Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang
medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut
meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang
per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga
istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah
penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia
50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang
terdapat 822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang
memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh
Negara.
Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga
tahun 1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan
pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman
Pembinaan Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992)
Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot-
otot akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan
fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara
keseluruhan, dan cara berjalan.
Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan
sistem neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat
kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan
pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan
kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak
dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan
deformitas. Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis
Reumatoid.
Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada
lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang
dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo,
1999).
Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang,
lantai yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan
menurun/ adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal
tersebut maka perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting
tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien
(lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien,
Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.
Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal ini
tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yang
ada dalam keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.
Keluarga Tn. T yang beralamatkan di RT 13 RW 09 Desa Kasih Sayang Kembar
Purwokerto menjadi studi kasus dalam asuhan keperawatan keluarga saat ini dikarenakan
terdapat alasan yang mendukung dijadikannya Tn. T sebagai sasaran Asuhan Keperawatan
Keluarga yaitu keluarga Tn. T merupakan keluarga resiko tinggi kesehatan karena
didalamnya terdapat usia lanjut.
1.2 Pembahasan masalah
Asuhan keperawatan keluarga pada Tn. T diprioritaskan pada diagnosa keperawatan
pertama yaitu nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (rematik)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Keluarga Tn. T bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui pemberian
asuahan keperawatan keluarga.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga Tn. T
2. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga Tn. T
kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga
3. Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
4. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan
kesehatan
5. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga Tn. T

1.4 Manfaat

1.4.1 Mahasiswa

1. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kesehatan


keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
2. Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah kesehatan
keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.

1.4.2 Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri,
sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
KONSEP DASAR
1. Pengertian Lansia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan . Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :
- Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
- Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia antara 60 sampai 74
- Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 sampai 90
- Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90
2. perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
- Perubahan sel
- Sistem pernafasan
- Sistem pendengaran
- Sistem penglihatan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem pengaturan temperature tubuh
- Sistem respirasi
- Sistem gastrointestinal
- Sistem genitourinaria
- Sistem endokrin
- Sistem kulit
- Sistem musculoskeletal
- Perubahan-perubahan mental
- Perubahan-perubahan psokososial
- Peningkatan spiritual
3. Penyakit Radang Sendi : Atritis Reumatoid
a. Patofisiologi
Atritis Reumatoid adalah suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas berkembang
perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi
diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-nodul
rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. AR
ditandai oleh periode-periode remisi dan bertambah parahnya penyakit (Stanley dan Beare,
2007).

b. Manifestasi Klinis
pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok :
1) Kelompok 1 adalah AR klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar
terlibat. Terdapat faktor raumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid yang sering terjadi.
Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong kea rah kerusakan sendi yang progresif.
2) Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi criteria dari American Rheumatologic
Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan
simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
3) Kelompok 3, sinovitis terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan panggul.
Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan
pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan
genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat
smbuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis
rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.
Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap :
1) Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi
cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti
osteoporosis mungkin ada.
2) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin
mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
3) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak
sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran
tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang,
4) Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat menyebabkan
terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak
seperti nodula-nodula mungkin terjadi.

c. Penalaksanaan
Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan
termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan
nyeri dengan menggunakan aggens inflamasi, obat yang dapat dipilih dalah aspirin. Namun,
efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet perhari, yang
dapat menyebabkan gejala gastrointestinal dan sistem saraf pusat. Obat antiinflamasi non
steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan menggunakan dosis yang direkomendasikan
oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati sangat perlu dilakukan. Terapi
kotikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu
atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan
tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diberikan lebih
dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6
minggu.
Penalaksanaan keperawatn menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR
kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan
penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan
nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk mencegah
deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk
mencegah peningkatan tekanan pada sendi.
ASUHAN KEPERWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki Laki
Suku : Jawa
Umur : 67 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Telp : 085740032156
Alamat : RT 13 RW 09 Dusun Kasih Desa Sayang
Kec. Kembar Kab. Purwokerto Jateng

