Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, selama ini kebutuhan gula
dipenuhi oleh industri gula (penggiling tebu). Industri kecil seperti gula merah dan gula aren.
Gula dapat berupa glukosa, sukrosa, fraktosa, sakrosa dll. Glukosa dapat digunakan sebagai
pemanis dalam makanan, minuman, es krim dll.
Glukosa dapat dibuat dengan jalan fermentasi dan hidrolisa. Pada reaksi hidrolisa biasanya
dilakukan dengan menggunakan katalisator asam seperti HCl(asam sulfat) atau di lakukan
secara enzimatis yaitu dengan menggunakan enzim atau mikroorganisme penghasil enzim yang
dapat menghidrolisis polisakarida menjadi glukosa . Bahan yang digunakan untuk proses
hidrolisis adalah pati. Di indonesia banyak dijumpai tanaman yang menghasilkan pati.
Tanaman-tanaman itu seperti seperti padi, jagung, ketela pohon, umbi-umbian, aren dan
sebagainya.
Starch atau pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau melalui Proses
fotosintesis. Pati memiliki bentuk kristal bergranula yang tidak larut dalam air pada temperatur
ruangan yang memiliki ukuran dan bentuk tergantung pada jenis tanamannya. Pati digunakan
sebagai pengental dan penstabil dalam makanan. Pati alami (native) menyebabkan beberapa
permasalahan yang berhubungan dengan retrogradasi, kestabilan rendah, dan ketahanan pasta
yang rendah. Hal tersebut menjadi alasan dilakukan modifikasi pati (Fortuna, Juszczak, and
Palansinski, 2001).
Pada hidrolisa pati secara enzimatis di butuhkan enzim yang dapat menghidrolisis pati
menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti disakarida ataupun monosakarida.Contoh enzim
tersebut adalah amylase, amylase,glukoamilase.Namun karena secara ekonomis enzim-
enzim tersebut sangat mahal harganya sehinggA pada hidrolisa pati secara enzimatis dapat
digunakan mikroba penghasil enzim tersebut seperti Apergillus oryzae dan Bacillus
subtilitis.Sehinga pada percobaan kali ini akan di lakukan pengujian apakah mikroba-mikroba
tersebut dapat menghasilkan enzim yang di butuhkan pada hidrolisa pati.
Pada percobaan ini mahasiswa dapat melakukan hidrolisa pati secara enzimatis dengan
menggunakan mikroba langsung yang dapat menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis
pati menjadi senyawa yang lebih kompleks tanpa menggunkan enzim langsung yang
secara ekonomis harganya sangat mahal.
Kultur mikroba Apergillus oryzae dan Bacillus subtilitis di inokulasikan di medi agar
pati dan di inkubasi selama 48 jam pada suhu 30 C .Setelah tumbuh koloni di lakukan
pengujian apakah mikroba tersebut dapat menghasilkan enzim enzim yang dapat
menghidrolisis pati menjadi disakarida atau monosakarida.Pengujian tersebut seperti Uji
pati/amilum dengan pereaksi molish,uji glukosa,uji maltose dll.
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama
bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui
fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat
dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat yang
dihasilkan adalah klarbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O2) yang
lepas di udara. Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah
larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi. Sebagian dari
gula sederhana ini kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida. Ada dua
jenis polisakarida tumbuh-tumbuhan, yaitu pati dan nonpati. Polisakarida non pati merupakan
sumber utama serat makanan
Pati merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman berklorofil. Bagi
tanaman, pati merupakan cadangan makanan yang terdapat pada biji, batang dan pada bagian
umbi tanaman. Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung pada asal pati tersebut,
misalnya pati yang berasal dari biji beras mengandung pati 5060% dan pati yang berasal dari
umbi singkong mengandung pati 80% (Winarno, 1986).Pati adalah polisakarida nutrien yang
tersedia melimpah pada sel tumbuhan dan beberapa mikroorganisme. Pati umumnya berbentuk
granula dengan diameter beberapa mikron. Granula pati mengandung campuran dari dua
polisakarida berbeda, yaitu amilum dan amilopektin. Jumlah kedua poliskarida ini tergantung
dari jenis pati. Pati yang ada dalam kentang, jagung dan tumbuhan lain mengandung
amilopektin sekitar 75 80% dan amilum sekitar 20- 25%.
