Anda di halaman 1dari 20

61

PENERAPAN METODE KONSTRUKSI


DALAM MEWUJUDKAN GREEN CONSTRUCTION
( STUDI KASUS: PEKERJAAN TANAH PADA PROYEK JALAN )

I Wayan Jawat1)
1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

ABSTRAK

Setiap proyek konstruksi selalu membutuhkan sumberdaya proyek(project


resource) sebagai komponen input dalam proses konstruksi. Ada 5 (lima) sumber daya
proyek, yaitu pekerja (man), material (material), metode ( methode ), alat (machine),
uang (money). Material bangunan dan alat bersifat tetap pada bangunan yang
merupakan faktor penting jika suatu proyek diharapkan termasuk proyek hijau (green
construction).
Pemilihan metode konstruksi yang tepat akan menghasilkan keuntungan
efisiensi proses konstruksi berupa keuntungan finansial. Dalam aspek lingkungan,
efisiensi proses konstruksi berpotensi untuk memperpendek durasi konstruksi dan
mereduksi waktu operasional berbagai peralatan yang terkait, sehingga konsumsi
energi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh pada menurunnya emisi CO 2 ekivalen.
Dalam mewujudkan green construction sebagai bagian dari sustainable
construction hendaknya memperhitungkan dampak terhadap operasional bangunan
maupun proses desain berupa umpan balik (feed back) yang bersumber dari
pengalaman konstruksi.

Kata kunci: proyek konstruksi, metode, green construction.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


62

1 PENDAHULUAN berkontribusi pada ketidakseimbangan


1.1 Latar Belakang alam lingkungan sekitar.
Tahap konstruksi merupakan tahap Menurut Glavinich, sebagaimana
yang perlu mendapat perhatian agar dikutip Wulfram I.Ervianto:73, Green
tujuan utama menghasilkan proyek yang Construction adalah suatu perencanaan
berkualitas dapat tercapai. Dalam tahap dan pengaturan proyek konstruksi sesuai
konstruksi, pengelola proyek hendaknya dengan dokumen kontrak untuk
mempertimbangkan aspek positif dan meminimalkan pengaruh proses
negatif yang akan terjadi pada tahap konstruksi terhadap lingkungan.
berikutnya, yaitu tahap operasional. Elemen input yang secara tidak
Keuntungan kontraktor akan langsung mempengaruhi timbulnya
diperoleh bila tepat dalam menerapkan emisi CO2 ekivalen adalah metode
metode konstruksi di lokasi proyek. konstruksi, yaitu cara yang akan
Berbeda metode konstruksi pasti digunakan untuk mewujudkan bangunan
berbeda pula kebutuhan sunberdayanya, berdasarkan gambar rencana dan
limbah yang dihasilkan, dan hampir spesifikasi teknis. Pemilihan metode
dapat dipastikan berbeda dalam capaian konstruksi yang tepat akan
tujuan proyek dalam aspek biaya, mutu menghasilkan keuntungan efisiensi
dan waktu. proses konstruksi berupa keuntungan
finansial. Dalam aspek lingkungan,
Secara prinsip, metode pelaksanaan
efisiensi proses konstruksi berpotensi
pekerjaan galian dan timbunan pada
untuk memperpendek durasi konstruksi
proyek pembangunan jalan
dan mereduksi waktu operasional
menggunakan metode pelaksanaan
berbagai peralatan yang terkait,
pemindahan tanah mekanis yang
sehingga konsumsi energi menjadi lebih
dilakukan dengan menggunakan alat
sedikit dan berpengaruh pada
alat berat.
menurunnya emisi CO2 ekivalen.
Tahap pelaksanaan konstruksi
membutuhkan berbagai alat bantu dari 1.2 Rumusan Masalah
yang sederhana hingga berteknologi
Dari latar belakang tersebut, maka
tinggi sesuai dengan kebutuhan di
permasalahan yang penulis angkat
lapangan. Keberadaan peralatan
adalah Bagaimanakah penerapan
konstruksi tidak lain adalah mendukung
metode konstruksi pekerjaan tanah pada
proses sehingga dimungkinkan
proyek jalan dalam mewujudkan green
tercapainya efisiensi yang baik guna
construction.
mencapai target yang telah ditetapkan.
Disadari atau tidak, keberadaan
1.3 Tujuan Penulisan
peralatan konstruksi ini ikut
memberikan konstribusi terjadinya Tujuan yang ingin dicapai dalam
pemanasan global yang diakibatkan oleh penulisan ini adalah untuk mengetahui
buangan bahan bakar dari berbagai jenis penerapan metode konstruksi pekerjaan
peralatan yang digunakan dan dirasakan tanah pada proyek jalan dalam
mewujudkan green constrction.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


63

1.4 Manfaat Penulisan diselesaikan. Disamping itu, dalam


1. Manfaat Teoritis: kegiatan konstruksi terdapat suatu
a. Meningkatkan pemahaman rangkaian yang berurutan dan berkaitan.
tentang penerapan metode Kegiatan membangun berakhir pada saat
konstruksi pekerjaan tanah dimulainya penggunaan bangunan
pada proyek jalan dalam tersebut, sehingga tahapan dari pada
mewujudkan green kegiatan dalam proyek konstruksi
construction. (Wulfram I. Ervianto, 2002:13) adalah
b. Sebagai sumbangan dalam sebagai berikut:
pengembangan ilmu 1. Tahap Studi Kelayakan
pengetahuan tentang metode (feasibility study)
dan peralatan konstruksi Tujuan dari tahap ini adalah
dalam mewujudkan green untuk meyakinkan pemilik proyek
construction dan merupakan bahwa proyek konstruksi yang
informasi bagi mereka yang mengusulkannya layak untuk
tertarik dengan penelitian dilaksanakan, baik dari aspek
selanjutnya. perencanaan dan perancangan, aspek
2. Manfaat Praktis: ekonomi (biaya dan sumber
a. Sebagai sumbangan pendanaan), maupun aspek
pemikiran bagi kontraktor lingkungannya.
dalam menentukan pemilihan 2. Tahap Penjelasan (Breifing)
metode dan peralatan Tujuan dari tahap ini adalah
konstruksi dalam rangka untuk memungkinkan pemilik
mendukung mewujudkan proyek menjelaskan fungsi proyek
green construction. dan biaya yang diizinkan, sehingga
b. Memberikan masukan konsultan perencana dapat segera
terhadap hasil kajian yang secara tepat menafsirkan keinginan
dilakukan sebagai upaya pemilik proyek dan membuat
peningkatan pemahaman tafsiran yang diperlukan.
tentang metode dan peralatan
konstruksi yang mendukung 3. Tahap Perancangan (Design)
mewujudkan green Tujuan tahap ini adalah untuk
construction. melengkapi penjelasan proyek dan
menentukan tata letak, rancangan,
metode konstruksi, dan taksiran
2 LANDASAN TEORI biaya agar mendapat persetujuan
2.1 Tahap Kegiatan dalam Proyek dari pemilik proyek dan pihak
Konstruksi berwenang yang terlibat, untuk
Kegiatan konstruksi adalah kegiatan mempersiapkan informasi
yang harus melalui suatu proses yang pelaksanaan yang diperlukan,
panjang dan didalamnya dijumpai termasuk gambar rencana dan
banyak masalah uang harus spesifikasi serta untuk melengkapi
semua dokumen tender.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


