MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
Pertama : Menetapkan kebijakan pelayanan Farmasi di RSUD Dr Saiful Anwar sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini
Kedua : Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama sebagai pedoman dan acuan kegiatan yang
wajib dilaksanakan dan di patuhi oleh setiap petugas yang terkait dengan pelayanan farmasi di RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Farmasi RSUD Dr Saiful Anwar
dilaksanakan oleh Kepala Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Keempat : Dengan berlakunya keputusan ini, maka Keputusan Direktur RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Nomor
441 / 9928 / 302 / 2011 tanggal 31 Oktober 2011 tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi dinyata tidak
berlaku
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Malang
Pada Tanggal :
Direktur
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
TENTANG
PELAYANAN FARMASI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
I. PENDAHULUAN
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki peranan penting karena terkait
langsung dengan pemberian pelayanan kefarmasian.
Sesuai dengan standar pelayanan farmasi di rumah sakit (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004) bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Instalasi Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit dan
harus dapat menjamin bahwa obat-obatan yang beredar dan digunakan oleh pasien rumah sakit adalah obat yang
aman dan efektif.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian dan tuntutan
masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, maka terjadi pergeseran paradigma pelayanan kefarmasian dari
paradigma lama yaitu orientasi obat menjadi paradigma baru yaitu orientasi pasien dengan filosofi Asuhan
Kefarmasian (Pharmaceutical care). Dengan paradigma baru ini tenaga kefarmasian dituntut untuk bekerja secara
profesional. Tenaga kefarmasani tidak hanya sebagai pengelola obat namun juga harus memberikan informasi untuk
mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, memonitor penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir
serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)
Untuk mewujudkan tujuan di atas dan memberikan pedoman yang jelas bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggaraan pelayanan farmasi di RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang maka disusunlah Standart
Pelayanan Farmasi di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
BAB II STANDAR PELAYANAN FARMASI RSSA
Fungsi:
A. Pegelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang
berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlakU.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit
B. Pelayanan Kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobataan /resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
e. Memberikan informasi obat dan alat kesehatan kepada petugas kesehatan,pasien/keluarganya
f. Memberi konseling kepada pasien / keluarga
g. Melakukan penanganan obat kanker
h. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
i. Melaporkan setiap kegiatan
3.3 Panitia / tim lain yang terkait dengan tugas farmasi RSSA
1. Tim PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba)
2. Tim Transplantasi Ginjal
3. PRTM (Program Terapi Rumatan Metadon)
4. Tim TB DOTS dan TB MDR
5. Tim VCT
6. Tim pengadaan RS
7. SPI (satuan pengawas intern)
BAB IV STAF DAN PIMPINAN
4.1 Sumber daya manusia farmasi rumah sakit
Syarat personalia pelayanan farmasi rumah sakit:
1. Terdaftar di Kementrian Kesehatan
2. Terdaftar di organisasi profesi (Ikatan Apoteker Indonesia dan Persatuan Ahli Farmasi Indonesia)
3. Mempunyai izin kerja (SIPA/SITTK)
4. Mempunyai SK Penempatan
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi professional yang berwenang
berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan dari aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun
kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus
menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.
5.1 Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan peraturan kefarmasian yang berlaku:
1. Lokasi menjadi satu dengan sistem pelayanan rumah sakit
2. Fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan pasien, dan dispensing terpisah
3. Ada penanganan limbah (limbah dispensing sediaan sitostatik)
4. Ada kontrol suhu ruangan, suhu almari pendingin, pencahayaan dan kelembaban serta dari pencurian maupun
binatang (tikus, kecoak, semut, rayap).
5.1.1 Pembagian ruangan
5.1.1.1 Ruang Kantor
Ruang pimpinan
Ruang staf
Ruang kerja/administrasi
Ruang pertemuan
5.1.1.2 Ruang Produksi
Untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi, ruang produksi dipisahkan antara ruang produksi steril (Rekonstitusi
sitostatik dan repacking antibiotik) dan non steril.
5.1.1.3 Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi,
pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan.
5.1.1.4 Ruang distribusi/Pelayanan
Ruang distribusi di Unit Pelayanan Farmasi Rawat Inap dan Rawat Jalan: ada ruang terpisah antara
penerimaan resep dan menyiapan obat
Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan: ada ruang terpisah antara ruang penerimaan dan
penyimpanan barang. Dilengkapi oleh trolley obat dan penyimpanan obat emergency
5.1.1.4 Ruang Informasi Obat (PIO)
Ruangan PIO berada di lantai 2 bersebelahan dengan ruang perpustakaan, dengan ukuran 70 m. Dilengkapi oleh
jaringan internet, sumber pustaka dan line telepon.
