Anda di halaman 1dari 11

28

SKRIPSI

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA


DIBAWAH DUA TAHUN(BADUTA) 6-24 BULAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS RAWAT JALAN SADANIANG
KABUPATEN MEMPAWAH

DiusulkanOleh :

SUFRIYANTI HELENA
NIM. 20165325134

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAKJURUSAN
KEBIDANANPRODI D-IV KEBIDANAN
2016/2017
28

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Jalan
Sadaniang Kabupaten Mempawah, tepatnya dilaksanakan pada kegiatan
Posyandu (Posyandu Maju Barangan, Posyandu Samntakin, Posyandu
Pelangi dan Posyandu Untang). Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang terletak di
Desa Pentek (Jalan raya Panyuak), Kecamatan Sadaniang, Kabupaten
Mempawah. Kecamatan Sadaniang berbatasan dengan Kabupaten Landak
(Sebelah timur), Kecamatan Mempawah timur (Sebelah barat), Kecamatan
Toho (Sebelah selatan) dan Kabupaten Bengkayang (Sebelah utara). Wilayah
kerja Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang memiliki 13 posyandu yang terbagi
kedalam enam desa (Pentek, Amawang, Sekabuk, Bumbun, Ansiap dan Suak
Barangan).
Seperti halnya Puskesmas lainnya, Puskesmas Rawat Jalan Sadanang
juga memilik visi dan misi dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
Adapun Visi Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang yaitu terwujudnya
masyarakat Kecamatan Sadaniang yang sehat, mandiri dan berkualitas dalam
lingkungan yang sehat serta terciptanya pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau dan bermutu. Misi Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang yaitu ada
tiga. Misi pertama yaitu menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan.
Misi kedua yaitu memberdayakan serta mendorong kemandirian masyarakat
dan keluarga dalam pembangunan kesehatan dengan mengupayakan perilaku
hidup bersih dan sehat. Misi yang terakhir atau yang ketiga yaitu memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu, merata dan terjangkau.
Dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat yang bermutu dan
merata maka Pusekesmas rawat jalan melakukan beberapa upaya pelayanan
kesehatan seperti promosi kesehatan, pelayanan KIA/KB, pelayanan Gizi,
P2M, pelayanan kesehatan lingkungan dan upaya pengobatan.
Pelayanan gizi yang dilakukan di Puskesmas Rawat Jalan sadaniang yaitu
kegiatan pemantauan berat badan balita, pemberian makanan tambahan,

27
28

memberikan penyuluhan gizi, pemberian vitamin A, sweping gizi buruk tiga


bulan sekali, melakukan kunjungan rumah, pemantauan status gizi dan
melakukan survey konsumsi garam beryodium.

B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel Penelitian
Responden penelitian ini yaitu baduta usia 6-24 bulan yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang Kabupaten
Mempawah, dengan jumlah responden sebanyak 30 baduta. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan peneliti maka karakteristik usia
responden pada saat penelitian ini, sebagai berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang Kabupaten Mempawah.
Umur Responden (Bulan) Frekuensi Persentase (%)
6 5 16,7%
7 2 6,7%
8 1 3,3%
9 1 3,3%
11 3 10,0%
12 1 3,3%
14 2 6,7%
15 1 3,3%
16 2 6,7%
17 2 6,7%
18 1 3,3%
19 1 3,3%
20 3 10,0%
21 2 6,7%
22 2 6,7%
24 1 3,3%
Total 30 100.0%
Sumber: Pengolahan data primer, 2017.
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar Balita
di wilayah kerja Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang berusia 6 bulan yaitu
sebanyak 5 Baduta (16,7%). Baduta yang dijadikan responden yaitu
baduta yang berusia minimal 6 bulan dan maksimal berusia 24 bulan.
29
28

