Anda di halaman 1dari 23

BAB I

Laporan Kasus
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Manggar, 15 Desember 1963
Umur : 53 tahun
Alamat : Ban Motor, Manggar, Beltim
Status pernikahan : Menikah
Agama : Muslim
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Kebangsaan : Indonesia
No. rekam medis :-
Tanggal datang ke UGD : 09 Maret 2017
II. Anamnesis
Dilakukan allo dan autoanamnesa pada Kamis, 09 Maret 2017 pukul 21.00 WIB di
UGD UPTD Puskesmas Manggar.
Keluhan Utama
Pusing berputar sejak tiga hari sebelum masuk Puskesmas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasakan pusing berputar sejak tiga hari sebelum datang ke Puskesmas.
Pusing dirasakan tiba-tiba pada saat pasien bangun tidur dan mencoba untuk
duduk. Pasien merasa ruangan berputar apabila melihat sekelilingnya. Pusing
dirasakan hilang timbul namun semakin sering muncul jika pasien mencoba
posisi duduk dari posisi tidur dan jika melihat keatas, menunduk dan melihat ke
sebelah kiri. Pasien merasa enakan jika dalam posisi miring ke sebelah kanan
dan menutup matanya. Pasien mengaku selalu tidur dalam posisi ke sebelah
kanan. Dalam sekali pusing bisa berlangsung sekitar 2-3 menit. Pasien tidak
mengeluhkan adanya suara berdengung ketika sedang pusing. Tidak ada
penurunan pendengaran. Tidak ada gangguan penglihatan. Progresivitas
pusingnya dari tiga hari yang lalu hingga sekarang intensitas pusingnya masih
sama. Pasien sudah berobat ke dokter umum dekat rumahnya dua hari yang lalu
dan sudah meminum obat namun tidak ada perbaikan. Pasien tidak dapat
menyebutkan nama obat yang telah dikonsumsinya. Pasien pernah dua kali
dirawat karena pusingnya sejak satu tahun yang lalu. Untuk menghindari pusing
pasien hanya berubah kedalam posisi yang tidak memicu pusing dan menutup
mata. Terdapat mual dan muntah. Muntah sebanyak tiga kali sejak satu hari
sebelumnya, berisi cairan dan makanan. Terdapat penurunan nafsu makan.
Pasien mengeluhkan nyeri di ulu hati sejak kemarin. Nyeri hilang timbul. BAK
normal berwarna kuning kecoklatan, tidak ada darah, frekuensi 3-4 kali per hari.
BAB normal konsistensi lunak, tidak ada darah, tidak ada nyeri saat BAB.
Pasien tidak ada pingsan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah pernah mengalami gejala serupa sebanyak 2 kali. Dan dirawat di
RS sudah sembuh. Pusing yang dialami sekarang sama intensitasnya dengan
pusing yang pernah dirasakan sebelumnya. Pasien menyangkal adanya riwayat
trauma kepala dan telinga, riwayat DM, riwayat hipertensi, alergi, riwayat
penggunaan obat-obatan dan lainnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal adanya anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan
yang sama seperti pasien. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit telinga, riwayat diabetes mellitus, riwayat hipertensi, riwayat penyakit
telinga, riwayat alergi dan lainnya.
Riwayat sosial, ekonomi dan lingkungan
Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya. Pasien sebagai Ibu Rumah
Tangga dan suami bekerja sebagai Tentara dan memiliki keadaan ekonomi
menengah. Lingkungan di sekitar rumah pasien bersih.
Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan melakukan pekerjaan rumah setiap hari dengan
pekerjaan berat. Pasien makan teratur 3 kali sehari. Minum alkohol dan
merokok disangkal

