Anda di halaman 1dari 31

i

ANALISIS KANDUNGAN PROLIN SEBAGAI RESPONS


TERHADAP CEKAMAN AIR PADA DAUN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

JERRY DHION PRIYANTO

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ii
iii

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN AKHIR DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan akhir berjudul Analisis


Kandungan Prolin sebagai Respons terhadap Cekaman Air pada Daun Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah benar karya saya dengan arahan dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir laporan akhir ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2017

Jerry Dhion Priyanto


NIM J3L114111
iv

ABSTRACT

JERRY DHION PRIYANTO. Analysis of Prolines as a Response to Water Stress


on Oil Palm Leaves. Supervised by EMIL WAHDI and ENDRI PURWANTI.

Water deficit stress could inhibit growth and decrease the productivity of oil
palm. Oil palm tolerance to water stress could be observeed from the response of
the biochemistry. The research was arranged some treatments. Water treatment
(watering and no watering), progenies (P1, P2, P3, P4, P5, and P6), and duraion of
treatment (0 and 7 days). The samples was taken from the palm oils leaves. The
research was undertaken at green house PT SMART Tbk, Sentul, West Java. The
result showed that P1 has 7.07 mol g-1 and this progenies has highest proline.

Keywords: progenies of palm oil, proline, response of biochemistry, water deficit


v

RINGKASAN

JERRY DHION PRIYANTO. Analisis Kandungan Prolin sebagai Respons


terhadap Cekaman Air pada Daun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Dibimbing oleh EMIL WAHDI dan ENDRI PURWANTI.

Prolin merupakan asam amino yang digunakan sebagai senyawa osmotik


yang diakumulasi oleh banyak spesies tanaman dalam kondisi cekaman
kekeringan. Prolin menyebabkan perubahan pada komponen-komponen seluler
sehingga dapat bertahan pada cuaca kekurangan air. Pada keadaan tercekam,
prolin menstabilkan protein, membran, dan struktur subseluler serta melindungi
fungsi-fungsi seluler pada tanaman.
Cekaman air (kekeringan) dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan
produktivitas kelapa sawit. Toleransi kelapa sawit terhadap cekaman air dapat
diamati berdasarkan respons biokimia. Respons biokimia kelapa sawit terhadap
cekaman air diantaranya terjadi peningkatan kadar prolin dan penurunan kadar air
pada suatu tanaman sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
karakter toleransi enam progeni (varietas) daun kelapa sawit terhadap cekaman air
berdasarkan kadar prolin dan respons tanaman terhadap cekaman kekeringan.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah perlakuan disiram dan tidak
disiram, jenis progeni (P1, P2, P3, P4, P5, dan P6), dan lama perlakuan (0 dan 7
hari). Sampel diambil dari daun ketiga. Penelitian ini dilakukan pada bulan 3 Mei
10 Mei 2017 di rumah plastik PT SMART Tbk, Sentul, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan prolin pada bagian daun
kelapa sawit dengan cara tidak disiram lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan disiram. Kandungan prolin cenderung meningkat seiring dengan
lamanya waktu cekaman. Pada kondisi normal (tidak mengalami cekaman) kadar
prolin pada daun kelapa sawit relatif konstan. Kandungan prolin pada P1 sebesar
7.07 mol g-1, P2 sebesar 2.49 mol g-1, P3 sebesar 3.68 mol g-1, P2 sebesar 4.58
mol g-1, P2 sebesar 3.30 mol g-1, dan P6 sebesar 4.38 mol g-1

Kata kunci: cekaman air, kelapa sawit, progeni kelapa sawit, prolin, dan
respons biokimia
vi

ANALISIS KANDUNGAN PROLIN SEBAGAI RESPONS


TERHADAP CEKAMAN AIR PADA DAUN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

JERRY DHION PRIYANTO

Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Keahlian Analisis Kimia

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
vii
viii
ix

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
Analisis Kandungan Prolin sebagai Respons terhadap Cekaman Air pada Daun
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Laporan ini merupakan hasil praktik kerja
lapangan yang dilaksanakan di PT SMART Tbk Bogor sejak tanggal 6 Februari -
19 Mei 2017.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Emil Wahdi, S.Si, M.Si selaku dosen
pembimbing dan Endri Purwanti, S.Si, M.Si selaku Staf Laboratorium Proteomic
& Metabolemics PT SMART Tbk Bogor sekaligus sebagai pembimbing lapang
yang telah memberikan arahan serta masukan dalam penyusunan Laporan Akhir
ini. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada Kepala Divisi PT SMART
Tbk Bogor yaitu Bapak Tony Liwang dan Kepala Laboratorium Bioteknologi PT
SMART Tbk Bogor yaitu Bapak Condro Utomo. Ucapan terima kasih ditujukan
kepada Bapak Randi, Ibu Susy, Alif, Angelo, Donna, Fadli, Kinan, Rizki, Yundi,
Juni, Kahfi, Arif, Anom, Beri, Aldi, Alam, dan Kukuh. Ungkapan terima kasih tak
terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda Chocky Rumapea dan Ibunda Tuti
Simanjuntak atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Semoga laporan akhir ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2017

Jerry Dhion Priyanto


x

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Waktu dan Tempat 1
2 KEADAAN UMUM PT SMART Tbk 2
2.1 Sejarah 2
2.2 Visi, Misi, dan Nilai-nilai Perusahaan 2
2.3 Struktur Organisasi PT SMART Tbk 3
3 TINJAUAN PUSTAKA 3
3.1 Daun Kelapa Sawit 3
3.2 Peranan Air bagi Pertumbuhan Tanaman 4
3.3 Cekaman Kekeringan 4
3.4 Respons Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan 5
3.5 Peranan Prolin dalam Regulasi Osmotik 6
4 METODE 7
4.1 Alat dan Bahan 7
4.2 Metode 7
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 8
5.1 Analisis Prolin 8
5.2 Respons biokimia terhadap cekaman air 9
5.3 Karakter toleransi progeni 10
6 SIMPULAN DAN SARAN 11
6.1 Simpulan 11
6.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur ogranisasi PT SMART Tbk 3


