Anda di halaman 1dari 28

4.

penilaian kinerja keperawatan

Pengertian
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam
mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas (Swanburg, 1987). Proses penilaian kinerja
dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka
menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat
menggunakan proses aprasial kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,
bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat yang berkompeten.
Prinsip-prinsip Penilaian
Menurut Gillies (1996), untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil, manajer sebaiknya
mengamati prinsip-prinsip tertentu.
1. Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja orientasi tingkah laku
untuk posisi yang ditempati (Romber, 1986 dikutip Gillies, 1996). Karena diskripsi kerja dan
standar pelaksanaan kerja disajikan ke pegawai selama masa orientasi sebagai tujuan yang harus
diusahakan,pelaksanaan kerja sebaiknya dievaluasi berkenaan dengan sasaran-sasaran yang
sama.
2. Sample tingkah laku perawat yang cukup representatif sebaiknya diamati dalam rangka evaluasi
pelaksanaan kerjanya. Perhatian harus diberikan untuk mengevaluasi tingkah laku umum atau
tingkah laku konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanaan kerja, dan bentuk
evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi sehingga baik perawat maupun
sepervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja yang sama.
4. Di dalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer sebaiknya menunjukkan
segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa memuaskan dan perbaikan apa yang diperlukan.
Supervisor sebaiknya merujuk pada contoh-contoh khusus mengenai tingkah laku yang
memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya dapat menjelaskan dasar-dasar komentar
yang bersifat evaluatif.
5. Jika diperlukan, manajer sebaiknya menjelaskan area mana yang akan diprioritaskan seiring
dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan kerja.
6. Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perawat dan manajer,
diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi keduanya.
7. Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaiknya disusun dengan terencana sehingga perawat
tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya sedang dianalisa (Simpson, 1985). Seorang pegawai
dapat bertahan dari kecaman seorang manajer yang menunjukkan pertimbangan atas perasaannya
serta menawarkan bantuan untuk meningkatkan pelaksanaan kerjanya.
Manfaat yang dapat Dicapai dalam Penilaian Kerja
Manfaat penilaian kerja dapat dijabarkan menjadi 6, yaitu:
1. Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan memberikan
kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian
tujuan peiayanan RS.
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan
mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhannya.
3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya dan
prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.
4. Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih
tepat guna. Sehingga RS akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan
pelayanan keperawatan dimasa depan.
5. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan
gajinya atau sistem imbalan yang baik.
6. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya tentang
pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga
dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
Dengan manfaat tersebut diatas maka dapat diidentifikasi siapa saja staf yang mempunyai