III. Pemeriksaan Fisik : 09 Maret 2017


o Keadaan umum : Sakit sedang
o Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 37,50C
IMT : 24,6
o Status generalis
Normosefali, tak tampak ada lesi, rambut hitam tak mudah
Kepala dicabut, penyebaran rambut merata, tidak ada massa, kulit
kepala normal, tidak nyeri saat perabaan
Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, lensa tidak
Mata
keruh, pupil isokor
Bentuk normal, tak tampak ada sekret dari hidung maupun
THT
telinga, tonsil T1/T1, faring tidak hiperemis
Leher Tidak ditemukan pembesaran KGB, letak trakea ditengah
Toraks Tampak simetris, tidak tampak ada retraksi
- Inspeksi: pulsasi iktus kordis tidak tampak di sela iga 4
linea mid clavicula sinistra
- Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga 4 linea mid
clavicula sinistra.
- Perkusi: batas jantung kanan pada sela iga 3 parasternal
Jantung
kanan. Batas jantung kiri di sela iga 4 linea mid
clavicula sinistra. Batas jantung atas di sela iga 3 linea
parasternal sinistra.
- Auskultasi: S1S2 regular, murmur (-), gallop (-), aritmia
(-)
- Inspeksi: simetris, tidak tampak retraksi interkosta.
- Palpasi: taktil fremitus simetris, ekspansi paru simetris
Paru - Perkusi: sonor pada kedua lapang paru.
- Auskultasi: suara nafas vesikular, ronki -/-, wheezing -/-,
stridor -/-
- Inspeksi: datar, tak tampak lesi.
- Palpasi: supel, ada nyeri tekan pada daerah ulu hati, hepar
Abdomen dan lien tak teraba
- Perkusi: timpani pada seluruh lapang abdomen
- Auskultasi: bisung usus 12/menit
Akral hangat, edema tidak ada, tidak tampak sianosis,
Ekstremitas
capillary refill time < 2 detik.

o Status neurologis
1. Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk (-)
Tanda Lasiq > 700/ >700
Tanda Kernig > 1350/ >1350
Brudzinski I (-)
Brudzinski II (-)

2. Saraf kranialis
Saraf Kranialis Kiri Kanan
Nervus I
Gangguan menghidu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus II
Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang pandang Normal Normal
Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus III, IV, VI
Sikap bola mata Terletak ditengah
Pupil :ukuran, bentuk
Reflex cahaya langsung (+) (+)
Refleks cahaya tidak langsung (+) (+)
Refleks konvergensi (+) (+)
Nistagmus (+), horizontal (+), horizontal
Pergerakan bola mata Baik ke segala Baik ke segala arah
arah
Nervus V
Motorik Baik Baik

Sensorik
Sensibilitas V1 Baik Baik
Sensibilitas V2 Baik Baik
Sensibilitas V3 Baik Baik
Reflex kornea Baik Baik
Nervus VII
Sikap mulut istirahat Baik Baik
Angkat alis, kerut dahi, tutup Baik, simetris Baik, simetris
mata dengan kuat
Kembung pipi Baik, tidak bocor Baik, tidak bocor
Menyeringai Plika nasolabialis Plika nasolabialis
mengerut mengerut
Rasa kecap 2/3 anterior lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus VIII
Nervus cochlearis
Suara bisikan (+) mendengar (+) mendengar
Suara gesekan jari (+) mendengar (+) mendengar
Rinne, Weber, Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus vestibularis
Nistagmus (+) (+)
Berdiri dengan satu kaki :
Mata tertutup Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mata terbuka Tidak dilakukan Tidak dilakukan
karena pasien
mengaku
pusing saat
berdiri dan
menolak
Berdiri dengan 2 kaki :
Mata tertutup (Romberg test) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mata terbuka Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus IX, X
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Terletak di tengah, Terletak di tengah,
simetris simetris
Disfoni Tidak ada Tidak ada
Disfagi Tidak ada Tidak ada

Nervus XI
Sternocleidomastoid (menoleh Dapat melawan Dapat melawan
kanan-kiri) tahanan tahanan
Trapezius (angkat bahu) Dapat melawan Dapat melawan
tahanan tahanan
Nervus XII
Sikap lidah dalam mulut
Deviasi (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Tremor (-) (-)
Menjulurkan lidah Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi
Kekuatan lidah Baik Baik