2 Jalur biosintesis prolin pada tanaman monokotil (Sumber: Lyon 2012). 6
3 Reaksi pembentukan warna antara asam amino dengan ninhidrin 9
4 Kurva deret standar prolin. 9
5 Nilai rata-rata perubahan kadar prolin dari 6 progeni pada pengamatan 0
dan 7 hari perlakuan 10
6 Nilai rata-rata kadar air dari 6 progeni uji pada pengamatan 0 dan 7 hari
perlakuan 10
7 Nilai rata-rata kadar prolin dari 6 progeni uji selama 7 hari 11
xi

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data pembuatan kurva kalibrasi 14


2 Data perubahan kadar prolin dari hari 0 dan hari 7 14
3 Nilai perubahan kadar air sebagai respons dari 6 progeni pada
pengamatan 0 dan 7 hari perlakuan 15
4 Data penenuan kadar prolin minggu 0 (disiram dan tidak disiram) 16
5 Data Penentuan kadar prolin minggu 7 (disiram) 16
6 Data penentuan kadar prolin minggu 7 (tidak disiram) 17
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan


penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomi tinggi di dunia, dan
ditanam secara luas di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand
(Wilcove dan Koh 2010). Di Indonesia, sebagian besar perkebunan kelapa sawit
terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Papua dengan total area mencapai 7.7 juta
ha pada Tahun 2010 (Gunarso et al. 2013). Tanaman kelapa sawit tumbuh baik
pada iklim tropis, dengan temperatur optimal berkisar antara 24-28 oC dan curah
hujan cukup dan temperatur yang tepat adalah faktor yang sangat penting yang
menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit.
Pertumbuhan tanaman dan produktivitasnya sangat dipengaruhi oleh
keadaan alam dalam bentuk berbagai faktor biotik dan abiotik. Keterbatasan air
atau kekeringan (cekaman kekeringan) merupakan faktor abiotik yang paling
penting di bidang pertanian (Jaleel et al. 2009). Suhu di Indonesia diprediksi naik
sebanyak 0.2-0.3 oC setiap sepuluh tahun. Selain itu juga terjadi penurunan curah
hujan sampai dengan 75% pada musim kemarau (Juli-September) (Naylor et al.
2007). Terjadinya El Nino yang semakin kuat dan sering, diduga akan
memperparah kondisi kekeringan di Indonesia. Kondisi kekeringan tersebut dapat
memberikan kerugian yang besar pada perusahaan kelapa sawit karena
produktivitasnya menurun. Oleh karena itu, salah satu strategi perusahaan kelapa
sawit adalah mempersiapkan tanaman yang dapat bertahan dalam kondisi tersebut
(Purwanti 2014).
Mekanisme adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kekeringan
diantaranya adalah dengan pengaturan potensial osmotik sel (Cha-um et al. 2010).
Prolin merupakan asam amino yang digunakan sebagai senyawa osmotik yang
diakumulasi oleh banyak spesies tanaman dalam kondisi cekaman kekeringan
(Sharma dan Versules 2010). Pada keadaan tercekam, prolin menstabilkan
protein, membran, dan struktur subseluler serta melindungi fungsi-fungsi seluler
(Djilianov et al. 2005).

1.2 Tujuan

Praktik Kerja Lapangan bertujuan untuk menganalisis respons biokima


enam progeni daun kelapa sawit berdasarkan akumulasi prolin dan menguji
karakter yang memiliki toleransi tertinggi dari enam progeni terhadap cekaman air
bedasarkan aktivitas prolin.

1.3 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dilakukan selama 3 bulan sejak tanggal 6


Februari hingga 19 Mei 2017 yang dilaksanakan di Laboratorium Proteomics dan
2

Metabolemics PT SMART Tbk, bertempat di Cijayanti raya Babakan Madang,


Bogor.

2 KEADAAN UMUM PT SMART Tbk

2.1 Sejarah

PT SMART Tbk adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen


berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia yang
berkomitmen pada produksi minyak sawit yang berkelanjutan. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1962 dengan nama PT Maskapai Perkebunan Sumcama
Padang Halaban. Perkebunan kelapa sawit SMART mencakup lebih dari 138.000
hektar (termasuk plasma). Aktivitas utama kami adalah penanaman dan
pemanenan pohon kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi
minyak sawit (CPO) dan inti sawit, dan pemrosesan CPO menjadi produk bernilai
tambah seperti minyak goreng, margarin, dan shortening. SMART juga
mengoperasikan 16 pabrik kelapa sawit, 4 pabrik pengolahan inti sawit dan 4
pabrik rafinasi di Indonesia.
Selain minyak curah dan industri, produk turunan SMART juga dipasarkan
dengan berbagai merek seperti Filma dan Kunci Mas. Saat ini, merek-merek
tersebut diakui kualitasnya dan memiliki pangsa pasar yang signifikan di
segmennya masing-masing di Indonesia. SMART tercatat sahamnya di Bursa
Efek Indonesia sejak tahun 1992 dan berkantor pusat di Jakarta. Sebagai anak
perusahaan dari Golden Agri-Resources Ltd. (GAR), SMART juga mengelola
kegiatan usaha di sektor oleokimia, dibawah Sinarmas Oleochemical (PT SOCI
MAS) dan SMART Research Institute (SMARTRI) sebagai bagian dari kegiatan
operasionalnya.