2. Analisi Univariat
a. Usia Penyapihan
Distribusi frekuensi untuk usia penyapihan disesuaikan dengan
usia pertama kali responden disapih dan disajikan dalam tabel 5.2
berikut ini:
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Usia Penyapihan Balita 6-24 Bulan
No. Usia Penyapihan (Bulan) Frekuensi (n) Persentase (%)
1. < 6 Bulan 16 53,3%
2. 6 Bulan 14 46,7%
Total 30 100 %
Sumber: Pengolahan Data Primer, 2017
Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa dari 30 responden,
sebagian besar responden yaitu 16 responden (53,3%) disapih saat
usianya kurang dari 6 bulan, dan sebagian kecil 14 responden
(46,7%) disapih saat usianya diatas atau sama dengan 6 bulan.
b. Status Gizi
Distribusi frekuensi status gizi responden dalam penelitian ini
disesuaikan dengan hasil pengukuran antropometri berdasarkan
berat badan menurut umur yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Baduta 6-24 Bulan
No. Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Gizi kurang 11 36,7%
2. Gizi baik 19 63,3%
Total 30 100,0 %
Sumber: Pengolahan Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa dari 30 responden,


sebagian besar responden yaitu sebanyak 19 responden (63,3%)
memiliki status gizi dalam kategori baik dan sebagian kecil yaitu 11
responden (36,7%) memiliki memiliki status gizi dalam kategori
kurang.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara usia
penyapihan dengan status gizi. Hubungan antara dua variabel ini diuji
dengan analisis statistik yaitu Chi Square dengan taraf signifikansi 95%.
Berikut ini hasil analisis hubungan usia penyapihan dengan status gizi
28
30

reponden yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang


Kabupaten Mempawah:
Tabel 5.4 Hubungan Usia Penyapihan dengan Status Gizi Baduta 6-24
Bulan.
Status Gizi
Usia Total P
Kurang Baik X2
Penyapihan Value
n % n % n %
< 6 Bulan 10 33,33% 6 20% 16 53,33% 9,8 0.002
6 Bulan 1 3,33 % 13 43,33% 14 46,67% 53
Total 11 36,67% 19 63,33% 30 100
Sumber: Pengolahan Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar


responden yaitu 13 responden (43,33%) yang telah disapih saat usianya
lebih dari atau sama dengan 6 bulan memiliki status gizi yang baik, serta
sebagian kecil responden yaitu 1 responden (3,33%) yang telah disapih
saat usianya lebih dari atau sama dengan 6 bulan memiliki status gizi
kurang.
Berdasarkan Tabel 5.4 juga dapat diketahui bahwa hasil X2 hitung
dengan taraf signifikansi 95% adalah 9,853, df=1 dan X2 tabel= 3,841
sehingga hasil X2 hitung > X2 tabel (9,853>3,841), dan nilai p-value lebih
kecil dari 0,05 (0,002<0,05), oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara usia penyapihan dengan status gizi pada responden
yaitu baduta 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rawat Jalan
Sadaniang Kabupaten Mempawah.

C. Pembahasaan
Berdasarkan tujuan penelitian, yang membahas hubungan usia
penyapihan dengan status gizi yaitu sebagai berikut :
1. Usia Penyapihan
Usia penyapihan merupakan usia bayi saat terjadi proses
pemindahan diet makanan bayi dari diet susu ke diet makanan (berbagai
jenis makanan) (McGrail, 2005). Penyapihan harus dilakukan pada waktu
yang tepat dan sesuai dengan kondisi bayi. Penyapihan sebaiknya
dilakukan saat bayi mencapai usia 6 bulan karena pada usia tersebut
organ pencernaan bayi sudah dapat mencerna makanan lainnya selain
28
31

