AbstrakTelah dilakukan percobaan analisis sinyal dirangkai menjadi aplikasi dengan nilai penguatan yang
output dan penguat tegangan Op Amp LM 741 Inverting dan terukur (finite). Impedasi input op-amp ideal mestinya
Non-Inverting dilakukan dua percobaan yaitu penguat adalah tak terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap
inverting dan penguat non inverting. Alat dan bahan yang masukannya adalah 0. Sebagai perbandingan praktis, op-
digunakan adalah IC op-amp LM741, resistor 1k sebagai
amp LM741 memiliki impedansi input Zin = 106 Ohm. Nilai
resistor tetap(Ri) dan resistor 10 k sebagai resistor feedback
(Rf) , signal generator, catu daya(power supply), osiloskop, dan impedansi ini masih relatif sangat besar sehingga arus input
VOM. Didapatkan data berupa tegangan keluaran dan signal op-amp LM741 mestinya sangat kecil[1].
output. Sehingga melalui percobaan ini dapat diketahui Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa
karakteristik dari tegangan output masing-masing rangkaian rangkaian op-amp berdasarkan karakteristik op-amp ideal.
penguat tersebut kemudian dibandingkan hasil penguatan dari Aturan ini dalam beberapa literatur dinamakan golden rule,
eksperimen dengan teori yang ada. Kesimpulan pada yaitu :
percobaan analisis sinyal output dan penguat tegangan Op 1. Aturan 1 : Perbedaan tegangan antara input v+ dan v-
Amp LM 741 Inverting dan Non-Inverting ini adalah fungsi adalah nol (v+ - v- = 0 atau v+ = v- )
Op Amp adalah sebagai penguat sinyal yaitu penguatannya
2. Aturan 2 : Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- =
dapat diketahui dengan bertambah tingginya amplitudo dan
bentuk sinyalnya sama seperti sinyal awal. Pada rangkaian 0)
Inverting amplifier semakin kecil hambatan yang diberikan Inilah dua aturan penting op-amp ideal yang digunakan
maka semakin kecil pula tegangan keluaran yang dihasilkan. untuk menganalisa rangkaian op-amp.
Dan apabila semakin besar frekuensi yang diberikan semakin Diagram Op-amp, Op-amp di dalamnya terdiri
kecil tegangan keluaran yang diberikan. Begitu juga pada dari beberapa bagian, yang pertama adalah penguat
rangkaian Non-Inverting amplifier semakin kecil hambatan diferensial, lalu ada tahap penguatan (gain), selanjutnya ada
yang diberikan maka semakin kecil pula tegangan keluaran rangkaian penggeser level (level shifter) dan kemudian
yang dihasilkan. Dan apabila semakin besar frekuensi yang penguat akhir yang biasanya dibuat dengan penguat push-
diberikan semakin kecil tegangan keluaran yang diberikan.
pull kelas B. Gambar-2(a) berikut menunjukkan diagram
dari op-amp yang terdiri dari beberapa bagian tersebut.
Kata Kuncioperational amplifier, inverting, non inverting
I. PENDAHULUAN
Simbol op-amp adalah seperti pada gambar-1(b) Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai
dengan 2 input, non-inverting (+) dan input inverting (-). impedansi input dari sinyal masukan terhadap ground.
Umumnya op-amp bekerja dengan dual supply (+Vcc dan Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui
Vee) namun banyak juga op-amp dibuat dengan single adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini
supply (Vcc ground). Simbol rangkaian di dalam op-amp tentu saja adalah Zin = R1[1].
pada gambar-2(b) adalah parameter umum dari sebuah op- Non-Inverting amplifier , Prinsip utama rangkaian
amp. Rin adalah resitansi input yang nilai idealnya infinit penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan
(tak terhingga). Rout adalah resistansi output dan besar pada gambar 2 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini
resistansi idealnya 0 (nol). Sedangkan AOL adalah nilai memiliki masukan yang dibuat melalui input non-inverting.
penguatan open loop dan nilai idealnya tak terhingga. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan satu
Tabel-1 menunjukkan beberapa parameter op-amp fasa dengan tegangan inputnya. Untuk menganalisa
yang penting beserta nilai idealnya dan juga contoh real dari rangkaian penguat op-amp non inverting, caranya sama
parameter LM714[2]. seperti menganalisa rangkaian inverting[6].