64

4. Tahap Pengadaan/Pelelangan disyaratkan. Sebagaimana diketahuai


(Procurement/Tender) secara tradisional bahwa variabel
Tujuan dari tahap ini adalah tersebut saling berkaitan dan saling
untuk menunjukan kontraktor mempengaruhi. Kegiatan yang
sebagai pelaksana atau sejumlah dilakukan pada tahap ini :
kontraktor sebagai sub-kontraktor 1. Perencanaan penyusunan Jabaran
yang akan melaksanakan kostruksi Kegiatan/Work Breakdown
dilapangan. Structure (WBS), termasuk
5. Tahap Pelaksanaan dalam menentukan Metode
(construction) Konstruksinya.
Tujuan dari tahap ini adalah 2. Perencanaan penyusunan Tabel
untuk mewujudkan bangunan yang Analisis Organisasi
dibutuhkan oleh pemilik proyek Proyek/Organization Analisis
yang sudah dirancang oleh Table (OAT).
konsultan perencana dalam batasan 3. Perencanaan dan pengendalian
biaya dan waktu yang telah jadwal waktu pelaksanaan.
disepakati, serta dengan mutu yang 4. Perencanaan dan pengendalian
disyaratkan. tenaga kerja.
5. Perencanaan dan pengendalian
6. Tahap Pemeliharaan dan material
Persiapan Penggunaan 6. Perencanaan dan pengendalian
(maintenance and start up) alat.
Tujuan dari tahap ini adalah 7. Perencanaan dan pengendalian
untuk menjamin agar bangunan biaya.
yang telah selesai sesuai dengan
Tujuan dari pada tahap pelaksanaan
dokumen kontrak dan semua
(construction), adalah untuk
fasilitas bekerja sebagaimana
mewujudkan bangunan yang dibutuhkan
mestinya. Selain itu, pada tahap ini
oleh pemilik proyek yang sudah
juga dibuat suatu catatan mengenai
dirancang oleh konsultan perencana
konstruksi berikut petunjuk
dalam batasan biaya dan waktu yang
operasinya dan melatih staf dalam
telah disepakati, serta dengan mutu yang
menggunakan fasilitas yang tersedia.
disyaratkan. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini, (Wulfram I. Ervianto,
2.2 Tahap Tahap Pelaksanaan
(construction) 2002:16)
Pada waktu proyek memasuki tahap 1. Perencanaan dan pengendalian
pelaksanaan (construction), maka metode kerja.
pekerjaan pada tahap ini adalah 2. Perencanaan dan pengendalian
mewujudkan bangunan yang dibutuhkan organisasi lapangan.
oleh pemilik proyek yang sudah 3. Perencanaan dan pengendalian
dirancang oleh konsultan perencana jadwal waktu pelaksanaan.
sehingga memenuhi variabel Biaya- 4. Perencanaan dan pengendalian
Mutu-Waktu-Safety, yang telah tenaga kerja.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


65

5. Perencanaan dan pengendalian lokasi proyek. Technology berasal dari


material kata techno dan logic, dapat diartikan
6. Perencanaan dan pengendalian sebagai urutan dari setiap langkah
alat. kegiatan (prosedur), misalkan kegiatan
7. Perencanaan dan pengendalian X harus dilaksanakan lebih dahulu
biaya. kemudian baru kegiatan Y, dan
seterusnya; sedangkan techno adalah
2.3 Pengertian Metode Pelaksanaan cara yang harus digunakan secara logic
Pekerjaan (Wulfram I. Ervianto, 2002:1).
Metode pelaksanaan konstruksi pada Metode pelaksanaan pekerjaan atau
hakekatnya adalah penjabaran tata cara yang bisa disingkat CM (Construction
dan teknik teknik pelaksanaan Method), merupakan urutan pelaksanaan
pekerjaan, merupakan inti dari seluruh pekerjaan yang logis dan teknik
kegiatan dalam sistem manajemen sehubungan dengan tersedianya sumber
konstruksi. daya yang dibutuhkan dan kondisi
Metode pelaksanaan konstruksi medan kerja, guna memperoleh cara
merupakan kunci untuk dapat pelaksanaan yang efektif dan efisien.
mewujudkan seluruh perencanaan Metode pelaksanaan pekerjaan
menjadi bentuk bangunan fisik. Pada tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh
dasarnya metode pelaksanaan konstruksi kontraktor yang bersangkutan pada
merupakan penerapan konsep rekayasa waktu membuat ataupun mengajukan
berpijak pada keterkaitan antara penawaran pekerjaan. Dengan demikian
persyaratan dalam dokumen pelelangan CM (Construction Method) tersebut
(dokumen pengadaan), keadaan teknis minimal telah teruji saat dilakukan
dan ekonomis yang ada dilapangan, dan klarifikasi atas dokumen tendernya
seluruh sumber daya termasuk atau terutama Construction Method
pengalaman kontraktor. (CM)-nya. Namun demikian, tidak
Kombinasi dan keterkaitan ketiga tertutup kemungkinan, bahwa pada
elemen secara interaktif membentuk waktu menjelang pelaksanaan atau
kerangka gagasan dan konsep metode selama pelaksanaan pekerjaan ada
optimal yang diterapkan dalam ketidaksesuaian. Jika demikian
pelaksanaan konstruksi. Konsep metode Construction Method (CM) tersebut
pelaksanaan mencakup pemilihan dan perlu atau harus dirubah.
penetapan yang berkaitan dengan Metode pelaksanaan pekerjaan yang
keseluruhan segi pekerjaan termasuk ditampilkan dan diterapkan merupakan
kebutuhan sarana dan prasarana yang cerminan dari profesionalitas sang
bersifat sementara sekalipun (Istimawan pelaksana proyek tersebut, atau
Dipohusodo: 1996:363). profesionalitas dari tim pelaksana
Teknologi konstruksi (construction proyek, yaitu MANAJER PROYEK dan
technology) mempelajari metode atau perusahaan yang bersangkutan.
teknik yang digunakan untuk Karena itu dalam penilaian untuk
mewujudkan bangunan fisik dalam menentukan pemenang tender,

