Pengertian
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam
mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas (Swanburg, 1987). Proses penilaian kinerja
dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka
menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat
menggunakan proses aprasial kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,
bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat yang berkompeten.
Prinsip-prinsip Penilaian
Menurut Gillies (1996), untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil, manajer sebaiknya
mengamati prinsip-prinsip tertentu.
1. Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja orientasi tingkah laku
untuk posisi yang ditempati (Romber, 1986 dikutip Gillies, 1996). Karena diskripsi kerja dan
standar pelaksanaan kerja disajikan ke pegawai selama masa orientasi sebagai tujuan yang harus
diusahakan,pelaksanaan kerja sebaiknya dievaluasi berkenaan dengan sasaran-sasaran yang
sama.
2. Sample tingkah laku perawat yang cukup representatif sebaiknya diamati dalam rangka evaluasi
pelaksanaan kerjanya. Perhatian harus diberikan untuk mengevaluasi tingkah laku umum atau
tingkah laku konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanaan kerja, dan bentuk
evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi sehingga baik perawat maupun
sepervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja yang sama.
4. Di dalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer sebaiknya menunjukkan
segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa memuaskan dan perbaikan apa yang diperlukan.
Supervisor sebaiknya merujuk pada contoh-contoh khusus mengenai tingkah laku yang
memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya dapat menjelaskan dasar-dasar komentar
yang bersifat evaluatif.
5. Jika diperlukan, manajer sebaiknya menjelaskan area mana yang akan diprioritaskan seiring
dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan kerja.
6. Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perawat dan manajer,
diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi keduanya.
7. Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaiknya disusun dengan terencana sehingga perawat
tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya sedang dianalisa (Simpson, 1985). Seorang pegawai
dapat bertahan dari kecaman seorang manajer yang menunjukkan pertimbangan atas perasaannya
serta menawarkan bantuan untuk meningkatkan pelaksanaan kerjanya.
Manfaat yang dapat Dicapai dalam Penilaian Kerja
Manfaat penilaian kerja dapat dijabarkan menjadi 6, yaitu:
1. Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan memberikan
kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian
tujuan peiayanan RS.
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan
mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhannya.
3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya dan
prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.
4. Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih
tepat guna. Sehingga RS akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan
pelayanan keperawatan dimasa depan.
5. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan
gajinya atau sistem imbalan yang baik.
6. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya tentang
pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga
dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
Dengan manfaat tersebut diatas maka dapat diidentifikasi siapa saja staf yang mempunyai
potensi untuk dikembangkah. karirnya dapat dicalonkan untuk menduduki jabatan serta tanggung
jawab yang lebih besar pada masa yang akan datang atau mendapatkan imbalan yang lebih baik.
Sedangkan bagi karyawan yang terhambat disebabkan karena kemauannya serta motivasi dan
sikap yang kurang baik maka perlu diberikan pembinaan berupa teguran atau konseling oleh
atasannya langsung.
Proses Kegiatan Penilaian Kerja
Penilaian prestasi kerja merupakan suatu pemikiran sistematis atas individu karyawan mengenai
prestasinya dalam pekerjaannya dan potensinya untuk pengembangan (Dale S. Beach, 1970, p
257 alih bahasa Achmad S 2001).
Proses kegiatan meliputi:
1. Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh staf keperawatan. Rumusan
tersebut telah disepakati oleh atasannya sehingga langkah perumusan tersebut dapat memberikan
kontribusi berupa hasil.
2. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan untuk kurun
waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan tolak ukur yang telah ditetapkan.
3. Melakukan monitoring, koreksi, dan memberikan kesempatan serta bantuan yang diperlukan
oleh stafnya.
4. Menilai prestasi kerja staf dengan cara membandingkan prestasi yang dicapai dengan standar
atau tolak ukur yang telah ditetapkan.