potensi untuk dikembangkah. karirnya dapat dicalonkan untuk menduduki jabatan serta tanggung
jawab yang lebih besar pada masa yang akan datang atau mendapatkan imbalan yang lebih baik.
Sedangkan bagi karyawan yang terhambat disebabkan karena kemauannya serta motivasi dan
sikap yang kurang baik maka perlu diberikan pembinaan berupa teguran atau konseling oleh
atasannya langsung.
Proses Kegiatan Penilaian Kerja
Penilaian prestasi kerja merupakan suatu pemikiran sistematis atas individu karyawan mengenai
prestasinya dalam pekerjaannya dan potensinya untuk pengembangan (Dale S. Beach, 1970, p
257 alih bahasa Achmad S 2001).
Proses kegiatan meliputi:
1. Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh staf keperawatan. Rumusan
tersebut telah disepakati oleh atasannya sehingga langkah perumusan tersebut dapat memberikan
kontribusi berupa hasil.
2. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan untuk kurun
waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan tolak ukur yang telah ditetapkan.
3. Melakukan monitoring, koreksi, dan memberikan kesempatan serta bantuan yang diperlukan
oleh stafnya.
4. Menilai prestasi kerja staf dengan cara membandingkan prestasi yang dicapai dengan standar
atau tolak ukur yang telah ditetapkan.
5. Memberikan umpan balik kepada staf/ karyawan yang dinilai.
Dalam proses pemberian umpan balik ini atasan dan bawahan perlu membicarakan cara-cara
untuk memperbaiki kelemahan yang telah diketahui untuk rneningkatkan prestasi pada periode
berikutnya.
Alat Ukur
Berbagai macam alat ukur telah digunakan dalam penelitian pelaksanaan kerja karyawan
keperawatan. Agar efektif, alat evaluasi sebaiknya dirancang untuk mengurangi bias,
meningkatkan objektivitas serta menjamin keabsahan dan ketahanan. Setiap supervisor
menunjukkan beberapa tingkatan bias dalam evaluasi kerja bawahan. Beberapa supervisor
biasanya menilai pelaksanaan kerja perawat terlalu tinggi dan beberapa supervisor yang lain
biasanya juga meremehkan pelaksanaan kerja perawat asing. Beberapa diantaranya menaksir
terlalu tinggi pengetahuan dan ketrampilan dari setiap perawat itu sangat menarik, termasuk juga
dalam hal kerapian dan kesopanan.
Objektivitas, yaitu kemampuan untuk mengalihkan diri sendiri secara emosional dari suatu
keadaan untuk mempertimbangkan fakta tanpa adanya penyimpangan oleh perasaan pribadi.
Keabsahan diartikan sebagai tingkatan alat mengukur pokok isi serta apa yang harus diukur. Alat
pengukur yang digunakan dalam menilai pelaksanaan kerja dan tugas-tugas yang ada dalam
diskripsi kerja dari kepala perawat perlu dirinci satu demi satu dan dilaksanakan secara akurat.
Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang umum digunakan ada lima yaitu: Iaporan
bebas, pengurutan yang sederhana, checklist pelaksanaan kerja, penilaian grafik, dan
perbandingan pilihan yang dibuat-buat (Henderson, 1984).
1. Laporan tanggapan bebas
Pemimpin atau atasan diminta memberikan komentar tentang kualitas pelaksanaan kerja
bawahan dalam jangka waktu tertentu. Karena tidak adanya petunjuk yang harus dievaluasi,
sehingga penilaian cenderung menjadi tidak sah. Alat ini kurang objektif karena mengabaikan
satu atau iebih aspek penting, dimana penilaian hanya berfokus pada salah satu aspek.
2. Checklist pelaksanaan kerja
Checklist terdiri dari daftar kriteria pelaksanaan kerja untuk tugas yang paling penting dalam
deskripsi kerja karyawan, dengan lampiran formulir dimana penilai dapat menyatakan apakah
bawahan dapat memperlihatkan tingkah laku yang diinginkan atau tidak.

