Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Seiring dengan peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi

di kota-kota besar ada beberapa dampak yang ditimbulkan, salah satunya

adalah permasalahan sampah kota. Permasalahan sampah sudah menjadi

masalah di setiap daerah yang penanganan nya belum maksimal, umumnya

sampah hanya dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan hanya di

tumpuk menjadi gunungan sampah. Di Kota Yogyakarta permasalahan

sampah yang ditimbulkan yaitu peningkatan penimbul sampah

(masyarakat), permasalahan di bagian proses yaitu organisasi pengelola

sampah Kota Yogyakarta (BLH Kota Yogyakarta) yang keterbatasan sumber

daya dan anggaran, dan pengelola sampah akhir (TPA Piyungan)

dikarenakan blum optimalnya sistem atau teknologi yang diterapkan

[Mulasari, 2016].

Menurut data Dinas Kebersihan Kota Bandar Lampung tahun 2000 Kota

Bandar Lampung dengan jumlah penduduk 757.336 jiwa, menghasilkan

2.461,34 m3 timbulan sampah. Namun Kota Bandar Lampung baru dapat


mengelola sebanyak 246,75 m3. Sehingga banyaknya sampah yang belum

terlayani adalah 2.214,59 m3 atau 89%. Jumlah ini cukup besar, sehingga

Dinas Persampahan Kota Bandar Lampung perlu bekerja keras untuk dapat

melayani kebutuhan penduduk akan penanganan masalah sampah. Dan ini

masuk dalam masalah utama lingkungan Kota Bandar Lampung selain

masalah pengerukan bukit dan sanitasi pemukiman wilayah pantai.

Namun sebenarnya permasalahan sampah ini dapat ditanggulangi dengan

berbagai cara diantaranya pemanfaatan sapah organik sebagai pupuk,

pemanfaatan sampah non organik seperti plastik sebagai produk kerajinan

yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, atau

pemanfaatan sampah padatan atau MSW (Munincipally Solid Waste)

sebagai sumber energi alternative. Seperti kita ketahui cadangan energi

dunia sudah menipis, menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM) produksi sumber bahan bakar yang berasal dari fosil

maupun gas bumi di Indonesia akan menurun pada tahun 2035. Hal ini

sangat mempengaruhi bagi ketahanan energi di Indonesia sebagaimana

Konsumsi energi final di Indonesia pada periode 2000-2012 yang paling

dominan adalah penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang meliputi

avtur, avgas, bensin, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, dan

minyak bakar. Sektor transportasi merupakan sektor pengguna BBM yang

paling besar. Untuk itu pemanfaatan sampah sebagai energi alternatif inilah

yang sangat tepat untuk mengatasi dua permasalahan sekaligus di negeri ini.
Beberapa pengolahan MSW menjadi energi antara lain yaitu; pembakaran,

pirolisis, dan torefaksi. Pada pengolahan sampah dengan pembakaran

(combustion) MSW yang mengandung banyak sumber energi dengan sistem

pengelolaan sampah yang tepat terpadu dan pemanfaatan teknologi tepat

guna. Sistem tersebut dapat menciptakan daya panas yang didistribusikan

kepada warga atau industri. Panas yang dihasilkan dari sistem tersebut

digunakan untuk kebutuhan pemanasan kabupaten kota atau industri. Daya

ini sebagian digunakan untuk konsumsi fasilitas sendiri dan surplus

ditempatkan dalam jaringan distribusi listrik [Kokalj, 2013]. Namun sistem

ini belum dapat diterima oleh masyarakat, umumnya sebagian pembangkit

listrik di dunia ini masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.