5.1.1.5 Ruang Arsip Dokumen
Ada ruang khusus yang aman dan memadai untuk menyimpan arsip resep pasien umum, resep pasien tagihan
Ikatan Kerja Sama (IKM) dan resep pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
5.2 Peralatan
5.2.1 Peralatan kantor
Mebeler (meja, kursi, lemari/filling cabinet, dll)
Komputer dan jaringannya
Alat tulis kantor
Telpon dan faximile
5.2.2 Peralatan Produksi
Terdiri dari peralatan produksi steril (Laminar flow cabinet) dan peralatan produksi non steril (mortar, stamper dll)
5.2.3 Peralatan Penyimpanan
5.2.3.1 Peralatan penyimpanan kondisi umum
Lemari/rak yang terlindung dari kelembaban dan cahaya yang berlebihan
Lantai untuk tempat obat dilengkapi dengan palet
Tempat penyimpanan dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
5.2.3.2 Peralatan penyimpanan kondisi khusus
Lemari pendingin dan ac untuk obat yang termolabil (divalidasi secara berkala)
Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropika
Peralatan penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan limbah sitotoksik
5.2.5 Peralatan ruang informasi obat
Buku pustaka
Meja,kursi, rak buku
Komputer
Telepon
Dokumen dan Lemari arsip
5.2.6 Peralatan ruang arsip
Kartu arsip
Lemari arsip
Di tempat penyimpanan perbekalan farmasi maupun arsip, dilengkapi dengan alat pemadam api ringan (APAR).
BAB VI KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
6.1 Kebijakan Umum
1. Pelayanan farmasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari sistim pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh
dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,termasuk pelayanan farmasi klinik
yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
2. Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu
berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan keprofesian yang universal.
3. Untuk mendukung administrasi , profesionalisme dan fungsi tehnik pelayanan farmasi sehingga menjamin
terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional , professional dan etis perlu disediakan ruangan,
peralatan dan fasilitas yang mendukung.
4. Agar pelayanan perbekalan farmasi dapat dilaksanakan sebaik-baiknya perlu didukung dengan pengelolaan
perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan , pengadaan , produksi , penerimaan , penyimpanan ,
pendistribusian , penarikan / penghapusan dan evaluasi pelaporan.
5. Untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan SDM di bidang kefarmasian dilaksanakan
dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan rumah sakit.
6. Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat memuaskan
pelanggan, perlu dilaksanakan pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi secara
intensif dan berkesinambungan serta didukung dengan pencatatan, evaluasi dan pelaporan serta pengarsipan
yang tertib.
3. Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi dan beresiko menyebabkan bahaya bermakna pada pasien bila
digunakan secara salah dimasukkan dalam daftar HIGH ALERT (terlampir). Penyimpanan obat high alert
terpisah dari obat-obat yang lain (tempat penyimpanan diberi tanda garis merah) dan diberi penandaan khusus
(stiker). Obat high alert tidakboleh disimpan di ruang perawatan, kecuali ruang ICU
4. Obat LASA (Look Alike Sound Alike) diberi penandaan khusus (stiker LASA) untuk meminimalkan kemungkinan
salah pengambilan.
5. Dilakukan monitoring suhu penyimpanan (ruangan dan kulkas obat) setiap hari minimal dua kali (dicatat dan
diparaf oleh petugas pengecek)
6. Dilakukan pencatatan dalam kartu stok barang, sistem inventory LAN RS.
7. Obat emergency di ruang rawat inap dan IGD disimpan dalam trolly emergency
8. Pasien yang membawa obat dari luar rumah sakit (membeli obat dari luar Instalasi Farmasi) harus mengisi form
pernyataan (terlampir) dan rumah sakit tidak bertanggung jawab atas mutu dan efek yang tidak diinginkan yang
timbul dari pemakaian obat tersebut
6.2.1.6 Pendistribusian
7. Distribusi perbekalan farmasi pasien rawat inap dilakukan untuk penggunaan sehari.
Penyiapan obat injeksi dan oral pasien rawat inap dilakukan secara UDD (Unit Dose
Dispensing).
1. Perbekalan farmasi untuk kebutuhan floor stok disediakan oleh UPF.
2. Pelayanan Floor stok digunakan oleh petugas kesehatan pada saat UPF terkait tutup.
Pelayanan Floor stok digunakan oleh petugas kesehatan di ruang intensive care unit
(ICU), high care unit (HCU/akut), cardiovascular care unit (CVCU), stroke unit
(Ruang 26), hemodialisa, dan kamar bersalin.
1. Resep ditulis oleh dokter harus jelas dan lengkap memuat informasi spesifik pasien.
Jumlah perbekalan farmasi yang ditulis diresep adalah untuk kebutuhan perhari bagi
pasien rawat inap, tiga hari bagi pasien rawat inap yang pulang dan sebulan bagi
pasien rawat jalan.
1. Petugas farmasi yang berwenang menghubungi dokter penulis resep adalah Apoteker atau
Tenaga Teknis Kefarmasian tersertifikasi.