3. Motorik
Ekstremitas Atas
Inspeksi
Atrofi (-)
Fasikulasi (-)
Palpasi : tonus Normotonus dextra dan sinistra
Kekuatan 5555 5555
5555 5555

Ekstremitas bawah
Inspeksi
Atrofi (-)
Fasikulasi (-)
Palpasi : tonus Normotonus dextra dan sinistra
Kekuatan
Gluteus Baik
Hip flexor Baik
Quadriceps hamstring Baik
Ankle dorsi fleksi Baik
Gastrocnemius Baik
5555 5555
5555 5555

4. Refleks fisiologis
Refleks fisiologis Kanan Kiri
Biceps (+) (+)
Triceps (+) (+)
Brachioradialis (+) (+)
Patella (+) (+)
Achilles (+) (+)

5. Refleks patologis
Refleks patologis Kanan Kiri
Babynski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaffer (-) (-)
Rossolimo (-) (-)
Mendel Bechthrew (-) (-)
Hoffman Trommer (-) (-)

6. Sensorik
Sensorik Kanan Kiri
Raba (+) (+)
Nyeri (+) (+)
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Posisi sendi Baik Baik
Getar Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah :
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang apapun dikarenakan terbatasnya fasilitas
yang ada.

V. Resume
Pasien wanita berusia 53 tahun datang ke UGD UPTD Puskesmas
Manggar dengan keluhan pusing berputar sejak tiga hari sebelum berobat
. Pusing dirasakan tiba-tiba pada saat pasien bangun tidur dan mencoba
untuk duduk. Pasien merasa ruangan berputar apabila melihat sekelilingnya.
Pusing dirasakan hilang timbul namun semakin sering muncul jika pasien mencoba
posisi duduk dari posisi tidur dan jika melihat keatas dan melihat ke sebelah kiri.
Pasien merasa enakan jika dalam posisi miring ke sebelah kanan dan menutup
matanya. Dalam sekali pusing bisa berlangsung sekitar 2-5 menit. Progresivitas
pusingnya dari tiga hari sebelumnya hingga sekarang tidak mengalami perubahan.
Pasien sudah berobat dua hari sebelumnya dan sudah meminum obat namun tidak
ada perubahan. Pasien pernah dua kali dirawat karena pusingnya sejak satu tahun
yang lalu. Terdapat mual dan muntah. Muntah sebanyak tiga kali sejak satu hari,
berisi cairan. Terdapat penurunan nafsu makan. Pasien mengeluhkan nyeri di ulu
hati sejak satu hari. Nyeri hilang timbul.
Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan nyeri tekan pada regio epigastrik,
pada pemeriksaan nervus kranial III, IV, VI dan VIII terdapat nystagmus
horizontal.
Refleks patologis tidak ditemukan.

VI. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Pusing berputar, mual, muntah, nyeri ulu hati
Diagnosis Topis : n. VIII (vestibular), Semisircular canal
Diagnosis Patologis : Canalithiasis
Diagnosis Etiologis : Otokonia terpisah dari utrikel dan melekat pada
posterior canal (displaced otokonia)
Diagnosis Kerja : Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disertai
dyspepsia
Diagnosis Banding : Menieres disease, labyrinthitis, vertigo central

VII. Saran Pemeriksaan Penunjang


1. CT Scan untuk melihat jika adanya kelainan pada bagian batang otak untuk
menyingkirkan vertigo central
2. Pemeriksaan auditorik seperti rinne test, weber dan schwabach untuk
memastikan adanya gangguan pendengaran atau tidak sehingga bisa
mendiagnosis secara tepat.

