Anda di halaman 1dari 94

Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

BAB I

IBADAH

A. Ibadah dan Ruang Lingkupnya

Menurut lughat, ibadah berarti taat, mengikuti dan tunduk. Ibadah dapat

diartikan juga dengan tunduk yang setinggi-tingginya dan berdoa.

Ibadah yang berarti taat sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surah

Yaasin ayat 60 yang berbunyi:

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak Adam agar

kamu tidak mentaati syaitan sebab ia musuh yang nyata bagimu

Berkenaan dengan pengertian ibadah ini, Harun Nasution mengemukakan

bahwa ibadah dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan agar Allah SWT disembah

dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitive.

Muhammmad Quthb mengatakan ibadah itu adalah:

Ibadah itu tidak hanya terbatas pada manasik taabbudi saja, seperti

shalat, puasa, haji. Tetapi ia mempunyai makna yang jauh lebih dalam dari itu.

Sesungguhnya ibadah itu ialah ibadah ubudiyah kepada Allah satu satuNya

dalam urusan dunia dan akhirat. Selanjutnya, terus menerus berhubungan

dengan Allah dalam segala urusan.

Menurut Ash-Shieddieqiy, para ulama dalam berbagai bidang berlainan

memberikan definisi terhadap ibadah diantaranya:

1. Ulama Tauhid Mengartikan ibadah dengan:

Meng Esakan Allah, mentadimkannya dengan sepenuhnya menghinakan

diri sendiri dan menundukkan jiwa kepadaNya

2. Ulama Tasauf mengartikan ibadah dengan:

1
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Seorang mukallaf mengerjakan sesuatu yang berlawanan denngan

keinginan nafsunya untuk membesarkan Tuhannya

Para Fuqaha mengartikan ibadah dengan taat untuk mencapai keridhaan

Alllah dan mengharapkan pahalaNya di akhirat. Oleh karena itu, fuqaha

mengartikan ibadah merupakan segala hukum yang dikerjakan untuk

mengharapkan pahala di akhirat dan dikerjakan sebagai tanda pengabdian kepada

Allah SWT.

B. Makna Ibadah

Sesungguhnya Tuhan yang berhak untuk disembah hanyalah Allah semata.

Sedang makna Ibadah mencakup dua hal:

1. Penyembahan (Taabbud)

Yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala

apa yang diperintahkanNya dan menajuhi apa-apa yang dilarangNya dengan

penuh kecintaan dan pengagungan kepadaNya.

2. Sarana dan Cara yang dijadikan sebagai bentuk penyembahan

(Mutaabbad bihi)

Yakni mencakup segala apa-apa yang dicintai Allah dan diridhaiNya, baik

dalam bentuk ucapan atau perbuatan, yang tampak maupun yang

tersembunyi, seperti doa, zikir, shalat, mahabbah (cinta) dan lain

sebagainya. Sebagai contoh adalah shalat; shalat adaalah bentuk ibadah,

perbuatan shalat adalah bentuk ibadah kepada Allah, kita menyembah

Allah dengan penuh kerendahan, kecintaan serta pengagungan kepadaNya

dan tidaklah kita menyembahNya kecuali dengan syariat yang telah

diperintahkan.

2
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

C. Jalan Beribadah

Ibadah kepada Allah dibangun atas dua unsur pokok, yaitu:

1. Kecintaan kepada Allah SWT.


2. Kerendahan di hadapan Allah SSWT

Dua dasar ini dibangun atas dua fondasi utama, yaitu:

1. Mengakui adanya karunia Allah SWT, keutamaan, kebaikan,


rahmat dan kasih sayangNYa yang menimbulkan rasa cinta (mahabbah)
2. Menyadari akan kelemahan diri dan amal perbuatan yang
mendorong tumbuhnya sikap rendah diri di hadapan Allah SWT.

D. Hak Allah Atas HambaNya

Hak allah atas penduduk langit dan bumi adalah agar mereka

menyembahNYa dan tidak memperrsekutukanNYa, menaati dan tidak bermaksiat

kepadaNya, mengingat dan tidak melupakanNya, serta mensyukuri dan tidak

mengingkariNya. Maka barangsiapa tidak menunaikan keewajibannya itu, beararti

telah melanggar fitrahnya. Entah disebabkan baik karena kelemahan, kebodohan,

berlebih-lebihan aatau karena terlalu menganggap remeh.

Oleh karena itu, sekiranya Allah mengazab penduduk langit dan bumi,

maka siksaan itu bukanlah bentuk kezhaliman Allah kepada mereka, dan jika

Allah mengasihi mrereka, maka kasih sayangNYa melebihi perbuatan baik yang

telah dilakukan hambaNya.

Dari Muadz bin Jabal ra., dia berkata: Aku pernah membonceng

Rasulullah saw. di atas keledainya yang dinamai dengan Ufair, kemudian beliau

bersabda, Wahai Muadz, apakah kamu tahu apa hak Allah atas hambaNya? Dan

apa hak hamba atas Allah Taala? Aku berkata,Allah dan RasulNya yang lebih

tahu. Kemudian Rasulullah saw bersabda, Sesungguhnya hak Allah yang harus

3
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

dipenuhi oleh hambaNya adalah hendaknya mereka menyembah kepada Allah

dan tidak mempersekutukanNya denngan sesuatu apapun, sedang hak hamba

yang harus dipenuhi oleh Allah adalah Dia tidak mengazab hambaNya yang tidak

mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Aku Berkata,Wahai Rasulullah,

apakah boleh aku sampaikan kabar gembira ini kepada manusia? Beliau

menjawab, Jangan sampaikan kabar gembira ini, sehingga kan membuat mereja

bergantung (pasrah)

E. Kesempurnaan Ibadah (Penghambaan)

1. Seorang hamba akan berbolak-balik daalam tiga keadaan:

a. Ketika mendapatkan nikmat dan karunia dari Allah Taala, maka


dia wajib memuji Allah dan bersyukur kepadaNya
b. Ketika melakukan perbuatan maksiat dan dosa, maka dia wajib
memohon ampunan kepada Allah Taala
c. Ketika dia tertimpa musibah, maka dia wajib bersabar.

Barang siapa yang dapat melaksanakan kewajiban dalam tiga keadaan ini,

ia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan di akhirat

2. Allah Taaala menimpakan bencana kepada hambaNya untuk

menguji tingkat kesabaran dan kekuatan ibadahnya, bukan untuk

membinasakannya atau menyiksanya. Sehingga Allah mempunyai hak

yang sama atas ibadah hambaNya baik dalam keadaan susah maupun

dalam keadaan lapang, baik atas perkara yang dibenci atau perkara yang

disukai. Namun kebanyakan umat manusiaberibadah kepada hal-hal yang

disukai saja; Adapun dalam keadaan yang dibenci, mereka mempunyai

sikap yang berbeda. Berwudhu dengan air yang dingin pada waktu cuaca

panas adalah ibadah, menikah dengan perempuan yang baik adalah ibadah,

4
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

berwudhu dengan air yang dingin pada waktu cuaca yang dingin adalah

ibadah, meninggalkan maksiat dan hawa nafsu tanpa adanya rasa takut

kepada manusia adalah ibadah, dan sabar dalam menahan rasa lapar dan

rasa sakit adalah ibadah. Akan tetapi ada perbedaan antara dua keadaan

ibadah ini.

Barang siapa dapat beristiqamah dalam beribadah kepada Allah pada dua

keadaan tersebut, yaitu dalam keadaaan lapang dan sempit, dalam keadaan yang

dibenci dan disukai, maka ia tergolong hamba yang tidak pernah merasa takut dan

bersedih, tidak ada jalan bagi mush untuk mencelakainya karena Allah selalu

menjaganya. Namun terkadang syaitan mampu menggelincirkannya. Seorang

hamba terkadang diuji dengan kelupaan, syahwat dan kemarahan, sedang syaitan

selalu datang kepada hamba melalui tiga pintu ini. Allah telah memberikan

kekuasaan bagi hambaNya, berkenaan dengan hawa nafsu, syaitan dan ujian yang

ditimpakan kepadanya, apakah ia mentaati hal-hal tersebut atau menaati RabbNya

Allah mensyariatkan perintah-perintah kepada umat manusia, sebagaimana

hawa nafsu member perintah kepadanya. Allah menghendaki kesempurnaan iman

dan amal salehnya, sedangkan nafsu menginginkan penguasaan harta dan

pemuasan syahwat. Allah menghendaki agar kita beramal untuk akhirat sedangkan

nafsu menginginkan kita beramak untuk dunia. Keimanan merupakan jalan

kebenaran dan pelita yang mmenyinari kebenaran, disinilah medan ujian yang

sebenarnya.

Berkenaan hal ini, Allah Taala telah menjelaskan dalam FirmanNya:

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)

mengatakan,kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?Dan

5
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka

sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnyha

Dia mengetahui orang-orang yang dusta (Al-Ankabut: 2-3)

6
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

BAB II

IBADAH

(THAHARAH DAN SHALAT)

A. Definisi Thaharah

Menurut etimologi, thaharah berarti Kebersihan. Ketika dikatakan

Saya menyucikan pakaian maksudnya adalah saya membersihkan pakaian.

Adapun menurut terminology syara, Thaharah adalah menghilangkan hadats,

menghilangkan najis, atau melakukan sesuatu yang semakna atau memiliki bentuk

yang serupa dpadanya, dengan kedua kegiatan tersebut.

B. Pembagian Air Berdasarkan Ukuran Syara dan Hukumnya

1. Air Mutlak, yaitu air suci menyucikan yang airnya bisa suci

esensinya (artinya: air yang ketika ada sesuatu zat yang lain merasuk

padanya, ia tidak menjadi najis) dan sekaligus bisa menyucikan zat yang

lain atau menghilangkan hadats dan najis. Misal: Air Hujan, Air sungai,

Air Danau, Air Embun, Air Ledeng dan lainnya.

2. Air Mustamal, yaitu air yang telah dipakai untuk bersuci. Air ini

suci, tetapi tidak mensucikan atau tidak boleh dipakai untuk bersuci.

Namun kalau belum berubah rasa dan baunya, masih tetap suci

sebagaimana sabda Nabi:

Allah menciptakan air itu suci dan tidak ada sesuatu pun menajiskannya,

kecuali jika berubah rasa dan baunya

Kemudian hadis yang diriwayatkan oleh Rubiah Binti Muadz dalam

menerangkan wudhu. Rasulullah Bersabda: Rasulullah mengusap kepalanya

7
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

dengan sisa air wudhu yang ada pada kedua tangannya. Hadis ini diriwayatkan

oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud.

Jika membersihkan najis dari badan, pakaian, atau bejana dengan air

mutlak. Lalu, berpisahlah air bekas basuhan itu dengan sendirinya atau dengan

jalan diperas, maka air yang terperas itu disebut juga dengan air mustamal. Air

semacam ini hukumnya najis karena ttelah bersentuhan dengan benda najis

walaupun air itu tidak mengalami perubahan apapun. Air itu tidak bisa digunakan

lagi untuk membersihkan hadas atau najis.

Selanjutnya, jika orang yang bernujub ke dalam air yang sedikit kemudian

ia menyucikan tempat yang terkena najis-najis dengan niat membersihkan hadas,

maka menurut Imam hambali, air itu menjadi mustamal dan tidaak

menghilangkan janabat. Bahkan, orang itu wajib mandi lagi. Syafii dan Hanafi

berpendapat bahwa air itu menjadi mustamal, tetapi menyucikan janabat orang

tersebut dan tidak perlu mandi lagi.

3. Air Yang Bersuci Dengan Benda Yang Suci, yaitu air yang

bercampur denngan benda yang suci, seperti sabun, gula, gincu dan

sejenisnya. Maka hukumnya jika telah hilang kemutlakannya sebab

berubah baud an rasanya, tetap suci tetapi tidak menyucikan lagi. Jika

kemutlakannya masih terpelihara karena tidak berubah bau dan rasanya,

maka air itu tetap suci lagi menyucikan sesuai dengan hadis yang

diriwayatkan oleh Ummu Athiyah,

Telah masuk ke ruang kami Rasulullah saw ketika wafat puterinya

Zainab dan berkata, Mandikanlah ia tiga kali, lima kali, atau lebih

banyak lagi jika kalian amu, dengan air daun bidara dan campurlah yang

8
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

penghabisan dengan air kapur barus atau sedikit daripadanya. Jika telah

selesai, beritahukanlah kepadaku. Setelah selesai, kami sampaikan

kepada Nabi dan diberikannyalahkepada kami kain sambil

berkata,;balutkanlah pada rambutnya (HR. Jamaah)

Air yang dipergunakan untuk memandikan mayat haruslah air suci lagi

menyucikan. Lalu, adanya percampuran air mandi untuk mayat yang disebutkan

dalam hadis di atas adalah percampuran yang sedikit. Artinya, tidak sampai pada

menghilangkan kemutlakan air tersebut.

4. Air Yang Bernajis. Ulama sepakat bahwa air yang bercampur

dengan najis yang merubah salah suatu diantaranya rrasa dan baunya,

maka tidak dapat dipakai untuk bersuci. Namun, jika salah satu sifatnya

tidak berubah, hukumnya adalah suci dan mensucikan walau sedikit atau

banyak. Demikian yang dinukilkan oleh Ibnu Munzir dan Ibnu al-Mulaqin.

Alasannya ialah hadis Abu Hurairah ra. Katanya,

Seorang Badui berdiri dan kencing dalam mesjid. Orang-orang pun

berdiri untuk menangkapnya, maka bersabda Nabi saw,Biarlah dia

kencing, ambillah seember air dan siramkan kepada kencingnya itu.

Kamu dibangkitkan untuk member kemudahan pada orang lain bukan

untuk mempeersulitnya

Istinjak adalah membersihkan adalah membersihkan qubul dan dubur

sesudah buang air dan buang air kecil. Istinjak dapat dilakukan dengan salah satu

cara yang berikut :

1. Membasuh tempat keluar najis dengan air sehingga bersih.

9
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

2. Menyapu dengan batu sehungga bersih sekurang-kurangnya tiga


buah batu atau benda-benda lainnya yang kesat sebagai pengganti batu.
3. Menyapunya lebih dahulu dengan batu atau benda-benda lainnya
yang kesat sesudah itu membasuhnya dengan air.
Jika ketiadaan air, istinjak dapat dilakukan dengan batu sebagaimana sabda

Rasulullah saw :

Apabila diantara kamu pergi untuk buang air (besar), maka pergilah

membawa tiga buah batu untuk bersuci sebab batu-batu itu mencukupinya

(HR. Abu Daud, Ahmad, Daruquthni, dan Ibnu Majah).