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


66

penyajian metode pelaksanaan pekerjaan atau pekerjaan yang


mempunyai bobot peniliaian yang mempunyai nilai besar,
tinggi. Yang diperhatikan bukan pekerjaan dominan (volume
rendahnya nilai penawaran harga, kerja besar). Pekerjaan yang
meskipun kita akui bahwa rendahnya ringan atau umum
nilai penawaran merupakan jalan untuk dilaksanakan biasanya cukup
memperoleh peluang ditunjuk menjadi diberi uraian singkat
pemenang tender/pelelangan. (Mahendra mengenai cara
Sultan Syah, 2004). pelaksanaannya saja. Tapi
perhitungan kebutuhan alat
2.4 Dokumen Metode Pelaksanaan dan tanpa gambar/sket
Pekerjaan penjelasan cara pelaksanaan
Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan.
pekerjaan proyek konstruksi (Mahendra 4. Perhitungan kebutuhan tenaga
Sultan Syah:2004:113), pada umumnya kerja dan jadwal kebutuhan
terdiri dari: tenaga kerja (Mandor, Pekerja,
1. Project plant, dimana dokumen Tukang, Kepala Tukang)
ini memuat antara lain : 5. Perhitungan kebutuhan
a. Denah fasilitas proyek (jalan material/bahan dan jadwal
kerja, bangunan fasilitas, dan kebutuhan material/bahan.
lain- lain), 6. Perhitungan kebutuhan peralatan
b. Lokasi pekerjaan konstruksi dan jadwal kebutuhan
c. Jarak angkut peralatan.
d. Komposisi alat 7. Dokumen lainnya sebagai
e. Kata kata singkat (bukan penjelasan dan pendukung
kalimat panjang), dan jelas perhitungan kelengkapan yang
mengenai urutan pekerjaan lain.
2. Sket atau gambar bantu, Apabila metode pelaksanaan
merupakan penjelasan pekerjaan merupakan dokumen yang
pelaksanaan pekerjaan terpisah (tersendiri), maka harus
3. Uraian pelaksanaan pekerjaan, dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan
yang meliputi : pekerjaan.
a. Urutan pelaksanaan seluruh
pekerjaan dalam rangka 2.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan
penyelesaian proyek (urutan Yang Baik
secara global) Metode pelaksanaan pekerjaan
b. Urutan pelaksanaan per proyek konstruksi yang baik apabila
pekerjaan atau per kelompok memenuhi persyaratan (Mahendra
pekerjaan, yang perlu Sultan Syah: 2004: 114), yaitu:
penjelasan lebih detail. 1. Memenuhi persyaratan teknis,
Biasanya yang ditampilkan yang memuat antara lain :
adalah pekerjaan penting atau a. Dokumen metode
pekerjaan yang jarang ada, pelaksanaan pekerjaan proyek

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


67

konstruksi lengkap dan jelas urutan dan fasilitas


memenuhi informasi yang penyelesaian pekerjaan.
dibutuhan. b. Merupakan acuan/dasar pola
b. Bisa dilaksanakan dan efektif pelaksanaan pekerjaan dan
c. Aman dilaksanakan, terhadap menjadi satu kesatuan
bangunan yang dibangun, dokumen prosedur
para tenaga kerja, bangunan pelaksanaan pekerjaan di
lainnya, dan lingkungan proyek.
sekitarnya.
2. Memenuhi persyaratan 2.6 Hal Hal Yang Mempengaruhi
ekonomis, yaitu biaya murah, Metode Pelaksanaan Pekerjaan
wajar dan efisien. Dalam melaksanakan pekerjaan,
3. Memenuhi pertimbangan biasanya dimungkinkan dengan berbagai
nonteknis lainnya, yang memuat metode. Beberapa alternatif metode
antara lain : pelaksanaan yang ada, tentunya akan
a. Dimungkinkan untuk menghasilkan beberapa alternatif biaya
diterapkan di lokasi proyek juga. Dalam hal ini, alternatif metode
dan disetujui atau tidak pelaksanaan yang harus dipilih tentunya
ditentang oleh lingkungan yang menghasilkan biaya yang paling
setempat. rendah. Pemilihan ini dilakukan oleh
b. Rekomendasi dan policy dari pihak Owner selaku pengguna jasa
pemilik proyek. maupun pihak Kontraktor selaku
c. Disetujui oleh sponsor proyek penyedia jasa, dengan maksud yang
atau direksi perusahaan, sama, yaitu menurunkan biaya, hanya
apabila hal itu merupakan tujuannya saja yang berbeda. Bagi
alternatif pelaksanaan yang owner selaku pengguna jasa tujuannya
istimewa atau riskan. agar nilai kontrak proyek, yang akan
4. Merupakan alternatif/pilihan merupakan investasi menjadi rendah,
terbaik dari beberapa alternatif sedangkan bagi pihak Kontraktor selaku
yang telah diperhitungkan dan penyedia jasa, bukan untuk menurunkan
dipertimbangkan. Masalah nilai kontrak, tetapi untuk menurunkan
metode pekerjaan banyak sekali biaya pelaksanaan.
variasinya, sebab tidak ada Dimana metode pelaksanaan
keputusan engineer. Jadi pilihan pekerjaan proyek konstruksi, dalam
terbaik yang merupakan pengembangan alternatifnya,
tanggung jawab manajemen, dipengaruhi oleh hal- hal sebagai
dengan tetap mempertimbangkan berikut:
engineering economies.
5. Manfaat positif Construction 1. Design bangunan.
Method. 2. Medan/lokasi pekerjaan.
a. Memberikan arahan dan 3. Ketersediaan tenaga kerja, bahan,
pedoman yang jelas atas dan peralatan.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