Standar Instrumen Penilaian Kerja Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan


Kepada Klien
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik
keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahapan
proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2)Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan,
(4) Implementasi, (5) Evaluasi.
1. Standar I: pengkajian keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh,
akurat, singkat dan berkesinambungan.
Kriteria pengkajian keperawatan:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta dari
pemerikasaan penunjang.
b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis
dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:
1) Status kesehatan klien masa lalu.
2) Status kesehatan klien saat ini.
3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.
4) Respon terhadap terapi.
5) Harapan terahdap tingkat kesehatan yang optimal.
6) Resiko-resiko tinggi masalah.
2. Standar II: Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnose keperawatan.
Adapun kriteria proses:
a. Proses diagnose terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien dan perumusan
diagnose keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E) dan tanda atau gejala (S), atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
c. Bekerja sama dengan klien dan petugas keseshatan lain untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
3. Standar III: Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan
kesehatan klien.
Kriteria prosesnya meliputi:
a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan.
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d. Mendokumentasi rencana keperawatan.
4. Standar IV: Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan
keperawatan.
Kriteria proses meliputi:
a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri
serta membantu klien memodifikasi lingkunngan yang digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.
5. Standar V: Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan
dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus
menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian
tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan klien keluarga untuk memodifikasi perencanaan.
Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan menjadi lebih
terarah. Standar adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat penampilan yang diinginkan dan
kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat dinilai.
Standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang
diinginkan untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien
(Gillies, 1989).
Masalah Dalam Penilaian Pelaksanaan Kerja
Dalam penilaian pelaksanaan kerja perawat sering ditemukan berbagai permasalahan antara lain
(Gillies, 1996):
1. Pengaruh haloeffect
Pengaruh haloeffect adalah tendensi untuk menilai pelaksanaan kerja bawahannya terlalu tinggi
karena salah satu alasan. Misalnya pegawai yang dekat dengan penilai keluarga dekat akan
mendapat nilai tinggi dan sebaliknya pegawai yang sering menyatakan pendapat yang tidak
sesuai dengan pendapat penilai akan mendapat nilai yang rendah.
2. Pengaruh horn
Pengaruh horn adalah kecenderungan untuk menilai pegawai lebih rendah dari pelaksanaan kerja
yang sebenarnya karena alasan-alasan tertentu. Seorang pegawai yang pelaksanaan kerja diatas
tingkat rata-rata sepanjang tahun sebelumnya namun dalam beberapa hari penilaian pelaksanaan
kerja tahunannya telah melakukan kesalahan terhadap perawatan pasien atau supervisi pegawai,
cenderung menerima penilaian lebih rendah daripada sebelumnya.
Contoh Kasus
1. Gagal mempertahankan kompetensi klinik, gagal mendokumentasikan, gagal berfungsi sebagai
advocat pasien
Situasi: Saat orang tua akan menghadiri suatu acara, seorang anak mereka berusia 14 tahun
masuk kerumah penitipan dengan dianosa CP hipotonik hebat. Riwayat kesehatan: lumpuh ke 4
tungkai seajak lahir,reterdasi mental, paralisis ileus, hernia diagfragma , distres pernapasan
kronik. Pasien tidak dapat berkomunikasi kecuali mengumam jika ingin sesuatu atau menangis
jika marah. Ia juga bisa menelan dan menggunakanselang untuk memasukkan makanan dan
obat-obatan. Pasien sudah beberapa kali dititipkan.
Orang tua merasa nyaman jika meninggalkan anaknya disitu karen karena perawatan di institusi
ini sangatbaik. Kali ini ibunya mengatakan bahwa pasien sudah mulai menses dan sering
menangis mungkin karena mengalami sakit perut hebat. Mens terakhir 29 hari lalu dan
kemungkinan hari ini ia menangis-menangis karena akan mens lagi.
Betul saja, kira-kira jam 20.00 pasien menangis kemudian perawat mengecek pasien ternyata
dudah mulai menses. Perawat memberikan analdesik (Ibuprofen) melalui NGT dan pasien
menangis, tampak rasa nyeri sudah berkurang. Tapi, pasien menangis lai setelah beberapa saat
kemudian diberi kompres pada perut dan hal ini terjadi berulang-ulang sampai tengah malam
perawat melihat pasien menangis tidak berhenti, ternyata perutnya tegang dan kaku, pasien.
Perawat Penangung jawab memberikan Ibuprofen yang kedua dan albuerol untuk mengurangi
wheezingnya sebelum pergi, perawat mengecek NGTdan tidak ada sisa cairan makanan dalam
selang.
Asisten perawat melaporkan bahwa pasientampak tenang dan tertidur pada jam 01.30. jam 04.00
perawat penanaggung jawab mencatat pasien tenang dan tampak masih tertulis, walaupun
sebenarnya dia tidak mendatangi kamar pasien, jam 06.00 perawat penanggung jawab mencata
bahwa makanan dan obat-obatan sudah diberikan melalui selang engan mudah dan pasien tenang
mampu mentoleransi karena tidak menangis.
Pada jam 06.15 asisten perawat menemukan pasien tidakbernapas, tidak ada denyut apeks, dan
tekanan darah tidak teraba. Perawat penanggung jawab memanggil asisten perawat dan
beragumentasi siapa yang melakukan CPR. Keduanya merasa lisensi untuk melakukan CPR
sudah kadalwarsa. Mereka juga merasa tidak yakin lalu bagaimana melakukannya dan proses apa
yang harus dilakukan untuk melaksanakan kode biru/ resusistasi. Akhirnya perawat menelpon
DON, dokter penanggung jawab dan bagian administrasi meminta bantuan dan sara. Sampai
07.00 tidak ada satupun yang datang kecuali sara untuk segera merapikan pasien, memanggil
pengurus jenazah dan mengirimkannya keruang duka.

KESIMPULAN
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam
mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Dalam menilai kualitas pelayanan
keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman
bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan telah
dijabarkan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi :
(1) Pengkajian, (2) Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba
Medika
Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Salemba Medika
Askep Profesional MAKP

1. 1. PENGERTIAN

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat unsur: standart, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-
prinsip nilai yang diyakini dan akan menentuakan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan.