2.2 Visi, Misi, dan Nilai-nilai Perusahaan

PT SMART Tbk memiliki visi menjadi divisi penelitian kelapa sawit swasta
khususnya di bidang Bioteknologi yang bertaraf Internasional.
Misi dari PT SMART Tbk yaitu meningkatkan produktivitas kelapa sawit
yang berdaya saing serta berbasis pada kemauan pasar (market oriented) yang
berkelanjutan di lingkup penelitian perkebunan kelapa sawit milik PT SMART
Tbk. Untuk perwujudannya, perusahaan ini menganut nilai-nilai yang diterapkan
dalam internal perusahaan berupa fokus, inovasi, kompeten, integritas,
independensi, kewirausahaan, dan kerjasama. PT SMART Tbk mendefinisikan
tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu konsep yang komprehensif atas
manajemen risiko tingkat tinggi. Bukan hanya sekedar standar umum yang harus
ditaati, tata kelola perusahaan dipandang sebagai kebutuhan yang tidak dapat
dielakkan untuk mencapai tujuan Perusahaan dan meningkatkan nilai bagi para
pemangku kepentingan secara jangka panjang.
3

2.3 Struktur Organisasi PT SMART Tbk

Struktur organisasi PT SMART Tbk dikepalai oleh Board of Commisioner


yang diawasi langsung oleh General Meeting of Shareholders. Struktur organisasi
PT SMART Tbk dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1 Struktur ogranisasi PT SMART Tbk

3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Daun Kelapa Sawit

Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.
Jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap sinar
matahari. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk
susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun kelapa
sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter. Jumlah anak
daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa
sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah
daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan
membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40-
50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur
5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara
20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa
4

sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi produktivitas
hasilnya per satuan luas tanaman (Lubis dan Agus 2011).

3.2 Peranan Air bagi Pertumbuhan Tanaman

Air merupakan komponen utama tanaman, yang membentuk 80-90% bobot


segar jaringan yang sedang aktif. Air sebagai komponen esensial tanaman
memilki peranan antara lain: (a) Sebagai pelarut, didalamnya terdapat gas, garam,
dan zat terlarut lainnya, yang bergerak keluar masuk sel, (b) sebagai pereaksi
dalam fotosintesis dan pada berbagai proses hidrolis, dan (c) air esensial untuk
menjaga turgiditas diataranya dalam pembesaran sel, pembukaan stomata (Griffin
et al. 2004).
Pada keadaan normal tanaman membutuhkan keseimbangan potensial air
antara tanah-akar-daun-atmosfer. Keseimbangan ini berarti gradien potensial air
antara bagian-bagian tersebut yang memunginkan tanaman untuk melakukan
transpor air dan hara dari akar ke daun. Air akan mengalir dari potensial air tinggi
ke potensial air rendah yang dipengaruhi oleh proses transpirasi (Taiz dan Zeiger
2006).
Proses transpirasi di daun terutama terjadi pada siang hari dan dipengaruhi
oleh cahaya matahari. Ketika terjadi proses transpirasi pada tanaman, maka
tekanan turgor akan mengalami penurunan. Penurunan ini menyebabkan potensial
air di daun lebih rendah daripada di akar, sehingga akan mempermudah aliran air
di xilem dari akar sampai ke daun. Peningkatan aliran air ini dibutuhkan untuk
pertumbuhan sel tanaman. Aliran air ke sel akan mengakibatkan perbesaran dan
pemanjangan sel sehingga sel dapat tumbuh (Kramer dan Boyer 1995).
Pada kondisi lingkungan tertentu tanaman dapat mengalami defisit air.
Defisit air berarti terjadi penurunan gradien potensial air antara tanah-akar-daun-
atmofer, sehingga laju transpor air dan hara menurun (Taiz dan Zeiger 2006).
Penurunan ini akan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan tanaman,
terutama pada jaringan yang sedang tumbuh (Kramer dan Boyer 1995). Hal ini
biasanya terjadi pada tanah yang kekurangan air, sehingga gradien potensial air di
tanah dan akar menurun.

3.3 Cekaman Kekeringan

Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman


mengalami kekurangan air akibat 1) keterbatasan air dari lingkungannya, yaitu
media tanam, 2) permintaan air yang berlebihan oleh daun akibat laju absorpsi air
walaupun keadaan air tanah tersedia cukup, dan 3) kadar garam yang tinggi pada
media tanam sehingga akar mengalami kesulitan dalam mengabsorbsi air (Borges
2003).
Air merupakan komponen penting dalam metabolisme, yaitu sebagai
komponen protoplasma, bahan fotosintesis, pelarut sebagian besar senyawa,
media transportasi, pengatur suhu dan faktor yang memungkinkan terjadinya
reaksi kimia. Kehilangan air pada tingkat seluler, kerusakan atau kehancuran
integritas membran, dan denaturasi protein. Oleh karena itu pengaruh kekurangan
5

air pada tanaman bersifat sangat kompleks (Mundree et al. 2002). Tanaman yang
mengalami kekurangan air akan mengalami penurunan kadar air relatif daun
(relative water content, RWC). Hal tersebut menyebabkan nilai potensial air juga
akan turun. RWC merupakan gambaran kandungan air relatif daun tanaman dan
merupakan parameter ketahanan bagi tanaman dalam menghadapi proses
cekaman kekeringan. Proses fotosintesis pada sebagian besar tanaman akan mulai
terlebih rendah dari 70%, sehingga tanaman memerlukan suatu mekanisme
pengaturan dalam tubuhnya di antaranya dengan melakukan penutupan stomata
untuk mengurangi laju transpirasi (Quilambo 2004).
Intensitas pengaruh cekaman kekeringan terhadap tanaman ditentukan oleh
tingkat cekaman di antaranya jumlah air yang hilang, tingkat kerusakan, dan lama
cekaman, jenis spesies dan genotip, umur, dan fase pertumbuhan tanaman saat
mengalami cekaman. Cekaman kekeringan dapat mempengaruhi berbegai
mekanisme seluler, biokimia, dan fisiologi (Mullet dan Whitshit 1996).

