Anda di halaman 1dari 11

JENIS-JENIS IKAN LELE YANG DIBUDI DAYAKAN DI

INDONESIA

Farikhah
Program Studi Budi Daya Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Gresik
email: farikhah_umg@yahoo.com

Abstract
Catfish has become the main commodity for aquaculture industry in
Indonesia. There are two types of catfish cultured by Indonesian farmer. The first
typs was lele lokal (Clarias batrachus) and the second was lele dumbo or African
catfish (Clarias gariepinus). Lele lokal is an endemic species while the African
catfish is the introduction from abroad. In the further development, the lele lokal
increasingly unpopular because Indonesian people prefer lele dumbo that has the
growth rate is much higher than lele lokal. Over time, the genetic quality of lele
dumbo cultured in Indonesia was poor and the growth rate was decreased. The
effort to restore the genetic quality of lele dumbo was began. The breeding work
led to various strains of fish including Sangkuriang I, Python, Paiton,
Sangkuriang II, and Masamo. Each of the has the different characters and traits.

Key words: catfish, type, strain

Abstrak

Ikan lele telah menjadi komoditas penting bagi usaha budi daya ikan di
Indonesia. Terdapat dua jenis ikan lele yang utama dijadikan sebagai objek budi
daya yaitu ikan lele lokal (Clarias batrachus) dan lele dumbo (Clarias
gariepinus). Ikan lele lokal adalah jenis ikan lele endemik Indonesia sedangkan
ikan lele dumbo adalah hasil introduksi dari luar negeri. Pada perkembangan
selanjutnya ikan lele lokal semakin tidak populer karena masyarakat Indonesia
lebih memilih ikan lele dumbo untuk dibudidayakan, yang laju pertumbuhannya
jauh lebih tinggi dibandingkan ikan lele lokal. Seiring berjalannya waktu, ikan
lele dumbo yang beredar di Indonesia menurun kualitas genetiknya dan laju
pertumbuhannya nemurun dari waktu ke waktu. Dimulailah usaha pemuliaan ikan
lele dumbo melalui hibridisasi untuk mengembalikan kualitas genetiknya dan
berharap laju pertumbuhannya kembali seperti semula. Hasil pemuliaan tersebut
memunculkan beragam galur ikan lele dumbo diantaranya Ikan Lele Sangkuriang
I, Ikan Lele Phyton, Ikan Lele Paiton, Ikan Lele Sangkuriang II, dan Ikan Lele
Masamo. Setiap galur tersebut memiliki karakter dan sifat unggul yang berbeda-
beda.

Kata kunci: ikan lele, jenis, galur


Pendahuluan

Tidak seluruh species ikan lele dari genus Clarias menjadi komoditas
penting bagi usaha budi daya ikan. Di Indonesia, ada dua jenis yang bernilai
ekonomis yaitu ikan lele lokal (Clarias bathracus) dan lele dumbo (Clarias
gariepinus). Ikan lele lokal telah dikenal masyarakat Indonesia sejak lama karena
merupakan species endemic di Pulau Jawa. Sejak introduksi ikan lele dumbo
Afrika dari negara Taiwan tahun 1986, keberadaan ikan lele lokal tergusur karena
lele dumbo terbukti memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki ikan lele
lokal.
Tantangan yang dihadapi pembudi daya ikan lele dumbo menjadi berat
ketika kualitas benih di pasaran menurun. Hal ini disebabkan pola manajemen
induk yang kurang tepat sehingga berdampak pada terjadninya inbreeding atau
perkawinan sekerabat. Inbreeding menyebabkan laju pertumbuhan lambat, rentan
terhadap serangan penyakit, tingkat variasi pertumbuhan sangat tinggi. Untuk
mengatasi hal tersebut, para ilmuwan di Balai-Balai Penelitian melakukan
program pemuliaan induk dengan cara hibridisasi hingga dihasilkan galur unggul.
Hingga saat ini telah beredar di masyarakat tiga galur unggul hasil pemuliaan
pada ikan lele dumbo yaitu Sangkuriang, Piton, dan Paiton. Uraian ini
menjelaskan berbagai jenis dan galur ikan lele yang umum dibudidayakan oleh
masyarakat Indonesia, dengan tujuan memberikan wawasan bagi para pemula
yang sedang menekuni usaha budi daya ikan lele.