b. Komposisi Keluarga
No Nama Jenis Hub. Dg Umur Pendidikan Pekerjaan
kelamin keluarga
1 Tn. T L KK 67 th SD Pensiunan
2 Tn. M L Menantu 30 th SMA Buruh Pabrik
3 Ny. S P Anak 25 th SMP IRT
4 An. A L Cucu 5 th TK Pelajar

c. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

: Sakit
: meninggal
: Tinggal serumah
d. Tipe Keluarga
keluarga Tn. T merupakan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, anak, menantu, serta
cucu ( The extended family). Terkadang Tn. T merasa istirahatnya terganggu karena aktivitas
bermain yang dilakukan cucu beserta teman-temannya.
e. Suku Bangsa
Tn. T menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di lingkungan
orang-orang yang bersuku jawa. Tn. T berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan bahasia
Indonesia baik antara anggota keluarga maupun kelurga sekitar.
f. Agama
Semua anggota keluarga Tn. T beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan di
rumah dan di masjid. Dalam menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin
mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid,
acara tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), dan acara keagamaan lainnya.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
penghasilan keluarga Rp. 1.150.000 perbulan di, yang diperoleh dari hasil pensiunan Tn. T
sebesar Rp. 400.000 dan hasil kerja Tn. M sebagai buruh pabrik sebesar Rp. 750.000.
Sedangkan Ny. S tidak menghasilkan uang karena hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Tn. T memelihara ternak berupa ayam sebanyak 5 ekor. Pengeluaran perbulan untuk
keperluan makan sekitar Rp. 700.000,- dan sisanya untuk keperluan lain lain seperti
membayar listrik, kebutuhan anak sekolah.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-sama, dan
semua berkumpul menonton TV ketika malam hari. Kadang mereka berkumpul bersama
tetangga atau saudara dekat untuk berbincang-bincang bersama. Jika memiliki tabungan
cukup dan kesehatan yang mendukung mereka berwisata ke tempat rekreasi terdekat.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia
Tahap perkembangan keluarga Tn. T saat ini adalah keluarga usia lanjut, yang dimulai pada
masa pension dan salah satu atau kedua orang tua meninggal. Semua anak Tn. T sudah
menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri-sendiri, hanya anak yang terakhir yang
tinggal serumah dengannya dan mempunyai seorang anak yang masih berumur 5 tahun.
Menantu Tn. T bekerja sebagai buruh pabrik.
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
- Tn. T mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Tn. T mengatakan beberapa
minggu ini sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan, ketika
bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. Tn. T mengatakan
pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya.
- Anak Tn. T (Ny. S) tidak memiliki masalah kesehatan.
- Menantu Tn. T (Tn. M) mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak
memiliki masalah kesehatan
- Cucu Tn. T (An. A) tidak mempunyai masalah kesehatan
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. T mengatakan istrinya (Ny . S) meninggal dunia karena penyakit kanker payudara, Ny. S
(anak dari Tn. T) mengatakan Ayah mertuanya memiliki riwayat diabetes. Keluarga dari
pihak Tn. M saat ini hubungannya baik, minimal setiap minggu bersilaturahmi, tidak ada
konflik dengan keluarga.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah Tn. T merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang 10 meter dan lebar 7
meter. Di rumah tersebut terdapat :
- Kamar tidur ( terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar tidur berada di depan samping ruang tamu, 2
kamar tidur berada di samping ruang keluarga ).
- Kamar kosong ( 3 kamar kosong. Model rumah Tn. T adalah model rumah jaman dahulu
yang banyak terdapat kamar-kamar yang jarang digunakan dan biasanya kamar tersebut
digunakan untuk menaruh barang-barang yang tidak terpakai).
- Ruang tamu berukuran 3x3 meter, Ruang tamu cukup rapi dan bersih, terdapat perabotan
- Ruang makan Tn. T biasanya bergabung dengan ruang keluarga atau ruang menonton TV.
- Kamar mandi bergabung dengan WC berjumlah 2.
Lantai rumah Tn. T terbuat dari semen, kecuali dapur lantainya masih berupa tanah, Lantai
dapur tampak licin dan lembab. Atap rumah dari genting. Ventilasi ada beberapa yaitu : di
ruang tamu ada jendela, di ruang keluarga, di 2 kamar tidur dan 2 kamar kosong, serta dapur.
Ventilasi masih terlalu sempit, < 10 m luas lantai. Kamar tamu ada sebuah lampu neon 20
watt, ruang keluarga terdapat bola lampu 15 watt, masingmasing kamar dan dapur terdapat
lampu pijar 10 watt.
Sumber air keluarga berasal dari sumur gali yang telah dipasang pompa air, kualitas air
tergantung musim, pada musim hujan warna air keruh kekuning-kuningan, pada musin
kemarau warna air agak bening, kadang-kadang air agak berbau. Sumber air minum keluarga
menggunakan air sumur yang ditampung dan diendapkan dalam tong. Jarak septictank
dengan sumur 8 meter. Keluarga mengatakan membuang air limbah keluarga langsung ke
kolam dibelakang rumah dengan membuat saluran yang menuju ke kolam penampungan.
Untuk pembuangan sampah dilakukan penampungan dulu di ember sampah kemudian di
pindah dan di bakar di dalam lubang di samping rumah. Untuk sarana penerangan keluarga
Tn. T menggunakan listrik semuanya. Di belakang rumah terdapat kolam penampungan
limbah keluarga beserta ikan lele peliharaan, dan terdapat kandang ayam.
Gambar Denah Rumah :