3.4 Respons Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan

Respons yang pertama kali dapat diamati pada tanaman yang kekurangan air
adalah penurunan conductance yang disebabkan berkurangnya tekanan turgor.
Hal ini mengakibatkan laju transpirasi berkurang, dehidrasi jaringan dan
pertumbuhan organ menjadi lambat, sehingga luas daun yang terbentuk saat
kekeringan lebih kecil. Kekeringan pada tanaman dapat menyebabkan
menutupnya stomata, sehingga mengurangi pengambilan CO2 dan menurunkan
berat kering (Ai et al. 2010).
Mekanisme respons tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu mekanisme escape (luput dari), avoidance (terhindar dari) dan
tolerance (toleransi). Luput dari cekaman kekerigan artinya tanaman mampu
menyelesaikan siklus hidupnya sebelum terjadi cekaman kekeringan sehigga tidak
mengalami cekaman. Terhindar dari cekaman kekeringan adalah kemampuan
tanaman untuk mempertahankan potensial air jaringan yang relatif tinggi pada
saat mengalami kekeringan, sedangkan toleransi adalah kemampuan tanaman
untuk bertahan hidup dengan potensial air jaringan yang rendah (Purwanti 2014).
Pada umumnya tanaman melakukan lebih dari satu mekanisme respons
dalam waktu yang sama. Mekanisme terhindar dari cekaman kekeringan pada
berbeagai tanaman merupakan faktor penting dalam menghadapi cekaman
kekeringan. Produksi yang tinggi dalam kondisi cekaman kekeringan pada
beberapa tanaman tertentu lebih disebabkan oleh mekanisme terhindar
dibandingkan dengan mekanisme toleransi cekaman kekeringan (Ndunguru et al.
1995).
Mekanisme respons tanaman terhadap cekaman kekeringan terjadi melalui
proses transduksi sinyal. Proses tersebut melibatkan reseptor sebagai penerima
sinyal, phospoprotein casuade sebagai penghantar sinyal dan trans-acting factor
sebagai pengaktif gen yang mengendalikan respons.
6

3.5 Peranan Prolin dalam Regulasi Osmotik

Beberapa tanaman dapat mempertahankan tekanan turgor yang tinggi juga


pada potensial air yang rendah dengan cara meningkatkan potensial osmotik
melalui akumulasi zat terlarut yang meningkat di dalam sel. Proses ini disebut
penyesuaian osmotik (osmotic adjustment) atau regulasi osmotik.
Adanya penyesuaian osmotik, berarti menjaga turgor sel sehingga berarti
pula menjaga integritas dan proses fisiologi sitoplasma. Penyesuaian osmotik pada
toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan berperan dalam memelihara
pemanjangan sel atau perluasan sel melalui pemeliharaan turgor, memelihara
pembukaan stomata, memelihara fotosintesis, sehingga menjadikan tanaman tetap
dapat bertahan hidup pada kondisi cekaman kekeringan (Naiola 1996).
Prolin merupakan asam amino yang digunakan sebagai senyawa osmotik
yang diakumulasi oleh banyak spesies tanaman dalam kondisi cekaman
kekeringan (Sharma dan Verslues 2010). Prolin dibiosintesis dan diakumulasi
pada berbagai jaringan tanaman yang dicekam kekeringan, terutama pada bagian
daun.
Prolin merupakan osmoprotektan yang disintesis (Gambar 2) pada saat
terjadinya cekaman yang menyebabkan perubahan pada komponen-komponen
seluler (Mathur-Bathnagar). Pada keadaan tercekam, prolin menstabilkan protein,
membran, dan struktur subseluler serta melindungi fungsi-fungsi seluler
(Djilianov et al. 2005). Menurut Delauney dan Verma (1993) senyawa
osmoprotektan prolin dapat digunakan sebagai pembeda tingkat toleransi tanaman
terhadap cekaman kekeringan. Tanaman yang mempunyai level peningkatan
osmotikum yang lebih tinggi diduga lebih toleran dibandngkan dengan tanaman
yang level peningkatan osmotikumnnya lebih rendah. Jika terjadi penurunan,
maka penurunan yang lebih sedikit dianggap lebih toleran.
Katabolisme prolin terjadi di dalam mitokondria melalui aksi PDH atau
POX menghasilkan P5C menjadi glutamat. Level prolin intraseluler ditentukan
oleh biosintesis, katabolisme dan transport antar sel dan kompartemen seluler
yang berbeda. Enzim-enzim yang terelibat dalam biosintesis banyak terdapat di
dalam sitosol, sedangkan mitokondria merupakan tempat untuk enzim-enzim yng
terlibat dalam katabolisme prolin, seperti PDH dan P5CDH (Szabados dan
Savoure 2009).

Gambar 2 Jalur biosintesis prolin pada tanaman monokotil (Sumber: Lyon 2012).
7

4 BAHAN DAN METODE

4.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan ialah gelas piala, labu takar, botol pereaksi,
gunting, pisau, kuvet, hotplate dan spektrofotometer U-2900 merek Hitachi,
vorteks, sudip, neraca analitik, penangas, dan Whatman 41.
Bahan-bahan yang digunakan ialah bibit kelapa sawit yang berumur 10-11
bulan. Bahan tanam terdiri dari enam jenis progeni, yaitu progeni 1 (P1), progeni
2 (P2), progeni 3 (P3), progeni 4 (P4), progeni 5 (P5), dan progeni 6 (P6), larutan
asam sulfosalisilat 3%, ninhidrin, asam asetat glasial, toluen. Alkohol 70%,
alumunium foil.