Ikan lele lokal (Clarias batrachus)


Ikan lele lokal (Clarias batrachus) adalah ikan asli atau endemik di
Perairan Sunda (Ng dan Kottelat, 1988). Selain Indonesia, tersebar pula di Afrika
Utara, Asia Tenggara, India, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Singapura, dan
Borneo. Umumnya ditemukan di perairan tawar dan payau. Di perairan keruh
dan minim oksigen terlaarut pun, ikan ini mampu hidup.
Ciri-cirinya mudah dikenal seperti kebanyakan ikan lele yaitu berkumis,
tak bersisik dan tubuhnya licin. Nama lain ikan ini adalah walking catfish, atau
magur, clarias catfish. Pada sirip pektoral terdapat jari-jari sirip keras atau duri
tajam (patil) yang runcing, dapat digunakan untuk berjalan di daratan sehingga
disebut walking catfish. Ikan ini juga mempunyai kelenjar penghasil racun di
dekat sirip pektoralnya, sehingga ketika berhadapan dengan musuh, ikan akan
menusukkan patil ke lawan yang menyebabkan lawan terluka. Saat itu pula
digunakan kesempatan untuk mengalirkan substansi beracun. Akibatnya musuh
pun akan merasakan tersengat racun dan menjadi tak berdaya.

Gambar 1. Bentuk tempurung dan moncong ikan lele lokal tumpul membulat.
Warna ikan lele lokal bervariasi. Ada yang hitam, hijau atau coklat gelap,
ada pula yang berwarna kuning (albino), merah, atau loreng kuning hitam. Ikan
berwarna sedangkan selain hitam lebih . Melalui jalur perdagangan ikan hias
akhirnya ikan asli Afrikadan Asia ini dapat tersebar ke benua lain. Namun saat ini
ikan lele telah langka di alam karena kemungkinan faktor predasi.
Ikan ini mempunyai sifat sama dengan ikan lele pada umumnya yaitu
nokturnal, pemakan segala (omnivora) dan cenderung predator. Telah mampu
mencapai kematangan seksual pada usia 12 bulan baik ikan jantan maupun
betina. Ikan lele lokal tidak pernah dilaporkan ada yang mencapai ukuran raksasa.
Aquatic Invasive Species (2005) mempublikasikan bahwa tidak ditemukan
ikanukuran maksimal yang pernah ditemui di alam hanya mencapai 24 inch,
sangat berbeda dengan ikan lele dumbo yang dapat mencapai bobot 60kg dengan
panjang lebih dari 100cm. Oleh sebab itu keberadaannya sebagai komoditas budi
daya tergantikan oleh ikan lele dumbo yang tingkat pertumbuhannya jauh lebih
cepat dan dapat mencapai ukuran 800g pada umur kurang dari 12 bulan.
B

Gambar 2. Ikan-ikan koleksi UPBAT Mojokerto: (A) lele lokal (Clarias


batrachus) yang usianya sudah bertahun-tahun dan (B) lele dumbo (Clarias
gariepinus) yang masih relatif muda, kurang dari satu tahun.

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)


Ikan lele dumbo disebut pula mudfish, giant clarias, African catfish, atau
magur. Karakter yang menonjol adalah ukuran tubuhnya yang relatif besar dan
laju pertumbuhannya yang cepat. Ikan lele dumbo akan terus tumbuh sepanjang
tersedia pakan yang cukup dan kualitas perairannya mendukung. Dilaporkan ikan
dapat mencapai bobot 60kg dengan panjang 150 cm.
Bentuk badannya bulat memanjang. Kepala besar gepeng (depressed) dan
bertulang sangat keras. Matanya kecil dan kurang berfungsi. Bukaan insang
cukup lebar, organ pernapasan tambahan (arborescent organ) muncul dari gill
arch. Lengkung insang pertama mempunyai 24 hingga 110 gillrakers; cleithrum
runcing. Mulut bertipe terminal, artinya berada tepat di moncong depan dan
ukurannya cukup lebar. Terdapat empat pasang barbel (sungut) yang tiap
pasangan tidak sama panjang, ada yang pendek dan ada yang panjang.
Sirip-sirip dorsal dan analnya memanjang hingga batang ekor. Pada sirip
pektoral terdapat jari-jari sirip keras (patil) tak beracun. Sirip ekor membulat
bertipe rounded. Warna bervariasi kekuningan hingga abu-abu dengan bercak
kehijauan, sedangkan bagian perut berwarna putih (FAO, 2012). Jika dalam
kondisi stress, warnanya akan menjadi lebih terang dari aslinya, dan muncul
bercak-bercak putih yang jelas. Ini berbeda dengan ikan lele lokal yang warnanya
stabil dan tidak berubah warna meskipun dalam kondisi stress.