5. Memberikan umpan balik kepada staf/ karyawan yang dinilai.
Dalam proses pemberian umpan balik ini atasan dan bawahan perlu membicarakan cara-cara
untuk memperbaiki kelemahan yang telah diketahui untuk rneningkatkan prestasi pada periode
berikutnya.
Alat Ukur
Berbagai macam alat ukur telah digunakan dalam penelitian pelaksanaan kerja karyawan
keperawatan. Agar efektif, alat evaluasi sebaiknya dirancang untuk mengurangi bias,
meningkatkan objektivitas serta menjamin keabsahan dan ketahanan. Setiap supervisor
menunjukkan beberapa tingkatan bias dalam evaluasi kerja bawahan. Beberapa supervisor
biasanya menilai pelaksanaan kerja perawat terlalu tinggi dan beberapa supervisor yang lain
biasanya juga meremehkan pelaksanaan kerja perawat asing. Beberapa diantaranya menaksir
terlalu tinggi pengetahuan dan ketrampilan dari setiap perawat itu sangat menarik, termasuk juga
dalam hal kerapian dan kesopanan.
Objektivitas, yaitu kemampuan untuk mengalihkan diri sendiri secara emosional dari suatu
keadaan untuk mempertimbangkan fakta tanpa adanya penyimpangan oleh perasaan pribadi.
Keabsahan diartikan sebagai tingkatan alat mengukur pokok isi serta apa yang harus diukur. Alat
pengukur yang digunakan dalam menilai pelaksanaan kerja dan tugas-tugas yang ada dalam
diskripsi kerja dari kepala perawat perlu dirinci satu demi satu dan dilaksanakan secara akurat.
Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang umum digunakan ada lima yaitu: Iaporan
bebas, pengurutan yang sederhana, checklist pelaksanaan kerja, penilaian grafik, dan
perbandingan pilihan yang dibuat-buat (Henderson, 1984).
1. Laporan tanggapan bebas
Pemimpin atau atasan diminta memberikan komentar tentang kualitas pelaksanaan kerja
bawahan dalam jangka waktu tertentu. Karena tidak adanya petunjuk yang harus dievaluasi,
sehingga penilaian cenderung menjadi tidak sah. Alat ini kurang objektif karena mengabaikan
satu atau iebih aspek penting, dimana penilaian hanya berfokus pada salah satu aspek.
2. Checklist pelaksanaan kerja
Checklist terdiri dari daftar kriteria pelaksanaan kerja untuk tugas yang paling penting dalam
deskripsi kerja karyawan, dengan lampiran formulir dimana penilai dapat menyatakan apakah
bawahan dapat memperlihatkan tingkah laku yang diinginkan atau tidak.
KESIMPULAN
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam
mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Dalam menilai kualitas pelayanan
keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman
bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan telah
dijabarkan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi :
(1) Pengkajian, (2) Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba
Medika
Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
1. 1. PENGERTIAN
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat unsur: standart, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-
prinsip nilai yang diyakini dan akan menentuakan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan.