ASI. Penyapihan pada bayi yang berusia 6 bulan bahkan lebih dapat
memberikan nutrisi optimal bagi bayi, serta mengenalkan aneka macam
rasa, tekstur dan bahan makanan, namun jika dilakukan pada bayi yang
belum mencapai 6 bulan berisiko terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bayi, karena pemberian makanan atau MP-ASI yang tidak
sesuai baik jenis maupun jumlahnya akan memberikan dampak buruk,
hal ini mengakibatkan terganggunya pertumbuhan selama penyapihan
(Azzam, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden,
sebagian besar responden disapih saat usianya belum mencapai 6 bulan
yaitu 16 responden (53,3%). Baduta yang disapih saat usianya kurang
dari 6 bulan dilakukan oleh orang tuanya karena orang tua merasa bahwa
anaknya memerlukan makanan tambahan karena ASI sudah tidak deras
lagi dan anaknya menangis dan menolak saat disusui, diantara responden
juga terdapat bayi (1 Balita) yang lahir dengan berat badan lahir rendah
sehingga orang tuanya berpikir bayi harus diberikan makanan lebih
banyak.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Manalu
(2008), hasil penelitiannya juga menyatakan bahwa sebagian besar bayi
telah disapih saat bayi berusia kurang dari 6 bulan yaitu sebagian besar
disapih saat usianya mencapai 5 bulan, hal ini disebabkan karena
kesibukan ibu yang bekerja dan anggapan orang tua yang berpikir bahwa
semakin cepat anak diberikan makanan maka anak akan cepat besar dan
tidak rewel (Manalu, 2008).
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Rohmah dan Sina (2014)
yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyapihan
Kurang dari 2 Tahun di Posyandu Sawahan Desa Sidodadi, hasil
penelitiannya juga menunjukan bahwa ibu menyapih anaknya karena
anak dianggap telah siap disapih, ASI sudah tidak deras lagi, ibu bekerja
dan bayi juga sudah mengonsumsi susu dan makanan dalam jumlah
banyak. Produksi ASI kurang atau tidak deras lagi disebabkan karena
reflek menghisap bayi kurang dan keadaan emosi ibu.
28
32

Penelitian yang mendukung lainnya yaitu penelitian yang dilakukan


Umamah dan Istikhomah (2013) dengan judul Hubungan antara
Penyapihan dengan Berat Badan di Wilayah RW 03 Kedurus Kecamatan
Karangpilang Surabaya, hasilnya yaitu sebagian besar balita (66,6%)
disapih saat usia bayi kurang dari dua tahun, hal ini dipengaruhi karena
banyaknya iklan susu sehingga ibu menjadi tertarik memberikan susu
formula kepada bayinya, ditambah lagi ibu terlalu sibuk bekerja.
2. Status Gizi
Status gizi ini merupakan kondisi yang dapat memperlihatkan
kondisi kesehatan bayi. Status gizi seorang bayi dapat dilakukan dengan
melakukan pengukuran antropometri. Status gizi terbagi ke dalam lima
kategori yaitu status gizi lebih, status gizi baik, status gizi sedang, status
gizi kurang dan status gizi buruk (Supariasa, 2003 dalam Khoiri, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden,
terdapat sebagian besar responden yaitu 19 responden (63,3%) memiliki
status gizi yang baik dan hanya sebagian kecil responden yang memliki
status gizi kurang yaitu 11 responden (36,7%). Baduta yang memiliki
status gizi yang kurang disebabkan jenis makanan yang diberikan kurang
mencukupi kebutuhan zat gizi baduta baik dari segi kualitas maupun
jumlahnya. Karena itu pemberian makanan pada baduta harus
disesuaikan dengan kondisi dan keperluan baduta.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Syatriani (2011) dengan
judul Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Bayi di Kelurahan
Bira Kota Makassar Tahun 2010, hasil penelitiannya menunjukan
bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi yang cukup. Status
gizi bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti halnya asupan
makanan yang diterima setiap hari seperti pemberian ASI. Bayi yang
tidak mendapat ASI secara eksklusif memiliki risiko lebih besar
mengalami status gizi yang kurang dibandingkan dengan bayi yang
mendapatkan ASI secara eksklusif. Bayi yang berusia 6 sampai 12 bulan
juga harus diberikan maknanan pendamping karena zat gizi yang
28
33