Komponen amilum merupakan polisakarida rantai lurus tak bercabang terdiri dari molekul D-
Glukopiranosa yang berikatan a(1 4) glikosida. Struktur rantai lurus ini membentuk untaian
heliks, seperti tambang (Zulfikar, 2008).Komponen penting penyusun pati adalah amilosa dan
amilopektin. Kedua komponen ini dapat dikatakan homogen secara kimia, tetapi masih
heterogen dalam ukuran molekul, derakat percabangan, rantai, susunan dan keacakan rantai
cabang (Winarno, 1986; Halim, 1990; Ikhsan, 1996).
Amilosa merupakan komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air.
Umumnya amilosa menyusun pati 17 21%, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung
melalui ikatan -(1,4) D-glukosa. Amilopektin merupakan komponen pati yang mempunyai
rantai cabang, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan -(1,4) D-glukosa dan
-(1,6) D-glukosa. Tidak seperti amilosa, amilopektin tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik seperti butanol (Sahlan B. E., 2007).
Hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan air untuk memisahkan
ikatan kimia dari substansinya. Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum
menjadi bagian-bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa
dan glukosa (Rindit et al, 1998).
Proses hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Enzim, ukuran partikel, temperatur,
pH, waktu hidrolisis, perbandingan cairan terhadap bahan baku (volume substrat), dan
pengadukan.
Enzim merupakan senyawa protein kompleks yang dihasilkan oleh sel-sel organisme dan
berfungsi sebagai katalisator suatu reaksi kimia (Harwati dkk,1997). Kerja enzim sangat
spesifik, karena strukturnya hanya dapat mengkatalisis satu tipe reaksi kimia saja dari suatu
substrat, seperti hidrolisis, oksidasi dan reduksi. Ukuran partikel mempengaruhi laju hidrolisis.
Ukuran partikel yang kecil akan meningkatkan luas permukaan serta meningkatkan kelarutan
dalam air (Saraswati, 2006). Temperatur hidrolisis berhubungan dengan laju reaksi. Makin
tinggi temperatur hidrolisis, maka hidrolisis akan berlangsung lebih cepat. Hal ini disebabkan
konstanta laju reaksi meningkat dengan meningkatnya temperatur operasi. Enzim dapat
diisolasi dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme (Azmi, 2006).
Pati merupakan cadangan karbohidrat pada tanaman berbentuk granula-granula tak larut yang
tersusun dari dua macam molekul polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin, umumnya
ditemukan pada umbi, akar dan biji. Gula reduksi terutama dalam bentuk glukosa diperoleh
dari hidrolisis pati oleh enzim amilase yang terdapat pada kapang Rhizopus. Selain dari pati,
glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis isoflavon glikosida oleh kapang Rhizopus (Septiani
dkk., 2004). pH untuk enzim acid fungal amilase optimum pada 4 5 dan untuk enzim
glukoamilase pada 3,5 5 (Novo,1995).
Hidrolisis amilosa oleh a-amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah degradasi
menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi secara cepat
diikuti pula dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua relatif lambat dengan
pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir. Sedangkan untuk amilopektin, hidrolisis
dengan a-amilase menghasilkan glukosa, maltosa dan berbagai jenis a-limit dekstrin yang
merupakan oligosakarida yang terdiri dari 4 atau lebih residu gula yang semuanya
mengandung ikatan a-1,6 glikosidik (Suhartono, 1989).
Negatif : Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh
kapang Aspergillus oryzae dikenal sebagai kapang yang banyak menghasilkan bermacam-
macam enzim, diantaranya -amilase,-glaktosidase, glutaminase, proteinase, dan -
glukosidase (Yano, 1988).
Kingdom : Fungsi
Division : Ascomycota
Class : Eurotiomycetes
Order : A.oryzae
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Eurotiales
Bacillus subtilis termasuk jenisBacillus. Bakteri ini termasuk bakteri gram positif,
katalase positif yang umum ditemukan di tanah. Bacillus subtilis mempunyai kemampuan
untuk membentuk endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut
mentolerir keadaan yang ekstrim. Tidak seperti species lain seperti sejarah,Bacillus
subtilis diklasifikasikan sebagai obligat anaerob walau penelitian sekarang tidak
benar. Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun kontaminasi makanan tetapi
jarang menyebabkan keracunan makanan. Sporanya dapat tahan terhadap panas tinggi yang
sering digunakan pada makanan dan bertanggung jawab terhadap kerusakan pada roti.