Adapun syarat beristinjak dengan batu tersebut adalah :

1. Batu atau benda yang kesat itu suci dan dapat menarik najis.
2. Batu atau benda yang kesat itu tidak dihormati, misalnya bahan
makanan manusia atau batu mesjid.
3. Tempat keluar najis disapu sampai bersih.
4. Najis itu belum kering.
5. Najis itu tidak berpindah dati tempat keluarnya atau tidak melewati
ujung kemaluan atau daratan yang terkatup ketika berdiri pada tempat
buang air.
6. Najis itu tidak kena sesuatu yang lain walaupun suci, misalnya

tidak kena

D. Adab Buang Air.

Jika akan buang air, seharusnya memperhatikan beberapa hal sebagai

adabnya, antara lain : tidak menghadap kiblat dan membelakangi, tidak pada air

yang menggenang khususnya air yang dipakai untuk mandi, tidak sambil berdiri

kecuali ada halangan, dan tidak di tempat terbuka.

E. Thaharah dari najis

1. Pengertian Najis dan Dasar Hukum

10
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Najis menurut bahasa artinya kotoran dan tidak suci. Menurut istilah fiqih,

kotoran yang diwajibkan kepada muslim untuk membersihkannya dan

membasuhnya yang dikenanya. Firman Allah SWT dalam surat Al-Mudassir :

Pakaian mu hendaklah kamu bersihkan

Kemudian firman Allah SWT juga dalam surat Al-Baqarah 222 :

Sesungguhnya Allah menyenangi orang-orang yang bertaubat dan

menyenagi orang-orang yang bersuci

2. Klasifikasi Najis.

Najis dapat diklasifikasikan pada beberapa macam,

a) Semua yang keluar dari Qubul dan Dubur kecuali sperma atau

mani,seperti air kencing, mazi, tahi, dan muntah sebagaimana sabda

Rasulullah pada Amar,

Sesungguhnya engkau membasuh kain karena terkena air kencing (HR.

Imam Ahmad)

b) Darah yang mengalir ataupun bukan, misalnya darah yang

mengalir hewan yang disembelih ataupun darah haid wanita sebagaimana

firman Allah SWT dalam surat Al-Anam 145 berbunyi,

Katakanlah, Tidak dijumpai wahyu yang disampaikan kepadaku

makanan yang diharamkan kecuali bangkai, darah yang mengalir atau

daging babi karena itu adalah najis.

Adapun hati dan limpah hukumnya suci sesuai dengan hadist Nabi saw,

Telah menghalalkan bagi kita najis dua macam bangkai dan dua macam

darah, yaitu ikan dan belalang atau hati dan limpah (HR.SyafiI,

Ahmad, dan Ibnu Majah).

11
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

c) Bangkai, yaitu hewan yang mati tanpa disembelih menurut ketentuan

agama atau sebagian organ tubuh hewan yang diambil ketika masih hidup

berdasarkan hadist Abu Waqid Al-Laisi :

Rasulillah saw bersabda, Apa yang dipotong dari binatang ternak,

sedangkan ia masih hidup adalah bangkai (HR. Abu Daud dan

Turmudzi)

d) Anjing dan Babi. Dalil babi sebagai najis telah disebut terdahulu dasar

hukumnya, yaitu firman Allah dalam surat Al-Anam: 145, sedangkan mengenai

anjing berdasarkan hadis Abu Hurairah yang berkata,

Rasulullah saw bersabda, Mensucikan bejana mu yang dijilat anjing

adalah dengan mencucinya sebanyak tujuh kali yang mula-mula dengan

tanah (HR. Abu Daud, Baihaqi)

Kemudian, kaifiat (cara) mensucikan benda yang terkena najis tergantung

pada macam (bagian) apa yang najis itu. Pembagian Najis dan cara

mensucikannya dapat dilihat dibawah ini,

1. Najis Mughallazah (berat) adalah najis yang berasal dari anjing dan

babi. Cara, mensucikannya benda yang terkena najis ini dibasuh tujuh kali

dan satu kali diantaranya air dicampur dengan tanah.

2. Najis Mukhaffafah (ringan) adalah najis yang berasal dari kencing

anak laki-laki yang belum makan apapun kecuali air susu ibu dan usianya

belum cukup dua tahun. Cara mensucikannya dilakukan dengan

memercikkan air sampai merata di tempat yang terkena najis.

12
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

3. Najis Mutawasittah (pertengahan) adalah najis yang lain dari kedua

macam yang telah disebutkan terdahulu. Najis pertengahan ini terbagi

pada dua bagian,

a) Najis Hukmiah adalah najis yang diyakini keberadaan, tetapi tidak


tampak zat, bau, dan rasanya. Misalnya, kencing yang sudah lama
kering sehingga sifatnya telah hilang. Cara mensucikannya cukup
dengan mengalirkan air diatas benda yang kena najis itu.
b) Najis Aniah adalah najis yang tampak zat, bau, dan rasanya. Cara
mensucikannya najis ini ialah dengan menyiram tempat yang kena
najis dengan air sampaing hilang bau dan rasanya kecuali bau dan rasa
yang sulit dihilangkan digosok berulang-ulang.
F. Wudhu

1. Pengertian dan Dasar Hukum

Wudhu menurut bahasa berarti baik dan bersih. Menurut Istilah

syara, wudhu adalah membasuh muka , kedua tangan sampai siku, mengusap

sebagian kepala dan membasuh kaki yang sebelumnya didahului dengan niat serta

dilakukan dengan tertib.

Perintah wudhu diwajibkan kepada orang yang akan melaksanakan shalat

dan merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Hal ini berdasarkan Firman Allah

SWT dalam surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman jika kami akan melaksanakan shalat, maka

basuhlah mukamu, tangan sampai sikumu, sapulah kepalamu dan basuhlah

kakimu sampai kedua mata kai

2. Syarat Sah Wudhu

Adapun syarat sah wudhu sebagai berikut:

a. Islam

13
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

b. Mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik dan buruk atau


sudah berakal)
c. Airnya suci
d. Tidak ada halangan dari agama seperti haid dan nifas.

3. Rukun Wudhu

Rukun wudhu ada enam bagian yaitu:

a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh dua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian kepala
e. Membasuh kaki sampai mata kaki
f. Tertib
g. Muwalat atau berurutan

4. Sunat-Sunat Wudhu

Adapun sunat-sunat wudhu adalah:

a. Memulai dengan basmallah


b. Menggosok gigi
c. Membasuh kedua telapak tangan sebagai permulaan wudhu
d. Berkumur-kumur
e. Memasukkan air ke hidung dan menghembuskannya
f. Menyapu kepala dengan air sampai rata
g. Menyilangi jenggot
h. Menyilangi jari tangan
i. Mendahulukan membasuh anggota tubuh bagian kanan
j. Menyapu kedua telinga baik bagian dalam maupun bagian lluar
k. Shalat dua rakaat setelah berwudhu

5. Hal-Hal Yang Dapat Membatalkan Wudhu

Keadaan ini mencakup lima macam, yaitu

a. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur


b. Tidur nyenyak sehingga pinggul tidak ttetap di atas lantai
c. Hilang akal karena mabuk, gila dan pingsan yang disebabkan obat
atau sakit. Demikian ijma ulama
d. Bersentuhan kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrin
tanpa adanya batasan pelapis

14
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

e. Menyentuh kemaluan tanpa adanya alas

G. Mandi

Mandi aadalah meratakan air ke seluruh tubuh. Mandi disyariatkan

berdasarkan firman Allah SWT,

Jika kamu junub, maka mandilah (Al-Maidah:6)

Rasulullah juga bersabda:

Apabila bertemu alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin pertempuan

(suami-istri) maka wajib mandi (HR.Muslim)

1. Sebab-Sebab Yang Mewajibkan Mandi

Adapun sebab-sebab yang mewajibkan mandi seorang mukallaf itu adalah:

a. Hubungan kelamin (bersetubuh) baik keluar mani ataupun tidak.


b. Haid dan Nifas
c. Keluar Mani
d. Mati
e. Muallaf

2. Rukun dan Sunat Mandi

Rukun Mandi itu ada dua bagian, yaitu:

a. Niat merupakan dasar yang membedakan ibadah dengan adat

kebiasaan.

b. Membasuh seluruh tubuh yaitu meratakan air keseluruh tubuh

termasuk rambut. Lalu, jika ada sesuatu yang mengahalangi air sampai ke

anggota tubuh, dihilangkan sperti ggetah atau sebagainya.

Sementara itu, sunat-sunat mandi meliputi:

a. Mulai dengan mencuci kedua tangan tiga kali


b. Membaca Basmallah
c. Berwudhu sebelum mandi

15
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

d. Mengalirkan air ke seluruh tubuh sambil menggosok-gosokkan


tangan ke seluruh anggota badan.
e. Mendahulukan yang kanan terlebih dahulu sebelum yang kiri.

H. Shalat

Shalat menurut bahasa dapat digunakan untuk beberapa arti, diantaranya

doa dan rahmat. Selanjutnya, menurut istilah shalat ialah ibadah yang dimulai dari

perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah Taala

dan disudahi dengan salam.

1. Syarat Sah dan Rukun Shalat

Sebelum menunaikan shalat, tterlebih dahuku harus dipenuhi syarat-syarat

sahnya, yaitu:

a. Suci dari hadats besar dan hadats kecil


b. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
c. Menutup auurat
d. Mengetahui masuknya waktu shalat
e. Menghadap kiblat

Adapun rukun shalat meliputi beberapa hal, yaitu:\

a. Niat
b. Berdiri dengan sikap yang sempurna
c. Taibiratul Ihram
d. Membaca Al-Fatihah
e. Ruku Dengan Thumaninah
f. Itidal
g. Sujud serta Thumaninah
h. Duduk yang akhir sambil membaca tasyahud
i. Membaca shalawat pada Nabi Muhammad
j. Memberi salam yang pertama

Adapun hal-hal yang dapat membatalkan shalat meliputi beberapa hal,

yaitu:

a. Berbicara dengan sengaja


b. Makan dan minum dengan sengaja

16
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

c. Bergerak banyak dengan sengaja


d. Sengaja meninggalkan rukun atau syarat tanpa udzur
e. Tertawa

BAB III

IBADAH

(PUASA, ZAKAT DAN HAJI)

A. Puasa

Secara lughat, puasa berarti menahan atau imsak. Menurut istilah fiqh

puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa yang dimulai dari

terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan disertai niat. Firman Allah dalam

surah Al-Baqarah: 187

Makanlah dan minumlah kamu sampai waktu kelihatan benang putih dan

benang hitam, yaitu fajar

Kemudian, sabda Rasulullah Saw

17
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Dari Ibn Umar yang berkata.Saya telah mendengar Nabi SAW berkata:

apabila malam datang dan siang lenyap dan matahari telah terbenam, maka

datang waktu berbuka bagi orang yang berpuasa

Puasa Ramadhan hukumnya wajibberdasarkan Al-Quran dalam Firman

Allah Surah Al-Baqarah ayat 183

Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana

diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu

Pada ayat lain Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 185

Pada bulan Ramadhan ketika diturunkan Al-Quran yang menjadi petunjuk dan

penjelas bagi manusia, serta pemisah antara yang hak dan yang bathil. Lalu,

barangsiapa yang berada ditempat pada bulan ini hendaklah ia berpuasa

1. Rukun Puasa
Rukun puasa ada dua yang merupakan unsur terpenting dari hakikat puasa

itu,

a. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa semenjak terbit

fajar sampai terbenam matahari berdasarkan firman Allah SWT dalam

surah Al-Baqaarah ayat 187

b. Niat, berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 5

2. Orang-Orang Yang Diwajibkan Berpuasa

Puasa Ramadhan diwajibkan atas orang Islam yang berakal, baligh, sehat

dan menetap sedangkan wanita hendaklah suci dari haid dan nifas. Ini adalah

pendapat Ijma Ulama. Dengan kata lai, tidak wajib puasa bagi orang kafir, orang

gila, anak-anak, orang sakit, musafir, perempuan haid dan nifas, orang uzur,

perempuan yang hamil atau menyusui anaknya.

18
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Di antara yang tersebut di atas ada yang tidak wajib puasa sama sekali,

seperti orang kafir, orang gila, anak-anak, orang yang wajib berbuka dan

mengqadhanya dan adapula yang diberi keringanan berbuka tetapi diwajibkan

membayar fidyah.

Orang yang diberi keringanan berbuka dan wajib membayar fidyah, yaitu

orang yang telah tua (uzur), orang yang sakit yang tidak ada harapan sembuh, dan

orang yang mempunyai pekerjaan yang berat setiap hari. Mereka harus membayar

fidyah satu gantang aatau satu sukat. Dasar hukumnya yaitu Al-Quran surat al-

baqarah ayat 184 berbunyi:

Bagi orang-orang yang berat menjalankannya (karena uzur), maka memberikan

fidyah sebagai makanan bagi orang-orang miskin.

Maksud ayat tersebutadalah orang tua (uzur), orang-orang sakit menahun,

pekerja berat, orang-orang narapidana yang diberi hukuman pekerjaan berat terus

menerus, juga termasuk wanita hamil dan yang menyusukan anak ini dengan

membayar fidyah dan wajib mengqadhanya. Demikian menurut Ibnu Umar dan

Ibnu Abbas.

3. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa

Tujuh hal yang dapat membatalkan puasa antara lain:

a. Makan dan Minum dengan sengaja


b. Muntah dengan sengaja
c. Bersetubuh di siang hari pada bulan Ramadhan
d. Keluar darah haid dan nifas
e. Gila. Jika gila tersebut datanngnya pada siang hari maka batallah
puasa tersebut

19
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

f. Keluar mani sebab mimpi aatau menghayal dan sebagainya


tidaklah membatalkan puasa. Tetapi dengan cara yang sengaja maka
batallah puasanya
g. Meniatkan batal. Berniat buka puasa, sedangkan ia puasa, maka
puasanya batal sebab niat adalah salah satu rukun puasa.
4. Puasa Sunat (Tathawwu)

Ada beberapa macam bentuk puasa sunat, antara lain:

a. Puasa enam hari pada bulan Syawal. Sabda Rasulullah saw:

Dari Aiyyub bahwa Rasulullah saw telah berkata:Barangsiapa

berpuasa di bulan Ramadhan dan berpuasa pula enam hari pada bulan

Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang masa (HR.Muslim)

b. Puasa hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah kecuali orang yang sedang

mengerjakan ibadah haji, maka ia tidak disunatkan untuk melakukan puasa

tersebut. Rasulullah bersabda:

Dari Qatadah bahwa Nabi SAW bersabda:Puasa hari Arafah itu

menghapuskan dosa dua tahun; satu tahun yang telah lalu dan satu tahun

yang akan datang

c. Puasa hari Asyura tanggal 10 Muharram

Sabda Rasullah saw,

Dari bahwa Rasullullah telah berkata,puasa hari Asyura itu

mengahpuskan dosa satu tahun yang lalu

d. Puasa Bulan Syaban

e. Puasa Bulan Muharram

f. Setiap tanggal 13,14 dan 15 setiap bulan Qamariah

g. Puasa Senin dan kamis

20
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

B. Zakat

1. Pengertian Dan Dasar Hukum

Zakat menurut bahasa artinya tumbuh, bersih, atau menambah kebaikan.