VIII. Penatalaksanaan
Tata laksana yang diberikan meliputi terapi non-medikamentosa dan terapi
medikamentosa. Terapi non-medikamentosa yaitu merupakan reposisi kepala
dan ditujukan untuk memperbaiki keadaan umum pasien dan terapi
medikamentosa yaitu merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan.
Tata laksana yang diberikan di RS :
- Betahistin 3 x 6 mg tab (PO)
- Domperidon 3 x 10 mg tab (PO)
- Omeprazole 2 x 20 mg caps (PO)
- Edukasi untuk menjaga pola makan dan jenis makanan yang harus
dihindari.
- Edukasi untuk rujuk ke dokter spesialis saraf jika tidak terdapat
perbaikan dalam 3 hari.
Saran penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien :
- Terapi canalith repositioning (Epley Manuver)

Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
BAB II. Diskusi Kasus

Keluhan pasien pada saat datang ke UGD UPTD Puskesmas Manggar adalah
pusing berputar yang dirasakan mendadak pada saat pasien bangun tidur tiga hari
sebelum berobat. Pusing dirasakan saat pasien mencoba duduk dari tidur. Pusing
yang disebabkan oleh perubahan posisi ini sesuai dengan definisi dari BPPV
(Benign Paroxysmal Positional Vertigo) yaitu sensasi berputar yang disebut
vertigo yang merupakan perubahan paroksismal dan posisi, yang bisa terjadi tiba-
tiba dan dengan perubahan posisi kepala1. (http://vestibular.org/understanding-
vestibular-disorders/types-vestibular-disorders/benign-paroxysmal-positional-
vertigo#sthash.2dAGAwQ8.dpuf)
Sekitar 50%, penyebab BPPV adalah idiopatik, selain idiopatik, penyebab
terbanyak adalah trauma kepala (17%) diikuti dengan neuritis vestibularis (15%),
migraine, implantasi gigi dan operasi telinga, dapat juga sebagai akibat dari posisi
tidur yang lama pada pasien post operasi atau bed rest total lama. (Parnes LS,
Agrawal SK, Atlas J. Diagnosis and management of benign paroxysmal vertigo
(BPPV). CMAJ. 2003;169(7):681-93). Dari anamnesis, pasien mengaku selalu
tidur dalam posisi terlentang dan jarang untuk mengubah posisi tidurnya ke kiri
atau kanan dan pasien merasa pusing setelah bangun tidur sehingga kemungkian
penyebab pusing pada pasien adalah karena posisi tidur yang lama dan tidak
berubah.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien merasa sangat pusing jika pasien
berubah posisi dari tidur ke duduk dan jika menengadah ke atas maupun menunduk
ke bawah, ini terjadi karena kristal kecil kalsium karbonat yang merupakan bagian
normal dari anatomi telinga bagian dalam, memisahkan dari membran otolithic
dalam utrikulus dan berkumpul di salah satu kanalis semisirkularis (canalithiasis) .
Ketika kepala tidak bergerak, gravitasi menyebabkan otoconia untuk menggumpal
dan menetap. Ketika kepala bergerak, terjadi pergeseran otoconia . Ini merangsang
cupula untuk mengirim sinyal palsu ke otak, menghasilkan vertigo dan memicu
nystagmus (gerakan mata disengaja)1(http://vestibular.org/understanding-
vestibular-disorders/types-vestibular-disorders/benign-paroxysmal-positional-
vertigo#sthash.2dAGAwQ8.dpuf)
Pusing berputar yang terjadi tanpa adanya keluhan berdenging pada telinga
dan gangguan pendengaran dapat menyingkirkan adanya kelainan infeksi pada
telinga seperti Menieres disease.
Keluhan mual, muntah dan nyeri ulu hati yang dialami pasien disebabkan
karena adanya transmisi dari sistem vestibuler ke vestibular nuclei dan kemudian
ke vomiting center dan chemoreceptor trigger zone di medulla oblongata yang
mengontrol muntah kemudian eferennya menyebabkan kontraksi otot polos di
saluran pencernaan.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nystagmus pada saat dilakukan