Tabel-1 : parameter op-amp
Pada percobaan ini dilakukan dua macam percobaan yang didapatkan data secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk data
berbeda, yaitu yang pertama adalah percobaan inverting kualitatifnya didapatkan data berupa gambar sinyal keluaran
amplifier dan percobaan yang kedua adalah non-inverting yang diamati pada layar osiloskop. Gambar signal ini
amplifier. berbentuk gelombang sinusoidal. Sementara data
1. Inverting Amplifier kuantitatifnya berupa tegangan output hasil pengutan yang
telah diberikan pada masing-masing kelipatan 1x hingga 10x
Pada percobaan inverting amplifier (penguat pembalik) kelipatan. Penguatan ini dilakukan dengan memvariasikan
alat dan bahan yang telah disediakan di rangkai seperti pada Rf.
gambar 4. Dari rangkaian penguat inverting di atas tegangan Penguat eksperimen dapat dilakukan dalam
masukan (V+) di berikan sebesar 12 V. Kemudian Rs dan Rf berbagai bentuk:keluaran tegangan dari rangkaian
dilakukan penguatan sebanyak 10 kali penguatan. jembatan,sinyal frekuensi rangkaian pencacah,sinyal
Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan penguatan tegangan menunjukkan perubahan kapasitans dan
serta teganagan output yaitu rumus 1. Pada rangkaian sebagainya.Dalam banyak hal sinyal-sinyal relative lemah
pembalik dihubungkan. Rangkaian diberi inptan dari signal dan harus diamplikasi(diperkuat) agar dapat menggerakkan
generator dengan range frekuensi 10 kHz, 50 kHz, dan100 sesuatu piranti keluaran. Dan hal ini menjadikan alas an
kHz. Nilai output penguat inverting diukur. Selanjutnya kenapa kami memakai penguatan.
sinyal output diamati dengan menggunakan osiloskop. Penguat instrumentasi adalah penguat tertutup,
maka tidak perlu dipasang rangkaian umpan balik seperti
halny dengan penguat operasional. Penguat instrumentasi
dapat dibuat dengan menggunakan Op-Amp. Mutu penguat
ini bergantung pada mutu Op-Amp yang digunakan, yang
menyangkut offset masukan, drift pada tegangan keluaran
CMMR, PSSR dan sebagainya. Disamping itu CMMR dan
ketepatan penguatan Op-Amp sangat bergantung kepada
kepresisian komponen pasif (resistor) yang digunakan dan
ada tidaknya tegangan offset pada Op-Amp. Nilai hambatan
resistor yang digunakan pada Penguat Instrumentasi sangat
berpengaruh terhadap penguatan yang terjadi, sehingga
apabila nilai hambatan resistor tidak presisi maka akan
mengakibatkan adanya perbedaan pengukuran yang
Gambar 4. Rangkaian penguat pembalik (inverting)
dilakukan dengan menggunakan dua persamaan di atas,
seperti yang terjadi pada percobaan yang kami lakukan.
2. Non-Inverting Amplifier A. Inverting Amplifier
Pada percobaan non-nverting amplifier (penguat tak
Percobaan pertama yang dilakukan adalah percobaan
membalik) alat dan bahan yang telah disediakan di rangkai inverting amplifier. Dari percobaan yang telah dilakukan
seperti pada gambar 6. Dari rangkaian penguat non-inverting didapatkan data kuantitatif sebagai berikut.
di atas tegangan masukan (V-) di berikan sebesar 12 V.
