Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PEMBUATAN LARUTAN DAN PENGENCERAN


Judul percobaan : PEMBUATAN LARUTAN DAN PENGENCERAN
Tujuan percobaan :
1. Membuat larutan dengan kemolaran tertentu dari kristalnya
2. Mengetahui cara menghitung molaritas pada larutan
3. Mengetahui cara pembuatan larutan yang diencerkan
Tinjauan Teoritis :
LARUTAN
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogeny antara dua atau lebih zat yang terdisfersi
baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat
berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah
kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut, sedangkan larutan pekat adalah larutan yang
mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent ( pelarut )
adalah medium dalam mana solute terlarut.
( Baroroh.2004 )
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai larutan adalah air. Selain air, yang berfungsi
sebagai pelarut adalah alcohol amoniak, kloroform, benzene, minyak, asam asetat, akan tetapi
kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan.
( Gunawan.2004 )
Faktor fakor yang mempenaruhi larutan yaitu temperature, sifat pelarut, efek ion sejenis,
efek ion berlainan jenis, PH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain.
( Khopkar.2003 )
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan :
Apabila dari padatan ,pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan, berapa volume
atau massa larutan yang akan dibuat.

Kumpul
ku RABU, 24 FEBRUARI 2010
pengenceran larutan
PENDAHULUAN
Latar belakang
Larutan baku atau larutan standar y.i larutan yang konsentrasinya sudah diketaui dengan
pasti. Untuk mengetahui konsentrasinya larutan tersebut harus dibakukan atau
distandardisasikan makanya disebut larutan baku/standar. Cara yang paling umum untuk
standarisasi adalah dengan titrasi.
Pengenceran adalah penambahan pelarut ke dalam suatu larutan jadi pada prinsipnya
jumlah mol zat sebelum dan sesudah diencerkan tetap, maka
rumusnyaM1V1=M2V2,V2=V1+pelarut. Sifat asam-basa dapat diketahui dengan
menggunakan indikator msal kertas lakmus merah dan biru. Prinsipnya ARURAH = asam
mengubah lakmus biru jadi merah, SAMERU = basa mengubah lakmus merah jadi biru.
Asam/basa bisa dikenali juga dengan cara dicicipi atau dirasakan dengan tangan tapi ini
terlalu berisiko.
Tujuan
Untuk mempelajari cara pengenceran beberapa larutan dengan berbagai konsentrasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara


menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini
terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat
dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak
boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan
sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan
asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit
(Khopkar, 1990).
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan
jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam
jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya
kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan
(Brady,1999).
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang
tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan
standarisasi.standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah
yang relative besar disebut pelarut (Baroroh, 2004).
Dalam kimia, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat
terlarut dan pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan
disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-
zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven (Gunawan, 2004.).

METODE PERCOBAAN

Alat dan bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
Batang pengaduk, pipet tetes, erlenmenyer 100 ml, gelas kimia 100 ml, gelas ukur dan labu
ukur.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
NaCL 25 ppm dan 100 ppm, NaOH 0,1 N, HCL 37 %, BaCL2 5%, AgNO3 0,1 N, HCL 0,1
N, HCL 6 M dan BaCL2 0,05 M.
Cara kerja
Di buat perhitungan masing-masing bahan yang akan diencerkan.
Di buat 100 ml larutan NaOH 0,1 N dengan cara :
Ditimbang sejumalah NaOH sesuai hasil perhitungan diatas didalam gelas kimia 100 ml.
Ditambahkan aquadest sebanyak 70 ml, lalu dipindahkan larutan kedalam labu ukur dan
ditambahkan air sampai tanda batas.
Diulang untuk bahan-bahan yang lain.
Dibuat larutan standar NaCL 1000 ppm dengan cara :
Ditimbang sejumalah NaCL sesuai hasil perhitungan diatas didalam gelas kimia 1000 ml.
Ditambahkan air sampai tanda batas.
Dibuat 100 ml NaCL dengan konsentrasi 25 dan 100 ppm dari larutan standar 1000 ppm.
Diambil sejumlah larutan NaCL dari larutan standar 1000 ppm dengan menggunkan gelas
ukur.
Dimasukan kedalam labu ukur.
Ditambahkan air kedalam labu ukur hingga batas ukur.

DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Data Hasil Pengamatan


25 ppm > 100 ppm
Larutan standar yang telah diketahui.
NaCL 1000 ppm?
Ppm = (Ar Na )/(BM NaCL) x 1000 ppm
= 23/58,5 x 1000 ppm
=
= 0,39 g/l
=0,4 g/l
NaOH 0,1 = gr/mr x 1000/V
0,1N = gr/40 x 1000/100
0,1 = gr/40 x 10
0,1 x 40 = 10 gr.
4 = 10 gr.
= 0,4 gr.
HCL 37 % = (10 x % x )/Mr
= (10 x 37 x 1,19)/36,5
= 12,08.
M1 x V1 = M2 x V2
12,08 x V1 = 100 x 0,1
= 10/12,08
V1 = 0,82.

M1 x V1 = M2 x V2
12,08 x V1 = 100 x 6
= 600/12,08
= 49,6
AgNO3 0,1 N
M = gr/mr x 1000/V
0,1N = gr/169,9 x 1000/100
0,1N = gr/40 x 10
0,1N = 10 gr.
0,1 x 169,9 = 10 gr.
= 1,699 gr.
BaCL2 0,05 M.
M = gr/mr x 1000/V
0,05 = gr/207,3 x 1000/100
0,05 = gr/207,3 x 10
0,05 x 207,3 = 10 gr.
= 1,036 gr.
BaCL2 5%
5% = (10 x % x )/Mr
= (10 x 5 x 1,19)/207,3
= 59,5/207,3
= 0,28.

Pembahasan
Prinsip-prinsip pengenceran antara lain : pengenceran dilakukan dengan memakai labu
ukur, dihitung jumlah zat terlarut yang akan diencerkan, kemudian dimasukkan kedalam
labu ukur zat terlarut yang akan diencerkan diatas dan ditambahkan aquadest sampai
tanda batas yang terdapat pada labu ukur/gelas kimia. Pada prinsip nya semua
pengenceran dilakukan dengan memakai labu ukur karena dilabu ukur sudah terdapat
tanda batas yang mengandung arti sebatas mana aquadest harus ditambahkan. Sebelum
pengenceran dilakukan kadar solute yang akan diencerkan harus dihitung terlebih dahulu.
Pengenceran bahan padat, lazim nya dilakukan pada isolasi mikroba pada mikrobiologi
yang menggunkan PDA sebagai bahan biakan mikroba. Intinya zat padat yang akan
diencerkan diambil terlebih dahulu kemudian dicampur/ ditambahkan aquadest sampai
tanda batas dilabu ukur. Sedangkan pengenceran zat cair, lazimnya dilakukan pada
praktikum kimia, solute berupa cairan yang akan diencerkan terlebih dahulu harus
dihitung, kemudian ditambahkan ditambahkan aquadest sampai tanda batas dilabu ukur.
Perbedaan antar keduannya terlihat jelas pada solute yang digunakan.
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Intinya pengenceran
adalah pelarut lebih banyak dibandingkan zat terlarut. Sedangkan Pemekatan adalah
suatu proses untuk menaikkan suatu kadar zat tertentu yang ingin dipekatkan. Contoh
paling gampang ada pada industri sirup, ekstrak buah (encer) yang terbentuk harus
dipekatkan terlebih dulu untuk mencapai skala ekonomis tertentu sebelum layak dijual.
Proses ini umumnya memakai medium panas untuk mengurangi kadar air yang ada
sehingga kandungan ekstrak buah yang ada akan meningkat. Intinya pemekatan solute
lebih sedikit terdapat dibandingkan solvent.

Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Untuk
asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+.
Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.Antara Normalitas dan
Molaritas terdapat hubungan Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan.
Misalnya 1.0 liter larutan mengandung 0.5 mol senyawa X, maka larutan ini disebut
larutan 0.5 molar (0.5 M). Umumnya konsentrasi larutan berair encer dinyatakan dalam
satuan molar. Konsentarsi suatu larutan yang menunjukkan ke bobot volume zat terlarut
yang berada dalam pelarut ataupun larutan yang banyaknya ditentukan. Part per million
(ppm) adalah salah satu satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan bagain dalam
satu juta bagian yang lain. Satuan ini biasanya banyak dipakai dalam kimia analisa untuk
menytakan satuan konsentrasi senyawa misal banyaknya polutan dalam air sungai atau
banyaknya kandungan zat dalam air minum. Larutan merupakan campuran dari dua zat
atau lebih. Larutan dapat terjadi karena komponen larutan terdispersi menjadi atom atau
molekul-molekul atau lain-lain yang bercampur baur. Larutan dapat berupa padat , cair
atau gas. Namun lazimnya yang disebut larutan adalah zat cair. Larutan terdiri dari dua
komonen yaitu pelarut dan zat terlarut.
Contoh dari solvent antara lain : air, alcohol, benzene, dan kloroform. Sedangkan solute
sesuatau yang berbentuk gas, zat padatan atau pun cairan, sebagai contoh garam, gula,
lemak dan sirup. Letak perbedaan keduanya adalah pada pemakaian, solvent digunakan
sebagai pelarut untuk melarutkan solute, sedangkan solute digunakan sebagai bahan
utama dalam pengenceran.
Teknik atau cara mengubah molaritas ke normalitas adalah dengan cara mengkalikan
dengan jumlah hydrogen yang dimiliki dari senywa tersebut dengan jumlah molar yang
sudah diketahui, missal H2SO4 0,1 M menjadi 0,2 N.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum ini antara lain:
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Intinya pengenceran
adalah pelarut lebih banyak dibandingkan zat terlarut.
Pemekatan adalah suatu proses untuk menaikkan suatu kadar zat tertentu yang ingin
dipekatkan Intinya pemekatan solute lebih sedikit terdapat dibandingkan solvent.
Pengenceran bahan padat, lazim nya dilakukan pada isolasi mikroba pada mikrobiologi
yang menggunkan PDA sebagai bahan biakan mikroba. Intinya zat padat yang akan
diencerkan diambil terlebih dahulu kemudian dicampur/ ditambahkan aquadest sampai
tanda batas dilabu ukur.
Pengenceran zat cair, lazimnya dilakukan pada praktikum kimia, solute berupa cairan
yang akan diencerkan terlebih dahulu harus dihitung, kemudian ditambahkan
ditambahkan aquadest sampai tanda batas dilabu ukur. Perbedaan antar keduannya
terlihat jelas pada solute yang digunakan.
Contoh dari solvent antara lain : air, alcohol, benzene, dan kloroform. Sedangkan solute
sesuatau yang berbentuk gas, zat padatan atau pun cairan, sebagai contoh garam, gula,
lemak dan sirup.
Letak perbedaan antara pelarut dan zat terlarut adalah pada pemakaian, solvent
digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan solute, sedangkan solute digunakan sebagai
bahan utama dalam pengenceran.

DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara, Jakarta.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika, Surabaya.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.
Diposkan oleh alfa di 00:19

Februari (5)
asam pekat
pembuatan larutan
pengenceran larutan
Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan
yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran
adalah sama dan memenuhi persamaan.
PEMBUATAN LARUTAN DENGAN CARA MENGENCERKAN
Proses pengenceran adalah mencampurkan lrutan pekat ( konsentrasi tinggi ) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume air yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa
kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat
pekat harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air yang ditambahkan ke
dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan
air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercih. Jika kita berada di
dekatnya, percikannya akan dapat merusak kulit.
( Brady.1999 )
Alat dan Bahan :
Alat

NO NAMA ALAT UKURAN JUMLAH


1 Labu ukur 250 ml 2 buah
2 Neraca analitis Standart 1 buah
3 Pipet ukur / volume 10 ml 1 buah
4 Corong kaca Standart 1 buah
5 Kaca arloji standart 1buah
Bahan

NO NAMA BAHAN KONSENTRASI JUMLAH WUJUD


1 Kristal NaCl 0,3 M 4,39 gram Padat
2 aquades 300 ml Cair
Prosedur kerja
Pembuatan 250 ml larutan NaCl 0,3 M dari Kristal NaCl
1. NaCl ditimbang dan didapat massanya sebanyak 4,39 gram
2. NaCl yang berbentuk Kristal padat dimasukan ke dalam labu ukur. Tambahkan air sedikit
demi sedikit kemudian di kocok agar Kristal NaCl larut bersama air yang ditambahkan.
Pengenceran larutan NaCl 0,3 M menjadi larutan NaCl 0,03 M 250 ml
1. Untuk mengencerkan larutan NaCl 0,3M 250 ml diperlukan volume NaCl sebanyak
25 ml dan volume air sebanyak 250 ml sehingga dihasilkan larutan NaCl 0,03 M
250 ml
Pembahasan
PEMBUATAN LARUTAN NaCl 0,3 M 250 ML
Larutan yang akan dibuat 250 ml larutan NaCl 0,3 M dari Kristal NaCl. Dapat didapat dari
perhitungan :