Apoteker atau TenagaTeknis Kefarmasian tersertifikasi menghubungi dokter penulis
resep untuk melakukan konfirmasi, jika ada temuan masalah terkait obat,
1. Petugas farmasi wajib mentaati prosedur dan persyaratan yang berlaku terkait pelayanan
narkotika.
2. Setiap Unit PelayananFarmasi (UPF) membuat laporan setiap bulan terkait pelayanan
narkotika dan melaporkan kepada Instalasi Farmasi.
Instalasi Farmasi melaporkan pelayanan narkotika dari seluruh UPF kepada Direktur
RSSA dan diteruskan ke instansit erkait
2. Kewenangan membaca resep dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian
tersertifikasi.
Penelaahan ketepatan resep tidak perlu bila dokter pemesan resep hadir untuk
pemesanan, pemberian dan monitoring pasien (di Kamar Operasi, Kamar Bersalin
atau UGD) atau dalam t indakan radiologi intervensional atau diagnostic imajing
dimana obat merupakan bagian dari prosedur.
1. Petugas farmasi menulis penggunaan obat pasien di Rekam Medik meliputi nama obat,
rute, signa, tipe terapi, terima, tanggal, jam pemberian obat, dan paraf petugas kesehatan.
Perawat mengisi lembar penggunaan obat pasien sesuai dengan format pada saat
petugas farmasi tidak ada di ruangan (jadwal dinas petugas farmasi ruangan hari
Senin-Sabtu jam 07.00-14.00 WIB).
Sistem penyaluran obat secara akurat dengan dokumen bukti pengeluaran obat dicatat
di rekam medik pasien dan Unit Pelayanan Farmasi (UPF).
Setiap petugas farmasi wajib memelihara dan meningkatkan personal hygiennya.
1. Evaluasi dilakukan setiap 1 bulan dan dilaporkan kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk
ditindak lanjuti ke Instalasi Evaluasi dan Pelaporan.
2. Target terukur waktu tunggu pelayanan obat:
a. Obat Racikan : <60 menit
Obat Non Racikan : <30 menit
1. Petugas yang berwenang melakukan pemesanan perbekalan farmasi secara verbal atau telepon
adalah Dokter/Petugas Farmasi Ruangan/Kepala Jaga Shift.
2. Pemesanan perbekalan farmasi harus hati-hati untuk obat rupa ucapan mirip / NORUM
(look alike, sound alike).
3. Pemesanan perbekalan farmasi secara verbal atau telepon hanya digunakan untuk kondisi
CITO.
4. Pemesanan obat narkotika dan psikotropika harus menggunakan resep asli dokter, tidak
diperbolehkan melakukan pemesanan secara verbal atau telepon.
5. Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian tersertifikasi menghubungi dokter penulis resep
untuk melakukan konfirmasi, jika ada temuan masalah terkait obat,
6. Kewenangan membaca resep dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian
tersertifikasi.
Penelaahan ketepatan resep tidak perlu bila dokter pemesan resep hadir untuk
pemesanan, pemberian dan monitoring pasien (di Kamar Operasi, Kamar Bersalin
atau UGD) atau dalam t indakan radiologi intervensional atau diagnostic imajing
dimana obat merupakan bagian dari prosedur.
1) Diselenggarakan secara desentralisasi untuk mendekatkan pada tempat perawatan pasien. Sistem
pendistribusian pasien rawat jalan dan rawat inap sebagai berikut :
Permintaan obat dengan resep manual atau e-resep
Pasien rawat jalan dengan sistem resep perorangan.
Pasien rawat darurat dengan sistem resep perorangan
Pasien rawat inap dengan sistem pelayanan obat dosis sehari (PODS) dan kombinasi floor stock pada
ruangan tertentu. Obat oral dibagikan kepada pasien secara dosis sehari setelah disiapkan secara UDD
(Unit dose dispensing), sedangkan obat injeksi diserahkan pada perawat dengan dilakukan serah terima
dari petugas farmasi ke perawat dan bukti dokumentasi pada form penggunaan obat pasien (POP)
2) Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja diatur sebagai berikut :
Pasien rawat darurat dilayani di UPF IRD maupun OK IRD yang buka 24 jam.
Pasien rawat inap dilayani di UPF IRNA II (buka 24 jam)
Pasien rawat utama dilayani di UPF Rawat Utama yang buka 24 jam.
6.2.1.7 Penarikan/penghapusan
1) Pengelolaan perbekalan farmasi yang kadaluwarsa dan rusak dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi.
2) Pemusnahan dilaksanakan oleh Panitia Penghapusan Barang RS sesuai prosedur yang berlaku.
Ditetapkan di : Malang
Pada Tanggal :
Direktur
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Malang,
Saksi Keluarga Pasien
( ) ( )