Gambar 3. Warna khas ikan lele dumbo ketika sedang stress

Riwayat ikan lele dumbo hingga menjadi komoditas budi daya yang
populer sangatlah panjang. Awalnya ikan lele dumbo hanya ditangkap dari alam.
Sejak tahun 1950 mulai dilakukan domestikasi, hingga pada tahun 1970an ikan
lele dumbo telah menjadi komoditas yang paling diminati masyarakat Afrika
Utara. Selanjutnya ketersediaan benih masih terkendala hingga tahun 1980
kendala tersebut dapat diatasi melalui riset intensif di Eropa (Belgia dan Belanda)
dan di Afrika (Nigeria, Afrika Utara). Setelah itu keberhasilan budi daya ikan lele
dumbo dipicu dengan berkembangnya teknologi pakan komersil (pelet).
Dilaporkan bahwa tahun 1986 adalah awal masuk lele dumbo ke
Indonesia. Sejak saat itu, masyarakat mulai menyukai ikan ini karena
pertumbuhannya yang cepat. Hingga saat ini ikan lele dumbo menjadi species
primadona dan paling banyak dibudidayakan dibandingkan jenis atau species
lainnya. Permintaan benih pun terus meningkat. Namun isu akhir-akhir ini terjadi
penurunan mutu benih akibat dari manajemen induk yang kurang tepat sehingga
terjadi inbreeding atau perkawinan sekerabat. Benih yang dihasilkan menjadi
menurun kualitasnya (laju penetasan rendah, rentan terserang penyakit, laju
pertumbuhan lambat, dan variasi pertumbuhan relatif tinggi) (Azwar dkk, 2006).
Ikan lele dumbo juga mempunyai alat pernapasan tambahan berupa organ
mirip bunga kol (arborescent organ) untuk menangkap oksigen dari udara bebas.
Organ tambahan tersebut disokong oleh tulang rawan dan tertutup oleh jaringan
vaskular, menempel pada akhir lengkung insang yang ke-4 (Moussa, 1956 dalam
FAO 1996). Dengan organ tambahan tersebut ikan lele dumbo mampu bertahan
pada perairan yang berkadar oksigen rendah. Kemampuan bertahan dalam
kondisi tidak menguntungkan sangat mengagumkan. Lele dumbo dapat bertahan
pada temperatur 80C hingga 350C. Telur dapat menetas pada temperature di atas
180C. Daya adaptasi terhadap perubahan pH, kekeruhan, dan tekanan densitas,
juga sangat luas.

Gambar 4. Ikan lele dumbo (C. gariepinus) vs ikan lele lokal (C. batrachus)
Gambar. Warna bagian perut ikan lele dumbo (C. gariepinus) putih bersih
sedangkan ikan lele lokal (C. batrachus) semburat kelabu.

Terdapat perbedaan struktur tulang tengkorak antara ikan lele dumbo


dengan lele lokal. Pada lele dumbPerbedaan . hingga Jika ikan lele lokal
warnanya stabil dan tidak berubah. Perbedaannya adalah tingkat pertumbuhan
cepat dan dapat mencapai bobot hingga puluhan kg dengan panjang lebih dari
100cm.
Grafik 1. Trend budi daya ikan lele dumbo di dunia (sumber: FAO, 2012)

Produsen utama dunia saat ini adalah China, Thailand, Yunani, dan
Uganda. Meski di negara kita ikan lele dumbo menjadi komoditas air tawar dan
yang paling diminati, namun ternyata belum dianggap sebagai penghasil ikan lele
dumbo dunia. Produksi ikan lele Indonesia lebih banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri sedangkan untuk orientasi ekspor belum
menjamur. Proyeksi masa depan, produksi ikan lele melalui usaha budi daya akan
semakin naik berbanding terbalik dengan kondisi penangkapan ikan lele dumbo
dari alam.
Adanya indikasi menurunnya mutu genetik ikan lele dumbo yang beredar
di kalangan masyarakat menjadi alasan dilakukan pemuliaan genetik pada lele
dumbo. Cara pemuliaan genetik yang biasa dilakukan yaitu dengan hibridisasi
dan seleksi. Hibridisasi adalah perkawinan atau persilangan antara dua ikan lele
yang berbeda jenis dan minimal mempunyai satu sifat beda. Seleksi adalah proses
pemilihan ikan dengan sifat-sifat unggul dari keturunan hasil hibridisasi tersebut.
Melalui kedua cara itu diharapkan diperoleh ikan dengan kandungan genetik
unggul sehingga dapat mengatasi permasalahan menurunnya kualitas benih yang
beredar saat ini.
Ikan Lele Sangkuriang
Apa yang kita bayangkan tentang Sangkuriang? Ya, Sangkuriang adalah
tokoh dalam satu Legenda tentang asal usul Gunung Tangkuban Perahu. Seorang
anak yang mengawini ibundanya sendiri. Akhirnya nama tokoh tersebut
diabadikan sebagai nama strain ikan lele hasil pemuliaan genetik atas jerih payah
para peneliti di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi.
Ikan lele Sangkuriang Ikan ini telah dikukuhkan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan sebagai komoditas baru ikan unggul melalui Surat
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KP.26./MEN/2004 tanggal 21
Juli 2004. Latar belakang perakitan ikan ini adalah untuk memperbaiki kualitas
genetik ikan lele dumbo yang cenderung menurun dari waktu ke waktu akibat
manajemen induk yang kurang tepat.
Sangkuriang diperoleh dari silang balik (back cross) antara pejantan ikan
lele dumbo keturunan ke-6 (F6) dengan induk betina lele dumbo keturunan ke-2
(F2). Ikan ini dilaporkan mempunyai keunggulan dalam laju pertumbuhan yaitu
lebih cepat dibanding ikan lele dumbo biasanya. Namun untuk daerah Jawa
Timur, laporan pertumbuhan ikan lele sangkuriang tidak lebih baik daripada strain
atau varietas lainnya.