Kemudian Rs dan Rf pada rangkaian pembalik Tabel 2. Data hasil percobaan inverting amplifier
dihubungkan. dilakukan penguatan sebanyak 10 kali Vin Vout
penguatan. Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan Gain Frekuensi
max mV) max (V)
penguatan serta teganagan output yaitu rumus 2. Rangkaian
2 10 khz 0.6 1.2
diberi inptan dari signal generator dengan range frekuensi
10 kHz, 50 kHz dan 100 kHz. Nilai output penguat non- 2 100 hz 0.6 1.2
inverting diukur. Selanjutnya sinyal output diamati dengan 2 100khz 0.6 0.6
menggunakan osiloskop. 3 10 khz 0.6 1.8
3 100 hz 0.6 1.8
3 100khz 0.6 1.4
4 10 khz 0.6 1.96
4 100 hz 0.6 1.92
4 100khz 0.6 1.5
5 10 khz 0.6 2.34
5 100 hz 0.6 2.4
5 100khz 0.2 0.88
6 10 khz 0.6 2.54
Gambar 5. Rangkaian penguat tak membalik (non-inverting) 6 100 hz 0.6 2.54
6 100khz 0.2 0.44
III HASIL DAN PEMBAHASAN
7 10 khz 0.6 2.54
Pada percobaan analisis sinyal output dan penguat 7 100 hz 0.6 2.54
tegangan Op Amp LM 741 Inverting dan Non-Inverting ini
FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI-OP AMP
7 100khz 0.4 1.96 rangkaian inverting amplifier bernilai minus. Namun nilai
minus ini tidak mempengaruhi nilai tegangan keluarannya
8 10 khz 0.2 0.34
dikarenakan tanda ini hanya untuk menunjukkan bahwa
8 100 hz 0.6 2.54 rangkaian tersebut memiliki ketertinggalan fasa keluaran
8 100khz 0.2 1.18 sebesar 1800. Kita lihat pula pada tabel 2 dimana nilai Vout
9 10 khz 0.6 2.54 hasil pengamatan dan Vout hasil perhitungan berbeda
nilainya. Namun perbedaan nilai Vout perhitungan ini tidak
9 100 hz 0.6 2.54 terlalu jauh dengan hasil Vout pengamatan. Hal ini
9 100khz 0.6 1.56 dikarenakan salah satu karakteristik dan parameter op-amp
10 10 khz 0.4 2.54 adalah arus bias masukan. Arus ini dapat mengganggu
kestabilan op-amp sehingga mempengaruhi keluaran. Pada
10 100 hz 0.6 2.54 umumnya makin rendah arus bias masukan maka kian
10 100khz 0.2 0.36 rendah pula kelabilanya yang selanjutnya dapat
2 10 khz 0.6 1.2 mengakibatkan tegangan offset keluaran (tegangan
kesalahan). Sehingga nilai tegangan keluaran (Vout) hasil
2 100 hz 0.6 1.2
percobaan berbeda nilainya dengan nilai tegangan hasil
2 100khz 0.6 0.6 perhitungan.
Selain itu dari percobaan didapat pula keluaran sinyal dari
Dari data yang didapat, dilakukan perhitungan untuk rangkaian percobaan dengan menggunakan osiloskop. Dapat
mendapatkan nilai V out dari hasil perhitungan yang dilihat pada gambar di bawah ini salah satu contoh bentuk
selanjutnya akan dibandingkan nilai V out hasil perhitungan keluaran sinyal dari rangkaian percobaan inverting
dengan Vout hasil percobaan. Untuk mencari nilai Vout amplifier.
perhitungan, maka digunakan persamaan (1). Sehingga
didapatkan nilai Vout hasil perhitungan sebagai berikut.
Pada tabel percobaan ditunjukkan bahwa nilai tegangan
keluar lebih besar daripada tegangan masukan. Hal ini
menunjukkan bahwa rangkaian op-amp mempunyai fungsi
sebagai penguat tegangan. Pada percobaan ini diberikan
variasi frekuensi sebesar 10 kHz, 50 kHz dan 100 kHz. Dari
percobaan juga dapat kita ketahui bahwa nilai frekuensi
akan mempengaruhi nilai penguat tegangan dimana semakin
besar nilai frekuensi maka semakin kecil nilai penguat
tegangan.