Massa NaCl =
Dari rumus awal :

Massa NaCl = =
Jadi untuk melarutkan Kristal NaCl 0,3 M dalam 250 ml dibutuhkan Kristal NaCl sebanyak
4.39 gram.
Dari percobaan di atas yang telh dilakukan dapat kita ketahui bahwa larutan NaCl 0,3
M 250ml masih lebih pekat dari awal hasil pengencerannya. Larutan ini jaga berwarna putih
dan keruh. Dalam melakukan percobaan ini, kita tidak boleh menambahkan airleih dari
250ml, karena akan dapat merubah kemolarannya dan volume larutan juga pasti berubah.
Kemolaran atau molaritas menyatakan jumlah mol zat yang terlarut dalam satu liter larutan.
Kemolaran ditulis dengan notasi M. larutan 1 molar berarti dalam satu liter larutan terlarut 1
mol zat.
PENGENCERAN LARUTAN NaCl 0,3 M MENJADI LARUTAN NaCl 0,03 M
Pengenceran dilakukan untuk mengubah zat dari yang pekat (dalam hal ini larutan NaCl 0,3
M) menjadi larutan yang mempunyai konsentrasi lebih kecil (larutan NaC l 0,03 M).

Rumus :
Keterangan :
molaritas larutan sebelum diencerkan
volume larutan sebelum diencerkan
mol zat sebelum diencerkan
molaritas larutan setelah diencerkan
volume larutan setelah diencerkan
mol zat setelah diencerkan
Jadi,

Air yang ditambahkan adalah

Jadi air yang ditambahkan yaitu 225 ml yang mengencerkan larutan NaCl 0,3M menjadi larutan NaCl
0,03 M.
Daftar Pustaka

Baroroh,umi. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjar Baru : Universitas lambung mangkurat

Brady, J.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara

Gunawan,adi dan Roeswati.2004.Tangkas Kimia. Surabaya : Kartika

Khopkar,SM.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI

Tim Kimia Umum. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Umum I. Medan : Unimed
Diposkan oleh inda ramadanidi 21:32

kumpulan laporan-laporan ku
kumpulan laporan-laporan praktikum ku di teknologi hasil pertanian
universitas syiah kuala

Log In
Sign Up
Search

Konsentrasi Larutan dan


e

Pengenceran
Larutan
Larutan adalah suatu zat dengan jumlah maksimum zat terlarut pada
temperatur tertentu.
Larutan juga didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua jenis zat
atau lebih.
Suatu larutan terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut.
Konsentrasi zat
Untuk semua jenis pekerjaan yang berkaitan dengan larutan, sebaiknya
konsentrasi dari suatu larutan diketahui. Ada sejumlah cara untuk
menyatakan sejumlah zat yang terlarut dari suatu pelarut dalam suatu
larutan. Pada bagian berikut akan dijelaskan cara menentukan konsentrasi
larutan berdasarkan persentase, molaritas, dan normalitas
Normalitas
Larutan 1 N adalah larutan yang mengandung 1 mol ekivalen per liter
larutan. Satu mol ekivalen adalah jumlah zat ekivalen dengan satu massa
atom hidrogen. Jadi larutan 1 normal dari suatu asam mengandung satu
massa atom hidrogen per larutan.
Secara umm untuk membuat larutan 1 N adalah dengan cara melarutkan
sejumlah asam, basa, atau garam dalam 1 liter larutan yang ditentukan
dengan cara berikut:
jumlah garam yang dibutuhkan untuk larutan 1 N jumlah ekivalen
terhadap 1 H dalm setiap molekul
atau,
Berat molekul dalam garam Valensi
Pengenceran
Bila zat terlarut dalam fasa cair seperti alkohol maka teknik yang
digunakan adalah dengan pengenceran.
Aturan umum yang digunakan adalah dengan
menemukan konsentrasi larutan encer yang diperlukan,
kemudian tambahkan sejumlah pengencer untuk menjadi volume
keseluruhan sampai kepada nilai angka larutan awal (pekat) sebelum
diencerkan yaitu dengan:
persen volume= ml zat terlarut X 100% ml larutan

Konsentrasi Larutan Dan Pengenceran

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah diharapkan praktikan dapat membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah
dibuat.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik
sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa
gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute,
relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung
sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium
dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai
pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau
menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek
ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar, 2003).