Selanjutnya yaitu pengolahan sampah dengan pirolisis (pyrolysis), pada

metode kali ini produk utama yang dihasilkan berupa bahan bakar cair

(liquid) yang melalui proses thermal. Nilai kalor yang diperoleh

dibandingkan nilainya dengan Standar dan mutu (spesifikasi) bahan bakar

minyak jenis minyak bakar yang dipasarkan di dalam negeri (Dept. ESDM

RI, 2008), untuk memenuhi standar nilai kalor bahan bakar harus di atas

41.870 J/g. Berdasarkan hasil pengujian, nilai kalor yang dihasilkan sebesar

11.189 cal/g atau 46.848 J/g, sehingga memenuhi standar nilai kalor bahan

bakar yang dipasarkan di dalam negeri. Berdasarkan hasil pengujian bahan

bakar yang dihasilkan pada suhu pemanasan 900oC diperoleh kadar senyawa

yang mudah terbakar (2-propanon) bertambah, sedangkan senyawa yang

berpotensi bersifat karsinogenik (asam borat dan siklopentanon) berkurang


presentasenya [Mustofa, 2014]. Proses pirolisis membutuhkan temperatur

yang tinggi berkisar antara diatas 300oC dan waktu yang lama.

Dan terakhir adalah pengolahan sampah dengan Torefaksi (Torrefaction).

Torefaksi adalah pengolahan dengan proses thermal yang produk utamanya

berupa bahan bakar padatan. Torefaksi terbaik diitunjukan pada temperatur

300oC waktu torefaksi 30 menit. Pada kondisi tersebut didapatkan nilai kalor

sebesar 4660 kkal/kg serta jumlah massa yang hilang sekitar 32% [Irawan,

2015]. Walaupun nilai kalor yang dihasilkan oleh torefaksi lebih kecil dari

pirolisis namun untuk bahan bakar padat kalor ini sudah dapat dikatakan

cukup untuk digunakan sebagai bahan bakar padat. Dan jika dilihat dari

waktu dan temperatur yang digunakan torefaksi lebih rendah dibandingkan

pirolisis.

Dari dasar inilah penulis tertarik untuk merancang dan membuat reaktor

torefaksi yang dapat mencapai nilai kalor yang optimal. Hal ini bertujuan

untuk pengolahan sampah sekaligus penangan energi alternative guna

mencegah krisis energi.

I.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Merancang reaktor torefaksi tipe tubular sebagai pengolah biomassa.


2. Menganalisa perpindahan panas yang terjadi pada reaktor
3. Membuat simulasi perpindahan panas dengan menggunakan

solidworks.
I.3. Batasan Masalah

Pada penelitian perancangan reaktor torefaksi tipe tubular ini, dilakukan

pembatasan masalah dengan ruang lingkup sebagai berikut :


1. Reaktor dirancang sebagai pengolah biomassa.
2. Temperatur reaktor 250o-300oC dengan Perpindahan panas yang

terjadi di dalam reaktor adalah perpindahan panas konduksi dan

konveksi
3. Kapasitas reaktor 5kg/jam dengan Kecepatan putaran reaktor

diasumsikan 1 rpm.

I.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kerja praktik ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah secara jelas,

tujuan; yang memaparkan diadakannya penelitian ini, batasan masalah; yang

diberikan pada penelitian agar hasil penelitian lebih terarah, sistematika

penulisan; format yang dipakai pada penulisan laporan.

Bab II Tinjauan Pustaka, berisi landasan teori yang menunjang pada

penelitian dan merupakan teori-teori dasar yang meliputi : penjelasan

tentang biomassa, torefaksi, reaktor torefaksi, perancangan reaktor tubular,

serta parameter reaktor torefaksi

Bab III Metodologi Kerja Praktik, tempat dan waktu penelitian akan

dipaparkan dengan jelas pada bab ini. Kemudian dijelaskan metode

penelitian seperti teknis merancang setiap perangkat pada reaktor, teknik

mewujudkan rancangan ke produk jadi serta cara meng-install semua

perangkat yang telah dirancang. Selanjutnya akan dibahas cara mendapatkan


nilai delay time perpindahan panas pada reaktor serta simulasi nya

menggunakan solidworks.

Bab IV Hasil dan Pembahasan, berisi tentang hasil rancangan reaktor tipe

tubular serta nilai delay time perpindahan panas nya serta simulasi

perpindahan panas yang terjadi di dalam reaktor.

Anda mungkin juga menyukai