BEDAH MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
2017
CALCYFYING ODONTOGENIC CYST (COC)
1. PENDAHULUAN
Pertama kali kista odontogenik berkalsifikasi telah diperkenalkan pada tahun 1962
oleh Gorlin dkk, yang menarik perhatiannya pada suatu bentuk yang telah mereka
gambarkan sebagai suatu kalsifikasi epithel kista odontogenik yang mempunyai kemiripan
dengan kalsifikasi epithelioma dari Malherbe.1
Ada beberapa peneliti bahkan mengusulkan untuk diklasifikasikan sebagai
neoplasma. Beberapa COC memberikan suatu gambaran kista yang non neoplastik,
beberapa peneliti memberikan beberapa gambaran seperti dentinogenic ghost cell tumors
atau epithelial odontogenic ghost cell tumors, yang mempunyai ciri bukan kista, bisa
menginfiltrasi, atau bahkan menjadi ganas sehingga dianggap sebagai neoplasm.2
Kista odontogenik berkalsifikasi ( COC ) mempunyai banyak gambaran tumor
odontogenik dan sebenarnya telah diklasifikasikan demikian oleh WHO Reference
Centre untuk Defenisi Histologi dan Klasifikasi Tumor Odontogenik, Kista Rahang dan
Lesi Sejenis (Pinborg dan Kramer, 1971). Penelitian Praetorius dkk. (1981) telah
membawa kesimpulan bahwa apa yang sebelumnya dianggap kista odontogenik
berkalsifikasi ( COC ) sebenarnya terdiri dari dua masalah, kista dan neoplasma.1
Pengamatan oleh Hong dan koleganya menunjukkan bahwa 79 dari 92 kasus COC
sebagai kista dan sisanya 13 kasus adalah jenis atau bersifat neoplastik.Perbandingan kasus
COC maksila dan mandibula adalah sama, dengan perbandingan 65% di daerah I sampai
C.Biasa dikaitkan dengan gigi tidak erupsi, terutama gigi C.Sebagian besar COC
ditemukan pada dekade 2 dan 3 dalam kehidupan (Buchner et al).1,2
Praetorius dkk. ( 1981 ), telah menyimpulkan adanya bukti bahwa tumor terjadi dari
dinding kista. Mereka menggambarkan bahwa kista odontogenik berkalsifikasi merupakan
proses unikistik yang terjadi dari epitel enamel yang telah berdegenerasi ataupun sisa epitel
odontogenik di dalam folikel, jaringan gingiva atau tulang. Dentinoid sendiri ataupun
odontoma, bisa ditemukan pada dinding kista, yang disebabkan epitel dinding kista. 1
3. GAMBARAN KLINIS
Kalsifikasi kista odontogenik lebih sering terjadi pada lesi intraosseus, meskipun
13%- 30% dari kasus yang pernah dilaporkan tampak sebagai lesi peripheral (extraosseus).
Kedua bentuk lesi intraosseus maupun lesi peripheral mempunyai frekuensi yang sama
kejadiannya baik pada maksila atau mandibula. 4
Intraosseus lesion
pada intraoseus lesi terdapat gambaran ekstra oral tampak adanya asimetri, tidak
ada gejala nyari, Keluhan bengkak. Sedangkan Intraoral tampak Warna lesi sama dengan
jaringan sekitar, permukaan Licin, Konsistensi keras, nyeri tekan tidak ada, pembengkakan
bukal-lingual.
Extraosseus lession
pada ekstraoseus lesi terdapat gambaran Ekstra oral Tanpa keluhan. Dilihat secara
Intraoral tanpa rasa sakit, berbatas jelas, hiperemis Pada alveolar ridge atau gingiva,
memiliki permukaan halus, konsistensi keras, beberapa terasa lunak. 2
4. RADIOLOGIS
Biasanya unilokuler
Struktur radiopak didalam lesi (bentuk kalsifikasi irreguler ataupun bentuk seperti
gigi) tampak pada 1/3 kasus yang ada.
5. Gambaran Histopatologi
Dinding kista dibatasi jaringan ikat fibrosa
Seperti ameloblastoma
Adanya ghost cells : eosinofil pucat yang berubah yang ditandai dengan hilangnya
intisel
Kumpulan ghost cells dapat berfusi membentuk massa besar yang tidak beraturan
dan aseluler.
Awalnya tampak seperti granule basofil yang dapat meningkat besar dan jumlahnya untuk
kemudian membentuk massa material terkalifikasi yang luas
5. DIAGNOSIS BANDING
Pada fase awal pembentukan, COC memiliki sedikit mineralisasi dan digambarkan
sebagai suatu radiolusensi berbatas jelas
1. Kista Dentigerous:
pembengkakan bukal,palpasi keras,asimptomatik,unikistik,melibatkan gigi yang
tidak erupsi, meresorpsi gigi tetangga
6. THERAPY
Dengan tindakan enukleasi disertai kuretase.
7. PROGNOSIS
Prognosis pada umumnya baik
2. Brad Neville Douglas D. Damm Carl Allen Jerry Bouquot. oral and maxillofacial
pathology. 2002;2nd edition.
3. Larsen PE, Hegtvedt AK. Odontogenesis and Odontogenic Cysts and Tumors.
1989:1-32.