Sebagaimana Firman Allah SWT.

Pungutlah zakat dan harta benda mereka, yang dapat membersihkan dan

mensucikan mereka(At-Taubah:103)

Zakat menurut istilah ialah mengeluarkan sebagian dari harta benda atas

perintah Allah sebagai sedekah wajib kepada mereka yang telah ditentukan oleh

hukum Islam. Sebagaimana Firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 60 yang

berbunyi:

Zakat itu diperuntukkan kepada kafir, miskin, amil, muallaf, budak, orang yang

berhutang, orang yang berjihad di jalan Allah dan musafir

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Allah telah

menetapkan hukum wajib nya, baik ddengan kitabNya maupun ddengan sunnah

RasulNya. Allah telah memfardhukan zakat atas hambaNya itu dan menyebutkan

dalam ayat-ayat Al-Quran yang selalu beriringan dengan shalat, antara lain,

Firman Allah dalam surat Al-Muzzammil ayat 20

Dirikanlah shalat dan bayarlah zakat

2. Orang Yang Berhak dan Yang Tidak Berhak Menerima Zakat

a. Orang Yang Berhak Menerima Zakat.

Orang-orang yang berhak menerima zakat telah diatur oleh Allah SWT

dalam surat At-Taubah ayat 60

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, miskin,

pengurus zakat, muallaf, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang

21
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

berhutang, sabilillah dan musafir. Demikian itu adalah ketetapan yang

diwajibkan oleh Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana..

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kesimpulan berikut berdasarkan

ayat diatas.

a) Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau usaha yang
dapat menjamin separuh kebutuhan hidupnya sehari-hari.
b) Miskin adalah orang yang mempunyai harta atau usaha yang dapat
menjamin separuh hidupnya, tetapi tidak mencukupi.
c) Amil adalah panitia zakat yang dapat dipercaya untuk
mengumpulkan dan membagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan hukum Islam
d) Muallaf adalah orang yang baru masuk Islam dan belum kuat
imannya. Jiwanya perlu dibina agar bertambah kuat meneruskan Islam
e) Hamba sahaya adalah orang yang mempunyai perjanjian akan
dimerdekakakan oleh tuannya dengan jalan menebus dirinya.
f) Gharim adalah orang yang berhutang untuk sesuatu kepentingan
yang bukan maksiat dan ia tidak sanggup melunasinya
g) Sabilillah adalah orang yang berjuang ddengan sukarela untuk
menegaakkan agama Allah
h) Ibnu Sabil adalah orang (musafir) yang kekurangan perbekalan
dalam perjalanan dengan maksud baik, seperti menuntut ilmu, menyiarkan
agama, dan sebagainya.
b. Orang Yang Tidak Berhak Menerima Zakat

Untuk penjelasan orang-orang yang tidak berhak menerima zakat ada lima

macam, yaitu:

a) Orang kaya dengan harta atau dengan penghasilannya. Rasulullah

bersabda,

22
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Tidak halal zakat bagi orang kaya dan orang yang memiliki harta

sampai satu nisab.

b) Hamba Sahaya karena mereka mendapat nafkah dari tuan mereka.

c) Keturunan Rasulullah.

Dari Abu Hurairah berkata,Pada suatu hari Hasan bin Ali telah

mengambil sebuah kurma dari zakat, lantas dimasukkan ke mulutnya,

Rasulullah berkata:Jijik, jijik,buanglah kurma itu! Tidak tahukah kamu

bahwa kita turunan Muhammad tidak boleh mengambil zakat (sedekah)

d) Orang dalam tanggungan yang berzakat. Artinya tidak boleh yang

berzakat memberikan zakatnya kepada orang yang dalam tanggungannya,

seperti kedua orang tuanya, anak-anak atau istrinya.

e) Orang yang tidak beragama Islam karena pesan Rasulullah SAW

kepada Muadz ketika ia diutus ke Yaman, Beritahukanlah kepada umat

Islam! Diwajibkan atas mereka zakat. Zakat itu diambil dari orang-orang

yang kaya dan diberikan kepada fakir

B. Haji

1. Pengertrian Haji

Haji secara lughat adalah menyengaja, sedangkan haji yang dimaksud

menurut syarang dimaksud menurut syara adalah me adalah menyenngaja mk

mengunjungi kabah untuk melakukan beberapa ibadah, seperti wukuf di Arafah,

thawaf, saI dan seluruh menasiknya untuk memperkenankan perintah Allah dan

mencari keridhaan-Nya.

2. Dasar Hukum Haji

23
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Mengenai wajibnya ibadah haji, tidak terdapat perbedaan pendapat.

Seluruh kaum muslimin telah sepakat bahwa haji itu adalah fardhu yang

merupakan salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan sekali dalm seumur

hidup. Firman Allah SWT tentang wajibnya haji terdapat di dalam surat Ali-Imran

; 197 ,

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu (bagi orang

yang sanggup) mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa yang

mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak

memerlukan sesuatu dari manusia dan alam semesta).

Demikianlah, Allah menegaskan dalam Al-Quran betapa wajibnya

melaksanakan haji dengan syarat bagi orang yang mampu secara fisik, harta,

maupun keamanan. Selain firman Allah tersebut, di dalam hadis juga ditemui

bahwa Rasulullah saw juga mewajibkan ibadah haji itu terhadap umatnya

sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh bukhari dan Muslim yang artinya,

Islam dibina atas lima perkara, (1) Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah

dan Muhammad itu Rasulullah (2) Mendirikan shalat (3) Menunaikan zakat (4)

Puasa di bulan Ramadhan (5) Melakukan haji ke Baitullah bagi orang yang

mampu melaksanakan perjalanan kesana

Berdasarkan dalil diatas, maka wajib hukumnya melaksanakan ibadah haji.

Barang siapa yang mengingkari fardhunya haji, maka tergolong pada orang yang

kafir sebab ia termasuk mengingkari sunnah Rasul dan Al Quran.

Syarat-syarat sahnya haji antara lain, beragama islam, baligh,dan berakal.

Haji bagi anak-anak terdapat khilafiyah di antara beberapa ulama. Imam Malik

dan Imam SyafiI membolehkan, sedangkan Imam Abu Hanifah melarangnya.

24
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Kemudian, disyaratkan kesanggupan untuk melaksanakan ibadah itu berdasarkan

firman Allah, yaitu bagi orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke

Baitullah.

Secara garis besar, kesanggupan tergambar dalam dua cara, yaitu

mengerjakan sendiri atau diwakilkan kepada orang lain. Mengenai kesanggupan

sendiri tidak diperselisihkan. Syarat tersebut adalah sanggup badan, harta, dan

aman perjalanan. Seseorang yang tidak sanggup mengerjakan sendiri ibadah

hajinya, tetapi ia sanggup mewakilinya kepada orang lain, maka Imam Malik dan

Abu Hanifah berpendapat tidak wajib baginya mewakilinya. Namun, Imam

SyafiI berpendapat wajib mewakilinya.

3. Rukun-rukun Haji

Rukun haji adalah pekerjaan yang jika salah satu diantaranya

dihalalkan,maka haji tersebut menjadi batal dan tidak bisa diganti denga kafarat

dan fidiah apapun juga. Adapun rukun-rukun haji tersebut ada lima, yaitu :

a. Ihram.
b. Wukuf di Arafah.
c. Thawaf Ifadah.
d. SaI antara Shafa dan Marwah.
e. Mencukur Rambut Kepala.

4. Hal-hal Yang Dilarang Ketika Ihram.

Orang yang sedang berihram dilarang melakukan hal-hal berikut ini,

a. Berpakaian yang dijahit (untuk laki-laki)


b. Memakai tutup kepala (untuk laki-laki)
c. Memakai tutup muka (untuk laki-laki)
d. Meminyaki rambut
e. Mencukur (memotong) rambut
f. Memotong kuku
g. Memakai harum-haruman

25
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

h. Berburu
i. Melangsungkan akad nikah
j. Bersenggama

Kalau orang sedang ihram melanggar beberapa larangan tersebut, ia

dikenakan war.jib membayar fidiah yang berulang kali sesuai dengan perbuatan

melanggar

5. Macam-Macam haji

Ada tiga cara mengerjakan haji dan umrah, yaitu:

1. Berniat ihram untuk haji saja terus diselesaikannya pekerjaan haji.


Kemudian, ihram untuk umrah serta terus mengerjakan segala urusannya.
Artinya dikerjakan satu-satu dan didahului haji. Inilah dinamakan haji
ifrad
2. Ketika mulai ihram berniat umrah saja. Artinya, telah
mendahulukan untuk negerinya diselesaikan semua urusan umrah
kemudian ihram lagi dari Mekkah untuk haji. Inilah yang dinamakan
dengan haji Tamattu
3. Berniat haji dan umrah sekaligus, yaitu dilaksanakan secara
bersamaan. Inilah yang dinamakan dengan haji Qiran.

BAB V

MUAMALAH

26
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan hubungan social antara

umat Islam, dalam konteks hubungan ekonomi dan jasa, seperti jual beli, sewa

menyewa dan gadai dalam kajian ilmu fiqh disebut dengan Muamalat.

Tentang mendefinisikan muamalat ini di kalangan ilmuan muslim dan ahli

hukum Islam terlihat bervariasi. Muhammad Yusuh Musa berpendapat bahwa

kajian fiqh muamalat itu mencakkup tentang ketentuan hukum mengenai

perekonomian amanah, dan bentuk titipan dann pinjaman, iakatan kekeluargaan,

proses penyelesaian perkara lewat pengadilan dan bahkan mencakup soal

distribusi harta waris. Sementara Zarqa cenderung memisahkan antara soal-soal

hubungan perekonomian yang bersifat jasa dan bertendensikan kepentingann

material, dengan ikatan kekeluargaan dan distribusi harta waris sebagai hubungan

personal yang tidak bertendensikan kepentingan material tetapi lebih bersifat

kekeluargaan. Dengan demikian menurutny, fiqh Muamalat itu hanya membahas

ketentuan-ketentuan hukum mengenai hubungan perekonomian yang dilakukan

anggota masyarakat dan bertendensikan kepentingan material yang saling

menguntungkan satu sama lain. Pendapat serupa yaitu dari Mahmud Syaltut yang

memisahkan antara ahwal syakhsiyah yang lebih menjaga ikatan kekeluargaan

dengan Muamalah yang lebih berorientasi kepada kepentingan harta,

mengembangkannya serta mempertukarkannya antara seorang warga dengan

warga lainnya, atau antara kelompok dengan kelompok lainnya.

Dari catatan pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa Fiqh Muamalat itu

adalah mengetahui ketentuan-ketentuan hukum mengenai usaha-usaha

memperoleh harta dan mengembangkannya, jual beli, hutang piutang, dan jasa

penitipan diantara masyarakat sesuai keperluan mereka yang dipahami dari dalil-

27
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

daalil syara yang terperinci. Ciri uatama Fiqh Muamalat ini adaalah terdapatnya

kepentingan keuntungan dalam proses akad dan kesepakatannya.

Tujuan disyariatkannya ketentuan hukum di bidaang Muamalat ini adalah

dalam rangka menjaga kepentingan para Mukallaf terhadap harta mereka sehingga

tidak dirugikan oleh tindakan orang lain atau pihak yang ingin mennguasai harta

dengan jalan yang tidak benar.

Beberapa hal yang dianggap penting akan dibahas di bawah ini mengenai

Muamalat sebagai berikut:

a. Jual Beli, Menurut pengertian bahasa (lughawai) ialah saling tukar.

Sekalipun ada kata Al-BaI (jual) daan kata Asy-Syira (beli) tetapi

biasanya dipergunakan dalam pengertian yang sama. Sedangkan menurut

syara jual beli ialah pertukaran harta atas dasar saling rrela. Atau

memindahkan milik dengan ganti yang daapat dibenarkan.

Kegiatan jual beli ini telah dibenarkan di dalam Islam, dengan

landasan hukum dari Al-Quran dalam Surah Al-Baqarah ayat 275:

Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

Jual Beli itu ada dua macam yaitu:

Pertama: Jual beli barang yang ada dan kelihatan oleh penjual dan

pembeli. Jual beli ini diperbolehkan.

Kedua: Jual beli sesuatu yang diterangkan sifatnya dalam

perjanjian. Jual beli ini boleh dilakukan jika barang tersebut ada dan sifat-

sifatnya benar-benar seesuai dengan yang telah dijanjikan.

Jual beli itu mempunyai rukun yaitu: Penjual, Pembeli, Barang

yang dijual, Harga dan Ijab Qabul. Bagi penjual daan begitu juga pembeli

28
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

dipersyaratkan yaitu: berakal, dengan kehendak sendiri, tidak pemboros,

baaligh. Sedangkan menyangkut barang (benda) dan harga juga harus

terpenuhi syarat-syarat berikut: suci barangnya, ada manfaatnya, dapat

dikuasai, milik sendiri dan mesti kadar benda, harga, jenis dan sifatnya.

Ijab Qabul dalam kegiatan jual beli dianggap sah apabila terpenuhi

syarat-syarat berikut: tidak ada yang membatasi antara penjual dan

pembeli, tidak diselingi dengan ucapan lainnya, tidak bertalik dan tidak

memakai jangka waktu.

b. Hutang Piutang

Jual beli tidak selamanya dilakukan langsung. Adakalanya

dilakukan dengan pesanan yakni uang pembeliannya diserahkan terlebih

dahulu, sementara barangnya belum ada, tetapi pembeli mengutarakan

kriteria barang yang dipesannya. Cara ini lazim disebut ddengan salam

atau salaf, yang berarti pembelian barang lewat pemesanan. Hal ini

dibenarkan dalam Islam dengan syarat barang yang dipesan itu

dikemukakan secara jelas, baik jenis maupun ukurannya, dipesan kepada

orang yang biasa memproduksi barang tersebut dan dia pun mengerti

tentang tipe barang tersebut serta harus jelas rentang waktu pemesanannya.