4.2 Metode

4.2.1 Analisis Respons Tanaman terhadap Cekaman Air


Percobaan dilakukan dengan perlakuan (disiram dan tidak disiram), progeni
(P1, P2, P3, P4, P5 dan P6), dan lama perlakuan (0 dan 7 hari ). Jumlah air yang
ditambahkan untuk perlakuan disiramdihitung dengan rumus JA = (BP 1-BP2) -
1
air (Palupi dan Dedywiryanto 2008), dimana JA : air yang ditambahkan (mL),
BP1 : berat pot pada hari ke-0 (g), BP2 : berat pot pada hari berikutnya (g) dan
air adalah massa jenis air 1 g mL-1

4.2.2 Analisis Laboratorium


Bagian tanaman yang digunakan untuk penetapan prolin adalah daun ke-3
dari ujung. Sampel daun dimasukan ke dalam kantong plastik dan disimpan
sementara di cool box. Sampel daun kelapa sawit dibersihkan dari kotoran/debu
yang menempel kemudian dipotong kecil-kecil. Potongan daun dihaluskan
dengan nitrogen cair. Sampel yang telah halus disimpan di dalam freezer (-80 oC).

4.2.3 Pembuatan Reagen


Pembuatan asam ninhidrin 3% b/v dibuat dengan cara padatan ninhidrin
sebanyak 30 gram ditimbang dan dilarutkan dengan sedikit akuades kemudian
ditera dalam labu takar 1000 mL.

4.2.4 Analisis Kadar Prolin


Kadar prolin dari daun tanaman ditetapkan sebagai metode Bates et al
(1973). Sebanyak 0.5 g serbuk daun dihomogenisasi dalam larutan pengekstrak
15 mL asam sulfosalisilat 3% dan disaring dengan kertas Whatman 41. Hasil
saringan (supernatan) disimpan pada temperatur 4 oC selama analisis berlangsung.
Supernatan direaksikan dengan asam ninhidrin dan asam asetat glasial dalam
tabung reaksi selama 1 jam pada penangas air dengan temperatur 100 oC. Larutan
campuran diekstrak dengan 4 mL toluen, dikocok kuat dengan vorteks selama 20
detik sehingga terbentuk kromofor dan diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
Sebagai standar digunakan Prolin (Sigma) 0.00 mM, 0.01 mM, 0.03 mM, 0.05
mM, 0.10 mM, dan 0.20 mM yang dilarutkan dengan asam sulfosalisilat 3% b/v
8

dalam labu ukur 10 mL. Masing-masing larutan standar dipipet 2 mL, direaksikan
dengan 2 mL asam ninhidrin dan 2 mL asam asetat glasial dalam tabung reaksi
selama 1 jam pada penangas air suhu 100oC. Pengerjaan selanjutnya sama seperti
prosedur sampel.

4.2.5 Analisis Kadar Air


Sampel daun segar ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukan ke
dalam amplop kosong yang sebelumnya sudah diketahui bobotnya. Amplop yang
berisi sampel daun segar dimasukan ke dalam oven pada suhu 110 oC hingga
mencapai bobot konstan. Sampel dikeluarkan dalam oven kemudian dimasukan ke
dalam desikator sampai suhu ruang dan ditimbang sampai mencapai bobot
konstan.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis kandungan prolin ditentukan dengan menggunakan


spektrofotometer sinar tampak dengan prinsip Lambert-Beer. Percobaan
dilakukan dengan perlakuan (disiram dan tidak disiram), progeni (P1, P2, P3, P4,
P5 dan P6), dan lama perlakuan (0, dan 7 hari). Sampel yang digunakan pada
penetapan prolin adalah daun sawit daun ke-3 dari ujung. Daun ke-3 dipercaya
memiliki kandungan metabolit yang paling tinggi sehingga cocok digunakan
untuk menganalisis kandungan prolin (Purwanti et al. 2009). Setelah dipanen
sampel daun dimasukan ke dalam kantong plastik dan disimpan sementara di cool
box agar sampel tetap segar dan awet. Sampel daun kelapa sawit dibersihkan dari
kotoran/debu yang menempel kemudian dipotong kecil-kecil. Hal ini bertujuan
agar sampel lebih mudah dihaluskan saat ditambahkan dengan nitrogen cair.
Nitrogen cair berfungsi untuk membantu proses penghalusan tanpa merusak
sampel.

5.1 Analisis Prolin

Analisis kandungan prolin pada daun kelapa sawit ditetapkan berdasarkan


metode Bates et al (1973). Sebanyak 0.5 gram serbuk daun dihomogenisasi dalam
larutan pengekstrak 10 mL asam sulfosalisilat 3% dan disaring dengan kertas
Whatman 41. Larutan asam sulfosalisilat 3% berfungsi untuk mengendapkan
asam amino yang terdapat pada daun tetapi tidak mengendapkan prolin sehingga
prolin akan tertampung pada supernatan. Supernatan direaksikan dengan asam
ninhidrin dan asam asetat glasial selama 1 jam dalam penangas air dengan
temperatur 100o C. Penambahan asam ninhidrin ialah sebagai pereaksi dengan
prolin yang akan bereaksi pada pH 4-8.
9

Gambar 3 Reaksi pembentukan warna antara asam amino dengan ninhidrin


(Sumber: Sundin 2012)

Larutan campuran tersebut kemudian ditambahkan toluen sebanyak 4 mL dan


dikocok kuat dengan vorteks. Penambahan toluen bertujuan untuk membentuk
kromofor dengan prolin yang akan diukur dengan spektrofotometri pada panjang
gelombang 520 nm.
Deret standar prolin ditentukan dengan cara standar prolin dibuat dengan
berbagai konsentrasi yaitu 0.00 mM, 0.01 mM, 0.03 mM, 0.05 mM, 0.10 mM,
dan 0,20 mM. Persamaan garis yang diperoleh sesuai Gambar y = a + bx dengan y
= 7.9744x 0.0297. Koefisien korelasi (r) diperoleh sebesar 0.9988 dan koefisien
determinasi (r2) sebesar 0.9978.