68

2.7 Peranan Metode Pelaksanaan metode pelaksanaan pekerjaan proyek


Pekerjaan konstruksi, dengan melibatkan berbagai
Peranan metode pelaksanaan pihak yang ahli bidangnya, misal:
pekerjaan proyek konstruksi adalah 1. Menguasai peralatan konstruksi.
untuk menyusun cara cara kerja 2. Mengetahui sumber sumber
dalam melaksanakan suatu pekerjaan material/bahan.
dan suatu cara untuk memenuhi, 3. Mengerti masalah angkutan.
menentukan sarana sarana pekerjaan 4. Mengerti masalah jenis jenis
yang mendukung terlaksananya suatu pekerjaan.
pekerjaan misalnya : menetapkan, 5. Menguasai bahasa perbankan.
memilih peralatan yang akan digunakan
dalam pekerjaan yang sesuai dengan 2.8 Penentuan Metode Pelaksanaan
jenis pekerjaan yang efektif dan efisien Pekerjaan
dalam biaya operasi. Cara kerja juga Tahap pertama sebelum memulai
dapat membantu dalam menentukan suatu pelaksanaan proyek konstruksi,
urutan pekerjaan, menyusun jadwalnya harus ditentukan terlebih dahulu suatu
sehingga dapat menentukan metode untuk melaksanakannya. Dalam
penyelesaian suatu pekerjaan. skala organisasi suatu proses
Peranan metode pelaksanaan perencanaan pelaksanaan proyek
pekerjaan proyek konstruksi akan konstruksi, sangatlah penting untuk
mempengaruhi perencanaan konstruksi menentukan metode konstruksi terlebih
(Nono Tisnawardono: 2002: 11) antara dahulu, karena setiap jenis metode
lain : konstruksi akan memberikan
1. Jadwal pelaksanaan. karakteristik pekerjaan berbeda.
2. Kebutuhan dan jadwal tenaga Penentuan jenis metode konstruksi yang
kerja. dipilih akan sangat membantu
3. Kebutuhan dan jadwal menentukan jadwal proyek.
meterial/bahan. Metode konstruksi yang berbeda
4. Kebutuhan dan jadwal alat. akan memberikan ruang lingkup
5. Penjadwalan anggaran (Arus pekerjaan dan durasi yang berbeda pula,
kas/cash-flow). yang sudah barang tentu juga
6. Jadwal prestasi dengan metode mempunyai pertimbangan finansial
kurva S (S-Curve). dalam bentuk biaya. Ada faktor faktor
7. Cara cara pelaksanaan yang mempengaruhi jenis ruang lingkup
pekerjaan. pekerjaan yang dilakukan, sehingga
Dalam penyusunan metode perlu diperhatikan dan dipertimbangkan,
pelaksanaan pekerjaan proyek yaitu:
konstruksi, perlu pembahasan/diskusi. 1. Sumber daya manusia dengan
Oleh karena itu dianjurkan pada skill yang cukup untuk
perusahaan kontraktor yang telah melaksanakan suatu metode
mempunyai banyak tenaga kerja dari pelaksanaan konstruksi.
berbagai disiplin dan agar membuatan

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


69

2. Tersedianya peralatan penunjang menggunakan alat berat berupa


pelaksanaan metode konstruksi bulldozer. Data teknis alat Bulldozer:
yang dipilih. Merk : Komatsu
3. Material cukup tersedia. Horse power : 155/1800
4. Waktu pelaksanaan yang rpm
maksimum dibanding pilihan Lebar blade : 3.5 meter
metode konstruksi lainnya. Tinggi blade : 0.6 meter
5. Biaya yang bersaing. Lebar traktor : 3 meter
Oleh karena faktor faktor yang Kecepatan maju (F) : 3.2
mempengaruhi metode pelaksanaan km/jam
seperti : Design bangunan, Medan/lokasi Kecepatan mundur (R) : 4 km/jam
pekerjaan, dan ketersediaan dari tenaga Waktu tetap : 0.10
kerja, bahan, dan peralatan, seperti menit
sudah dijelaskan diatas, maka kadang Faktor ketersediaan mesin : 0.9
kadang metode pelaksanaan hanya Efisiensi waktu : 0.9
memiliki alternatif yang terbatas. Efisiensi kerja : 0.75
Efisiensi operator : 0.8
3 PEMBAHASAN Blade factor : 0.85
Pemilihan alat ini dilakukan karena
3.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan dalam galian pada proyek ini tidaklah
Galian Tanah begitu dalam seperti terlihat pada
Pada proyek perencanaan potongan memanjang jalan (Gambar 1
pembangunan jalan pengerjaan galian Gambar 2 dan Gambar 3) berikut:
dilakukan secara mekanis yaitu dengan
20

PVI STA = 0+102.206


PVI ELEV = 11.913
A.D. = 0.123
K = 569.083
70.0000m VC

INTERSECTION KETEWEL
BVCS: 0+067.206

STA. 0+000 FG=12.642


BVCE: 12.163

EVCS: 0+137.206

LOW POINT ELEV = 9.742 HIGH POINT ELEV = 9.940


EVCE: 11.706

LOW POINT STA = 0+497.224 HIGH POINT STA = 0+641.668


PVI STA = 0+476.384 PVI STA = 0+676.384
PVI ELEV = 9.700 PVI ELEV = 10.000
A.D. = 0.742 A.D. = -1.313
-0.715% K = 94.400 K = 68.556
70.0000m VC 90.0000m VC
BVCS: 0+631.384
BVCS: 0+441.384