II.2. Konsentrasi Larutan

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi


adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume
(berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul
satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah
dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).

Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:

1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum atau
massa larutan yang akan dibuat.

M1 . V1 = M2 . V2
Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang
diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah
sama, dan memenuhi persamaan :

M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan

V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan

M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan

V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan

II.3. Pembuatan Larutan dengan Cara Mengencerkan

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa
kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat
terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman,
asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air
ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita
berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 1999).

II.4. Titrasi

Agar titrasi dapat berlangsung dengan baik, yang harus diperhatikan adalah :

1. Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri,
artinya sesuai dengan ketetapan yang dicapai dengan peralatan yang lazim digunakan dalam
titrimetri. Reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9 % pada titik kesetaraan.
2. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.
Titrasi dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Berdasarkan reaksi;
- Titrasi asam basa
- Titrasi oksidasi reduksi
- Titrasi pengendapan
- Titrasi kompleksometri

2. Berdasarkan titran (larutan standar) yang dipakai;


- Titrasi asidimetri

3. Campuran penetapan akhir;


- Cara visual dengan indikator
- Cara elektromagnetik
4. Berdasarkan kosentrasi;
- Makro
- Semimikro
- Mikro

5. Berdasarkan teknik pelaksaan;


- Tidak langsung
- Titrasi plank
- Titrasi tidak langsung (Keenan, 1999).

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet
ukur, pipet gondok, labu takar dan buret.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah HCl pekat, larutan NaOH 0,1 M,
pellet NaOH, larutan HCl 0,1 M, indikator metil merah, indikator fenoftalein, indikator metil orange
dan akuades.

IV. PROSEDUR KERJA

A. Pembuatan dan Pengenceran Larutan HCl

1. Gelas ukur kosong ditimbang dan kemudian dicatat beratnya.


2. Larutan HCl pekat diambil 4,15 mL dengan pipet tetes, dimasukkan ke dalam gelas ukur
yang telah ditimbang. Dilakukan dalam lemari asam.

3. Labu takar 100 mL yang kosong ditimbang, dicatat beratnya. diisi labu takar tersebut
20-25 mL akuades.

4. Perlahan-lahan, dimasukkan HCl pekat yang telah diambil ke dalam labu takar.

5. Ke dalam labu takar ditambahkan akuades hingga tanda batas. Ditutup labu takar dan
dilakukan pengocokan hingga larutan homogen. Ditimbang berat labu takar yang telah
berisi larutan. Larutan yang telah dibuat dalam tahap ini disebut sebagai Larutan A.

6. Dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur. Dipindahkan 20 mL larutan HCl
yang telah dibuat (Larutan A) ke dalam labu takar 100 mL yang baru

7. Ditambahkan akuades ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas. Larutan HCl
yang telah diencerkan ini disebut sebagai Larutan B.
B. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl melalui Titrasi
a. Titrasi dengan Indikator Metil Merah
1. Sebelum digunakan, dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan
larutan NaOH yang akan digunakan.
2. Buret diisi dengan larutan NaOH.

3. Dicatat volume awal larutan NaOH dalam buret dengan membaca skala pada meniskus
bawah larutan.

4. Dipindahkan 10 mL larutan HCl encer (Larutan B) ke dalam erlenmeyer dengan


menggunakan pipet gondok atau pipet ukur. Ditambahkan indikator metil merah ke dalam
larutan tersebut. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH di dalam buret
hingga terjadi perubahan warna.

5. Dihentikan titrasi, begitu terjadi perubahan warna konstan.

6. Dibaca volume akhir NaOH yang tersisa di dalam buret. Dihitung volume NaOH yang
diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir NaOH dalam buret.

7. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.

b. Titrasi dengan Indikator Fenoftalein


1. Dilakukan kembali prosedur titrasi terhadap 10 mL larutan HCl encer (Larutan B) dengan
larutan NaOH 0,1 M, namun dengan menggunakan indikator fenoftalein.
2. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan indikator
metil merah dan dengan menggunakan fenoftalein sebagai indikator.

C. Pembuatan Larutan NaOH

1. Ditimbang secara teliti 0,4 gram butiran NaOH menggunakan kaca arloji dan neraca
analitik.
2. Begitu penimbangan selesai dilakukan, dipindahkan NaOH dari gelas arloji ke dalam
gelas beker yang telah berisi 20-25 mL akuades hangat.

3. Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh NaOH larut sempurna

4. Dipindahkan larutan dari gelas beker ke dalam labu takar 50 mL.

5. Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar. Ditutup labu takar, kemudian
dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut sebagai Larutan
C.

6. Dengan menggunakan pipet gondok yang sesuai, dipindahkan 25 mL larutan C ke dalam


labu takar 100 mL yang baru.

7. Ditambahkan akuades hingga tanda batas. Dikocok hingga homogen. Larutan yang
diperoleh disebut Larutan D.
D. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH melalui Titrasi

a. Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran

1. Sebelum digunakan, dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan
larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan.
2. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 M.

3. Dicatat volume awal larutan HCl 0,1 M dalam buret dengan membaca skala meniskus
bawah larutan.

4. Dipindahkan 10 mL larutan NaOH encer (Larutan D) ke dalam erlenmeyer dengan


menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.

5. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut.

6. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga terjadi
perubahan warna.

7. Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna konstan.

8. Dibaca volume akhir HCl yang tersisa dalam buret. Dihitung volume HCl yang diperlukan
untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir HCl dalam buret.

9. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.

b. Titrasi Larutan HCl 0,1 M dengan Larutan NaOH sebagai Titran

1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan NaOH yang
telah dibuat (Larutan D).
2. Diisi buret dengan larutan NaOH encer (Larutan D).

3. Dipindahkan 10 mL larutan HCL 0,1 M ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet


gondok atau pipet ukur.

4. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut.

5. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer di dalam buret hingga
terjadi perubahan warna.

6. Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna konstan.

7. Dihitung volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi larutan HCl tersebut.

8. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.

9. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 M sebagai titran,
dan larutan NaOH encer sebagai titran.

ALAT-ALAT KIMIA BESERTA FUNGSINYA


A. Peralatan Dasar 1). Gelas Kimia (beaker) : berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala
sepanjang dindingnya. Terbuat dar...

MAKALAH PENGENCERAN
PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan
percobaan praktikum ini adalah diharapkan praktikan dapat mem...

MAKALAH MIKROSKOP
PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM MIKROSKOP BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Mikroskop merupakan alat bamtu utama dalam melak...

KARBOHIDRAT
I. TUJUAN 1. Mengetahui pengaruh asam dan alkali terhadap sukrosa, glukosa dan maltosa. 2.
Mengetahui suhu glatinisasi pati pada tepCopyright 2011 (CHEMISTRY) | Powered
by Bloggerr

Selasa, 01 November 2011

Makalah Pembuatan Larutan Kimia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase
yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam
jumlah yang besar disebut pelarut atau solvent, sedang komponen yang terdapat dalam
jumlah yang kecil disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan
sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat
dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya.
Molaritas yaitu jumlah mol solute dalam satu liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solute
per 1000 gram pelarut sedangkan normalitas yaitu jumlah gram ekuivalen solute dalam 1 liter
larutan.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi kimia
terjadi dalam bentuk larutan. Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran serba sama dari
dua komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri. Disebut campuran karena terdapat
molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion dari dua zat atau lebih.
Larutan dikatakan homogen apabila campuran zat tersebut komponen-komponen
penyusunnya tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya lagi.
Misalnya larutan gula dengan air dimana kita tidak dapat lagi melihat dari bentuk gulanya,
hal ini karena larutan sudah tercampur secara homogen. Dalam pembuatan larutan dengan
konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan,
untuk itu diperlukan praktikum dan pada praktikum acara ini akan dilaksanakan acara
pembuatan dan standarisasinya.
Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan perhitungan
yang tepat, sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk
mengetahui konsentrasisebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka dilakukan standarisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Bertolak dari latar belakang yang ada, maka muncullah permasalahan yaitu
bagaimana mengetahui cara pembuatan larutan dengan mengurangi nilai molaritasnya.

1.3 Tujuan
Tujuan percobaan praktikum ini adalah diharapkan praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi
tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.
1. Saya dapat memahami bagaimana larutan dan standardisasi larutan
2. Saya dapat menstandardisasikan larutan NaCl sesuai dengan petunjuk yang diberikan
3. Saya dapat memahami bagaimana pengenceran larutan pekat

Anda mungkin juga menyukai