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya bentuk rantai
atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil. Semua membentuk endospora yang
berbentuk bulat dan oval. Baccillus subtlis merupakan jenis kelompok bakteri termofilik yang
dapat tumbuh pada kisaran suhu 45 C 55 C dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum
pada suhu 60 C 80 .Bacilus Subtilis ini awalnya bernama Vibro subtilis oleh Christian
Gottfried Ehrenberg pada tahun 1835. Kemudian nama bacillus subtilis dikenalkan
oleh Ferdinand Cohn pada 1872. B. subtilis telah digunakan sepanjang 1950 sebagai alternatif
dari obat karena efek immunostimulatory sel dari masalah, yang pada pencernaan telah
ditemukan secara signifikan untuk kekebalan aktivasi antibodi spesifik GM, IgG ,dan Iga
keluarnya. Bakteri ini dipasarkan di seluruh Amerika dan Eropa dari 1946 sebagai
immunostimulatory bantuan dalam usus dan perawatan dari penyakit urinary tract
seperti Rotavirus danShigella, tetapi ditolak popularitasnya setelah pengenalan konsumen
antibiotik murah walaupun kurang menyebabkan reaksi alergi kesempatan yang cukup rendah
dan racun normal flora usus.
(terlampir)
BAB IV
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Praktikum ini melakukan uji deteksi adanya enzim yang dihasilkan dari proses hidrolisis pati
menggunakan mikroorganisme secara langsung yang ditanamkan pada media agar pati serta
dilakukan uji pati, uji molis, uji maltosa dan pengecekan pH.
Suspensi agar pati yang di biarkan memadat pada cawan petri berwarna kuning jernih. Dalam
media agar pati yang pertama di tanam bakteri Bacillus subtilis dan media agar pati yang kedua
di tanam jamur Aspergillus oryzae yang dilakukan secara aseptis agar tidak ada kontaminan
yang masuk. Di inkubasi selama 48 jam pada suhu 300C karena merupakan suhu optimum
mikroorganisme terebut untuk tetap tumbuh dan berkembang biak.
Setelah masa inkubasi selesai, terbentuk koloni yang berwarna putih di masing-masing media.
Pada media yang di tanami Aspergillus oryzae lebih banyak di tumbuhi koloni dibandingkan
dengan media yang ditanami Bacillus subtilis. Hal ini disebabkan kemampuan mikroorganisme
dalam menghasilkan enzim alfa-amylase berbeda-beda. Jamur Aspergillus oryzae lebih
optimum menghasilkan enzim alfa-amylase di bandingkan bakteri Bacillus subtilis.
Media agar pati yang di tanami Aspergillus oryzae berwarna kuning tua dan ada sedikit
berwarna biru, ini menandakan bahwa daerah yang berwarna kuning tua telah terbentuk gula
yang lebih sederhana, sedangkan bagian yang berwarna biru tua masih berupa pati (belum
terhidrolisis) sehingga dapat dikatakan proses hidrolisis pati tidak berlangsung sempurna
karena masih ada sebagian daerah yang berwarna biru tua (pati) dan jamur Aspergillus oryzae
dapat menghasilkan enzim alfa-amilase.
Media agar pati yang di tanami oleh Bacillus subtilis berwarna biru tua. Hal ini menandakan
bahwa tidak terjadinya proses hidrolisis pati (tidak dihasilkan gula yang lebih sederhana). Hal
ini dapat disebabkan karena tidak adanya enzim alfa-amilase yang dihasilkan dari bakteri
Bacillus subtilis. Faktor yang dapat menyebabkan Bacillus subtilis untuk menghasilkan enzim
alfa-amilase diantaranya pengaruh dari konsentrasi substrat, pH dan suhu.
Pengaruh pH yaitu karena pada umumnya enzim bersifat amfolitik, yang berarti enzim
mempunyai konstanta disosiasi pada gugus asam dan basanya terutama pada gugus terminal
karboksil dan gugus terminal amino. Perubahan pH lingkungan dapat menyebabkan perubahan
aktivitas enzim (Winarno, 1983) Enzim memiliki pH optimum tertentu yaitu pH dimana enzim
mempunyai aktivitas maksimum. pH optimum pada tahap gelatinisasi dan liquifikasi enzim -
amilase adalah 5,3 6,5 (Chaplin, 2004).