LOW POINT ELEV = 7.509


BVCE: 9.932
EVCS: 0+511.384
BVCE: 9.907

EVCE: 9.752

LOW POINT STA = 0+924.822


EVCS: 0+721.384

EVCE: 9.477

PVI STA = 0+891.384


PVI ELEV = 7.500
-0.592% A.D. = 1.189
K = 58.856
70.0000m VC
STA.0+349
BVCS: 0+856.384

0.150%
Proposed
BVCE: 7.907

EVCS: 0+926.384

RCP 0.60m, L = 16 m
EVCE: 7.509

STA.0+125 Inlet Level + 9.280


STA.0+071
EXISTING SYPHON Outlet level + 9.120
EXISTING SYPHON INLET LEVEL=9.336 (L) -1.163%
INLET LEVEL=9.657 (L) OUTLET LEVEL=8.364 (R)
OUTLET LEVEL=9.305 (R) LENGHT=37.976m
LENGTH=38.50m

STA.0+419 STA.0+500 STA.0+600


EXISTING SYPHON Proposed EXISTING SYPHON
INLET LEVEL=7.799 (L) RCP 0.60 m, L = 17 m INLET LEVEL=7.445 (L)
OUTLET LEVEL=7.487 (R) OUTLET LEVEL=7.200 (R)
Inlet Level + 8.370
LENGTH=35.449m LENGTH=40.595m STA.0+714
Outlet level + 8.200
EXISTING SYPHON
INLET LEVEL=7.532 (R) STA.0+825
OUTLET LEVEL=7.141 (L) Proposed
LENGTH=52.451m RCP 0.60 m, L = 17 m
Inlet Level + 6.920
Outlet level + 6.750
12.467
12.644
12.642

12.445
12.465

12.345
12.286

11.890
12.108

11.866
11.939

11.693
11.780

11.511
11.631

11.540
11.483

11.236
11.335

11.070
11.187

10.929
11.039

10.643
10.891

10.514
10.743

10.409
10.595

10.363
10.448

10.312
10.300

10.125
10.152

10.004

10.015
9.948

9.966
9.860

9.759
9.768

9.585
9.742

9.407
9.773

9.783
9.810

9.895
9.848

9.885

9.869
9.923

9.730
9.935

9.655
9.859

9.513
9.692

9.472
9.435

9.567
9.144

9.017
8.853

8.670
8.563

8.250
8.272

8.124
7.981

7.715
7.720

7.577
7.561

7.365
7.509

7.438
7.516

4.354
7.522

0+000 0+050 0+100 0+150 0+200 0+250 0+300 0+350 0+400 0+450 0+500 0+550 0+600 0+650 0+700 0+750 0+800 0+850 0+900 0+950 0+975

Gambar 1. Potongan Memanjang Jalan (Sta 0+000 0+975)

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


70

0.027%

STA.1+102
EXISTING SYPHON
INLET OUT=5.658 (R)
OUTLET IN=5.526 (L)
LENGTH=40.115m

7.575
7.529

7.426
7.535

7.396
7.542

7.310
7.549

7.367
7.555

7.259
7.562

7.404
7.569

7.349
7.575

7.303
7.582

7.382
7.589

7.176
7.595
1+000 1+050 1+100 1+150 1+200 1+250

Gambar 2. Potongan Memanjang Jalan (Sta 1+000 Sta 1+250)

PVI STA = 1+921.384


PVI ELEV = 16.100
A.D. = -1.801
K = 83.284
150.0000m VC

EVCS: 1+996.384

EVCE: 16.112
BVCS: 1+846.384

BVCE: 14.737
STA.1+965
EXISTING PIPE CULVERT 0.25m
INLET LEVEL=15.538 (L)
OUTLET LEVEL=15.000 (R)
LENGTH=52.00 m

STA.1+950
EXISTING BOX CULVERT 3.1x1.0m
INVERT OUT=14.700 (L)
INVERT IN=14.476 (R)
LENGTH=38.00 m

PVI STA = 1+456.384


PVI ELEV = 7.650 1.817%
STA.1+770
A.D. = 1.791
K = 39.092
Proposed
70.0000m VC RCP 0.60 m, L = 17 m
Inlet Level + 11.830
EVCS: 1+491.384

Outlet level + 11.660


EVCE: 8.286
BVCS: 1+421.384

BVCE: 7.641

STA.1+745
EXISTING BOX CULVERT 2.2x2.3m
INLET LEVEL=10.600 (R)
OUTLET LEVEL=9.005 (L)
LENGTH=54.672m

STA.1+567
Proposed
RCP 0.60 m, L = 18 m
STA.1+530 Inlet Level + 8.150
EXISTING BOX CULVERT 3.5x2.5m Outlet level + 7.970
INLET LEVEL=6.251 (R)
OUTLET LEVEL=5.920 (L)
LENGTH=53.066m
10.260

10.382
10.714

11.234
11.168

11.642
11.623

12.159
12.077

12.119
12.531

12.860
12.986

13.147
13.440

13.653
13.894

13.902
14.349

14.367
14.802

14.594
15.208

15.190
15.539

15.478
15.795

15.980
15.975

15.815
16.081

15.811
16.113
6.732
7.602

7.417
7.608

7.266
7.615

7.275
7.622

7.238
7.628

7.345
7.635

7.403
7.643

7.587
7.753

7.810
8.023

8.194
8.443

8.374
8.897

8.894
9.351

9.315
9.805

9.827

1+300 1+350 1+400 1+450 1+500 1+550 1+600 1+650 1+700 1+750 1+800 1+850 1+900 1+950 2+000

Gambar 3. Potongan Memanjang Jalan (Sta 1+275 Sta 2+000)