pemeriksaan gerak bola mata (n.III, n. IV, dan n. VI) dan pemeriksaan
keseimbangan n. VIII. Hal ini disebabkan karena adanya ketidakseimbangan
impuls yang masuk dari sistem vestibuler ke nucleus n. III, IV, VI dan VIII di
brainstem sehingga modulasi nya terganggu. (Davies R J Neurosurgery &
Psychiatry 2004;75:iv32-iv44)
BAB III. Tinjauan Pustaka
I. DEFINISI
Vertigo atau disebut juga dizziness, giddiness, dan lightheadedness adalah
adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya
dengan gejala lain yang timbul, terytama dari jaringan otonomik yang disebabkan
oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Hal ini bisa berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam, bahkan hari. Penderita vertigo merasa lebih
baik jika berbaring diam, namun demikian serangan vertigo bisa terut berlanjut
meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
Sekitar 50%, penyebab BPPV adalah idiopatik, selain idiopatik, penyebab
terbanyak adalah trauma kepala (17%) diikuti dengan neuritis vestibularis (15%),
migraine, implantasi gigi dan operasi telinga, dapat juga sebagai akibat dari posisi
tidur yang lama pada pasien post operasi atau bed rest total lama. (Parnes LS,
Agrawal SK, Atlas J. Diagnosis and management of benign paroxysmal vertigo
(BPPV). CMAJ. 2003;169(7):681-93).
II. PATOFISIOLOGI
Keseimbangan dan kemampuan menyadari posisi dan kedudukan terhadap
ruangan sekitarnya diatur oleh integrasi berbagai sistem yaitu:
1.Sistem vestibular. Impuls pada labirin yang berfungsi sebagai proprioseptor
spasial spesifik sangat sesitif terhadap perubahan kecepatan pergerakan dan posisi
tubuh.
2. Sistem visual, impuls visual yang berasal dari retina dan impuls proprioseptif
yang berasal dari otot bola mata berguna dalam menetapkan jarak suatu objek dari
tubuh. Impuls ini dikoordinasikan dengan impuls dari sistem vestibuler.
3. Sistem proprioseptif. Impuls proprioseptif yang berasal dari otot dan tendon
berhubungan dengan reflek postural dan gerakan yang disadari.

Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya vertigo antara lain :
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh, yang berperan dalam proses tranduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia yang terdiri dari reseptor
mekanis di vestibulum, reseptor cahaya di retina, reseptor mekanik di kulit.