Gambar 1. Hubungan antara keempat unsur dalam penerapan sistem MAKP

Standart kebijakan intitusi/ nasional


Proses keperawatan:

Pengkajian
Perencanaan
Intervensi
evaluasi

Pendidikan klien:
Pencegahan penyakit
Mempertahankan kesehahatan
Informed consent
Rencana pulang/ komunitas

Sistem MAKP:

Fungsional
Tim
Primer
Modifikasi
Faktor- faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP:

1. Kualitas pelayanan keperawatan

Setap upaya untuk meningkatkan pelayanan

Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen


Untuk menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
Untuk mempertahankan eksistensi institusi
Untuk meningkatkan kepuasan kerja
Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan
Untuk menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standart

1. Standart praktek keperawatan

Menurut JCHO (Joint Commission on Accreditational Helath Care Organisastion terdapat 8


standart tentang asuhan keperawatan yang meliputi:

Menghargai hak- hak pasien


Penerimaan sewaktu pasien MRS
Observasi keadaan pasien
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Asuhan pada tindakan non- operative dan administratif
Asuhan pada tindakan olerasi dan prosedur invasif
Pendidikan pada pasien dan keluarga
Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan

1. 2. PENGHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA

1. Tingkat ketergantungan pasien

Tingkat ketergantungan klien di ruang kardiologi dinilai dengan menggunakan instrumen yang
dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan klien kardiologi dengan acuan instrumen
penilaian tingkat keretgantungan klien dari Orem (total, partial, mandiri)
Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori Orem)

KLASIFIKASI DAN KRITERIA


MINIMAL CARE

1. Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan


1. Mampu naik- turun tempat tidur
2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
3. Mampu makan dan minum sendiri
4. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
5. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
7. Status psikologis stabil
8. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
9. Operasi ringan

PARTIAL CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian


1. Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur
2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4. Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap
5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/ kamar mandi)
8. Post operasi minor 24 jam
9. Melewati fase akut dari post operasi mayor
10. Fase awal dari penyembuhan
11. Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
12. Gangguan emosional ringan

TOTAL CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang
lebih lama
1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta
dorong atau kursi roda
2. Membutuhkan latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG
tube (sonde)
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6. Dimandikan perawat
7. Dalam keadaan inkontinensia
8. 24 jam post operasi mayor
9. Pasien tidak sadar
10. Keadaan pasien tidak stabil
11. Observasi TTV setip kurang dari jam
12. Perawatan luka bakar
13. Perawatan kolostomi
14. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
15. Menggunakan WSD
16. Irigasi kandung secara terus menerus
17. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
18. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
19. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi

1. Kebutuhan tenaga perawat

Tabel 2 Penghitungan Kebutuhan Tenaga

JUMLAH KLASIFIKASI PASIEN


PASIEN MINIMAL PARSIAL TOTAL
PAGI SIANG MALAM PAGI SIANG MALAM PAGI SIANG MALAM
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

1. 3. TUJUAN MAKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan

1. PILAR PILAR DALAM MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN


PROFESSIONAL (MPKP)

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah

a) Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik
perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari

1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan
visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan)

2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.

3) Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,


manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik

4) Pengawasan

5) Pengendalian

b) Pilar II: sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus
pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.

c) Pilar III: hubungan professionalHubungan professional dalam pemberian pelayanan


keperawata (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada
pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara
pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan dan lain lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan
antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
d) Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan mengunakan
manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang
diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan

1. 5. MODEL DALAM SISTEM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode
sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.

1. Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan (MAKP)

Sesuai dengan visi dan misi intitusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan
misi rumah sakit

Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan


pada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangan ditentukan oleh pendekatan proses
keperawatan.

Efisien dan efektif penggunaan biaya

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran
pelaksanaanya. Bagaimana baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka
tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.

Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang
diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang
dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.

Kepuasan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Oleh
karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat bukan justru
menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar
pertimbangan penentuan model. Model asuhan keprawatan diharapkan dapat meningkatkan
hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

1. Jenis model asuhan keperawatan profesional (MAKP)

Tabel 3 Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant&Massey (1997) dan Marquis& Huston
(1998)

Model Deskripsi Penanggung Jawab


Fungsional Berdasarkan orientasi tugas dari perawat yang bertugas pada
filosofi keperawatan tindakan tertentu
Perawat melaksanakan tugas
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada
Metode fungsional dilaksanakan oleh
perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama
[ada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka
setiap perawat hanya melakukan 1- 2
jenis intervensi (misalnya merawat
luka) keperawatan kepeda semua
pasien di bangsal

Kasus Berdasarkan pendekatan holistik dari manager keperawatan


filosofi keperawatan
Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien
tertentu
Rasio pasien perawat= 1:1

setiap pasien ditugaskan kepada semua


perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saait ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien untuk satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti: isolasi, intesive
care
Tim Berdasarkan kelompok pada filosofi ketua tim
keperawatan
6- 7 perawat profesional dan perawat
associate bekerja sebagai suatu tim,
disupervisi oleh ketua tim.

metode ini menggunakan tim yang terdiri dari


anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2- 3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga
profesional, teknikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu
Primer Berdasarkan pada tindakan yang perawat primer
komprehensif dari filosofi
keperawatan
Perawat bertanggung jawab terhadap
semua aspek asuhan keperawatan dari
hasil pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinir asuhan keperawatan
Rasio perawat dan pasien1:4 / 1:5 dan
penugasan metode kasus. Metode
penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk
sampai KRS. Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan
antara si pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan
koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.