Gambar 4. Cara Operasi Bulldozer dengan Metode Slot Dozing

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


71

Gambar 5. Cara Kerja Bulldozer

Adapun metode yang dipilih dalam 3.2 Metode Pelaksanaan pada


pengerjaan galian tanah dengan Pengangkutan Tanah
menggunakan bulldozer adalah metode Tanah yang dimaksudkan disini
slot dozing yaitu dengan melakukan adalah tanah hasil galian yang tidak
beberapa lintasan dan membiarkan tanah digunakan lagi ataupun tanah yang
berceceran di kiri kanan dozer. Untuk didatangkan dari tempat lain untuk
lebih jelas mengenai cara operasi keperluan pembentukan badan jalan.
bulldozer dengan metode slot dozing, Apabila hasil galian harus
dapat dilihat pada Gambar 4 dan dipindahkan/dibuang keluar lokasi
Gambar 5. proyek, perlu dipertimbangkan cara
Pada Gambar 5 kedudukan A, pemindahan yang tidak menimbulkan
bulldozer mula mula atau dalam polusi dengan:
berhenti, pisau sedikit masuk ke dalam 1. Cara tanah dimuat ke dalam truk.
tanah dengan tujuan untuk menggali / 2. Menutup tanah dalam truk
menggusur. Dalam kedudukan yang menggunakan terpal agar tidak
demikian ini traktor mulai dijalankan tercecer di sepanjang jalan dan
maju, biasanya harus dalam gigi tidak menimbulkan polusi udara.
terendah. 3. Mencuci ban kendaraan
Kedudukan B adalah keadaan kendaraan pengangkut sebelum
menggusur / mengangkut tanah dengan keluar dari lokasi proyek di
kecepatan tetap, jika dipandang perlu washing bay yang telah
traktor dapat menambah kecepatan disediakan.
dengan pindah gigi, dan hal ini akan 4. Memilih lokasi pembuangan
memerlukan waktu tetap yang disebut yang tidak terlalu jauh dari lokasi
dengan fixed time. proyek.
Kedudukan C adalah posisi Adapun metode yang digunakan
membuang muatan pada akhir jalan pengangkutan tanah ini adalah metode V
angkut, pisau diangkat naik sehingga loading yang cara pemuatannya dengan
tanah dapat lewat di bawah pisau. lintasan seperti bentuk huruf V dengan
Apabila tanah didepan pisau sudah habis menggunakan kombinasi alat antara
tertinggal, traktor dihentikan kemudian Wheel loader dengan dump truk.
dalam posisi pisau masih terangkat Data teknis alat wheel loader:
traktor dijalankan mundur menuju Merk : Komatsu
kedudukan A.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


72

Model : W.60 Kecepatan angkut : 40


Kapasitas bucket : 1.4 m3 km/jam
Cara operasi : V loading Kecepatan kembali : 30
dengan km/jam
torque Dengan alat pemuat whell loader dengan
flow kapasitas bucket 1,4 m3
Kecepatan maju : 7.6 Cycle time : 0.4
km/jam Kondisi operasi : sedang
Kecepatan mundur : 7.6 Jarak Angkut : 1 km
km/jam Machine availability factor : 0.9
Jarak angkut : 5m Efisiensi waktu : 0.83
Kondisi menejemen & medan : 0.75 Efisiensi operator : 0.85
BF : 0.9 Efisiensi kerja : 0.8
Bucket factor : 0.85
Data teknis dump truk:
Merk : HINO, Untuk lebih jelas mengenai metode
KL-231 V loading dapat dilihat pada Gambar 6
Kapasitas Vessel : 4 m3 berikut:

Gambar 6. Loading

Gambar 7. Dasar Operasi Dump Truk

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


73

Cara operasinya (Gambar 7) adalah disebarkan. Penumpukan tanah


sebagai berikut: timbunan untuk persediaan biasanya
1. Pada kedudukan 1 merupakan tidak diperkenankan, terutama selama
proses loading (pemuatan) tanah. musim hujan.
2. Pada kedudukan 2 merupakan Pada pekerjaan timbunan tanah, hal
proses hauling road (pergi). yang perlu diperhatikan di sini adalah
3. Pada kedudukan 3 merupakan timbunan tidak boleh ditempatkan,
proses dumping ( pembuangan) dihampar atau dipadatkan sewaktu
muatan. hujan, dan pemadatan tidak boleh
4. Pada kedudukan 4 merupakan dilaksanakan setelah hujan atau
proses returning (kembali) ke bilamana kadar air bahan berada di luar
kedudukan 1. rentang yang disyaratkan. Timbunan
harus ditempatkan ke permukaan yang
3.3 Metode Pelaksanaan Timbunan telah disiapkan dan disebar dalam
Tanah lapisan yang merata yang bila
Pekerjaan timbunan tanah ini dapat dipadatkan akan memenuhi toleransi
berupa tanah dari hasil penggalian tebal lapisan yang disyaratkan.
ataupun yang didatangkan dari tempat Bilamana timbunan dihampar lebih dari
lain asalkan memenuhi ketentuan yang satu lapis, lapisan-lapisan tersebut
disyaratkan. Tanah timbunan umumnya sedapat mungkin dibagi rata sehingga
diangkut langsung dari lokasi sumber sama tebalnya. Cara penimbunan tanah
bahan ke permukaan yang telah dapat ditunjukan pada Gambar 8
disiapkan pada saat cuaca cerah dan berikut:

Gambar 8. Penimbunan Tanah dengan Truk

Apabila suatu lapisan belum 5. Timbunan akhir yang tidak


mencapai kepadatan yang disyaratkan, memenuhi penampang melintang
maka harus diadakan perbaikan. Adapun yang disyaratkan atau disetujui
perbaikan terhadap timbunan yang tidak atau toleransi permukaan yang
memenuhi ketentuan atau tidak stabil disyaratkan harus diperbaiki
antara lain: dengan menggemburkan
permukaannya dan membuang

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


74

atau menambah bahan tersebut, bahan tersebut


sebagaimana yang diperlukan dikeluarkan dari pekerjaan dan
dan dilanjutkan dengan diganti dengan bahan kering
pembentukan kembali dan yang lebih cocok.
pemadatan kembali. 8. Timbunan yang telah dipadatkan
6. Timbunan yang terlalu kering dan memenuhi ketentuan yang
untuk pemadatan, dalam hal disyaratkan, menjadi jenuh akibat
batas-batas kadar airnya yang hujan atau banjir atau karena hal
disyaratkan, harus diperbaiki lain, biasanya tidak memerlukan
dengan menggaru bahan tersebut, pekerjaan perbaikan asalkan
dilanjutkan dengan sifat-sifat bahan dan kerataan
penyemprotan air secukupnya permukaan masih memenuhi
dan dicampur seluruhnya dengan ketentuan.
menggunakan motor grader atau
peralatan lain yang disetujui. 3.4 Metode Pelaksanaan Perataan
7. Timbunan yang terlalu basah Tanah
untuk pemadatan, seperti Metode perataan tanah yang
dinyatakan dalam batas-batas dimaksud adalah metode perataan tanah
kadar air yang disyaratkan, harus hasil timbunan (spreading) dan
diperbaiki dengan menggaru timbunan tanah yang dimaksud disini
bahan tersebut dengan adalah bekas dumping dari truk untuk
menggunakan motor grader atau pengisisan jarak jauh atau stock pile dari
alat lainnya secara berulang- hasil timbunan yang lain. Adapun
ulang dengan selang waktu metode yang digunakan pada
istirahat selama penanganan, pelaksanaan perataan tanah ini yaitu
dalam cuaca cerah. Alternatif dilakukan secara mekanis dengan
lain, bilamana pengeringan yang menggunakan alat berat berupa
memadai tidak dapat dicapai bulldozer seperti pada Gambar 9
dengan menggaru dan berikut:
membiarkan bahan gembur