terkandung dalam ASI tidak mencukupi kebutuhan gizi bayi (Syatriani,


2011).
3. Hubungan Usia Penyapihan dengan Status Gizi Baduta 6-24 Bulan
Pada penelitian ini, hasil analisis data penelitian menunjukkan ada
hubungan antara usia penyapihan dengan status gizi baduta 6-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang Kabupaten Mempawah.
Hasil penelitian ini didukung hasil analisis Chi Square diperoleh hasil X2
hitung > X2 tabel (9,853>3,841), dan nilai p-value lebih kecil dari level of
significant (0,002<0,05). Oleh karena itu, hasil penelitian ini menyatakan
ada hubungan antara usia penyapihan dengan status gizi baduta 6-24
bulan.
Status gizi yang baik diperlukan oleh bayi agar kondisi kesehatan
terutama pertumbuhan dan perkembangannya tidak terganggu. Usia 0-24
bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bagi
bayi, untuk itu bayi harus memperoleh asupan gizi yang seimbang
sehingga tumbuh kembang dapat optimal (Yuliarti, 2010). Bayi yang
belum mencapai usia 6 bulan, biasanya organ pencernaannya belum
mampu mencerna makanan tambahan, karena itu Air Susu Ibu (ASI)
adalah makanan yang paling baik dan diperlukan bayi hingga usia 6
bulan (Febry dan Marendra, 2007). Oleh karena itu, jika bayi tidak
diberikan ASI maka kecukupan gizi bayi tidak akan terpenuhi.
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Umamah dan Istikhomah (2013) dengan judul Hubungan antara
Penyapihan dengan Berat Badan di Wilayah RW 03 Kedurus Kecamatan
Karangpilang Surabaya, hasil penelitiannya menunjukan bahwa nilai
p<0,05 (0,042<0,05), jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
penyapihan dengan berat badan bayi. Hal ini disebabkan karena ASI
merupakan makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta yang paling tepat bagi anak yang usianya
dibawah dua tahun. Anak yang diberikan susu formula akan cenderung
mengalami kenaikan berat badan namun juga cenderung mengalami
diare, anak yang mengonsumsi susu formula juga tidak akan mendapat
28
34

zat antibodi seperti yang terdapat pada ASI (Umamah dan Istikhomah,
2013).
Penelitian yang mendukung hasil penelitian ini juga yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Hastuti (2016) dengan judul, Hubungan Umur
Penyapihan dan Pola Asuh Makan Terhadap Status Gizi Anak Balita
Usia 25-36 Bulan di Desa Purwosari Kabupaten Wonogiri, hasil
penelitiannya juga menunjukan bahwa p<0,05 (0,003<0,05). Hal ini
membuktikan bahwa usia saat bayi disapih memiliki pengaruh bagi status
gizi bayi, untuk itu perlu adanya waktu yang tepat dan sesuai untuk
melakukan penyapihan pada bayi agar status gizi bayi baik (Hastuti,
2016).
28

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bduta 6-24 bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang Kabupaten Mempawah
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar responden disapih saat usianya belum mencapai 6 bulan
yaitu 16 responden (53,3%).
2. Sebagian besar responden yaitu 19 responden (63,3%) memiliki status
gizi yang baik dan hanya sebagian kecil responden yang memliki status
gizi kurang yaitu 11 responden (36,7%).
3. Ada hubungan antara usia penyapihan dengan status gizi balita 6-24
bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Jalan Sadaniang
Kabupaten Mempawah (p<0,005 (0,002<0,05).

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dan dikaitkan dengan manfaat penelitian,
maka peneliti ingin menyampaikan beberapa hal sebagai saran terhadap hasil
penelitian, antara lain :
1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
penelitian selanjutnya serta dapat melanjutkan penelitian dengan meneliti
variabel lainnya yang berhubungan dengan status gizi pada balita dengan
sampel yang lebih besar serta teknik analisis yang berbeda.
2. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan bahan bacaan bagi
institusi pendidikan dan meningkatkan pemahaman mahasiswa untuk
dapat bekerjasama dengan ibu dan keluarga dalam upaya meningkatkan
status gizi

35
3628

3. . Bagi Puskesmas
Mengingat masih banyaknya bayi yang disapih saat usianya kurang
dari 6 bulan maka perlu adanya upaya peningkatan promosi kesehatan
mengenai pentingnya ASI. Petugas kesehatan perlu memberikan
penyuluhan bagi ibu hamil dan menyusui tentang waktu yang tepat untuk
menyapih bayinya dan cara menyapih yang baik.

Anda mungkin juga menyukai