Pengaruh suhu pada reaksi enzimatik merupakan suatu fenomena yang kompleks, dimana pada
umumnya semakin tinggi suhu, laju reaksi kimia baik yang dikatalisis maupun tidak dikatalisis
oleh enzim akan semakin meningkat. Sampai batas tertentu kenaikan suhu akan mempercepat
reaksi enzimatik, Tetapi pada suhu yang lebih tinggi protein enzim akan terdenaturasi sehingga
aktivitasnya menurun. (Winarno,1983). Suhu optimum merupakan suhu dimana enzim
menunjukkan aktivitas yang optimum. Meningkatnya aktivitas enzim sampai suhu optimum
tertentu, disebabkan oleh bertambahnya energi kinetik yang mempercepat gerak enzim dan
substrat sehingga memperbesar peluang keduanya untuk berinteraksi.
Jadi ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi, kemungkinan yang pertama yaitu
enzim alfa amilase tidak terbentuk dikarenakan jumlah bakteri Bacillus subtilis tidak cukup
untuk menghasilkan enzim alfa-amylase, kemungkinan yang kedua yaitu bakteri tersebut
menghasilkan enzim tapi jumlah enzim yang dihasilkan sedikit sehingga tidak cukup untk
menghidrolisis pati dan kemungkinan yang ketiga yaitu enzim alfa-amilase terbentuk namun
kondisi salah satu proses tidak berjalan optimum sehingga menyebabkan denaturasi enzim alfa-
amilase.
Hasil pengujian pH media dan suspensi sebelum dan sesudah penanaman mikroorganisme
diperoleh pH 6 (pH optimum), suhu inkubasi 300C dan tidak dilakukan penambahan substrat.
Pengujian dengan pereaksi molis untuk membedakan jenis karbohidrat polisakarida amilum
dan dekstrin. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara
lapisan asam dan lapisan sampel. Hasil percobaan pada media Aspergillus oryzae dan Bacillus
subtilis terdapat cincin ungu ini menandakan bahwa media tersebut masih berupa amilum
(polisakarida) belum terhidrolisis.
Pengujian dengan pereaksi benedict yaitu Untuk mengetahui adanya monosakarida dan
disakarida. Saat dipanaskan selama 5-10 menit. larutan akan tetap berwarna biru jika tidak ada
glukosa. Dan akan berwarna hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat jika
terdapat glukosa (semakin coklat maka kandungan glukosa semakin tinggi). Media Aspergillus
oryzae yang di jadikan larutan uji menghasilkan warna merah bata hal ini menunjukan bahwa
positif mengandung monosakarida dan disakarida sedangkan media Bacillus subtilis yang di
jadikan larutan uji berwarna biru berarti tidak mengandung monosakarida dan disakarida.
Jadi dapat simpulkan bahwa jamur Aspergillus oryzae dapat menghasilkan enzim alfa-
amilase lebih maksimal dari pada bakteri Bacillus subtilis, dan dari hasil percobaan ini
menunjukan bahwa media agar pati yang ditumbuhi jamur Aspergillus oryzae dapat
menghidrolisis pati menjadi gula yang lebih sedehana sampai tingkatan disakarida dan
monosakarida namun tidak terjadi Hidrolisis pati secara sempurna karena masih terdapat pati
dalam media tersebut. Sedangkan media agar pati yang ditumbuhi bakteri Bacillus subtilis tidak
terjadi hidrolisis pati, hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh pH, konsentrasi substrat dan suhu.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Pada hidrolisa pati secara enzimatis sebaiknya kita menggunakan mikroba penghasil enzim
karbohidrase dari pada menggunakan enzim langsung karena harga enzim yang sangat mahal
sehingga biaya percobaan bisa hemat .
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Hidrolisa Pati. http://lab.tekim.undip.ac.id/proses/files/2012/03/HIDROLISA-
PATI-edit1.docx ( di unduh tanggal 22 Maret 2014)
Chitra Kusuma, LPAS, 1996. Kajian Awal Kemampuan Produksi Glukoamilase Empat
Spesies Rhizopus dalam koji Dedak Padi dan Ampas Tahu Skripsi ITB Bandung.
Hardjo, S., N.S., Indrasti dan T. Bantacut, 1989. Biokonversi : Pemanfaatan Limbah Industry
Pertanian. PAU IPB Bogor.