Gambar 9. Perataan Tanah dengan Bulldozer

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


75

Gambar 10. Cara Perataan Hasil Timbunan Tanah dengan Bulldozer

Cara kerjanya (Gambar 10) adalah mendorong muatan yang


sebagai berikut: maksimal.
1. Kedudukan A, bulldozer mula Dalam melaksanakan ini tiap kali
mula atau dalam keadaan harus pindah jalur pada waktu
berhenti dimana kedudukan menjalankan masing masing pass yang
dozer blade (pisau dozer) cukup berurutan, sehingga tanggul tanggul
tinggi diatas tanah asal agar tidak yang terjadi pada lintas lintas
terambil terlalu banyak muatan sebelumnya tidak terlalu berat untuk
sekaligus. Dalam kedudukan diratakan kemudian. Naik turunnya
yang demikian ini traktor mulai blade pada kebanyakan dozer adalah hal
dijalankan maju, biasanya harus yang sukar dikendalikan, terutama bagi
dalam gigi terendah. operator yang belum cukup pengalaman.
2. Kedudukan B adalah keadaan Maka sebaiknya jika terjadi punuk
perataan tanah dengan kecepatan punuk diatas permukaan tanah, lebih
tetap, jika dipandang perlu baik dozer dihentikan dan mundur
traktor dapat menambah mengulangi pass yang sedang dijalani.
kecepatan dengan pindah gigi, Untuk pekerjaan akhir (final grading)
dan hal ini akan memerlukan perataan tanah digunakan alat yang
waktu tetap yang disebut dengan berupa motor grader.
fixed time.
Data teknis alat motor grader:
3. Kedudukan C, didepan blade
Merk : Komatsu
sudah tidak cukup banyak
Model : GD
muatan, maka traktor dihentikan
650R-1
dan dijalankan mundur untuk
Panjang blade : 4,01
mengambil muatan baru, sisa
meter
muatan dari pass yang lalu
Sudut blade : 60 (lihat
didorong dengan pass yang
Tabel 2)
berikutnya. Hal ini dilakukan
Kecepatan operasi : 4 km/jam
untuk memelihara produktivitas
Jumlah lintasan : 1 kali
dozer yang hanya dicapai dengan
Kondisi menejemen * medan : 0,75
Panjang jalan : 100 meter

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


76

Gambar 11. Finishing Penghamparan Tanah dengan Motor Garder

3.5 Metode Pelaksanaan Pemadatan untuk pemadatan tanah adalah vibrator


Tanah roller.
Segera setelah penempatan dan Data teknis vibrator roller:
penghamparan timbunan, setiap lapis Merk : DYNA
harus dipadatkan dengan peralatan PAC
pemadat yang memadai dan disetujui Model : SP-54
sampai mencapai kepadatan yang Berat alat : 7 ton
disyaratkan. Pemadatan timbunan tanah Lebar efektif roda gilas (L) : 120 cm
harus dilaksanakan hanya bilamana Kecepatan operasi (V) : 2 km/jam
kadar air bahan berada dalam rentang 3 JM : 0.75
% di bawah kadar air optimum sampai Jumlah lintasan / pass (N) : 8 kali
1% di atas kadar air optimum. Kadar air
Adapun metode pelaksanaan
optimum harus didefinisikan sebagai
pemampatan/pemadatan tanah ini
kadar air pada kepadatan kering
dilakukan secara mekanis dengan
maksimum yang diperoleh bilamana
menggunakan vibration roller seperti
tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-
terlihat pada Gambar 12.
1742-1989. Jenis alat yang digunakan

Gambar 12. Pemadatan Tanah dengan Vibration Roller

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


77

Yang perlu diperhatikan disini, sedemikian rupa sehingga setiap ruas


pekerjaan pemadatan harus dilakukan akan menerima jumlah usaha pemadatan
lapis demi lapis. Timbunan dipadatkan yang sama. Untuk lebih jelas mengenai
setiap lapis mulai dari tepi luar dan cara kerja vibration roller dapat dilihat
bergerak menuju ke arah sumbu jalan pada Gambar 13 berikut:

Gambar 13. Pola Penggilasan dengan Vibration Roller

Pada Gambar 13 kiri seluruh lebar tanah dasar harus dipadatkan


jalan dapat dijalani dalam 8 pass sampai 95 % dari kepadatan
(lintasan). Pass ke 9 roller kembali kering maksimum yang
menuju ke jalur yang pertama. ditentukan sesuai SNI 03-1742-
Pengulangan ini dilakukan terus 1989. Untuk tanah yang
menerus sampai jumlah pass yang mengandung lebih dari 10 %
diperlukan untuk mencapai pemampatan bahan yang tertahan pada ayakan
yang dikehendaki tiap jalur sudah , kepadatan kering maksimum
terpenuhi. Overlap dalam arah yang diperoleh harus dikoreksi
memanjang (A) juga perlu diberikan, terhadap bahan yang berukuran
karena dalam arah belok, roller ini lebih (oversize) tersebut.
jumlah pass yang diberikan lebih sedikit 2. Lapisan tanah pada kedalaman
dari pada yang di bagian lurus. 30 cm atau kurang dari elevasi
Pada Gambar 13 kanan adalah pola tanah dasar harus dipadatkan
penggilasan pada tikungan jalan, pass sampai dengan 100 % dari
pertama dimulai dari bagian bawah kepadatan kering maksimum
(bagian lintasan yang dalam) menuju ke yang ditentukan sesuai dengan
bagian atas (bagian lintasan luar). Untuk SNI 03-1742-1989.
lintasan lintasan berikutnya, diulang 3. Pengujian kepadatan harus
mulai dari lintasan pertama lagi. dilakukan pada setiap lapis
timbunan yang dipadatkan sesuai
Adapun ketentuan kepadatan untuk
dengan SNI 03-2828-1992 dan
timbunan tanah adalah sebagai berikut:
bila hasil setiap pengujian
1. Lapisan tanah yang lebih dalam menunjukkan kepadatan kurang
dari 30 cm di bawah elevasi dari yang disyaratkan maka