2. Saraf aferen yang berperan dalam proses transmisi menghantarkan impuls ke


pusat keseimbangan di otak. Terdiri dari : Nervus vestibularis, nervus optikus dan
spinovestibuloserebelaris pathway.
3.Pusat keseimbangan yang berperan dalam proses modulasi, komparasi, integrasi /
koordinasi dan presepsi.
Arus informasi berlangsung intensif apabila terjadi gerakan atau perubahan posisi
kepala atau tubuh. Gerakan ini akan menyebabkan perpindahan cairan endolimfe di
labirin dan selanjutnya silia dari sel rambut akan menekuk. Tekukan ini akan
menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel yang mengakibatkan
depolarisasi sel saraf yang selanjutnya berjalan sebagai impuls sensorik melalui
nervus vestubularis ke pusat keseimbangan di otak. Impuls tersebut selanjutnya
dihantarkan ke serebelum, kortek serebri, hipothalamus dan pusat otonomik di
formasio retikularis. Neurotransmitter yang berperan dalam impuls aferen
vestibuler adalah bersifat eksitator, antara lain glutamat, aspartat, asetilkolin,
histamine dan substansi P. Sedangkan neurotransmiter yang berperan dalam impuls
eferen vestibuler adalah bersifat inhibitor, yaitu GABA, glisin, noradrenalin,
dopamine, dan serotonin. Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. ((Dikutip dari
Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI. Vertigo: Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi.
1998).
III. Klasifikasi
Berdasarkan etiologi, vertigo dapat dikategorikan kedalam 2 jenis yaitu
vertigo central dan vertigo perifer.
A. Vertigo Perifer
disebabkan oleh disfungsi struktur perifer hingga ke batang otak (brain stem)
Vertigo perifer terdiri dari :
1. Benign paroksismal posisional vertigo (BPPV) adalah jenis yang paling
umum dari vertigo otologik, terhitung sekitar 20% dari vertigo dari semua
penyebab dan 50% dari semua kasus otologik. Pada BPPV terjadi serangan
singkat vertigo yang dipicu oleh perubahan orientasi kepala terhadap
gravitasi. BPPV disebabkan oleh lepasnya otolith yang terdiri dari kristal
kalsium karbonat dalam kanalis semisirkularis, biasanya kanal posterior
telinga bagian dalam.
2. Neuritis vestibular, gejalanya vertigo, mual, ataksia, dan nistagmus. Hal ini
berhubungan infeksi virus pada nervus vestibular dengan gejala bersifat
akut dan prolong. Jika disertai berkurangnya pendengaran, berarti
melibatkan labirin dan disebut labyrinithis.
3. Penyakit Meniere terdiri dari gejala vertigo intermiten yang disertai oleh
tinnitus dan gangguan pendengaran. Penyakit ini diduga disebabkan oleh
overdistensi kompartemen endolimfatik.
4. Paresis vestibular bilateral ditandai dengan oscilopsia dan ataksia, biasanya
disebabkan oleh hilangnya sel-sel rambut vestibular. Terjadi karena
pengobatan selama beberapa minggu dengan antibiotik ototoksik intravena
atau intraperitoneal (gentamisin). Jauh lebih jarang, paresis vestibular
bilateral terjadi karena gangguan autoimun seperti Sindrom Cogan
(disertai dengan gangguan pendengaran bilateral)
5. Sindrom superior canal dehiscence (SCD) dan fistula Perilimfe (PLF)
ditandai dengan vertigo yang disebabkan oleh suara (fenomena Tullio).
Diagnosis SCD telah meningkat pesat pada tahun terakhir karena temuan
alat vestibular evoked myogenic potensials(VEMP). Pada PLF, terjadi
ruptur antara telinga bagian dalam yang berisi cairan dan telinga tengah
yang berisi udara. Barotrauma, seperti pada scuba diving, adalah penyebab
yang sering. Operasi otosklerosis atau cholesteatoma juga merupakan
penyebab PLF yang sering. Sangat jarang PLF yang terjadi secara spontan.
6. Tumor yang mengkompresi saraf kranial VIII mempunyai gejala gangguan
pendengaran asimetris dikombinasikan dengan ataksia ringan. Tumor
jaringan saraf sangat jarang pada populasi vertigo.
B. Vertigo Sentral
merupakan vertigo yang disebabkan oleh disfungsi struktur sistem saraf
pusat (batang otak dan cerebellum). Vertigo sentral disebabkan oleh :
1. Stroke dan TIA melibatkan batang otak atau serebelum menyebabkan
sekitar sepertiga dari seluruh kasus vertigo sentral.
2. Migrain basilar muncul gejala vertigo dan sakit kepala, tetapi juga dapat
muncul sebagai vertigo terisolasi.
3. Kejang dengan gejala munculan vertigo dengan gejala motorik atau.
4 Multiple sclerosis (MS) menggabungkan vertigo dengan tanda sentral
lainnya, seperti disfungsi serebelum. MS merupakan penyakit demielinisasi
pada saraf pusat. Dalam menegakkan diagnosis MS terkait vertigo perlu
dipertimbangkan penyebab perifer umum yang mungkin muncul
bersamaan, seperti BPPV.
IV. Perbedaan vertigo sentral dan vertigo perifer
(Johnson RT, Griffin JW. Current Therapy in neurologic disease. 4th ed.
Mosby Yenbook. Missouri. 1993:8-14)

V. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)


Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) adalah gangguan yang paling
umum dari sistem vestibular telinga bagian dalam. BPPV tidak life-threatening
/mengancam jiwa atau umumnya progresif. BPPV menghasilkan sensasi berputar
disebut vertigo yang bersifat paroksismal dan posisi, yang terjadi tiba-tiba dan
dengan perubahan posisi kepala.
Patogenesis
Organ vestibular di telinga masing-masing termasuk utrikulus, sakulus ,
dan tiga kanal berbentuk setengah lingkaran . Kanalis semisirkularis mendeteksi
gerakan rotasi . Mereka berada di sudut kanan satu sama lain dan diisi dengan
cairan yang disebut endolymph . Ketika kepala berputar , cairan endolymphatic
tertinggal karena inersia dan mengerahkan tekanan terhadap cupula , reseptor
sensorik di dasar kanal . Reseptor kemudian mengirimkan impuls ke otak tentang
gerakan kepala itu .
BPPV terjadi akibat otoconia, kristal kecil kalsium karbonat yang
merupakan bagian normal dari anatomi telinga bagian dalam, memisahkan dari
membran otolithic dalam utrikulus dan mengumpulkan di salah satu kanalis
semisirkularis. Ketika kepala tidak bergerak, gravitasi menyebabkan otoconia
untuk menggumpal dan menetap. Ketika kepala bergerak terjadi pergeseran
otoconia. Ini merangsang cupula untuk mengirim sinyal palsu ke otak ,
menghasilkan vertigo dan nystagmus memicu ( gerakan mata disengaja ) .