Dalam pada itu, tidak selamanya orang itu memiliki persiapan uang

yang memadai sebagai alat tukar dalam proses jual beli, sehingga perlu

jasa orang lain atau badan hukum tertentu yang dapat menolong

meminjamkan uang kepada mereka. Hal ini dibenarkan dalamn Islam yang

lazimm disebut ddengan qiradh, yakni pihak pennyandang dana yang

meminjamkan uang kepada nasabahnya, dengan kewajiban

29
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

mengembalikan uang tersebut setelah ia lapang sejumlah uang yang

dipinjamnya. Tindakan ini merupakan perbuatan baik karena menolong

orang yang sangat membutuhkan. Hal ini berdasarkan kepada sabda

Rasulullah saw:

Allah akan menolong hambaNya selama hamba itu suka

menolong saudaranya (HR. Muslim)

c. Riba dan Bunga Bank

Riba berasal dari bahasa Arab artinya Tambahan, yang berate

taambahan pembayaran atau uang pokok pinjaman. Riba sesekali disebut

pula dengan ar-rima. Maka salnya ialah tambah,, tumbuh dan subur.

Al-Jurjani merumuskan definisi riba itu sebagai berikut:

Kelebihan pembayaran tanpa ada ganti rugi/imbalan, yang

disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang membuat akad

(transaksi)

Misalnya si A member pinjaman kepada si B dengan syarat si B

harus mengembalikan uang pokok jaminan beserta sekian persen

tambahannya.

Hukum Riba haram sebagaimana Firman Allah surat Al-Baqarah

ayat 275:

Bahwasanya jual beli itu sperti riba, tetapi Allah menghalalkan

jual beli dan mengharamkan riba

Semua agama Samawi melarang praaktek riba, karena dapat

menimbulkan dampak bagi masyarakat pada umumnya dan bagi yang

terlibat riba khususnya.

30
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Riba ada beberapa macam yaitu:

a. Riba Fudhuli, yaitu pertukaran barang yang sejenis dengan tidak

sama. Misalnya uang Rp.10.000,- ditukar dengan uang Rp.11.000,- atau

beras dengan beras. Misalnya 10 kg beras ditukar dengan 11 kg beras.

b. Riba Qardhi, yaitu meminjam dengan syarat keuntungan barang

yang mempiutangi (qardhi:pinjam). Misalnya seseorang berhutang

100.000,- dengan perjanjian akan dibayar kelak Rp. 110.000,-

c. Riba Yad, Yaitu berpisah sebelum serah terima. Orang yang

membelli sesuatu barang, sebelum ia menerima barang dari si penjual

tidak boleh menjualnya kepada siapapun. Sebab barang yang dibeli dan

belum diterima masih dalam ikatan jual beli yang pertama, belum

menjadi milik yang sebenarnya bagi pembeli

d. Riba Nasa, yaitu penukaran yang disyaratkan terlambat salah satu

daari dua barang itu; tegasnya melebihkan pembayaran barang yang

dipertukarkan, diperjualbelikan atau dihutangkan, karena ditakhirkaan/

dilambatkan waaktu membayarnya baik yang sama jenisnya maupun

tidak

d. Syirkah

Syirkah artinya bekerjasama dalam usaha atau kepemilikan terhadap

sesuatu barang. Bersyarikat dalam perdagangan memerlukan kejujuran daari

masing-masing pihak, pertolongan Allah akan selalu datang bila yang

bersyarikat itu ikhlas, tetapi apabila seseorang atau lebih berkhianat maka

Allah akan mencabut kemajuan persyarikatan mereka. Sebagaimana

disebutkan dalam Hadist:

31
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata:Rasulullah saw bersabda:Allah

SWT berfirman: Aku adalah ketiga dari orang yang bersyarikat dagang,

selama yang seorang tidak berkhianat/mengkhianati kawannya (Abu Daud)

Syirkah dibolehkan jika memenuhi lima syarat, yaitu:

1) Adanya modal yang berupa uang kontan (termasuk emas dan

perak)

2) Modal dari kedua persero haarus sama jenisnya (misalnya uang

dengan uang, emas dengan emas)

3) Menyatukan dua modal itu mennjadi satu

4) Salah satu pihak pemberian izin kepada kawan seperseroannya

untuk menjalankan perseroan tersebut.

5) Untung ruginya menjadi tanggungan bersama.

Pembatalan pihak-pihak yang berkongsi bisa jadi sewaktu-waaktu, atau

ketika salah satu seorang diantaranya meninggal. Dengan begitu maka

perkongsian pun bubar secara langsung.

e. Mudharabah

Mudharabaah yaitu kerjasama antara dua pihak dimana pihak

pertama (shahibul mal) menyediakan modal sedangkan pihak lainnya

menjadi pengelola dana (mudharib) dimana keuntungan dan kerugian

dibagi menurut kesepakatan dimuka

Para ulama fiqh berpendapat bahwa tradisi perdagangan seperti itu

diperbolehkan sejauh barang yang akan dijualnya itu ada dan jelas

jumlahnya. Jelas pula nilai awal sebagai modalnya dan jelas pula

pembagian keuntungannya.

32
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

f. Mukhabarah

Mukhabarah ialah orang mengolah tanah milik orang lain dengan

bagi hasil yang disepakati, sedaangkan benihnya berasal dari pekerja

(pengolahan) itu. Hal ini didasarkan kepada sebuah hadis bahwa:

Sesungguhnya Rasulullah telaah menyerahkan kebun beliau

kepada penduduk Khaibaar untuk dipelihara dengan perjanjian, mereka

akan diberi sebagian hasilnya (HR. Muslim)

g. Musyaqah

Musyaqah ialah penyerahan pohon kepada pemiliknya untuk

dirawat. Kemudian hasilnya dibagi sesuai dengan perjanjian. Musyaqah

diberlakukan pada pohon kurma dan anggur dengan dua persyaratan:

a. Pemilik memberikan batas ketentuan waaktu secara jelas


b. Adanya perjanjian yang jelas dalam bagi hasil antar pemilik dan
pelaksana.
Pekerjaan daalam musyaqah adaa dua macam:

a. Pengolahan yang kemaanfaatannya menghasiilkan buah, maka


tugas pengolahan ini dikerjakan pelaksana. Misalnya menyiram, mengairi
daan mengawinkan tangkai bunga
b. Pengolahan yang kemanfaatannya terletak pada tanah, maka
pengolahan ini menjadi tanggung jawab yang punya tanah. Misalnya
membuat parit/sungai dan mempersiapkan peralataanya.

BAB VI

33
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

MUNAKAHAT

A. Pengertian dan Tujuan Nikah

1. Pengertian Nikah

Pengertian Nikah secara bahasa diartikan dengan kumpulan, bersetubuh,

akad. Sedangkan Nikah secara syari adalah dihalalkannya seorang lelaki dan

untuk perempuan bersenang-senang, melakukan hubungan seksual, dll .

Nikah atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan,

membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang antara

keduanya bukan muhrim. Firman Allah SWT Artinya : Dan jika kamu takut tidak

akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana

kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi :

dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,

maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang

demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS An Nisa : 3)

Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mulia untuk

mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan. Disamping itu, nikah

merupakan salah satu asas pokok hidup yang utama dalam pergaulan masyarakat.

Tanpa pernikahan tidak akan terbentuk rumah tangga yang baik, teratur dan

bahagia serta akan timbul hal-hal yang tidak didinginkan dalam masyarakat.

Misalnya, manusia tidak dapat mengekang hawa nafsunya sehingga timbul

pemerkosaan dan bencana di masyarakat.Oleh karena itu, dengan pernikahan akan

timbul kasih-mengasihi, sayang-menyayangi antara suami dan istri, saling kenal

mengenal, tolong menolong antar keluarga suami dengan keluarga istri dan

34
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.Sabda rasulullah SAW yang artinya :

Dari Abdullah bin Masud, ia berkata, telah bersabda Raulullah SAW kepada

kami, Hai pemuda-pemuda barang siapa yang mampu diantara kamu serta

berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin karena sesungguhnya

perkawinan itu akan memejamkan mata terhadap orang yang tidak halal

dilihatnya dan akan memeliharanya dari godaan syahwat. Dan barang siapa

yang tidak mampu kawin hendaklah dia puasa karena dengan puasa hawa

nafsunya terhadap perempuan akan berkurang. (HR Muttafaqu Alaih)

2. Tujuan Nikah

Tujuan nikah dalam agama Islam disebutkan dalam surat Ar Rum : 21,

yaitu untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia, keluarga yang

merasakan kebahagian lahir dan bathin, keluarga yang sakinah dan sejahtera.

Keluarga bahagia adalah keluarga yang diliputi suasana damai, aman,

tenteram, tertib, saling pengertian, tolong-menolong antar anggota keluarga

melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Firman Allah SWT.

Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS Ar Rum : 21)
Jadi, salah satu dari tanda kekuasaan Allah ialah menciptakan istri-istri

dengan perkawinan agar merasakan ketentraman hidup dan penuh kasih sayang

diantara suami istri. Suami ataupun istri masing-masing mempunyai tugas dan

tanggung jawab untuk kebahagian rumah tangganya. Misalnya, suami sebagai

kepala rumah tangga bertanggung jawab penuh terhadap anak dan istrinya dengan

35
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

memberi nafkah, sesuai dengan kemampuannya. Suami memimpin, membimbing

serta menjaga atas keselamatan dan kesehatan keluarganya.Istri bertanggung

jawab dalam mendidik anak-anak, istri harus taat dan patuh kepada semua

perintah suaminya, selama perintah tersebut sesuai dengan ajaran Islam. Istri rela

menerima pemberian suaminya, hemat tidak boros, serta menjaga kehormatan

dirinya. Begitu pula sebagai anak sebagai anggota keluarga, harus taat dan patuh

menjalankan agama, berbakti kepada orang tua, berakhlak mulia, rajin beribadah

dan belajar sehingga menjadi anak yang shlaeh berguna bagi agama, nusa, bangsa

dan negara. Kaum Pria diperintahkan oleh Allah SWT supaya selalu berdoa untuk

kebahagian keluarga, istri dan anak yang menyenangkan hati. Hal tersebut

dijelaskan dalam surat Al Furqan ayat 74.

Artinya : Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa. (QS Al Furqan : 74)
Rumah merupakan satu-satunya tempat tinggal di sebuah keluarga. Di

rumah itu, mereka dapat menikmati bersama pada saat senang, tempat istirahat

bersama, tempat tidur, berteduh, makan-minum, tempat meminta pada saat

membutuhkan, tempat hiburan pada saat susah, tempat beribadah seluruh anggota

keluarga dan sebagainya. Agar tujuan nikah untuk membentuk keluarga yang

bahagia dan sakinah itu dapat tercapai maka dalam memilih calon istri yang

beragama dan berakhlak mulia, selalu beramal shaleh, taat kepada Allah dan

suaminya. Sabda Rasulullah SAW yang artinya : Dari Jabir sesungguhnya Nabi

SAW bersabda, Sesungguhnya peremouan itu dinikahi orang karena agamanya,

36
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

hartanya, dan kecantikannya maka pilihlah yang beragama. (HR Muslim dan

Turmudzi).

Dalam hadis yang lain disebutkan yang artinya barang siapa menikahi

seorang perempuan karena harta dan kecantikannya, niscaya Allah akan

melenyapkan harta dan kecantikannya. Dan barang siapa yang menikahi karena

kebangsawanannya, niscaya Allah tidak kan menambah kecuali kehinaan.

Pengelompokan tujuan nikah dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara

lain:

1) Tujuan Fisiologis

Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

a. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan sarana berteduh


yang baik & nyaman.
b. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan kosumsi makan-
minum-pakaian yang memadai.
c. Tempat suami-isteri dapat memenuhi kebutuhan biologisnya.

2) Tujuan Psikologis

Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

a. Tempat semua anggota keluarga diterima keberadaannya secara


wajar & apa adanya.
b. Tempat semua anggota keluarga mendapat pengakuan secara wajar
dan nyaman.
c. Tempat semua anggota keluarga mendapat dukungan psikologis
bagi perkembangan jiwanya.
d. Basis pembentukan identitas, citra dan konsep diri para anggota

keluarga.

3) Tujuan Sosiologis

37
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

a. Lingkungan pertama dan terbaik bagi segenap anggota keluarga.


b. Unit sosial terkecil yang menjembatani interaksi positif antara
individu anggota keluarga dengan masyarakat sebagai unit sosial yang
lebih besar.
4) Tujuan Dawah

Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

a. Menjadi obyek wajib dawah pertama bagi sang dai.


b. Menjadi prototipe keluarga muslim ideal (bagian dari pesona
islam) bagi masyarakat muslim dan nonmuslim.
c. Setiap anggota keluarga menjadi partisipan aktif-kontributif dalam
dawah.
d. Memberi antibodi/imunitas bagi anggota keluarga dari kebatilan
dan kemaksiatan
Islam tidak mensyariatkan sesuatu melainkan dibaliknya terdapat

kandungan keutamaan dan hikmah yang besar. Demikian pula dalam nikah,

terdapat beberapa hikmah dan maslahat bagi pelaksananya :

1. Sarana pemenuh kebutuhan biologis (QS. Ar Ruum : 21)


2. Sarana menggapai kedamaian & ketenteraman jiwa (QS. Ar
Ruum : 21)
3. Sarana menggapai kesinambungan peradaban manusia (QS. An
Nisaa : 1, An Nahl : 72)
Rasulullah berkata: Nikahlah, supaya kamu berkembang menjadi banyak.

Sesungguhnya saya akan membanggakan banyaknya jumlah ummatku. (HR.

Baihaqi)

4. Sarana untuk menyelamatkan manusia dari dekadensi moral.

Rasulullah pernah berkata kepada sekelompok pemuda : Wahai pemuda,

barang siapa diantara kalian mampu kawin, maka kawinlah. Sebab ia lebih dapat

38
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun jika belum mampu,

maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu sebagai wija (pengekang

syahwat) baginya. (HR Bukhari dan Muslim dalam Kitab Shaum)

B. Rukun dan Syarat Nikah

Akad nikah tidak akan sah kecuali jika terpenuhi rukun-rukun yang enam

perkara ini :

1. Ijab-Qabul

Islam menjadikan Ijab (pernyataan wali dalam menyerahkan mempelai

wanita kepada mempelai pria) dan Qabul (pernyataan mempelai pria dalam

menerima ijab) sebagai bukti kerelaan kedua belah pihak. Al Qur-an

mengistilahkan ijab-qabul sebagai miitsaaqan ghaliizhaa (perjanjian yang kokoh)

sebagai pertanda keagungan dan kesucian, disamping penegasan maksud niat

nikah tersebut adalah untuk selamanya.

Syarat ijab-qabul adalah :

1. Diucapkan dengan bahasa yang dimengerti oleh semua pihak yang


hadir.

2. Menyebut jelas pernikahan & nama mempelai pria-wanita

3. Adanya mempelai pria.

Syarat mempelai pria adalah :

a) Muslim & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka); lihat QS. Al


Baqarah : 221, Al Mumtahanah : 9.

b) Bukan muhrim dari calon isteri.

39
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

c) Tidak dipaksa.

d) Orangnya jelas.

e) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

4. Adanya mempelai wanita.

Syarat mempelai wanita adalah :

a) Muslimah (atau beragama samawi, tetapi bukan


kafirah/musyrikah) & mukallaf; lihat QS. Al Baqarah : 221, Al Maidah : 5.

b) Tidak ada halangan syari (tidak bersuami, tidak dalam masa


iddah & bukan mahrom dari calon suami).

c) Tidak dipaksa.

d) Orangnya jelas.

e) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

5. Adanya wali.

Syarat wali adalah :

a) Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).

b) Adil

c) Tidak dipaksa.

d) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

Tingkatan dan urutan wali adalah sebagai berikut:


a) Ayah
b) Kakek
c) Saudara laki-laki sekandung

40
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

d) Saudara laki-laki seayah


e) Anak laki-laki dari saudara laki laki sekandung
f) Anak laki-laki dari saudara laki laki seayah
g) Paman sekandung
h) Paman seayah
i) Anak laki-laki dari paman sekandung
j) Anak laki-laki dari paman seayah.
k) Hakim
Adanya saksi (2 orang pria). Meskipun semua yang hadir menyaksikan
aqad nikah pada hakikatnya adalah saksi, tetapi Islam mengajarkan tetap harus
adanya 2 orang saksi pria yang jujur lagi adil agar pernikahan tersebut menjadi
sah. Syarat saksi adalah:
a) Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).
b) Adil
c) Dapat mendengar dan melihat.
d) Tidak dipaksa.
e) Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab-qabul.
f) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
6. Mahar.
Beberapa ketentuan tentang mahar :

a) Mahar adalah pemberian wajib (yang tak dapat digantikan dengan


lainnya) dari seorang suami kepada isteri, baik sebelum, sesudah
maupun pada saat aqad nikah. Lihat QS. An Nisaa : 4.
b) Mahar wajib diterimakan kepada isteri dan menjadi hak miliknya,
bukan kepada/milik mertua.
c) Mahar yang tidak tunai pada akad nikah, wajib dilunasi setelah
adanya persetubuhan.
d) Mahar dapat dinikmati bersama suami jika sang isteri memberikan
dengan kerelaan.
e) Mahar tidak memiliki batasan kadar dan nilai. Syariat Islam
menyerahkan perkara ini untuk disesuaikan kepada adat istiadat yang

41
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

berlaku. Boleh sedikit, tetapi tetap harus berbentuk, memiliki nilai dan
bermanfaat. Rasulullah saw senang mahar yang mudah dan pernah pula

C. Hukum-Hukum Nikah

Para fuqaha mengklasifikasikan hukum nikah menjadi 5 kategori yang

berpulang kepada kondisi pelakunya :

1. Wajib, bila nafsu mendesak, mampu menikah dan berpeluang besar


jatuh ke dalam zina.

2. Sunnah, bila nafsu mendesak, mampu menikah tetapi dapat


memelihara diri dari zina.

3. Mubah, bila tak ada alasan yang mendesak/mewajibkan segera


menikah dan/atau alasan yang mengharamkan menikah.

4. Makruh, bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah


tetapi tidak merugikan isterinya.

5. Haram, bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah


sehingga merugikan isterinya.

D. Faskh, Thalaq, dan Ruju

1. Fasakh

Fasakh ialah membatalkan ikatan perkahwinan melalui kuasa kadi dengan

sebab-sebab tertentu tanpa ucapan talak. Kedua-dua pasangan suami isteri tidak

sanggup lagi untuk meneruskan perkahwinan,dan sekiranya diteruskan juga, ia

boleh menyebabkan keruntuhan rumahtangga. Fasakh diharuskan untuk kebaikan

kedua-dua pihak, sama ada pihak suami atau pihak isteri. Isteri boleh menuntut

fasakh daripada suaminya di Mahkamah Syariah jika berlaku beberapa perkara,

antaranya:

Suami tidak bertanggungjawab menanggung nafkah zahir atau


nafkah batin.

42
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Suami menghilangkan diri tanpa berita setelah sekian lama.


Suami tidak berlaku adil terhadap isteri-isterinya (sekiranya suami
beristeri lebih dari pada satu).
Suami menghidap penyakit merbahaya yang sukar untuk diubati.
Suami tidak taat pada ajaran Islam dan suka melakukan perkara-
perkara maksiat.
Suami telah melakukan kezaliman ke atas dirinya (diri isteri),
seperti memukul dan sebagainya.
2. Thalaq

Talak menurut bahasa Arab artinya melepaskan ikatan. Adapun yang

dimaksud talak disni ialah melepaskan ikatan perkawinan (pernikahan). Apabila

dalam pergaulan antara suami istri tidak mencapai tujuan pernikahan, yakni

membentuk rumah tangga yang bahagia (misalnya suami atau istri tidak

menjalankan kewajiban atau salah satu diantara mereka menyeleweng sehingga

tidak ada kecocokan lagi dan tidak dapat didamaikan) maka jala keluar satu-

satunya ialah talak atau perceraian. Meskipun talak merupakan jaan yang

disyariatkan, namun menjatuhkan talak tanpa sebab sangat dibenci Allah

SWT.Sabda Rasulullah SAW yang artinya : Dari Ibnu Umar, katanya, telah

bersabda Rasulullah SAW, Sesuatu yang halal namun amat dibenci Allah ialah

talak. (HR Abu Dawud dan Ibnu Majjah).

Berdasarkan kemashlahatan atau kemudaratannya, hukum talak itu ada

empat.

1. Wajib apabila antara suami sitri terjadi perselisihan dan hakim


memandang perlu keduanya untuk bercerai atau suami tidak mampu untuk
memenuhi hak-hak istri sebagaimana mestinya.

43
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

2. Sunah apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibannya


atau istri tidak menjaga kehormatannya.

3. Haram apabila suami menjatuhkan talak si istri dalam keadaan


haid, atau dalam keadaan suci tapi telah dicampurinya atau dengan talak
ini mengakibatkan suami jatuh dalam perbuatan haram.

4. Makruh apabila tidak dengan alasan yang dibenarkan oleh syara


dan memang asal hukum dari talak itu adalah makruh

Lafal Talak Kalimat yang digunakan untuk perceraian (talak) ada dua

macam.

1. Sarih (terang) adalah kalimat yang jelas untuk memutuskan tali


ikatan pernikahan, seperti kata si suami Engkau tetalak atau saya
ceraikan engkau, dengan niat atau tidak.

2. Kinayah (sindiran) adalah kalimat yang masih ragu-ragu (kata-kata


yang tidak tegas) sehingga boleh diartikan untuk perceraian atau bukan,
seperti Pulanglah engkau ke rumah orang tuamu atau Pergilah engkau
dari sini kalimat sindiran ini tergantung pada niatnya. Apabila tidak ada
niat untuk menceraikan maka tidaklah jatuh talak, tapi kalau diniatkan
untuk menceraikan maka jatuhlah talak

Bilangan talak Apabila suami ingin mentalak istrinya maka bilangan

talaknya ialah dan talak satu sampai talak tiga. Apabila suami mentalak istrinya

satu atau dua, suami masih boleh rujuk (kembali) kepada istrinya, sebelum habis

iddahnya, dan boleh nikah kembali dengan akad baru apabila iddahnya sudah

habis. Firman Allah SWT.Artinya : Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah

itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara

yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah

kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat

menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami

isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas

44
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya.

Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa

yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.

(QS Al Baqarah : 229)

Kemudian apabila suami telah mentalak tiga maka suami tidak boleh rujuk

atau nikah lagi dengan bekas istrinya, kecuali apabila perempuan tersebut telah

nikah dengan orang lain, sudah dicampur dan sudah diceraikan oleh suaminya

yang kedua dan sudah habis masa iddahnya. Firman Allah SWT.Artinya :

Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka

perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain.

Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi

keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya

berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum

Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. (QS Al Baqarah :

230)

Selain macam talak diatas, adalagi talak yang disebut talak tebus. Talak

tebus ialah talak atas permintaan istri kepada suaminya agar suaminya

menjatuhkan talak kepadanya, kemudian ia memberikan bayaran kepada

suaminya, sesuai dengan permintaan suaminya.

3. Ruju

Rujuk menurut bahasa artinya kembali (mengembalikan). Adapun yang

dimaksud rujuk disini adalah mengembalikan status hukum perkawinan secara

penuh setelah terjadi talak raji yang dilakukan oleh mantan suami terhadap

45
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

mantan istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu. Firman Allah SWT

Artinya : Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga

kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam

rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat.

Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika

mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang

seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang maruf. Akan tetapi para

suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al Baqarah :228)

Berbicara masalah rujuk juga tidak terlepas dari kosekwensinya. Maka

hokum rujuk adalah:

a. Wajib khusus bagi laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu
jika salah seorang ditalak sebelum gilirannya disempurnakannya.

b. Haram apabila rujuk itu, istri akan lebih menderita.

c. Makruh kalau diteruskan bercerai akan lebih baik bagi suami istri

d. Jaiz, hukum asal Rujuk.

e. Sunah jika rujuk akan membuat lebih baik dan manfaat bagi suami

istri

Sedangkan Rukun Rujuk adalah:

a. Istri, syaratnya pernah dicampuri, talak raji, dan masih dalam


masa iddah

46
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

b. Suami, syaratnya atas kehendak sendiri tidak dipaksa.

c. Saksi yaitu dua orang laki-laki yang adil

d. Sighat (lafal) rujuk ada dua, yaitu

E. Dzihar, Lian, Iddah, dan Mutah (Nafakah)

1. Dzihar

Zihar adalah perkataan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya

sehingga haram atasnya, seperti kata suami kepada istrinya, Engkau bagiku

seperti punggung ibuku. Suami yang mengucapkan demikian wajib menarik

kembali dan membayar kifarat sebelum istrinya digauli. Kafarat (denda) zihar ada

tiga tingkatan, yaitu.

1. memerdekakan hamba sahaya

2. apabila tidak dapat memerdekakan hamba sahaya, puasa dua bulan


berturut-turut.

3. Apabila tidak kuat puasa, memberi makan kepada 60 orang miskin.

Masalah zihar diterangkan dalam surat Al Mujadalah ayat 2-4

2. Lian

Lian alah sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina.

Menurut surat An nur 6-9 bahwa apabila suami yang menuduh istrinya berbuat

zina dan tidak ada saksi, maka ia diwajibkan bersumpah empat kali dengan

ucapan, Demi Allah, saya benar dalam tuduhan saya kemudian disumpah yang

kelima ia wajib bersumpah Demi Allah jika saya dusta dalam tuduhan saya,

niscaya saya ditimpa laknat dari Allah.

47
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Untuk menghindari dari hukuman, istri juga wajib bersumpah empat kali

dengan ucapan Demi Allah suami saya itu berdusta dan untuk sumpah yang

kelima, ia wajib bersumpah dengan ucapan Demi Allah kemurkaan Allah akan

menimpa saya jika suami saya itu benarApabila seseorang menuduh orang

berzina, sedangkan saksi yang cukup (empat saksi) tidak ada maka penuduh tadi

dipukul (didera) 80 kali, tetapi kalau yang menuduh itu suaminya, ial lepas dari

siksaan atau dera (pukulan 80 kali), yaitu dengan jalan Lian.Akibat dari lian

suami, timbul beberapa hukum dibawah ini.a. Dia tidak disiksa (dipukuli)b. Istri

wajib disiksa dengan siksaan zinac. Suami istri bercerai selama-lamanyad. Kalau

ada anak, anak itu tidak dapat diakui oleh suamiUntuk menghindari siksaan zina,

istri harus membalas lian suaminya

3. Iddah

Iddah ialah masa menunggu bagi wanita yang telah dicerai oleh suaminya

baik cerai biasa maupun ditinggal mati suaminya untuk tidak menikah dengan

orang lain. Diadakan masa idah untuk mengetahui apakah selama idah wanita

tersebut hamil atau tidak dan apabila ia hamil maka naka tersebut sebagai anak

dari suami yang menceraikan.

Ada beberapa Macam pembagian iddah sebagai berikut.

1. wanita yang dicerai suaminya (ditinggal mati suaminya) kalau ia


sedang mengandung maka masa iddahnya hingga lahir anak yang
dikandungnya. Firman Allah SWT. Artinya: Dan perempuan-
perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-

48
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka


masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-
perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil,
waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah,
niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS
At Thalaq : 4).

2. Wanita yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia tidak


mengandung atau hamil, maka masa iddahnya ialah 4 bulan 10 hari.
Firman Allah SWT. Artinya: Orang-orang yang meninggal dunia di
antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu)
menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.
Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka tiada dosa bagimu
(para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut
yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS Al
Baqarah: 234).

3. Wanita yang dicerai suaminya dan ia masih haid maka iddahnya


ialah tiga quru (tiga kali suci). Firman Allah SWT. Artinya : Wanita-
wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah
dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika
mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai
hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang maruf.
Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al
Baqarah : 228).

wanita yang ditalak suami dan ia sudah tidak haid lagi maka iddahnya
ialah tiga bulan.

49
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

4. wanita yang dicerai suaminya tetapi belum dicampuri maka wanita


tersebut tidak ada iddahnya. Firman Allah SWTArtinya : Hai orang-
orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan
yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu
mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah
bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka
mutah, dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya.
(QS Al Ahzab : 49).

Hak perempuan dimasa iddah ialah sebagai berikut.

a) Perempuan yang dalam masa iddah rajiyah talak satu dan dua
berhak menerima dari bekas suaminya tempat tinggal, pakaian dan segala
belanja perempuan yang dalam iddah bain (talak tiga) kalau ia
mengandung, ia berhak menerima tempat tinggal, nafkah dan pakaian.
Firman Allah SWT Artinya: Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana
kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka
(isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan
baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya. (QS At Thalaq : 6)

b) Perempuan yang dalam iddah bain, tetapi ia tidak mengandung


maka ia hanya berhak menerima tempat itnggal saja. Perempuan yang
dalam iddah karena ditinggal mati suaminya baik ia mengandung atau
tidak, ia tidak mempunyai hak apa-apa sebab ia dan anaknya telah
mendapat hak pusaka dari suaminya yang meninggal itu

50
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

51
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

BAB VII

FARDHU KIFAYAT

A. Pengertian

Fardhu Kifayah adalah status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam

yang wajib dilakukan, namun bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka

kewajiban ini gugur. Contoh aktivitas yang tergolong Fardhu Kifayah :

Menshalati jenazah Muslim

Belajar ilmu tertentu (misal :kedokteran, ekonomi, dll)

Amar ma'ruf nahi munkar

Jihad ibtida`i

Mendirikan Khilafah

dll

Suatu perbuatan yang semula hukumnya fardhu kifayah bisa menjadi

fardhu 'ain apabila perbuatan dimaksud belum dapat terlaksana dengan hanya

mengandalkan sebagian dari kaum muslimin saja.