1.8
1.6 y = 7.9744x - 0.0297
1.4 r = 0.9978
1.2
1
Absorban

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Kadar prolin (mM)

Gambar 4 Kurva deret standar prolin

5.2 Respons Biokimia terhadap Cekaman Air

Kadar prolin cenderung meningkat seiring dengan lamanya waktu cekaman


(Gambar 5), prolin meningkat dengan segera ketika tanaman mengalami cekaman
air, sebagai respons terhadap cekaman air dan menurunkan kadar air (Gambar 6).
Mekanisme respons tanaman terhadap cekaman kekeringan terjadi mealui
transduksi sinyal. Proses tersebut melibatkan reseptor sebagai penerima sinyal,
phosphoprotein cascade sebagai penghantar sinyal, dan trans-acting factor
sebagai pengaktif gen yang mengendalikan respons (Mundree et al. 2002).
10

4.50
4.00

Kadar Prolin Daun (mol


3.50
3.00
2.50
2.00
g-1) 1.50
1.00
0.50
0.00
0 2 4 6 8
Lama perlakuan (hari)
disiram
tidak disiram

Gambar 5 Nilai rata-rata perubahan kadar prolin dari 6 progeni pada pengamatan
0 dan 7 hari perlakuan

73.00
72.00
71.00
Kadar Air (%)

70.00
69.00
68.00
67.00
66.00
65.00
64.00
0 2 4 6 8
Lama perlakuan (hari)
disiram
tidak disiram

Gambar 6 Nilai rata-rata kadar air dari 6 progeni uji pada pengamatan 0 dan 7 hari
perlakuan

5.3 Karakter Toleransi Progeni

Kadar prolin pada P1 lebih tinggi dibandingkan progeni lainnya (Gambar 7).
Menurut Toruan-Mathius et al. (2001) terdapat perbedaan tingkat kadar prolin
yang terbentuk antara tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan
dibandingkan dengan tanaman yang peka. Kadar prolin pada tanaman kelapa
sawit yang toleran lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang peka. P1
merupakan progeni standar yang dilakukan di PT SMART Tbk. P2 merupakan
progeni hasil persilangan antara induk jantan (Pisifera) yang diduga toleran
dengan induk betina (Dura) yang diduga peka. P3 merupakan progeni hasil
11

persilangan antara kedua induk (Pisifera x Dura). P4, P5, dan P6 merupakan
progeni yang tidak diketahui (rahasia perusahaan).

8.00
7.07
Kadar Prolin Daun (mol g-1) 7.00
6.00
5.00 4.58 4.38
4.00 3.68
3.30
3.00 2.49
2.00
1.00
0.00
P1 P2 P3 P4 P5 P6

Progeni
Gambar 7 Nilai rata-rata kadar prolin dari 6 progeni uji selama 7 hari

6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Hasil percobaan menunjukan bahwa P1 adalah progeni yang paling toleran


dibandingkan progeni lainnya dan respons tanaman sawit terhadap cekaman
meningkatkan kadar prolin setelah dilakukan pengamatan selama 7 hari perlakuan
waktu cekaman.

6.2 Saran

Percobaan sebaiknya tidak diujikan pada daun saja, tetapi juga pada akar
dan perlu ditambahkan parameter lainnya seperti asam absisat dan enzim P5CS
serta lama perlakuan seharusnya dilakukan minimal 4 minggu (0 hari, 7 hari, 14,
hari, 21 hari dan 28 hari).
12

DAFTAR PUSTAKA

Ai NS, Tondais SM, Butarbutar R. 2010. Evaluasi indikator toleransi cekaman


kekeringan pada fase perkecambahan padi (Oryza sativa L.) Jurnal Biologi
14(1):50-54
Bates LS, Waldren RP, Teare ID. 1973. Rapid determination of free proline for
water stress studies. Plant and Soil. 39 :205-207.
Borges R. 2003. How soybeans respond to drought stress. Issues in Agriculture.
[Internet]. [Diunduh 20 Mei 2017]. Tersedia pada:
www.uvux.edu/ces/ag/issues/drough2003/soybeansrespondstress.html-16k..
Cha-um S, Takabe T, Kirdmanee C. 2010. Osmotic potential, photosynthetic
abilites to polyethylene glicol-included water deficit. Afr J of Biotechnol.
9(39):6509-6516.
Delauney AJ, Verma DPS. 1993. Proline biosynthesis and osmo-regulation in
plants. The Plant J. I4(2):215-223.
Djilianov D, Georgieva T, Moyankova D, Atanassov A, Shinozaki K, Smeeken
SCM, Verma DPS, Murata N. 2005. Improved abiotic sress tolerance in
plants by accumulation of osmoprotectants-gene transfer approach.
Bioetechnol & Bioetechnol Eq. 19:63-71.
Griffin JJ, Ranney TG, Pharr DM. 2004. Heat and drought influence
photosynthesis, water relation, and soluble carbohydrates of two ecotypes of
redbud (Cercis canadensis). J hort Sci 129(4):497-502.
Gunarso P, Hartoyo ME, Agus F, Killeen TJ. 2013. Oil palm and land use change
in Indonesia, Malaysia and Papua New Guinea. Reports from the Technical
panels of 2nd Greenhouse Gas Working Group of the Roundtable on
Sustainable Palm Oil (RSPO).
Krammer PJ, Boyer JS. 1995. Water Relations of Plants and Soils. London
Academic Press.
Lubis RE dan Agus W. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT Agro
Media Pustaka
Lyon GD. 2012. Drought response monocots. [Internet]. [Diunduh 18 Mei 2017].
Tersedia pada: www.potatometabolicpathways.webs.com
Mullet JE, Whitshit MS. 1996. Plant cellular responses to water deficit plant.
Plant Growth Regulation. 20:119-124.
Mundree SG, Baker B, Mowla S, Peter S, Marais S, Willigen CV, Govender K,
Maredza A, Muyanga S, Farrant JM, Thompson JA. 2002. Physiological
and molecular insight into drought tolerance. Afr J Bioetechnol. 1:28-38.
Naiola BP. 1996. Regulasi osmosis pada tumbuhan tinggi hayati. Jurnal Biosains.
3:1-6.
Naylor RL, Battisti DL, Vimont DJ, Falcon WP, Burke MS. 2007. Assesing risk
of climate variability and climate change for indonesian rice agricultute.
Proceedings of National Academy of Science of the United States of the
America. 104(19):7752-7757.
Ndunguru BJ, Ntare BR, Williams JH, Geenberg DC. 1995. Assesment of
groundnut cultivars for end-of-season drought tolerance in a Sahelian
environment. The J of AgricSci. 125:79-85.
13