Lele Phyton
Sekelompok komunitas pembudi daya ikan air tawar dari Kabupaten
Pandeglang, yaitu kelompok Sinar Kehidupan Abadi (SKA) berhasil merakit ikan
lele berkualitas unggul dinamakan Lele Phyton. Ikan lele phyton adalah hasil
hibridisasi antara ikan lele dumbo betina eks Thailand dengan ikan lele lokal
jantan. Sengaja dipilih ikan lele lokal sebagai pejantan agar dapat menyesuaikan
diri terhadap kondisi suhu air yang relatif rendah, seperti harapan komunitas SKA
merakit ikan lele phyton agar dapat bertahan hidup di daerahnya yang bersuhu
rendah bahkan mencapai 170C pada malam hari
(http://phytoncatfishfarm.blogspot.com/)
Ciri-ciri fisik ikan lele phyton hampir sama dengan ikan lele dumbo pada
umumnya, akan tetapi bentuk tempurung kepala dan moncongnya mirip ikan lele
lokal yaitu setengah membulat. Sebaliknya kepala ikan lele dumbo lebih gepeng.
Tubuhnya lebih langsing dibandingkan dengan ikan lele dumbo dan gerakannya
lincah. Keunggulan lainnya yaitu dari sisi pertumbuhannya, yang lebih cepat
dibandingkan ikan lele dumbo yangberedar di masyarakat, tanpa rekam keturunan
yang jelas. Rasio konversi pakan ikan lele phyton mencapai 1:1 artinya satu kg
pakan akan menghasilkan 1 kg daging ikan lele.

Lele Paiton

Gambar . Ikan lele Paiton bentuknya identik dengan lele dumbo


Lele Paiton adalah sebutan bagi ikan lele dumbo yang berasal dari salah
satu farm budi daya ikan lele yang berada di Paiton, Jawa Timur. Penampilannya
mirip dengan ikan lele dumbo pada umumnya. Warnanya abu-abu gelap dengan
bercak-bercak putih, kepala gepeng meruncing, moncong dan barbel identik
dengan ikan lele dumbo.
Menurut Kepala UPBAT Mojokerto, ikan lele Paiton adalah strain ikan
yang mempunyai laju pertumbuhan tercepat jika dibandingkan dengan strain ikan
lele lainnya, dalam ruang lingkup pembudidayaan di Jawa Timur pada khususnya.
Oleh karena itu saat ini di UPBAT Mojokerto gencar memproduksi benihnya
untuk menyuplai kebutuhan benih masyarakat luas. Belum banyak laporan
tertulis yang mengangkat tentang ikan lele Paiton, namun benihnya telah banyak
dikenal oleh masyarakat dan cenderung disukai karena tingkat pertumbuhannya
relatif tinggi.
Perhatikan ikan lele dengan seksama. Perhatikan baik-baik warnanya,
bentuk tubuhnya, bagian-bagian tubuh, serta gerak-geriknya. Tak hanya sampai di
situ, kita hendaknya Pengenalan yang mendalam dan menyeluruh tentang
kebiasaan-kebiasaannya di alam seperti habitat, makanan kesukaannya,
bagaimana cara hidupnya, bagaimana cara makanannya, dapat memberi gambaran
kepada kita bagaimana memperlakukan ikan lele dalam kondisi budi daya.
Pengenalan struktur dan anatomi tubuhnya juga penting karena ada hubungan erat
antara anatomi tubuh dengan kebiasaan hidupnya tersebut. Dengan demikian kita
akan dapat menganalisis Demikian pula, cara perkembangbiakan nya, apa saja
parasit atau penyakit yang sering menyerang, bagaimana kondisi air yang disukai,
dan apa saja yang membuat ikan lele dapat tumbuh pesat. Dengan mengatahui
segala hal tentang ikan lele, maka kita dapat memberikan perawatan terbaik dan
dapat mengambil langkah tepat apabila terjadi kendala selama proses
pemeliharaannya.

Anda mungkin juga menyukai