B. Tajhiz Mayat

52
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

1. Kebutuhan Tajhiz

Bahan-bahan yang diperlukan dalam mengurus jenazah adalah

1. Kain kafan, kain basahan, handuk, kain persalinan, alas keranda, air (atau tanah
untuk tayammum), tikar, sekarat pelepah pisang, batang pisang untuk kuda-
kuda bila tidak ada yang memangkunya.

2. Ramuan-ramuan, seperti kapas, kapur barus, kayu cendana, jeruk purut, bunga,
kemenyan, minyak wangi, sabun, daun bidara, dan air bunga

3. Kain kafan, (Minimal satu lapis baik laki-laki maupun perempuan. Maksimal
untuk laki-laki tiga lapis kain besar tanpa baju, sarung, dan surban. Untuk
perempuan lima lapis, terdiri dari dua lembar kain besar untuk alas, baju, rok,
dan jilbab), tali pengikat kafan, kain perca, sarung tangan, bantal tiga buah,
dan lain-lain yang dirasa perlu.

II. Tata Cara Memandikan Jenazah

Maksud memandikan jenazah adalah membersihkan jenazah dari hadats

dan najis dengan cara mengalirkan air secara merata keseluruh tubuh jenazah.

Adapun rukun memandikan jenazah dan tata cara memandikannya adalah:

1. Membersihkan najis dan kotoran (yang ada di badan, gigi, hidung,


telinga, jemari-jemari)

2. Niat memandikan jenazah, dibaca ketika air disiramkan


ketubuhnya, yaitu:

3. Menyiramkan air ke seluruh tubuh jenazah secara merata.


Disunatkan membaca doa berikut ini, yaitu:

Ya Allah, sucikanlah ia dengan air yang sejuk menyejukkan

53
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Berikut ini juga merupakan sunat-sunat dalam memandikan jenazah yang


dikerjakan setelah nomor 3, yaitu:

4. Sunat memandikan jenazah dengan hitungan ganjil. Adapun


caranya adalah dengan menyiram air bersih mulai dari kepala sampai kaki
sebelah depan, sebelah kanan jenazah dan sebelah kiri jenazah. Ini dihitung
satu kali

5. Yang terakhir, jenazah disiram dengan air sembilan, yaitu air


ramuan yang terdiri dari air kafur barus, bunga, jeruk purut, sambil
membaca doa

6. Doa yang sunat di baca ketika menyiram jenazah dengan air


sembilan pada bagian depannya tiga kali, yaitu: Ampunilah kami Ya Allah,
hanya kepada-Mu kami kembali.

7. Doa yang sunat di baca ketika menyiram jenazah dengan air


sembilan pada bagian kananya tiga kali, yaitu: Ampunilah kami Wahai
Maha Pengasih, hanya kepada-Mu kami kembali.

8. Doa yang sunat di baca ketika menyiram jenazah dengan air


sembilan pada bagian kirinya tiga kali, yaitu: Ampunilah kami Wahai
Maha Penyayang, hanya kepada-Mu kami kembali.

9. Jenazah diwudhukkan dengan niat,

10. Membaca doa setelah selesai memandikan jenazah, yaitu:

Tiada tuhan kecuali Allah yang Maha Esa, tiada syarikat bagi-Nya, Dia-lah
yang Maha Memiliki, bagi-Nya segala puji, Dia Maha Menghidupkan dan Maha

54
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Mematikan, Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, jadikanlah kami dan
dia termasuk dari golongan orang-orang yang selalu bertaubat.

III. Tata Cara Mengkafani Jenazah

1. Doa memotong kain kafan

Ya Allah, Jadikanlah kain kafan ini baginya sebagai rahmat, kemuliaan, cahaya,
dan hijab yang menghalanginya dari neraka.

2. Doa mengkafankan jenazah

Ya Allah, Jadikanlah kain kafannya kemuliaan dan masukkanlah ia ke dalam


syurga dengan rahmat-Mu, Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

IV. Tata Cara Menshalati Jenazah

1. takbir pertama beserta niat shalat jenazah hadir

2. Niat shalat jenazah ghaib

3. Membaca surat al-Fatihah setelah takbir pertama

4. Membaca shalawa kepada Nabi Muhammad saw pada takbir kedua

5. Membaca doa untuk mayat pada takbir ketiga

6. Untuk jenazah anak-anak, boleh membaca doa berikut:

7. Pada takbir ke empat disunatkan membaca doa berikut:

8. Rukun terakhir adalah salam

55
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

V. Tata Cara Menguburkan Jenazah

1. Di sunatkan mayat diturunkan dari arah kaki kuburan sambil


membaca doa berikut

Dengan Nama Allah atas agama Rasulullah saw.

1. Mayat wajib dihadapkan ke kiblat. Di sunatkan sambil mengambil


tanah tiga genggam.

Tanah genggaman pertama diletakkan di kepala dan membaca doa

(dari tanah kamu diciptakan)

Genggaman kedua untuk pusat dan dibaca doa

(dan kedalam tanah kamu dikembalikan)

Dan genggaman ke tiga untuk kaki dan di baca doa

(dan dari tanah pula Kami keluarkan kamu pada

Kali yang lain, yaitu pada waktu manusia dibangkitkan dari kuburnya).

1. Setelah selesai penguburan, di tanami pohon yang mudah tumbuh


sambil membaca doa

Ya Allah, jadikanlah pohon ini sebagai rahmat dan karunia yang luas di dalam
kuburnya, Wahai Yang Maha Pengasih.

1. Setelah itu di tanam batu nisan, sambil membaca doa

Ya Allah, jadikanlah batu in sebagai rahmat, keutamaan yang luas di dalam


kuburnya, Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

1. Disiram dengan air bunga sambil membaca doa

56
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Dengan nama Allah, Allah yang telah mengairi kuburnya, mendinginkan tempat
pembaringannya, dan jadikan syurga tempat tinggalnya, Wahai Yang Maha
Pengasih.

57
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

BAB VII

INSEMINASI BUATAN DAN BAYI TABUNG

A. Inseminasi Buatan

58
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan

istilah fertilisasi-in-vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : Fertilisasi-in-

vitro adalah pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang

dilakukan oleh petugas medis. Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu

teknologi reproduksi berupa teknik menempatkan sperma di dalam vagina wanita,

pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya

inseminasi buatan bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma

bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam

cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat Fahrenheit.

Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan

suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan

tuba falopii istrinya mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian

mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada

pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak

dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.

59
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Dalam melakukan fertilisasi-in-virto transfer embrio dilakukan dalam

tujuh tingkatan dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :

1. Istri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung
telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan
haid dan baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.

2. Pematangan sel-sel telur sipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah Istri
dan pemeriksaan ultrasonografi.

3. Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum (pungsi) melalui


vagina dengan tuntunan ultrasonografi.

4. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi
dengan sel sperma suaminya yang telah diproses sebelumnya dan dipilih
yang terbaik.

5. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri
kemudian dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan
18-20 jam kemudian dan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi
pembuahan sel

6. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini. Kemudian


diimplantasikan ke dalam rahim istri. Pada periode ini tinggal menunggu
terjadinya kehamilan.

60
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

7. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi


menstruasi, dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan
seminggu kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.

B. Bayi Tabung Dalam Pandangan Islam

Ada Qadha, ada Qodar, diantaranya ada ihktiar. Qodha adalah ketetapan

Allah yang masih menjadi rahasiaNya, sementara Qodar adalah ketetapan Allah

yang telah menjadi fakta kejadian. Ini bagian dari rukun iman.

Salah satu yang sering menjadi kegundahan manusia terkait dengan qodha

dan qodar adalah seputar jodoh, anak dan rejeki. Khususnya seputar anak. Siapa

yang tidak berkehendak dirinya diberi keturunan anak-anak yang insya allah akan

menjadi penerus generasinya.Namun apa daya ada qadha dan qodar yang harus

diterimanya dengan keihklasan, yaitu tidak dikaruniai keturunan. Adakah sebuah

ikhtiar untuk itu, maka sebagaimana nasehat seorang ulama kepada diri saya

terkait dengan masalah keyakinan, beliau berkata : kalau kita sakit, yakin kepada

obat adalah syirik , meninggalkan obat adalah haram, maka wajib kita berobat

namun harus dilakukan dengan cara sunnah.

Maka bagi yang belum dikarunai keturunan, ikhtiar perlu juga dilakukan,

namun bila berhasil janganlah yakin kepada hasil ikhtiar, ini bisa berakibat syirik,

jangan pula sampai tidak berikhtiar karena selama masih ada usaha terletak

harapan, dan seandainyapun melakukan berbagai macam ikhtiar, maka tetap

gunakan prinsip-prinsip syariat dan sunnah agar kita tetap dalam jalan yang

diridhoiNya.

61
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Salah satu bentuk ikhtiar adalah upaya lewat bantuan teknologi yang

kemudian dikenal dengan bayi tabung. Masalah ini termasuk ke dalam bab fiqih

kontemporer, sebuah kajian fiqih yang sedikit rumit, lantaran belum pernah terjadi

di masa lampau. Sehingga para ulama di masa lalu tidak pernah menulisannya.

Untuk itu diperlukan ijtihad yang bersifat komprehensif, aktual serta tingkat

kefaqihan yang mumpuni untuk menjawabnya.Berikut ini adalah petikan sejumlah

pendapat seputar bayi tabung.

Menurut Fatwa MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979), Dewan

Pimpinan Majelis Ulama Indonesia memfatwakan sebagai berikut :

1. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri
yang sah hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar
berdasarkan kaidahkaidah agama.

2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri


yang lain (misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama)
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zariah ( ), sebab hal ini
akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah
warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang
mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya,
dan sebaliknya).

3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah
meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zariah ( ),
sebab hal ini akan menimbulkan masala~ yang pelik, baik dalam kaitannya
dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan..

4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain


pasangna suami isteri yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya

62
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang
sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zariah ( ), yaitu untuk
menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

Menurut salah satu putusan Fatwa Ulama Saudi Arabia, disebutkan bahwa

Alim ulama di lembaga riset pembahasan ilmiyah, fatwa, dakwah dan bimbingan

Islam di Kerajaan Saudi Arabia telah mengeluarkan fatwa pelarangan praktek bayi

tabung. Karena praktek tersebut akan menyebabkan terbukanya aurat,

tersentuhnya kemaluan dan terjamahnya rahim. Kendatipun mani yang

disuntikkan ke rahim wanita tersebut adalah mani suaminya. Menurut pendapat

saya, hendaknya seseorang ridha dengan keputusan Allah Taala, sebab Dia-lah

yang berfirman dalam kitab-Nya:

Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. (QS. 42:50)

Sementara itu Syaikh Nashiruddin Al-Albani sebagai tokoh ahli sunnah

wal jamaah berpendapat lain, beliau berpendapat sebagai berikut : Tidak boleh,

karena proses pengambilan mani (sel telur wanita) tersebut berkonsekuensi

minimalnya sang dokter (laki-laki) akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat

aurat wanita lain (bukan istri sendiri) hukumnya adalah haram menurut pandangan

syariat, sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.

Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang

mengharuskan seorang lelaki memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang

haram ini. Bahkan terkadang berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami

wanita tersebut, dan ini pun tidak boleh.

63
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Lebih dari itu, menempuh cara ini merupakan sikap taklid terhadap

peradaban orang-orang Barat (kaum kuffar) dalam perkara yang mereka minati

atau (sebaliknya) mereka hindari. Seseorang yang menempuh cara ini untuk

mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi rizki oleh Allah berupa anak

dengan cara alami (yang dianjurkan syariat), berarti dia tidak ridha dengan takdir

dan ketetapan Allah Subhanahu wa Taala atasnya. Jikalau saja Rasulullah

Shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing kaum muslimin

untuk mencari rizki berupa usaha dan harta dengan cara yang halal, maka lebih-

lebih lagi tentunya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan dan

membimbing mereka untuk menempuh cara yang sesuai dengan syariat (halal)

dalam mendapatkan anak. (Fatawa Al-Mar`ah Al-Muslimah hal. 288).

Pendapat lain pertama mengatakan hukumnya boleh (jaiz) menurut

syara. Sebab upaya tersebut adalah upaya untuk mewujudkan apa yang

disunnahkan oleh Islam, yaitu kelahiran dan berbanyak anak, yang merupakan

salah satu tujuan dasar dari suatu pernikahan. Diriwayatkan dari Anas RA bahwa

Nabi SAW telah bersabda :

Menikahlah kalian dengan perempuan yang penyayang dan subur (peranak),

sebab sesungguhnya aku akan berbangga di hadapan para nabi dengan

banyaknya jumlah kalian pada Hari Kiamat nanti. (HR. Ahmad)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA bahwa Rasulullah saw telah bersabda :

64
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Menikahlah kalian dengan wanita-wanita yang subur (peranak) karena

sesungguhnya aku akan membanggakan (banyaknya) kalian pada Hari Kiamat

nanti.(HR. Ahmad)

Dengan demikian jika upaya pengobatan untuk mengusahakan pembuahan

dan kelahiran alami telah dilakukan dan ternyata tidak berhasil, maka

dimungkinkan untuk mengusahakan terjadinya pembuahan di luar tenpatnya yang

alami. Kemudian sel telur yang telah terbuahi oleh sel sperma suami dikembalikan

ke tempatnya yang alami di dalam rahim isteri agar terjadi kehamilan alami.

Proses ini dibolehkan oleh Islam, sebab berobat hukumnya sunnah (mandub) dan

di samping itu proses tersebut akan dapat mewujudkan apa yang disunnahkan oleh

Islam, yaitu terjadinya kelahiran dan berbanyak anak.

Pada dasarnya, upaya untuk mengusahakan terjadinya pembuahan yang

tidak alami tersebut hendaknya tidak ditempuh, kecuali setelah tidak mungkin lagi

mengusahakan terjadinya pembuahan alami dalam rahim isteri, antara sel sperma

suami dengan sel telur isterinya.