Palupi ER. Dedywiryanto Y. 2008. Kajian karakter ketahanan terhadap cekaman


kekeringan pada beberapa genotipe bibit kelapa sawit. Buletin Agronomi.
36(1):24-32.
Purwanti E. 2014. Akumulasi Metabolit dan Aktivitas Enzim sebagai Respons
terhadap Cekaman Air pada Kelapa Sawit [Tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Purwanti E, Toruan-Mathius N, Roberdi, Artuiningsih W. 2009. Analisis
Kandungan Biokimia Tanaman Kelapa Sawit Toleran Cekaman kekeringan.
Technical Annual Report Plant Production and Biotechnology Division PT
SMART Tbk. Bogor (ID) : PT SMART Tbk.
Sharma S, Versules PE. 2010. Mechanism independent of ABA or proline
feedback have a predomination role in transcriptional regulation of proline
metabolism during low water potential and stress recovery. Plant and Cell
Environment. 33:1838-1851.
Sundin DR. 2011. Proteins and Amino Acids Organic Chemistry 3510. [Internet].
[Diunduh 10 Juni 2017]. Tersedia pada:
http://people.uwplatt.edu/~sundin/351/351h-pro.htm
Szabados L, Savoure A. 2009. Proline : a multifunctional amino acid. Review.
Trend in Plant Sci, 15(2):89-97.
Taiz L, Zeiger E. 2006 Plant physiology Second chapter 23:673.
Toruan-Mathius N, Wijana G, Guharja E, Aswidinoor H, Yahya S, Subronto.
2001. Respons tanaman kelapa sawit terhadap cekaman kekeringan. Menara
Perkebunan. 69(2):29-45.
Wilcove DS, Koh LP. 2010. Adressing the threats to biodiversity from oil-palm
agriculture. Biodivers Conserv. 19:999-1007.
14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pembuatan kurva kalibrasi

Konsentrasi (mM) ABS


0.000 0.001
0.010 0.069
0.030 0.194
0.050 0.345
0.100 0.733
0.200 1.590

2
1.5 y = 7.9744x - 0.0297
r2 = 0.9978
1
Absorban

0.5
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Kadar Prolin (mM)

Lampiran 2 Data perubahan kadar prolin dari hari 0 dan hari 7

Perlakuan Progeni Pengamatan hari ke- (mol g-1)


0 7
Control P1 4.28 4.23
(disiram) P2 1.79 1.54
P3 2.01 1.92
P4 2.73 1.17
P5 2.64 2.52
P6 2.69 2.38

Stress P1 4.28 7.07


(tidak disiram) P2 1.79 2.49
P3 2.01 2.58
P4 2.73 4.58
P5 2.64 3.30
P6 2.69 5.03
15

Lampiran 3 Nilai perubahan kadar air sebagai respons dari 6 progeni pada
pengamatan 0 dan 7 hari perlakuan

Perlakuan Progeni Pengamatan hari ke- (mol g-1)

0 (%) 7 (%)
Control P1 69.97 72.50
(disiram) P2 71.89 72.62
P3 71.45 72.37
P4 72.77 71.69
P5 72.62 71.92
P6 72.99 72.42

Stress P1 69.97 67.38


(tidak disiram) P2 71.89 62.19
P3 71.45 61.75
P4 72.77 67.31
P5 72.62 64.37
P6 72.99 65.89

4.50
Kadar Prolin Daun (mol g-1)

4.00
3.50
3.00
2.50 disiram
2.00 tidak disiram
1.50
1.00
0.50
0.00
0 2 4 6 8
Lama perlakuan (hari)
16

Lampiran 4 Data penenuan kadar prolin minggu 0 (disiram dan tidak disiram)

Conc Conc
Bobot as
prolin KA prolin
Progeni sampel ABS mM sulfosalisilat
(mol koreksi dikoreksi
(g) (ml)
g-1) KA

P1 0.5051 0.339 0.046 1.373 69.97 4.57 15


0.5133 0.975 0.126 1.227 69.97 4.09 5
0.5333 1.036 0.134 1.253 69.97 4.17 5

P2 0.5033 0.115 0.018 0.541 71.89 1.92 15


0.5056 0.348 0.047 0.468 71.89 1.67 5
0.5051 0.376 0.051 0.504 71.89 1.79 5

P3 0.5050 0.154 0.023 0.684 71.45 2.40 15


0.5144 0.351 0.048 0.464 71.45 1.63 5
0.5123 0.439 0.059 0.574 71.45 2.01 5

P4 0.5058 0.188 0.027 0.809 72.77 2.97 15


0.5066 0.519 0.069 0.679 72.77 2.49 5
0.5189 0.587 0.077 0.745 72.77 2.74 5

P5 0.5134 0.164 0.024 0.710 72.62 2.59 15


0.5059 0.563 0.074 0.735 72.62 2.68 5
0.5021 0.548 0.072 0.721 72.62 2.63 5

P6 0.5069 0.154 0.023 0.682 72.99 2.52 15


0.5049 0.592 0.078 0.772 72.99 2.86 5
0.5018 0.551 0.073 0.726 72.99 2.69 5

Lampiran 5 Data Penentuan kadar prolin minggu 7 (disiram)