Penguat diferensial tersebut menggunakan komponen BJT
(Bipolar Junction Transistor) yang identik / sama persis
sebagai penguat. Pada penguat diferensial terdapat dua
sinyal masukan (input) yaitu V1 dan V2.
Untuk memperbesar penguatan dapat digunakan dua tingkat
penguat diferensial (cascade). Keluaran penguat diferensial
dihubungkan dengan masukan penguat diferensial tingkatan
berikutnya. Dengan begitu besar penguatan total (Ad) adalah
hasil kali antara penguatan penguat diferensial pertama
(Vd1) dan penguatan penguat diferensial kedua (Vd2).
Rngkain inverter ini hanya memiliki satu keluaran. Jadi
yang diguankan adalah tegangan antara satu keluaran dan
bumi (ground). Untuk dapat menghasilkan satu keluaran
yang tegangannya terhadap bumi (ground) sama dengan
tegangan antara dua keluaran (Vod), maka salah satu
keluaran dari penguat diferensial tingkat kedua di
hubungkan dengan suatu pengikut emitor (emitter
follower). Gambar 6. Keluaran sinyal inverting amplifier
Untuk memperoleh kinerja yang lebih baik, maka
keluaran dari pengikut emiter dihubungkan dengan suatu Nilai tegangan keluaran pada rangkaian inverting
konfigurasi yang disebut dengan totem-pole. Dengan amplifier ini berlawanan fasa dengan nilai tegangan
menggunakan konfigurasi ini, maka tegangan keluaran X masukannya. Dari gambar pada osiloskop ini rangkaian
dapat berayun secara positif hingga mendekati harga VCC tersebut berlawanan fasa, selain dibuktikan dengan adanya
dan dapat berayun secara negatif hingga mendekati harga nilai minus dari perhitungan Vout, dapat juga dibuktikan
VEE. Apabila seluruh rangkaian telah dihubungkan, maka dengan adanya keluaran sinyal dari rangkaian melalui
rengkaian tersebut sudah dapat dikatakan sebagai penguat osiloskop. Pada gambar 6 menunjukkan bahwa sinyal
operasional (Operational Amplifier (Op Amp)) keluaran dari tegangan masukan arah gelombangnya
Dari tabel 2 kita ketahui bahwa nilai V out pada berlawanan dengan sinyal keluaran tegangan keluaran
FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI-OP AMP
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan analisis sinyal output
dan penguat tegangan Op Amp LM 741 Inverting dan Non-
Inverting ini adalah fungsi Op Amp adalah sebagai penguat
sinyal yaitu penguatannya dapat diketahui dengan
bertambah tingginya amplitudo dan bentuk sinyalnya sama
seperti sinyal awal. Pada rangkaian Inverting amplifier
semakin kecil hambatan yang diberikan maka semakin kecil
pula tegangan keluaran yang dihasilkan. Dan apabila
semakin besar frekuensi yang diberikan semakin kecil
tegangan keluaran yang diberikan. Begitu juga pada
rangkaian Non-Inverting amplifier semakin kecil hambatan
yang diberikan maka semakin kecil pula tegangan keluaran
yang dihasilkan. Dan apabila semakin besar frekuensi yang
diberikan semakin kecil tegangan keluaran yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Albert Paul Malvino. 2004. Prinsip-Prinsip Elektornika. Selemba
Teknika: Jakarta
[2] Candra, Robby. 2005. Operational Amplifiers. Jakarta: Universitas
Gunadharma
[3] Mike Tooley.2002. Rangkaian Elektronik Prinsip dan Aplikasi.
Erlangga Ciracas: Jakarta
[4] Robert F. Coughlin Frederick F. Driscoll. 1994. Penguat Operasional
dan Rangkaian Terpadu Linear. Erlangga: Jakarta
[5] Sutrisno. 1987. Elektronika jilid 2.ITB: Bandung
[6] William D. Cooper, ELECTRONIC INSTRUMENTATION AND
MEASUREMENT TECHNIQUES, Prentice-Hall of India, 1978