Tipe BPPV
Subtipe BPPV dibedakan oleh kanalis semisirkularis tertentu yang terlibat dan
apakah otoconia terpisah bebas mengambang dalam kanal yang terkena dampak
(canalithiasis) atau melekat pada cupula (cupulothiasis). BPPV biasanya unilateral,
yang berarti terjadi baik di kanan atau telinga kiri, meskipun dalam beberapa kasus
adalah bilateral, artinya kedua telinga yang terpengaruh.
Gejala Vertigo
Selain vertigo , gejala BPPV termasuk pusing, ketidakseimbangan , sulit
berkonsentrasi , dan mual . Aktifitas yang menimbulkan gejala dapat bervariasi
pada setiap orang , tetapi gejala yang dipicu oleh perubahan posisi kepala
sehubungan dengan gravitasi . Dengan keterlibatan posterior kanalis semisirkularis
di klasik BPPV , gerakan kepala yang umum bermasalah termasuk melihat ke atas ,
atau berguling dan bangun tidur .BPPV mungkin dialami untuk jangka waktu yang
sangat pendek atau mungkin berlangsung seumur hidup , dengan gejala yang
terjadi dalam pola intermiten yang bervariasi oleh durasi , frekuensi , dan intensitas
. Hal ini tidak dianggap intrinsik mengancam jiwa . Namun, dapat sangat
mengganggu pekerjaan seseorang dan kehidupan sosial , serta menimbulkan
bahaya kesehatan karena peningkatan risiko jatuh terkait dengan pusing dan
ketidakseimbangan .
Penyebab BPPV
Penyebab paling umum dari BPPV pada orang di bawah usia 50 adalah cedera
kepala dan diduga akibat dari kekuatan concussive yang menggantikan otoconia
tersebut . Pada orang di atas usia 50 , BPPV yang paling sering idiopatik , yang
berarti terjadi tanpa alasan yang diketahui , tetapi pada umumnya terkait dengan
alam degenerasi terkait usia dari membran otolithic . BPPV juga berhubungan
dengan migraine dan ototoksisitas. kadang-kadang BPPV timbul setelah operasi
sebagai akibat dari trauma pada telinga bagian dalam. BPPV juga dapat
berkembang setelah periode lama tidak aktif .
Diagnosis BPPV
Diagnosis BPPV ditegakkan berdasarkan anamnesa riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik hasil vestibular dan pendengaran ( hearing ) tes, dan mungkin
laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis lain. Tes Vestibular termasuk
manuver Dix - Hallpike dan uji roll terlentang . Tes ini memungkinkan dokter
untuk mengamati nystagmus ditimbulkan dalam menanggapi perubahan posisi
kepala. Kanalis semisirkularis bermasalah dapat diidentifikasi berdasarkan
karakteristik nistagmus diamati. Dapat dilakukan juga Electronystagmography
(ENG) digunakan untuk mengamati nystagmus dengan perubahan posisi. Dapat
dilakukan juga Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menyingkirkan masalah
lain seperti stroke atau tumor otak , tapi scan tersebut tidak membantu dalam
mendiagnosis BPPV. Selain itu, dapat dilakukan juga tes pendengaran untuk
membantu menemukan penyebab spesifik dari BPPV, seperti penyakit Meniere
atau labyrinthitis .
Pengobatan BPPV
Rekomendasi pengobatan untuk kebanyakan bentuk BPPV mempekerjakan
reposisi partikel manuver kepala yang memindahkan otoconia keluar dari kanalis
semisirkularis yang terkena. Dapat dilakukan Epley Manuver :
1. Pasien dimulai dalam posisi duduk tegak , dengan kaki sepenuhnya terlentang
dan kepala diputar 45 derajat ke arah sisi yang terkena .
2. Pasien kemudian dengan cepat dan pasif dibaringkan ke belakang ke dalam
posisi terlentang dengan kepala diangkat dan leher diekstensikan 30 derajat (
posisiDix - Hallpike ) dimana telinga yang terkena menghadap kebawah.
3. Dokter mengamati mata pasien apakah ada nystagmus atau tidak .
4. Pasien tetap dalam posisi ini selama kurang lebih 1-2 menit .
5. Kepala pasien kemudian diputar 90 derajat ke arah yang berlawanan sehingga
telinga tidak terpengaruh menghadapi tanah, dan tetap menjaga ekstensi leher
30 derajat .
6. Pasien tetap dalam posisi ini selama kurang lebih 1-2 menit .
7. Sambil menjaga kepala dan leher dalam posisi relatif tetap untuk tubuh,
memutar kepala 90 derajat ke arah bawah depan (menunduk). Pasien sekarang
melihat ke bawah pada sudut 45 derajat .
8. Dilihat ada atau tidak nystagmus pada pasien. Pasien tetap dalam posisi ini
selama kurang lebih 1-2 menit .
9. Pasien perlahan-lahan diangkat ke posisi duduk tegak , sambil mempertahankan
rotasi 45 derajat kepala.
10. Pasien berada dalam posisi duduk selama 30 detik.
Prosedur ini dilakukan sebanyak 2-3 kali/hari. Dan tetap edukasi pasien bahwa
terdapat sedikit pusing.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fife TD, Iverson DJ, Lempert T, Furman JM, Baloh RW, Tusa RJ, Hain TC,
Herdman S, Morrow MJ, Gronseth GS. Practice parameter: therapies for
benign paroxysmal positional vertigo (an evidence-based review): report of
the Quality Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology.
Neurol. 2008;70:20672074 - See more at: http://vestibular.org/understanding-
vestibular-disorders/types-vestibular-disorders/benign-paroxysmal-positional-
vertigo#sthash.tEADpWsu.dpuf
2. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
http://vestibular.org/understanding-vestibular-disorders/types-vestibular-
disorders/benign-paroxysmal-positional-vertigo
3. Diagnosis dan penatalaksanaan BPPV.
http://repository.unand.ac.id/17573/1/Diagnosis_dan_Penatalaksanaan_Benign
_Paroxysmal_Positional_Vertigo_Kanalis_Horizontal.pdf
4. Hain TC. Home treatment of BPPV: Brandt-Daroff exercises. Available at:
www.dizziness-and-balance.com/disorders/bppv/bppv.html#home. Accessed
Jan 26, 2009. - See more at: http://vestibular.org/understanding-vestibular-
disorders/types-vestibular-disorders/benign-paroxysmal-positional-
vertigo#sthash.tEADpWsu.dpuf

Anda mungkin juga menyukai