(1) Fungsional
Kelebihannya:

(a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
yang baik

(b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

(c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan pada pasien
diserahkan kepada perawat junior

Kelemahannya:

(a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

(b) Pelayanan keperawatan terpisah- pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan

(c) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja

(2) Keperawatan tim

Metode ini menggunakan tim yang tdd anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien

Kelebihannya:

(a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

(b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

(c) Menungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan kepada anggota tim

Kelemahannya:

(a) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada wakt- waktu sibuk
Konsep metode tim

(a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan

(b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin

(c) Anggota tim harus menghargai kepermimpinan ketua tim

(d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung
oleh kepala ruang

Tanggung jawab anggota tim

(a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya

(b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim

(c) Memberikan laporan

Tanggung jawab ketua tim

(a) Membuat rencana perencanaan

(b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi

(c) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien

(d) Mengembangkan kemampuan anggota

(e) Menyelenggarakan konferensi

Tanggung jawab kepala ruang

(a) Perencanaan

Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing- masing


Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi, persiapan pulang bersama
ketua tim
Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan
klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang
akan dilakukan terhadap pasien.
Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai askep

Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri


Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

(b) Pengorganisasian

Merumuskan metode penugasan yang digunakan


Merumuskan tujuan metode penugasan
Metode rincian tugas ketua tim dengan anggota tim secara jelas
Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2 katim dan 2 katim membawahi 2-
3 perawat
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur
tenaga yang ada setiap hari, dll
Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
Mendelegasikan tudas saat kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
Identiikasi masalah dan cara penanganan

(c) Pengarahan

Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim


Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sika[
Menginformasikan hal- hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan askep pasien
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

(d) Pengawasan
Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim maupun
pelaksana mengenai askep yang diberikan kepada pasien
Melalui supervisi

Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung
secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan- kelemahan yang ada saat itu juga

Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca dan memeriksa
rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan katim tentang pelaksanaan tugas.

Evaluasi

Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang


telah disusun ketua tim

Audit keperawatan

(3) Keperawatan primer


Kelebihan:

(a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif

(b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil akan memungkinkan
pengembangan diri

(c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit

Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan
yang diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, infromasi dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model
primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui
dan komprehensif.

Kelemahan:

(a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, akuntable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin

Konsep dasar metode primer:

(a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

(b) Ada otonomi

(c) Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer

(a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

(b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

(c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

(d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain

(e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

(f) Menerima dan menyesuaikan rencana


(g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

(h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat

(i) Membuat jadwal perjanjian klinik

(j) Mengadakan kunjungan rumah

Peran kepala ruang/ bangsal dalam metode primer

(a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

(b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru

(c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

(d) Evaluasi kerja

(e) Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf

(f) Membuat 1- 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi

Ketenagaan metode primer

(a) Setiap perawat primer adalah perawat bed side

(b) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat

(c) Penugasan ditentukan oleh kepala ruang

(d) PP dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional sebagai perawat asisten

(4) Manajemen kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care

Kelebihannya:

(a) Perawat lebih memahami kasus per kasus

(b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kelemahannya:

(a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

(b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

(5) Modifikasi: tim- primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Penetapan sistem model
MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:

(a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat primer harus
mempunyai latar beakang pendidikan S1 keperawatan atau setara

(b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan
pasien terfragmentasi pada berbagai tim

(c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena saat ini jenis
pendidikan perawat yang ada di RS, sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.