Dalam proses pembuahan buatan dalam cawan untuk menghasilkan

kelahiran tersebut, disyaratkan sel sperma harus milik suami dan sel telur harus

milik isteri. Dan sel telur isteri yang telah terbuahi oleh sel sperma suami dalam

cawan, harus diletakkan pada rahim isteri.

Hukumnya haram bila sel telur isteri yang telah terbuahi diletakkan dalam

rahim perempuan lain yang bukan isteri, atau apa yang disebut sebagai ibu

pengganti (surrogate mother). Begitu pula haram hukumnya bila proses dalam

65
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

pembuahan buatan tersebut terjadi antara sel sperma suami dengan sel telur bukan

isteri, meskipun sel telur yang telah dibuahi nantinya diletakkan dalam rahim

isteri. Demikian pula haram hukumnya bila proses pembuahan tersebut terjadi

antara sel sperma bukan suami dengan sel telur isteri, meskipun sel telur yang

telah dibuahi nantinya diletakkan dalam rahim isteri.

Ketiga bentuk proses di atas tidak dibenarkan oleh hukum Islam, sebab

akan menimbulkan pencampuradukan dan penghilangan nasab, yang telah

diharamkan oleh ajaran Islam.

Ketiga bentuk proses di atas mirip dengan kehamilan dan kelahiran

melalui perzinaan, hanya saja di dalam prosesnya tidak terjadi penetrasi penis ke

dalam vagina. Oleh karena itu laki-laki dan perempuan yang menjalani proses

tersebut tidak dijatuhi sanksi bagi pezina (hadduz zina), akan tetapi dijatuhi sanksi

berupa tazir, yang besarnya diserahkan kepada kebijaksaan hakim (qadli).

BAB VIII

ABORTUS

A. PENGERTIAN ABORTUS

Abortus adalah pengakhiran kehamilan atau konsepsi sebelum janin dapat

hidup di luar kandungan (Sardikin Ginaputra). Aborsi secara umum adalah

berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah

66
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan. (JNPK-KR, 1999)

Secara lebih spesifik, Ensiklopedia Indonesia memberikan pengertian aborsi

sebagai berikut : Pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau

sebelum janin mencapai berat 1.000 gram. Definisi lain menyatakan, aborsi

adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu

atau berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi merupakan suatu proses

pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh (Kapita

Seleksi Kedokteran, Edisi 3, halaman 260). Dalam dunia kedokteran dikenal 3

macam aborsi, yaitu:

1. Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus

2. Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis

3. Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum

Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan

disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah

pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin

kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari

oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun

beranak).

Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah

pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai

67
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi

menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon

ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis

yang matang dan tidak tergesa-gesa

Pelaksanaan aborsi adalah sebagai berikut. Kalau kehamilan lebih muda,

lebih mudah dilakukan. Makin besar makin lebih sulit dan resikonya makin

banyak bagi si ibu, cara-cara yang dilakukan di kilnik-klinik aborsi itu bermacam-

macam, biasanya tergantung dari besar kecilnya janinnya.

1. Abortus untuk kehamilan sampai 12 minggu biasanya dilakukan

dengan MR/ Menstrual Regulation yaitu dengan penyedotan (semacam

alat penghisap debu yang biasa, tetapi 2 kali lebih kuat).

2. Pada janin yang lebih besar (sampai 16 minggu) dengan cara

Dilatasi & Curetage.

3. Sampai 24 minggu. Di sini bayi sudah besar sekali, sebab itu

biasanya harus dibunuh lebih dahulu dengan meracuni dia. Misalnya

dengan cairan garam yang pekat seperti saline. Dengan jarum khusus,

obat itu langsung disuntikkan ke dalam rahim, ke dalam air ketuban,

sehingga anaknya keracunan, kulitnya terbakar, lalu mati.

4. Di atas 28 minggu biasanya dilakukan dengan suntikan

prostaglandin sehingga terjadi proses kelahiran buatan dan anak itu

dipaksakan untuk keluar dari tempat pemeliharaan dan perlindungannya.

68
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

5. Juga dipakai cara operasi Sesaria seperti pada kehamilan yang

biasa

Dengan berbagai alasan seseorang melakukan aborsi tetapi alasan yang paling

utama adalah alasan-alasan non-medis. Di Amerika Serikat alasan aborsi antara

lain :

1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir menggangu karir,

sekolah, atau tanggung jawab yang lain (75%)

2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)

3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)

Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama

mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak.

Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang

mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan

seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam

kandungannya.

Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang

mencoba meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada di dalam

kandungannya adalah boleh dan benar. Semua alasan-alasan ini tidak berdasar.

Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidak pedulian seorang

wanita, yang hanya mementingkan dirinya sendiri Data ini juga didukung oleh

69
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang menyatakan

bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu

darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena janin akan

bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93% kasus aborsi adalah

karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri termasuk takut

tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu, atau gengsi

Apabila abortus dilakukan sebelum diberi ruh/nyawa pada janin (embrio),

yaitu sebelum berumur 4 bulan, ada beberapa pendapat. Ada ulama yang

membolehkan abortus, antara lain Muhammad Ramli dalam kitab A!-Nihayah

dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada ulama yang

memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami

pertumbuhan. Dan ada pulu ulama yang mengharamkannya antara lain Ibnu Hajar

dalam kitabnya Al-Tuhfah dan Al-Gazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin. Dan

apabila abortus dilakukan sesudah janin bernyawa atau telah berumur 4 bulan,

maka di kalangan ulama telah ada ijma tentang haramnya abortus

Menurut hemat saya, pendapat yang benar ialah seperti yang diuraikan oleh

Mahmud Syaltut, eks Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, bahwa sejak

bertemunya sel sperma (mani lelaki) dengan ovum (sel telur wanita), maka

pengguguran adalah suatu kejahatan dan haram hukumnya, sekalipun si janin

belum diberi nyawa, Sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang

mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang

bernyawa bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya.

Dan makin jahat dan makin besar dosanya, apabila pengguguran dilakukan setelah

70
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

janin bernyawa, apalagi sangat besar dosanya kalau sampai dibunuh atau dibuang

bayi yang baru lahir dari kandungan.Pertama-tama harus dideklarasikan bahwa

aborsi bukanlah semata masalah medis atau kesehatan masyarakat, melainkan

juga problem sosial yang terkait dengan paham kebebasan (freedom/liberalism)

yang dianut suatu masyarakat. Paham asing ini tak diragukan lagi telah menjadi

pintu masuk bagi merajalelanya kasus-kasus aborsi, dalam masyarakat mana pun.

Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa aborsi memang merupakan

problem sosial yang terkait dengan paham kebebasan (freedom/liberalism) yang

lahir dari paham sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan (Abdul

Qadim Zallum, 1998).

Terlepas dari masalah ini, hukum aborsi itu sendiri memang wajib dipahami

dengan baik oleh kaum muslimin, baik kalangan medis maupun masyarakat

umumnya. Sebab bagi seorang muslim, hukum-hukum Syariat Islam merupakan

standar bagi seluruh perbuatannya. Selain itu keterikatan dengan hukum-hukum

Syariat Islam adalah kewajiban seorang muslim sebagai konsekuensi

keimanannya terhadap Islam. Allah SWT berfirman :

Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka

menjadikan kamu (Muhammad) sebagai pemutus perkara yang mereka

perselisihkan di antara mereka. (TQS An Nisaa` 65)

Dan tidak patut bagi seorang mu`min laki-laki dan mu`min perempuan, jika

Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka

pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (TQS Al Ahzab 36)

71
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

B. ABORSI MENURUT HUKUM ISLAM

Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah

Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan

sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah

ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua

ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih

berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian

memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.

Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain

Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena

belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh,

dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan.

Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar

(w. 1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya`

Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir

berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka

aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang

mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang

bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi

eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah

janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari

kandungan sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah

72
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Kapita Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah

Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57;

Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern,

halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang

Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).

Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya

melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada

kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan.

Abdullah bin Masud berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :

Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40

hari dalam bentuk nuthfah, kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula,

kemudian dalam bentuk mudghah selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh

kepadanya. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi)

Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram,

karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam

kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil

syari berikut. Firman Allah SWT :

Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami

akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (TQS Al Anaam : 151)

Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami

akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (TQS Al Isra` : 31 )

73
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)

melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara). (TQS Al Isra` : 33)

Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa

apakah ia dibunuh. (TQS At Takwir : 8-9

Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan

yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti

aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.

Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah

diuraikan di atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi

menurut pendapat Abdul Qadim Zallum (1998) dan Abdurrahman Al Baghdadi

(1998), hukum syara yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi

dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia

kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram.

Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah

peniupan ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya

belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (jaiz) dan tidak apa-apa. (Abdul

Qadim Zallum, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam :

Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh

Buatan, Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Abdurrahman Al Baghdadi,

1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman 129 ).

Dalil syari yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari

atau 40 malam adalah hadits Nabi SAW berikut :

74
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah

mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia

membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang

belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah),Ya Tuhanku, apakah dia

(akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan ? Maka Allah

kemudian memberi keputusan (HR. Muslim dari Ibnu Masud RA)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :

(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam

Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan

penampakan anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42

malam. Dengan demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan

terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang

terpelihara darahnya (mashumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut

merupakan pembunuhan terhadapnya.Berdasarkan uraian tersebut, maka pihak

ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter, diharamkan menggugurkan kandungan ibu

tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari.

Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti

telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan

pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau

perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta),

sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut.

Rasulullah SAW bersabda :

75
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Rasulullah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang

perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah,

yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan (HR. Bukhari dan Muslim, dari

Abu Hurairah RA) (Abdul Qadim Zallum, 1998).

Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka

hukumnya boleh (jaiz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada

dalam rahim belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai

nutfah (gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan

ciri-ciri minimal sebagai manusia.

Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi

hukum dapat disamakan dengan azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk

mencegah terjadinya kehamilan. Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak

menghendaki kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab azl merupakan

tindakan mengeluarkan sperma di luar vagina perempuan. Tindakan ini akan

mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana akan mengakibatkan matinya

sel telur, sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel

telur yang tentu tidak akan menimbulkan kehamilan.

Rasulullah SAW telah membolehkan azl kepada seorang laki-laki yang

bertanya kepada beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya,

sementara dia tidak menginginkan budak perempuannya hamil. Rasulullah SAW

bersabda kepadanya :

76
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Lakukanlah azl padanya jika kamu suka ! (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu

Dawud)

Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin,

ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan

bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan

janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan

mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan

adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT :

Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah

dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (TQS Al Maidah : 32)

Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya

pengobatan. Sedangkan Rasulullah SAW telah memerintahkan umatnya untuk

berobat. Rasulullah SAW bersabda :

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia

ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian ! (HR. Ahmad)

Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan :

Idza taaradha mafsadatani ruiya azhamuha dhararan birtikabi akhaffihima

Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang

lebih ringan madharatnya. (Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi

Ushul Al Fiqh wa Al Qawaid Al Fiqhiyah, halaman 35).

77
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan

kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya,

meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan kandungan

adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap

mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa

menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada

menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam

dengan keberadaan janin tersebut (Abdurrahman Al Baghdadi, 1998).

Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel

telur dengan sel sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada

kandungan, adalah pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak

hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam

sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski

kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh

dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah

sesuatu yang ada pada organisme hidup. (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).

Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita,

membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian

kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum

rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel

telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur

oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur

78
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah

pembuahan.

Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi

setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya

kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab tidak didasarkan pada pemahaman

fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al hayah). Pendapat tersebut secara

implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel telur dan sel

sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma. Padahal

faktanya tidak demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya

segala sesuatu aktivitas yang menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk

azl. Sebab dalam aktivitas azl terdapat upaya untuk mencegah terjadinya

kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel sperma dan sel telur (sebelum

bertemu). Padahal azl telah dibolehkan oleh Rasulullah SAW. Dengan kata lain,

pendapat yang menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel

sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadits-

hadits yang membolehkan azl.

Kesimpulan

Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga

problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat.

Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamental-

radikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban

Barat dengan menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat yang

79
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

bertentangan dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban Islam

yang manusiawi dan adil.

Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur

kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin.

Untuk janin yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat.

Jadi ini memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat

yang rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau

42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan

pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran kandungan

yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (jaiz) dan tidak

apa-apa.

BAB IX

JINAYAH

B. Pengertian Jinayah dan Dasar Hukumnya

11. Pengertian

80
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Kata jinayah berasal dari kata janayajni yang berarti akhaza (mengambil)

atau sering pula diartikan kejahatan, pidana atau kriminal. Jinayah adalah

Perbuatan yang diharamkan atau dilarang karena dapat menimbulkan kerugian

atau kerusakan agama, jiwa, akal atau harta benda.

Jinayah menurut fuqaha ialah perbuatan atau perilaku yang jahat yang

dilakukan oleh seseorang untuk mencerobohi atau mencabul kehormatan jiwa atau

tubuh badan seseorang yang lain dengan sengaja.

Pentarifan tersebut adalah khusus pada kesalahan-kesalahan bersabit

dengan perlakuan seseorang membunuh atau menghilangkan anggota tubuh badan

seseorang yang lain atau mencederakan atau melukakannya yang wajib di

kenakan hukuman qisas atau diyat. Kesalahan-kesalahan yang melibatkan harta

benda, akal fikiran dan sebagainya adalah termasuk dalam jinayah yang umum

yang tertakluk di bawahnya semua kesalahan yang wajib dikenakan hukuman

hudud, qisas, diyat atau tazir.

12. Hukum Jinayah

Mengikut peruntukan hukum syara yang disebutkan di dalam Al-Quran

dan Al-Hadith dan yang dikuatkuasakan dalam undang-undang jinayah

syariyyah, penjenayah-penjenayah yang didakwa di bawah kes jinayah

syariyyah apabila sabit kesalahannya di dalam mahkamah wajib dikenakan

hukuman hudud, qisas, diyat atau tazir.

Hukuman-hukuman ini adalah tertakluk kepada kesalahan-kesalahan yang

dilakukan oleh penjenayah-penjenayah tersebut.

81
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

1. Hukuman Hudud

Hukuman hudud adalah hukuman yang telah ditentukan dan ditetapkan

Allah di dalam Al-Quran dan Al-Hadith. Hukuman hudud ini adalah hak Allah

yang bukan sahaja tidak boleh ditukar ganti hukumannya atau diubahsuai atau

dipinda malah tidak boleh dimaafkan oleh sesiapapun di dunia ini. Mereka yang

melanggar ketetapan hukum Allah yang telah ditentukan oleh Allah dan RasulNya

adalah termasuk dalam golongan orang yang zalim. Firman Allah s.w.t. yang

bermaksud: Dan sesiapa yang melanggar aturan-aturan hukum Allah maka

mereka itulah orang-orang yang zalim. (Surah Al-Baqarah, 2:229).

