pada inkubator ini, telur akan bergerak miring ke kanan dan miring ke kiri 45 derajat, hal ini
bertujuan supaya kuning telur tidak menempel pada satu sisi. Hampir sama pada penetasan skala
kecil. Biasanya pada penetasan skala kecil, telur tetas akan mulai di lakukan pembalikan pada hari
ke 4 sampai hari ke 18.
Setelah hari ke 18 penetasan, rak telur di keluarkan dari dalam inkubator, kemudian telur di
tempatkan pada konveyor untuk di lakukan seleksi tahap ke dua.
Pada seleksi tahap kedua ini, seleksi telur menggunakan peralatan yang sangat canggih, dimana
terdapat sensor dengan akurasi tinggi untuk memisahkan telur yang berisi embrio dan telur yang
kosong alias telur tidak fertil.
Ada perbedaan signifikan pada proses penetasan telur skala industri, dimana telur yang lolos pada
seleksi tahap ke dua akan di beri lubang untuk memudahkan anak ayam memecahkan cangkang
telur ketika menetas nanti.
Hal ini jarang sekali di lakukan oleh penetas telur skala kecil, pada umumnya penetas telur skala
kecil akan membiarkan anak ayam yang berada pada cangkang memecahkan cangkang telurnya
secara alami.
Dengan memberi lubang pada telur tetas, akan sangat membantu meningkatkan tingkat
keberhasilan dalam proses penetasan telur.
Hatchery
Setelah telur di lubangi, kemudian telur di masukkan ke dalam rak penetasan. Setiap rak telur berisi
168 telur, rak telur ini akan di bawa ke dalam ruangan penetasan sampai telur menetas. Pada ruang
penetas ini, telur sudah tidak akan di bolak balik lagi seperti pada ruang inkubator.
Dengan alasan itulah, mesin hatchery di desain berbeda dengan inkubator penetasan telur pada
hari pertama sampai hari ke delapan belas.
Pada hari ke 19, telur akan mulai menetas. Untuk dapat keluar dari cangkang telur ini, anak ayam
membutuhkan waktu sekitar 6 sampai 8 jam .
Setelah melewati fase keluar dari cangkang telur, anak ayam akan terlihat sudah dapat bergerak
lincah.
Cangkang telur akan di produksi sebagai sumber kalsium. Sementara anak ayam akan di pisahkan
untuk di lakukan seleksi jenis kelamin atau sexing.
Pada tahap seleksi ini, orang yang bekerja pada bagian sexing akan memisahkan anak ayam
berdasarkan jenis kelamin.
Setelah di lakukan seleksi tahap akhir, anak ayam akan di masukkan ke dalam box dengan kemudian akan
di lakukan vaksinasi sebelum di kemas dan di kirimkan ke konsumen yang sudah siap menunggu ke
datangan anak ayam pesanannya.
Manajemen
Manajemen Sistem Kandang
Kelompok unggas dapat dipindahkan ke fasilitas produksi pada usia 15-16 minggu atau setelah
pemberian vaksin hidup terakhir.
Perlu diperhatikan agar kandang pertumbuhan dan kandang produksi memiliki sistem tempat
makan dan air yang sama.
Setiap sex slip (jantan) harus disingkirkan sekitar 7 minggu dan saat pemindahan.
Perawatan pendukung untuk mengurangi stres seperti vitamin larut air, probiotik dan vitamin C
harus diberikan 3 hari sebelum dan 3 hari setelah pemindahan.
Timbang sebelum penggantian pakan yang dijadwalkan.
Singkirkan bangkai ayam setiap hari.
Jika angka kematian melebihi 0,1% per minggu, lakukan nekropsi dan diagnostik lain untuk
menentukan penyebab angka kematian tersebut.
Pemeliharaan Di Kandang
24-48 jam sebelum ayam tiba Beri pemanasan awal pada kandang perindukan.
710 hari Pemotongan paruh presisi jika tidak dilakukan di penetasan; patuhi peraturan lokal.
2 minggu Kertas kandang dikeluarkan pada saat ini.
713 minggu Singkirkan sex slip (jantan) selama penanganan vaksinasi.
1516 minggu Pindahkan ke kandang petelur lebih awal agar ayam dapat beradaptasi dengan cepat
terhadap lingkungan baru.
17 minggu Stimulasi cahaya ketika ayam dara mencapai berat 1,40-1,48 kg.
21 minggu Pantau berat telur setiap 2 minggu. Kendalikan berat telur ketika rata-rata berat telur
mencapai 2 gr dari target.
Program Alternatif
Penurunan lamanya pencahayaan dari umur 0-12 minggu yang lebih lambat dapat digunakan untuk
mencegah maturitas seksual dini, memaksimalkan pertumbuhan ayam dara dan meningkatkan
ukuran telur awal.