Peran masing- masing komponen kepala ruangan, Perawat primer dan perawat assosiate

Kepala ruang (KARU) Perawat primer (PP) Perawat assosiate (PA)


Menerima pasien baru Memberikan askep
Memimpin rapat Mengikuti timbang
Mengevaluasi konerja terima
perawat Melaksanakan tugas
Membuat daftar dinas yang didelegasikan
Menyediakan material Mendokumentasikan
Perencanaan, tindakan keperawatan
pengawasan,
pengarahan
Membuat
perencanaan askep
Mengadakan tindakan
kolaborasi
Memimpin timbang
terima
Mendelegasikan tugas
Memimpin ronde
keperawatan
Mengevaluasi
pemberian askep
Bertanggung jawab
terhadap pasien
Memberi petunjuk
jika pasien akan
pulang
Memimpin timbang
terima
Mengisi resume
keperawatan

1. 6. PENENTUAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN (MAKP)


1. Pengumpulan data

1) Ketenagaan keperawatan

a) Lingkungan kerja

(1) (Gambaran umum jumlah tempat tidur, lokasi dan denah ruangan, fasilitas untuk pasien,
fasilitas untuk petugas kesehatan, fasilitas peralatan dan bahan kesehatan, fasilitas peralatan dan
bahan kesehatan

b) Sumber daya manusia/ ketenagaan

(1) Tenaga keperawatan


(2) Tenaga non keperawatan

c) Ketenagaan keperawatan dan pasien

2) Penerapan model pemberian asuhan keperawatan profesional

3) Sistem pendokumentasian

a) Sistem pendokumentasian ruangan

b) Sistem administrasi

1. Analisa data

Identifikasi situasi ruangan berdasarkan pendekatan SWOT

1. Rumusan masalah
2. Perencanaan

1) Pengorganisasian

2) Rencana strategis

3) Pengaturan waktu dan kegiatan

4) Persiapan penyelenggaraan asuhan keperawatan


TIMBANG TERIMA

Oleh: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1. Pengertian

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002).

2. Tujuan :

1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum


2. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya.

c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

3. Langkah-langkah

1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap


2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang
akan disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada penaggungjawab shift yang selanjutnya meliputi :

1) Kondisi atau keadaan klien secara umum

2) Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan

3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

1. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
1. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan klien

4. Prosedur Timbang Terima

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :

1. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

1. Pelaksanaan

Dalam penerapan sistem MPKP : Primer, timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer
kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya :

1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantin shift atau operan

2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan pasien, rencana
tindakan yang sudah dan belum dilaksankan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan

3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat
untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya

4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

Identitas pasien dan diagnosis medis

Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul

Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif)

Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilkasanakan

Intervensi kolaboratif dan dependensi

Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya

5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab
terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang
kurang jelas

6) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat

7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rincian

8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap pasien dan melakukan validasi data.

9) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan
oleh perawat primer
1. 7. Alur Timbang Terima

ALUR TIMBANG TERIMA

PASIEN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA MEDIS/ MASALAH KOLABORATIF
RENCANA TINDAKAN
YANG TELAH DILAKUKAN
YANG AKAN DILAKUKAN
PERKEMBANGAN KEADAAN KLIEN
MASALAH :

Teratasi

Belum teratasi

Teratasi sebagian

Muncul masalah baru

PROSEDUR PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA :

A. PRA TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)

1. Kedua kelompok dinas sudah siap.


2. Masalah keperawatan dan intervensi keperawatan semua pasien telah dilaksanakan dan
didokumentasikan oleh perawat pada dinas sebelumnya dan siap untuk ditimbang
terimakan.
3. Hal-hal yang khusus dicatat, untuk diserahterimakan kepada perawat (PP dan PA) yang
berdinas berikutnya.
B. TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)

1. Karu atau penanggung jawab membuka acara timbang terima.


2. PP (Perawat Primer) menyampaikan timbang terima :

Identitas pasien dan diagnosa medis

Masalah keperawatan yang muncul

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan

Tindakan keperawatan yang belum dilakukan

Rencana dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang,
konsultasi atau prosedur tidak rutin).

1. PP penerima timbang terima melakukan klarifikasi.

C. TIMBANG TERIMA (Di Ruang Pasien)

1. PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiat) penerima timbang terima melakukan


klarifikasi, tanya jawab atau melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang
terimakan.
2. Sedapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
3. Lamanya timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam kondisi
khusus dan memerlukan keterangan yang lebih rinci.

4. PASKA TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)

1. Diskusi untuk membahas permasalahan bila ada (dipimpin Karu / penanggung jawab).
2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format laporan ruangan.
3. Penandatanganan oleh Karu dan PP masing-masing kelompok dinas.
4. Acara timbang terima ditutup oleh Karu / penanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai