Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang

Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang
sebagai berikut :

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah
putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini
dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi
sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen
kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada
tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal)
akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi.
Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel
lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala
seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

Sehingga pada klien dengan leukemia harus diberikan tindakan transfusi darah oleh
perawat. Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang
membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena
dengan menggunakan set transfusi.

Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah,


memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan
pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun.

Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah
melalui nama pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi gumpalan
atau tidak), homogenitas (bercampur rata atau tidak).

Maka pada laporan kelompok ini, penulis akan menjelaskan secara keseluruhan
mengenai transfuse darah :

1. 2 Batasan Masalah

1. Bagaimana konsep transfuse darah ?

2. Bagaimana teknik transfuse darah ?

3. Bagaimana SOP tindakan transfuse darah ?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Transfusi Darah

Leukemia umumnya muncul pada diri


seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum
tulang tanpa diketahui dengan jelas
penyebabnya telah memproduksi sel darah
putih yang berkembang tidak normal atau
abnormal. Normalnya, sel darah putih
mereproduksi ulang bila tubuh
memerlukannya atau ada tempat bagi sel
darah itu sendiri. Tubuh manusia akan
memberikan tanda/signal secara teratur
kapankah sel darah diharapkan bereproduksi
kembali.

Leukemia (kanker darah), sel darah


putih tidak merespon kepada tanda/signal
yang diberikan. Akhirnya produksi yang
berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berleb ihan
dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia)
akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan
perdarahan.

Dari gejala yang ditimbulkan dari leukemia (kanker darah) yang meliputi mudahnya
tubuh terkena infeksi, anemia dan perdarahan. Maka harus diberikan tindakan transfuse darah.
Pengertian
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang
membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena
dengan menggunakan set transfusi. Atau pemberian darah dari kantung darah kedalam tubuh
melalui pembuluh vena. Sedangkan menurut wikipedia, 2011 transfusi darah adalah proses
menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang
lainnya.

Indikasi melakukan tindakan transfuse darah, meliputi :


Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan.
Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma subtitute atau larutan
albumin.
Kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar.
Perdarahan akut sampai Hb<8gr% atau Ht < 30%
Klien dengan penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)

Transfuse darah dilakukan untuk :

Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi).


Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada
klien anemia.
Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan
untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
Memperbaiki kekebalan
Memperbaiki masalah pembekuan.

Setiap tindakan yang dilakukan memberikan efek samping pada pasien. Begitu pula pada
transfuse. Transfuse darah menimbulkan reaksi pada tubuh. Reaksi yang paling sering terjadi
adalah demam dan reaksi alergi (hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1 -2% pada setiap
transfusi. Gejalanya berupa:
gatal-gatal
kemerahan
pembengkakan
pusing
demam
sakit kepala.
Gejala yang jarang terjadi adalah kesulitan pernafasan, bunyi mengi dan kejang otot.
Yang lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.
Komplikasi akibat transfuse darah :
Reaksi transfusi hemolitik :
a. Reaksi hemolitik ekstravaskuler
b. Reaksi hemolitik intravaskuler
Infeksi :
a. Bakteri (stapilokok, citobakter)
b. Virus (hepatitis, AIDS, CMV)
c. Parasit (malaria)
Lain-lain Demam, urtikaria, anafilaksis, hiperkalemia, asidosis

Prinsip-prinsip transfuse darah, meliputi :


Perlu diperhatikan jenis aglutinogen dari darah donor dalam eritrositnya, sedangkan pada
resipien perlu diperhatikan macam aglutinin di dalam plasma darahnya. Hukum Landsteiner
menyatakan bahwa bila aglutinogen bertemu dengan zat antinya (aglutinin), maka akan terjadi
aglutinasi atau penggumpalan darah. (Sugiyarto, 1997 : 100 - 101).
Perhatikan kemungkinan terjadinya transfusi darah masing-masing golongan darah dan
berbagai macam golongan darah.

Keterangan :

Golongan darah A hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah A dan AB dan
menerima darah dari golongan darah A dan O.
Golongan darah B hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah B dan AB dan
menerima darah dari golongan darah B dan O.
Golongan darah AB hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah AB saja dan
menerima darah dari semua golongan darah (A, B, AB dan O) maka dari itu golongan darah AB
disebut sebagai resipien universal.
Golongan darah O bisa mendonorkan darah kepada semua golongan darah (A, B, AB,dan O) dan
menerima darah dari golongan darah O saja, maka dari itu golongan darah O disebut sebagai
donor universal.

2.2. Teknik Transfusi Darah

Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta kecocokan antara
darah donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum
besar (16-18). Jarum yang terlalu kecil (23-25) dapat menyebabkan hemolisis.
Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk menghalangi
bekuan fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan ukuran pori -
pori 170 mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4
unit darah.
Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada
lengan atas. Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin kelancaran dan
kecepatan transfusi.
Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada tanda-tanda
hemolisis (warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum akan ditransfusikan
harus tetap di dalam lemari es. Setelah darah sudah dikeluarkan dari lemari es harus d idiamkan
selama 30 menit,dan baru langsung ditransfuskan.
Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik. Dengan tetesan
hidrasi NaCl 20 tetes/menit. Jangan menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan
dekstrose dan larutan garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan
lain yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan menambahkan obat
apapun ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan memiliki pH yang berbeda sehingga
dapat menyebabkan hemolisis, lagipula bila terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan
apakah hal itu terjadi akibat obat atau akibat darah yang ditransfusikan.
Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat, maka
dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan aritmia ventrikel
bahkan kematian. Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-39 derajat
C. Karena bila lebih 40 derajat C, eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama pemberian darah
lengkap hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan perlahan-lahan untuk kemungkinan
deteksi dini reaksi transfusi.
Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai
adalah 60 ml permenit. Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien. Jika
status kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika
tidak ada hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3
jam) atau 1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal jantung yang mengancam maka tidak
boleh ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam. Karena darah adalah medium kultur yang ideal
untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh melewati 5 jam karena
meningkatnya resiko proliferasi bakteri.
Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan transfusi yang
cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi hingga 1
bag tiap 15 menit.

Panduan singkat pemilihan vena:


Gunakan vena distal lengan untuk pilihan pertama
Jika memungkinkan pilih lengan non dominan
Pilih vena-vena di atas area fleksi
Gunakan vena kaki jika vena lengan tidak dapat diakses
Pilih vena yang mudah diraba, vena yang besar dan yang memungkinkan aliran cairan adequat
Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas sehari -hari pasien
Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang direncanakan.

Cara memunculkan vena:


Mengurut ekstremitas dari distal ke proksimal di bawah tempat pungsi vena yang dituju
Minta klien menggenggam dan membuka genggaman secara bergantian
Ketuk ringan di atas vena
Gunakan torniket sedikitnya 5-15 cm di atas tempat yang akan diinsersi, kencangkan torniket
Berikan kompres hangat pada ekstremitas selama beberapa menit (misal dengan waslap
hangat)

Hindari menggunakan vena berikut:


Vena pada area fleksi (misal:fossa ante cubiti)
Vena yang rusak karena insersi sebelumnya (misal karena flebitis, infiltrasi atau sklerosis)
Vena yang nyeri palpasi
Vena yang tidak stabil, mudah bergerak ketika jarum dimasukkan
Vena yang mudah pecah
Vena yang berbelok-belok
Vena dorsal yang rapuh pada klien lansia dan pembuluh darah pada ekstremitas dengan
gangguan sirkulasi (misal pada mastektomi, graft dialysis atau paralysis).
SOP Transfusi Darh

STANDARD OPERATING PROSEDUR ( S O P)


STIKES
Nahdlatul Ulama TRANSFUSI DARAH
Tuban
No. Dokumen : No. Revisi : - Halaman :
Ditetapkan
Ketua STIKES NU Tuban

Tanggal Terbit : (H. Miftahul Munir, SKM. M.Kes)


PROTAB NIP. 19710412 1997303 1 004
Tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang membutuhkan darah
dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan
Pengertian menggunakan set transfusi.
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau
heragi).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor
Tujuan pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
1. Kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar.
2. Perdarahan akut sampai Hb<8gr% atau Ht < 30%
Indikasi 3. Klien dengan penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)
Petugas Perawat
1. Standar Infus
2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar sesuai program medis
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kassa steril
11. Betadine
Persiapan alat12. Sarung tangan
Prosedur A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

C. Tahap Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi
darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum pemberian
transfusi darah
6. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi
kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa
kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsanya, dan periksa
adanya bekuan
7. Buka set pemberian darah :
Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
8. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama,
dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
9. Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
10. Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :


1. Tusuk kantong NaCl 0,9%
2. Isi slang dengan NaCl 0,9%
3. Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9%
4. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
5. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi
sebagian)
6. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl 0,9%
7. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-selnya tercampur.
Kemudian tusuk kantong darah pada tempat penusukan yang tersedia dan buka
klem pada slang dan filter terisi darah
Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
1. Tusuk kantong darah
2. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi sebagian
3. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
4. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
Referensi

Anda mungkin juga menyukai