Kesalahan-kesalahan yang wajib dikenakan hukuman hudud ialah:

a) Berzina, yaitu melakukan persetubuhan tanpa nikah yang sah


mengikut hukum syara.

b) Menuduh orang berzina (qazaf), iaitu membuat tuduhan zina ke


atas orang yang baik lagi suci atau menafikan keturunannya dan
tuduhannya tidak dapat dibuktikan dengan empat orang saksi.

c) Minum arak atau minuman yang memabukkan sama ada sedikit


atau banyak, mabuk ataupun tidak.

d) Mencuri, yaitu memindahkan secara sembunyi harta alih dari


jagaan atau milik tuannya tanpa persetujuan tuannya dengan niat untuk
menghilangkan harta itu dari jagaan atau milik tuannya.

e) Murtad, iaitu orang yang keluar dari agama Islam, sama ada
dengan perbuatan atau dengan perkataan, atau dengan itiqad
kepercayaan.

82
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

f) Merompak (hirabah), iiatu keluar seorang atau sekumpulan yang


bertujuan untuk mengambil harta atau membunuh atau menakutkan
dengan cara kekerasan.

g) Penderhaka (bughat), iaitu segolongan umat Islam yang melawan


atau menderhaka kepada pemerintah yang menjalankan syariat Islam dan
hukum-hukum Islam.

2. Hukuman Qisas

Hukuman qisas adalah sama seperti hukuman hudud juga, iaitu hukuman

yang telah ditentukan oleh Allah di dalam Al-Quran dan Al-Hadith. Hukuman

qisas ialah kesalahan yang dikenakan hukuman balas.

Membunuh dibalas dengan bunuh (nyawa dibalas dengan nyawa),

melukakan dibalas dengan melukakan, mencederakan dibalas dengan

mencederakan.

Kesalahan-kesalahan yang wajib dikenakan hukuman qisas ialah:

a) Membunuh orang lain dengan sengaja.

b) Menghilangkan atau mencederakan salah satu anggota badan orang


lain dengan sengaja.

c) Melukakan orang lain dengan sengaja. Hukuman membunuh orang


lain dengan sengaja wajib dikenakan hukuman qisas ke atas si
pembunuh dengan dibalas bunuh. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud:
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kamu menjalankan
hukuman qisas (balasan yang seimbang) dalam perkara orang-orang
yang mati dibunuh. (Surah Al-Baqarah, 2:178)

83
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Hukuman menghilangkan atau mencederakan salah satu anggota badan

orang lain atau melukakannya wajib dibalas dengan hukuman qisas mengikut

kadar kecederaan atau luka seseorang itu juga mengikut jenis anggota yang

dicederakan dan dilukakan tadi.

3. Hukuman Diyat

Hukuman diyat ialah harta yang wajib dibayar dan diberikan oleh

penjenayah kepada wali atau waris mangsanya sebagai gantirugi disebabkan

jenayah yang dilakukan oleh penjenayah ke atas mangsanya. Hukuman diyat

adalah hukuman kesalahan-kesalahan yang sehubungan dengan kesalahan qisas

dan ia sebagai gantirugi di atas kesalahan-kesalahan yang melibatkan kecederaan

anggota badan atau melukakannya. Kesalahan-kesalahan yang wajib dikenakan

hukuman diyat ialah:

a) Pembunuhan yang serupa sengaja.

b) Pembunuhan yang tersalah (tidak sengaja).

c) Pembunuhan yang sengaja yang dimaafkan oleh wali atau waris


orang yang dibunuh. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud: Maka
sesiapa (pembunuh) yang dapat sebahagian keampunan dari
saudaranya (pihak yang terbunuh) maka hendaklah (orang yang
mengampunkan itu) mengikut cara yang baik (dalam menuntut ganti
nyawa), dan si pembunuh pula hendaklah menunaikan (bayaran ganti
nyawa itu) dengan sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu serta satu rahmat kemudahan. Sesudah
itu sesiapa yang melampaui batas (untuk membalas dendam pula)

84
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

maka baginya azab siksa yang tidak terperi sakitnya. (Surah Al-
Baqarah, 2:178)

4. Hukuman Tazir

Hukuman tazir ialah kesalahan-kesalahan yang hukumannya merupakan

dera, iaitu penjenayah-penjenayah tidak dijatuhkan hukuman hudud atau qisas.

Hukuman tazir adalah hukuman yang tidak ditentukan kadar atau bentuk

hukuman itu di dalam Al-Quran dan Al-Hadith.

C. Pembagian Jinayat

1. Pembunuhan

Pembunuhan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dapat

menghilangkan nyawa seseorang, apa pun bentuknya, apabila suatu tindakan

tersebut dapat menghilangkan nyawa, maka ia dikatakan membunuh.

Pembunuhan terbagi tiga: pembunuhan dengan sengaja, pembunuhan yang

mirip dengan sengaja, dan ketiga pembunuhan karena keliru.

a. Pembunuhan yang disengaja

Yang dimaksud pembunuhan dengan sengaja ialah seseorang yang secara


sengaja (dan terencana) membunuh orang yang terlindungi darahnya (tak
bersalah).

b. Pembunuhan yang seperti disengaja.

Adapun yang dimakasud syibhul amdi (pembunuhan yang mirip dengan


sengaja) ialah seseorang bermaksud tidak memukulnya, yang secara
kebiasaan tidak dimaksudkan hendak membunuhnya, namun ternyata
oknum yang jadi korban meninggal dunia. Kejadiannya bisa juga seperti
ini, ketika seseorang memukul orang lain tidak dengan benda yang
mematikan dan tidak pula mengenai organ tubuh yang vital dan sensitif
seperti otak, jantung, dll, dan orang tersebut meninggal dunia. Hal seperti

85
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

itulah yang dikatakan sebagai pembunuhan yang seperti disengaja.


Dalam hal ini tiada wajib qisas (balas bunuh) bagi si pembunuh, tetapi
diwajibkan ke atas keluarga pembunuh untuk membayar diyat
mughallazah (denda yang berat) dengan secara beransur ansur selama
tiga tahun kepada keluarga korban.

c. Pembunuhan yang tidak di sengaja.

Sedangkan yang dimaksud pembunuh yang tidak disengaja ialah


seseorang yang melakukan perbuatan menghilangkan nyawa seseorang
tanpa disengaja.

2. Pencurian

Pencurian adalah mengambil sesuatu milik orang lain secara diam-diam dan

rahasia dari tempat penyimpannya yang terjaga dan rapi dengan maksud

untuk dimiliki. Pengambilan harta milik orang lain secara terang-terangan

tidak termasuk pencurian tetapi Muharobah (perampokan) yang hukumannya

lebih berat dari pencurian. Dan Pengambilan harta orang lain tanpa

bermaksud memiliki itupun tidak termasuk pencurian tetapi Ghosab

(memanfaatkan milik orang lain tanpa izin).

Hukuman potong tangan dijatuhkan kepada pencuri oleh hakim setelah

terbukti bersalah, baik melalui pengakuan, saksi dan alat bukti serta barang

yang dicurinya bernilai ekonomis, bisa dikonsumsi dan mencapai nishab,

yaitu lebih kurang 93 gram emas.

3. Perzinahan

Zina adalah melakukan hubungan seksual di luar ikatan perkawinan yang

sah, baik dilakukan secara sukarela maupun paksaan.

86
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

4. Qadzaf

Qadzaf adalah menuduh orang lain melakukan perzinahan. Sangsi hukumnya

adalah dicambuk 80 kali.

5. Muharobah

Muharobah adalah aksi bersenjata dari seseorang atau sekelompok orang

untuk menciptakan kekacauan, menumpahkan darah, merampas harta,

merusak harta benda, ladang pertanian dan peternakan serta menentang

aturan perundang-undangan.

D. Pelaksanaan Hukuman

Peradilan menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa didasarkan kepada

berbagai hal dan pertimbangan yaitu :

a. Didasarkan kepada hasil pemeriksaan perkara didalam siding


peradilan

b. Dari kondisi para hakim, bahwa mereka telah melakukan


pemeriksaan perkara sesuai dengan prosedur dan adab / kesopanan pada
hakim

E. Hikmah Peradilan Islam

Peradilan berasal dari kata adil yang artinya menempatkan sesuatu pada

tempatnya, maka peradilan berarti tempat atau lembaga yang menempatkan

sesuatu pada tempatnya. Peradilan dalam bahasa arab digunakan kata Qudha

87
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

jamaknya Aqdhiya berarti : Memutuskan perkara / perselisihan antara dua

orang atau lebih berdasarjan hukum Allah.

Lembaga Peradilan bertugas menyelesaikan persengketaan dan

memutuskan hukum, landasan fungsi peradilan adalah terpeliharanya kepastian

hukum. Ibnu Khaldun menyatakan, bahwa tempat menegakkan hukum adalah

menetapkan penyelesaian suatu perkara pertama sehingga bersatu lagi pihak-pihak

bermusuhan terpenuhi sebagian hak yang umum dari kaum muslimin dengan

pertimbangan membantu pihak yang lemah yang kena Jinayat, anak-anak yatim

orang yang bangkrut dan mereka yang hidup kesusahan.

Hikmah Peradilan adalah:

a. Terciptanya keadilan dalam masyarakat, karena masyarakat


memperoleh semua pihak.

b. Terciptanya perdamaian, karena masyarakat memperoleh kepastian


hukum dan diantara masyarakat saling menghargai hak-hak orang lain.

c. Terciptanya kesejahteraan masyarakat.

d. Terwujudnya aparatur pemerintahan yang jujur, bersih dan

berwibawa

F. HAM dan Pelaksanaan Hukum Islam

Apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan buatan manusia

adalah keharusan (dharurat) yang mana masyarakat tidak dapat hidup tanpa

dengannya. Para ulama muslim mendefinisikan masalah-masalah dalam kitab

Fiqh yang disebut sebagai Ad-Dharurat Al-Khams, dimana ditetapkan bahwa

88
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

tujuan akhir syariah Islam adalah menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan

harta benda manusia.

Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia

sebagai hamba Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan

undang-undangnya. Tetapi semua harus mengacu pada hukum Allah. Sampai

kepada soal shadaqah tetap dipandang sebagaimana hal-hal besar lain. Misalnya

Allah melarang bershadaqah (berbuat baik) dengan hal-hal yang buruk. "Dan

janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..."

(QS. 2: 267).

1. Hak-hak Alamiah

Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia

sebagai makhluk yang diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber yang

sama pula (lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195).

a. Hak Hidup

Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan

dan meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit pun

dijaga oleh Allah.

b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi

Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan

paling suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak

89
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

mengganggu hak-hak orang lain. Untuk menjamin kebebasan kelompok,

masyarakat dan antara negara, Allah memerintahkan memerangi kelompok yang

berbuat aniaya terhadap kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah

kalangan non-muslim.

Sedangkan dalam masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal syakhsiyah)

bagi mereka diatur syariat Islam dengan syarat mereka bersedia menerimanya

sebagai undang-undang.

Jika mereka tidak mengikuti aturan hukum yang berlaku di negara Islam,

maka mereka boleh mengikuti aturan agamanya - selama mereka berpegang pada

ajaran yang asli. Firman Allah: "Dan bagaimana mereka mengangkat kamu

sebagai hakim, sedangkan ada pada mereka Taurat yang di dalamnya ada hukum

Allah? Kemudian mereka tidak mengindahkan keputusanmu. Sesungguhnya

mereka bukan orang-orang yang beriman ." (QS.5: 7).

c. Hak Bekerja

Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga

kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Dan Islam juga

menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya

sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu Majah).

2. Hak Hidup

Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyariatkan

oleh Allah. Diantara hak-hak ini adalah :

90
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

a. Hak Pemilikan

Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan

cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya. Oleh karena

itulah Islam melarang riba dan setiap upaya yang merugikan hajat manusia. Islam

juga melarang penipuan dalam perniagaan. Sabda nabi saw: "Jual beli itu dengan

pilihan selama antara penjual dan pembeli belum berpisah. Jika keduanya jujur

dalam jual-beli, maka mereka diberkahi. Tetapi jika berdusta dan menipu berkah

jual-bei mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah)

Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha

yang halal, kecuali untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan pembayaran

ganti yang setimpal bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap hak umum lebih besar

dan sanksinya akan lebih berat, karena itu berarti pelanggaran tehadap masyarakat

secara keseluruhan.

b. Hak Berkeluarga

Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman.

Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang yang bujangan

di bawah perwaliannya (QS. 24: 32). Allah menentukan hak dan kewajiban sesuai

dengan fithrah yang telah diberikan pada diri manusia dan sesuai dengan beban

yang dipikul individu.

Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala

keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan laki-

91
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

laki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-masing

memiliki beban yang sama.

c. Hak Keamanan

Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata

pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda.

Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin

(QS. 24: 27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara

berkewajiban menyediakan baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah

memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkannya.

Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan untuk

tidak disiksa atau diperlakukan semena-mena. Peringatan rasulullah saw:

"Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di dunia."

(HR. Al-Khamsah). Islam memandang gugur terhadap keputusan yang diambil

dari pengakuan kejahatan yang tidak dilakukan.

Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika ada warga

tertindas yang mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah Darul Islam. Dan

masyarakat muslim wajib memberi suaka dan jaminan keamanan kepada mereka

bila mereka meminta.

d. Hak Keadilan

92
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syariah dan diberi

putusan hukum sesuai dengan syariah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak setiap

orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima.

Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada

penguasa yang sah yang dapat memberikan perlindungan dan membelanya dari

bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi penguasa muslim wajib menegakkan

keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup.

Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga

mempunyai kewajiban membela hak orang lain dengan kesadarannya. Seorang

muslim juga berhak menolak aturan yang bertentangan dengan syariah, dan

secara kolektif diperintahkan untuk mengambil sikap sebagai solidaritas terhadap

sesama muslim yang mempertahankan hak.

e. Hak Saling Membela dan Mendukung

Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak

kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam membela

hak dan mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan sesama

muslim, memutus hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi saw:

"Hak muslim terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit,

mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan mendoakan bila bersin." (HR.

Bukhari).

f. Hak Keadilan dan Persamaan

93
Bahan Ajar

Mata Kuliah Agama Islam IV : Fiqh dan Syariah

Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan

mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS.

Al-Hadid: 25, Al-Araf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama di mata

hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti

aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

94

Anda mungkin juga menyukai