Anda di halaman 1dari 4

SPEKTROFOTOMETRI

TUJUAN

1. Membuat larutan induk


2. Membuat larutan standar dari larutan induk
3. Menentukan maksimum
4. Membuat kurva kalibrasi dari larutan standar dengan maksimum
5. Menentukan absorbansi larutan cuplikan dengan menggunakan maksimum
6. Menentukan konsentrasi larutan dengan menginterpolasikan absorbansi ke dalam kurva
kalibrasi, sehingga dihasilkan konsentrasi yang tidak diketahui.

DASAR TEORI

Spektrofotometri adalah metode pengukuran konsentrasi suatu zat berdasarkan besarnya


penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi
zat tersebut. Benda bercahaya seperti matahari atau suatu bohlam listrik memancarkan spektrum
yang lebar yang terdiri dari panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan
cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya
menimbulkan kesan subjektif yang diterjemahkan oleh otak sebagai sebuah warna tampak.
Namun banyak radiasi yang dipancarkan oleh benda panas terletak diluar daerah kepekaan mata
yaitu daerah ultraviolet dan inframerah, dari spektrum yang terleak di kiri dan di kanan daerah
tampak spektrum elektromagnetik. Dalam daerah tampak spektrum itu dapat mengkorelasikan
panjang gelombang cahaya yang mengenai mata dengan indera subjektif mengenai warna seperti
diuraikan.

Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu :


spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer sinar tampak, spektrofotometer infra merah, dan
spektrofotometer srapan atom. Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus
fungsional atau gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi
rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas. Kromofor-
kromofor organik seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil mampu menyerap sinar
ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimumnya dapat berubah sesuai dengan
pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas
nseperti hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan mengakibatkan
pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar dan disertai dengan
peningkatan intensitas (Hart 2003).

Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan.


Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya
discattering. Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan
energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi
dalam spektrofotometer (Khopkar 2007).

Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari


sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya
cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang
kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Khopkar 2007)

Larutan yang akan diamati melalui spektrofotometer harus memiliki warna tertentu. Hal
ini dilakukan supaya zat di dalam larutan lebih mudah menyerap energi cahaya yang diberikan.
Secara kuantitatif, besarnya energi yang diserap oleh zat akan identik dengan jumlah zat di
dalam larutan tersebut. Secara kualitatif, panjang gelombang dimana energi dapat diserap akan
menunjukkan jenis zatnya (Keenan 1992).

Bila cahaya putih yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang, melewati suatu
larutan kimia yang berwarna dan tembus cahaya bagi panjang-panjang gelombang tertentu tetapi
menyerap panjang-panjang gelombang lain, larutan itu akan tampak berwarna bagi pengamat,
karena hanya gelombang yang diteruskan yang sampai ke mata. Panjang-panjang gelombang
itulah yang menentukan warna larutan.

Cahaya yang dapat dilihat oleh manusia disebut cahaya terlihat atau sinar tampak.
Biasanya cahaya yang terlihat merupakan campuran dari senyawa yang mempunyai berbagai
panjang gelombang, mulai dari 400 nm hingga 760 nm, seperti pelangi di langit.

Bila seberkas sinar radiasi dengan intensitas I0 dilewatkan melalui medium yang
panjangnya b dan mengandung atom-atom pada tingkat energi dasar dengan konsentrasi c, maka
radiasinya akan diserap sebagian dan intensitas radiasinya akan berkurang menjadi I sehingga
berlaku persamaan:

I = I0 ek.b.c .(1)

Atau

log Io /I = a.b.c atau A = a.b.c .(2)

Keterangan: A = log Io/It = absorbansi

k
a = koefisien serapan (serapan molar)
2,303

k = tetapan perbandingan

It/ Io = transmitansi (T)


Persamaan (2) dikenal sebagai hukum Lambert-Beer, yang digunakan sebagai dasar
analisis kuantitatif dalam spektrofotometri sinar tampak. Dari persamaan (1) di atas ditunjukkan
bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Besarnya konsentrasi larutan ini
sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam suatu cuplikan, sehingga dengan meletakkan
absorbansi sebagai titik ordinat dengan konsentrasi larutan standar sebagai absis, akan diperoleh
kurva garis lurus. Kurva ini disebut sebagai kurva kalibrasi (kurva standar). Dengan
menginterpolasikan absorbansi larutan cuplikan pada kurva kalibrasi tersebut, maka akan didapat
konsentrasi larutan cuplikan.

Metode kurva kalibrasi, yaitu dengan membuat kurva antara konsentrasi larutan standar
terhadap absorbansi berbentuk garis lurus. Menginterpolasikan absorbansi dari larutan cuplikan
ke dalam kurva kalibrasi tersebut akan diperoleh konsentrasi larutan cuplikan.

ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
Spektrofotometer Labo Larutan induk Fe2+ 1000 ppm
Pipet tetes Larutan HNO3 4 N
Pipet ukur 5 ml, 10 ml, 25 ml Larutan KCNS 10%
Labu takar 50 ml 6 buah Aquades
Botol semprot
Gelas kimia 100 ml, 250 ml
Bola hisap
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan
Pembahasan

Dila Adila

Praktikum kali ini merupakan praktikum untuk mencari konsentrasi sampel dengan
menggunakan data dari panjang gelombang yang terbaca. Penentuan Panjang gelombang
menggunakan dua spektrofotometer yaitu spektrofotometer Labo. Larutan yang akan diamati
melalui spektrofotometer harus memiliki warna tertentu. Hal ini dilakukan supaya zat di dalam
larutan lebih mudah menyerap energi cahaya yang diberikan. Sehingga larutan induk dari Fe3+
harus ditambahkan KSCN sebagai pengompleknya (pemberi warna) dalam suasana asam
(dengan ditambahankan H2SO4 pekat) sehingga larutan induk Fe3+ berwarna merah (aran
komplementer). Tujuan penambahan HNO3 adalah sebagai penstabil saat pengkompleksian
dengan KCNS (oksidator).

Larutan standar dengan memvariasikan konsentrasi Fe3+ 100 ppm menjadi 10 ppm, 15 ppm,
20 ppm, 22 ppm dan 25 ppm. Sehingga seharusnya semakin tinggi konsentrasi semakin pekat
pula warna pengompleksan Fe3+. Larutan blanko yang manjadi standar dibuat tanpa penambahan
larutan Fe3+ sehingga warna larutan tetap bening dengan tidak adanya cahaya yang terserap
(%T=100 dan A=0). Larutan blanko digunakan untuk proses pengkalibrasian dan untuk
mengetahui daya absorbansi dari larutan tersebut.

Dari hasil penentuan panjang gelombang maksimum dengan menggunakan larutan Fe3+ pada
spektro Labo didapatkan panjang gelombang maksimum = 480 nm. Panjang gelombang
maksimum digunakan untuk menentukan tingkat adsorbansi Larutan standar yang lain dan
sampel.

Anda mungkin juga menyukai