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


78

Kontraktor harus memperbaiki. 4. Proses penyusunan metode


Pengujian harus dilakukan konstruksi merupakan hasil
sampai kedalaman penuh pada pembahasan, brainstorming,
lokasi berselang-seling setiap diskusi, referensi dari berbagai
jarak tidak lebih dari 200 m. macam sumber, dan dituangkan
Untuk penimbunan kembali di dalam bentuk gambar kerja serta
sekitar struktur atau pada galian urutan pelaksanaan pekerjaan
parit untuk gorong-gorong, (procedure, work instruction)
paling sedikit harus dilaksanakan yang menjadi acuan dalam setiap
satu pengujian untuk satu lapis pekerjaan perbaikan
penimbunan kembali yang telah (improvement), inovasi, serta
selesai dikerjakan. kreativitas (sebagai unsur utama
4. Untuk timbunan, paling sedikit 1 inovasi) dalam pembuatan
rangkaian pengujian bahan yang metode konstruksi sehingga
lengkap harus dilakukan untuk dapat memberikan nilai tambah
setiap 1.000 m3 bahan timbunan (add value) bagi tercapainya
yang dihampar. sasaran, baik mutu, waktu, biaya
maupun safety.
4 SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan 4.2 Saran
1. Proyek konstruksi merupakan 1. Oleh karena proyek konstruksi
sebuah sistem yang terdiri dari merupakan sebuah sistem, maka
berbagai unsur yang terkait mulai sistem ini harus dikelola untuk
dari proses disain, pengadaan, mencapai prinsip prinsip dalam
konstruksi, operasi dan sustainable construction.
perawatan, dan dekonstruksi 2. Dalam mewujudkan green
dengan berbagai jenis sumber construction sebagai bagian dari
daya. sustainable construction
2. Green construction sebagai hendaknya memperhitungkan
bagian dari sustainable dampak terhadap operasional
construction tentunya akan bangunan maupun proses desain
berdampak terhadap operasional berupa umpan balik (feed back)
bangunan maupun proses desain yang bersumber dari pengalaman
berupa umpan balik (feed back) konstruksi.
yang bersumber dari pengalaman 3. Penerapan metode konstruksi
konstruksi. hendaknya memperhatikan cara
3. Metode konstruksi adalah penyajian yang mudah
jawaban atas bagaimana dimengerti oleh yang
pekerjaan suatu proyek akan berkepentingan dalam
dikerjakan, sehingga dibutuhkan pelaksanaan proyek.
cara penyajian yang dapat segera
dimengerti oleh yang
berkepentingan.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


79

5 DAFTAR PUSTAKA Peurifoy, 1979. Construction Planning


Abrar Husen, 2010, Manajemen Equipment, Int Student Edition, Mc
Proyek, Yogyakarta, Andi Offset Graw Hill, New York.
Asiyanto. 2010. Manajemen Produksi Rochmanhadi, 1992, Alat Alat Berat
untuk Jasa Konstruksi. Jakarta : dan Penggunaannya, Departemen
Penerbit PT.Pradnya Paramita. Pekerjaan Umum, Jakarta.
Asiyanto. 2007. Manajemen Alat Berat Rochmanhadi, 1985, Perhitungan
untuk Konstruksi. Jakarta : Penerbit Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
PT.Pradnya Paramita. dengan Menggunakan Alat Alat
Berat, Departemen Pekerjaan
Dipohusodo, Istimawan. 1996. Umum, Jakarta.
Manajemen Proyek dan
Konstruksi. Jilid 1 & 2. Yogyakarta. Rochmanhadi, 1992, Kapasitas dan
Penerbit Kanisius. Produksi Alat Berat, Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta
Ervianto, W. I. 2004. Teori Aplikasi
Manajemen Proyek Konstruksi. Susy Fatena Rostiyanti, 2008, Alat
Yogyakarta: Penerbit ANDI Berat Untuk Proyek Konstruksi,
Edisi Kedua, PT.Rineka Cipta,
Ervianto, W. I. 2005.Manajemen Jakarta.
Proyek Konstruksi. Yogyakarta:
Penerbit ANDI The Asphalt Institute. 1983. Asphalt
Technology and Construction
Ervianto, W. I. 2012. Selamatkan Bumi Practices.Instructurs Guide.
Melalui Konstruksi Hijau, Second Edition January 1983.
Perencanaan, Pengadaan,
Konstruksi dan Operasi. Team Lokakarya Dosen Perguruan
Yogyakarta: Penerbit ANDI Tinggi Swasta Seluruh Indonesia
Program Studi Teknik Sipil Bidang
http://www.google.co.id/search?q=Alat Pemindahan Tanah Mekanis.Juli
berat dalam Konstruksi 1997. Pemindahan Tanah
Imam Soeharto,I. 1995. Manajemen Mekanis,Cisarua Bogor.
Proyek Konstruksi. Dari ., 1988, Manual Supervisi Lapangan
Konseptual sampai Operasional. untuk Staf Pengendali Mutu pada
Jakarta : Penerbit Erlangga Jakarta. Kontrak Pemeliharaan dan
Komatsu, 1978, Specification and Peningkatan Jalan Dokumen
Application Hand Book. Third Rujukan RD. 641 Central Quality
edition. & Monitoring Unit, Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat
Mahendra Sultan Syah. 2004. Jenderal Bina Marga, Jakarta.
Manajemen Proyek Kiat Sukses ........Spesifikasi Umum Buku III,
Mengelola Proyek, Cetakan Departemen Pekerjaan Umum,
Pertama, Pt. Gramedia Pustaka Dirjen Bina Marga, Direktorat Bina
Utama, Jakarta. Program Jalan.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


80

Wedhayanto, Sony.2009. Alat Berat &


Pemindahan Tanah Mekanis
(Diktat kuliah untuk Mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil UM). Diunduh
dari :
URL:http:www.google.co.id/search?
q=Alat berat.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693

Anda mungkin juga menyukai