Conc Conc
Bobot as
prolin KA prolin stlh
Progeni sampel ABS mM sulfosalisilat
(mol koreksi dikoreksi
(g) (ml)
g-1) KA
0.5021 0.867 0.112 1.120 72.50 4.07 5
0.5133 0.975 0.126 1.227 72.50 4.46 5
P1
0.5017 0.884 0.115 1.142 72.50 4.15 5
0.5017 0.070 0.012 0.374 72.62 1.36 15
P2 0.5298 0.333 0.045 0.429 72.62 1.57 5
0.5071 0.345 0.047 0.463 72.62 1.69 5
17

Lanjutan Lampiran 5

Conc Conc
Bobot as
prolin KA prolin
Progeni sampel ABS mM sulfosalisilat
(mol g- koreksi dikoreksi
(g) 1 (ml)
) KA
P3 0.5130 0.123 0.019 0.560 72.37 2.03 15
0.5022 0.371 0.050 0.500 72.37 1.81 5
0.5022 0.395 0.053 0.530 72.37 1.92 5

0.5594 0.064 0.012 0.315 71.69 1.11 15


P4 0.5046 0.242 0.034 0.338 71.69 1.19 5
0.5045 0.242 0.034 0.338 71.69 1.19 5

P5 0.5108 0.114 0.018 0.529 71.92 1.88 15


0.5194 0.608 0.080 0.770 71.92 2.74 5
0.5108 0.644 0.084 0.827 71.92 2.94 5

P6 0.5001 0.162 0.024 0.721 72.42 2.61 15


0.5083 0.449 0.060 0.590 72.42 2.14 5
0.5083 0.503 0.067 0.657 72.42 2.38 5

Lampiran 6 Data penentuan kadar prolin minggu 7 (tidak disiram)

Conc Conc
Bobot as
prolin KA prolin
Progeni sampel ABS mM sulfosalisilat
(mol koreksi dikoreksi
(g) (ml)
g-1) KA
P1 0.5075 0.576 0.076 2.245 68.34 7.09 15
0.5036 0.612 0.080 2.397 68.73 7.66 15
0.5013 0.572 0.075 2.258 65.06 6.46 15

P2 0.5015 0.249 0.035 1.045 68.06 3.27 15


0.5028 0.194 0.028 0.837 60.99 2.15 15
0.5011 0.663 0.087 0.867 57.53 2.04 5

P3 0.5111 0.291 0.040 1.180 57.83 2.80 15


0.5233 0.168 0.025 0.711 71.24 2.47 15
0.5100 0.788 0.103 1.005 59.13 2.46 5
18

Lanjutan Lampiran 6

Conc Conc
as
Bobot prolin KA prolin
Progeni ABS mM sulfosalisila
sampel (mol koreksi dikoreks
t (ml)
g-1) i KA
0.25 0.03
P4 0.5248 5 6 1.020 72.54 3.72 15
0.25 0.03
0.5157 1 5 1.024 75.35 4.15 15
0.52 0.07
0.5083 5 0 2.053 65.09 5.88 15

0.21 0.03
P5 0.5053 5 1 0.911 60.39 2.30 15
0.29 0.04
0.5268 2 0 1.149 71.42 4.02 15
0.32 0.04
0.5130 2 4 1.289 63.88 3.57 15

0.35 0.04
P6 0.5285 1 8 1.355 72.48 4.92 15
0.53 0.07
0.5164 2 0 2.046 64.47 5.76 15
0.41 0.05
0.5268 1 5 1.573 64.30 4.41 15

Contoh perhitungan :
Y= a+bx
0.339 = -0.02967 + 7.9744x
X = 0.046 mg/L

mMvolume asam sulfosalisilat (mL)


Kadar prolin (sampel segar) =
bobot daun

0.04615 (mL)
=
05051

Kadar prolin (sampel segar) = 1.373 mol g-1

(100+kadar air)
Kadar prolin (basis kering) = Kadar prolin (sampel segar)
100

(100+69.97)
= 1.373
100

Kadar prolin (basis kering) = 4.57 mol g-1


19

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Jerry Dhion Priyanto. dilahirkan di Kota


Depok pada tanggal 12 Mei 1996. Penulis merupakan anak tiga
dari tiga bersaudara pasangan Bapak Chocky Rumapea dan Ibu
Tuti Simanjuntak. Penulis memulai pendidikan menengah atas
di SMA Tugu Ibu 1 Depok pada tahun 2011 dan
menyelesaikannya pada tahun 2014. Penulis melanjutkan
pendidikan pada tahun 2014 di Program Keahlian Analisis
Kimia Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan seleksi masuk IPB (USMI). Selama masa
perkuliahan. penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan di
kampus. Organisasi tersebut yaitu Himpunan Mahasiswa Analisis Kimia
(AROMATIK) IPB sebagai anggota pada kepengurusan tahun 2015 dan pada
kepengurusan 2016 aktif mengikuti kepanitian seminar yang diadakan. Himpunan
Mahasiswa Analisis Kimia (AROMATIK) IPB. Selain itu. penulis juga pernah
mendapat beasiswa dari PT KOMPAS GRAMEDIA pada tahun 2013-2014

Anda mungkin juga menyukai