Pengkajian
Perencanaan
Intervensi
evaluasi
Pendidikan klien:
Pencegahan penyakit
Mempertahankan kesehahatan
Informed consent
Rencana pulang/ komunitas
Sistem MAKP:
Fungsional
Tim
Primer
Modifikasi
Faktor- faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP:
Tingkat ketergantungan klien di ruang kardiologi dinilai dengan menggunakan instrumen yang
dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan klien kardiologi dengan acuan instrumen
penilaian tingkat keretgantungan klien dari Orem (total, partial, mandiri)
Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori Orem)
PARTIAL CARE
TOTAL CARE
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang
lebih lama
1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta
dorong atau kursi roda
2. Membutuhkan latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG
tube (sonde)
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6. Dimandikan perawat
7. Dalam keadaan inkontinensia
8. 24 jam post operasi mayor
9. Pasien tidak sadar
10. Keadaan pasien tidak stabil
11. Observasi TTV setip kurang dari jam
12. Perawatan luka bakar
13. Perawatan kolostomi
14. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
15. Menggunakan WSD
16. Irigasi kandung secara terus menerus
17. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
18. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
19. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi
1. 3. TUJUAN MAKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik
perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari
1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan
visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan)
2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
3) Pengarahan
4) Pengawasan
5) Pengendalian
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus
pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan mengunakan
manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang
diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode
sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan
misi rumah sakit
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran
pelaksanaanya. Bagaimana baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka
tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang
diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang
dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Oleh
karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat bukan justru
menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar
pertimbangan penentuan model. Model asuhan keprawatan diharapkan dapat meningkatkan
hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
Tabel 3 Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant&Massey (1997) dan Marquis& Huston
(1998)
(1) Fungsional
Kelebihannya:
(a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
yang baik
(c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan pada pasien
diserahkan kepada perawat junior
Kelemahannya:
(b) Pelayanan keperawatan terpisah- pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan
(c) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja
Metode ini menggunakan tim yang tdd anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien
Kelebihannya:
(c) Menungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan kepada anggota tim
Kelemahannya:
(a) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada wakt- waktu sibuk
Konsep metode tim
(a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan
(b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin
(d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung
oleh kepala ruang
(c) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
(a) Perencanaan
(b) Pengorganisasian
(c) Pengarahan
(d) Pengawasan
Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim maupun
pelaksana mengenai askep yang diberikan kepada pasien
Melalui supervisi
Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung
secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan- kelemahan yang ada saat itu juga
Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca dan memeriksa
rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan katim tentang pelaksanaan tugas.
Evaluasi
Audit keperawatan
(b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil akan memungkinkan
pengembangan diri
(c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan
yang diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, infromasi dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model
primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui
dan komprehensif.
Kelemahan:
(a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, akuntable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
(d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
(h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat
(c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
(f) Membuat 1- 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi
(d) PP dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional sebagai perawat asisten
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care
Kelebihannya:
Kelemahannya:
(b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Penetapan sistem model
MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:
(a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat primer harus
mempunyai latar beakang pendidikan S1 keperawatan atau setara
(b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan
pasien terfragmentasi pada berbagai tim
(c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena saat ini jenis
pendidikan perawat yang ada di RS, sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Peran masing- masing komponen kepala ruangan, Perawat primer dan perawat assosiate
1) Ketenagaan keperawatan
a) Lingkungan kerja
(1) (Gambaran umum jumlah tempat tidur, lokasi dan denah ruangan, fasilitas untuk pasien,
fasilitas untuk petugas kesehatan, fasilitas peralatan dan bahan kesehatan, fasilitas peralatan dan
bahan kesehatan
3) Sistem pendokumentasian
b) Sistem administrasi
1. Analisa data
1. Rumusan masalah
2. Perencanaan
1) Pengorganisasian
2) Rencana strategis
1. Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002).
2. Tujuan :
3. Langkah-langkah
1. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
1. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan klien
1. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
1. Pelaksanaan
Dalam penerapan sistem MPKP : Primer, timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer
kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya :
2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan pasien, rencana
tindakan yang sudah dan belum dilaksankan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat
untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab
terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang
kurang jelas
7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rincian
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap pasien dan melakukan validasi data.
9) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan
oleh perawat primer
1. 7. Alur Timbang Terima
PASIEN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA MEDIS/ MASALAH KOLABORATIF
RENCANA TINDAKAN
YANG TELAH DILAKUKAN
YANG AKAN DILAKUKAN
PERKEMBANGAN KEADAAN KLIEN
MASALAH :
Teratasi
Belum teratasi
Teratasi sebagian
Rencana dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang,
konsultasi atau prosedur tidak rutin).
1. Diskusi untuk membahas permasalahan bila ada (dipimpin Karu / penanggung jawab).
2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format laporan ruangan.
3. Penandatanganan oleh Karu dan PP masing-masing kelompok dinas.
4. Acara timbang terima ditutup oleh Karu / penanggung jawab.