Jalan

U
B T
S
Kama
r
koson
g

ruang
tamu
ruang keluarga kamar

Kamar
kamar
Kamar kosong kamar kosong kamar kosong dapur

Kandang
ayam Kolam
penampungan+ ikan

K.M + WC

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas


Rumah Tn. T berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk sekitarnya adalah
petani. Sarana jalan tersebut belum diaspal. Sarana kesehatan di lingkungan tersebut berupa
bidan desa. Di dekat rumah Tn. T 7 meter terdapat masjid. Tetangga Tn. T mayoritas
beragama islam serya memiliki sifat kebersamaan serta menganut adat jawa, misalnya
selamatan, yasinan setiap malam jumat, dll. Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan
biasanya diumumkan melalui pengeras suara yang ada di musholla atau mesjid.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. T Keluarga jarang bepergian ke tempat-tempat yang jauh. Kegiatan rutin Tn. T
adalah pergi ke sawah untuk sekedar melihat-lihat, sawah tersebut tidak jauh dari rumahnya
(sekitar 1 km), aktivitas lainnya menonton TV dan mengikuti kegiatan keagamaan. Tempat
tinggal keluarga juga tidak berpindah pindah. Keluarga Tn.T yang lain berada di sekitar
tempat tinggalnya (masih satu desa).
d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.
Keluarga Tn. T mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan keluarga Tn. T berkumpul
di rumah. Saudara-saudara Tn. T yang berada di sekitar rumah sering datang berkunjung. Tn.
T dan keluarganya rutin mengikuti kegiatan, seperti pengajian.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Tn. T memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga sewaktu-waktu dapat
dimintai bantuan. Tn. T memiliki ASKES. Jika sakit biasanya keluarga Tn. T dibawa ke
Bidan, dan jika perlu rujukan ke Puskesmas yang berjarak 5 meter dari rumah.

4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
keluarga Tn. T dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga. Dalam keluarga
mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap malam ketika menonton TV, keluarga bertukar
pendapat dan menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga Tn. T adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah karena Tn. T
dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala keluarga. Untuk anak-anak yang
telah berkeluarga keputusan diserahkan kepada keluarga masing-masing, tetapi anak-anaknya
juga sering meminta pendapat Tn. T. keluarga Tn. T sangat menyayangi dan menghargai Tn.
T, apabila Tn. T sakit keluarga langsung mengantarkannya berobat, anak-anaknya juga
mengingatkannya untuk minum obat jika Tn. T lupa.
c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )
- Tn. T berperan sebagai kepala keluarga, seorang ayah ayah dan kakek. Tn. T juga sering
mengasuh cucunya jika kedua anaknya sibuk atau ada keperluan.
- Tn. A berperan sebagai anak (menantu), suami, dan bapak.
- Ny. S berperan sebagai anak, istri, dan ibu.
- An. A berperan sebagai anak, An. A belum menyadari dan menjalankan perannya karena
masih kecil.
d. Nilai Dan Norma Keluarga
Tn. T mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat-menghormati
dan menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga Tn. T menganut agama Islam,
dalam kehidupan keseharian menggunakan keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga Tn. T
menganut norma atau adat yang ada di lingkungan sekitar misalnya takziah atau menjenguk
tetangga yang sakit. Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Jawa, norma yang dianut
juga kebudayaan jawa. Dalam kebiasaan keluarga Tn. T tidak ada yang bertentangan dengan
kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. T mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota keluarga,
saling menyayangi, dan menghormati. Keluarga Tn. T sangat harmonis, rukun dan tentram.
Apabila ada anggota yang membutuhkan atau sakit maka keluarga yang lain berusaha
membantu.
b. Fungsi Sosialisasi
Tn. T mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik. keluarga Tn.
T menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. T berusaha untuk tetap memenuhi aturan yang
ada keluarga, misalnya saling menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan
mengikuti norma yang ada di masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan
berhubungan baik dengan para tetangga atau masyarakat sekitar.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
- Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak mengetahui sama
sekali apa penyebabnya. Keluarga Tn. T mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda
dan gejala, serta tidak mengetahui apa-apa saja yang harus dihindari untuk mencegah
terjadinya penyakit pada Tn. T. Tn.
- Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga mengatakan linu pada sendi kaki yang diderita oleh Tn. T merupakan sakit yang
biasa diderita oleh orang tua. Keluarga terus mengingatkan kepada Tn. T untuk tidak banyak
melakukan aktivitas dan beristirahat saja.
- Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika
sakitnya berlarut segera dibawa ke Bidan atau ke Puskesmas terdekat.
- Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya (menyapu,
mengepel), sistem pembuangan limbah keluarga langsung ke saluran kolam di belakang
rumah, pembuangan sampah ditampung sementara di ember sampah kemudian di bakar di
lubang pembakaran setiap dua hari sekali.
- Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat
Keluarga Tn. T mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke Bidan, dan jika
perlu rujukan dibawa ke Puskesmas terdekat. Tn. T seringkali tidak mau dibawa ke pelayanan
kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.
d. Fungsi Reproduksi
Tn. T memiliki tiga orang anak yang sudah menikah semua. Ny. S dan Tn. A memiliki satu
orang anak, Ny. S menggunakan alat kontrasepsi berupa pil untuk mengatur jarak anak
selanjutnya.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. T termasuk keluarga mampu, hal ini dapat dilihat dari penghasilan keluarga tiap
bulannya sekitar Rp.1.150.000/perbulan. Keluarga Tn. T dapat memenuhi setiap kebutuhan
sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas seadanya. Untuk memenuhi
kebutuhan makan sehari-hari, Tn.A menanam sayur di tepi sawah Tn. T yang dikelola
olehnya. Jika ingin makan lauk-pauk, Tn. T biasa memancing ikan bersama kawan-kawannya
di sungai dekat rumah

6. Stres Dan koping Keluarga


a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
- Stresor jangka pendek
Keluarga Tn. MS mengatakan pernah mengalami stres ketika Ny. S (istri Tn. T) meninggal
dunia karena kanker payudar, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena keluarga
sudah mengikhlaskannya. Hal-hal lain yang menimbulkan stress dalam keluarga segera dapat
diatasi.
- Stresor jangka panjang
Keluarga Tn. MS mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik itu stes jangka
panjang ( > 6 bulan ).
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pemecahan masalah dalam keluarga Tn. T biasanya dengan cara musyawarah antar anggota
keluarga, kadang juga melibatkan anaknya. Dalam menentukan pengobatan yang harus
dijalani salah satu anggota keluarga, Tn. A pengambil keputusan karena Tn. A yang dianggap
mampu dan memiliki fisik yang kuat.
c. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. MS biasanya mengkonsentrasikan pada
bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Sehingga keluarga tidak terganggu dalam
melakukan pekerjaan keseharian.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tn T
Tekanan Darah : 130/100 mmHg
Berat Badan : 57 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5 C

Kekuatan otot :5 5
4 3
Skala nyeri : 6
b. Tn A
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Berat Badan : 59 kg
Tinggi Badan : 163 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,3 C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
c. Ny. S
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5 C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
d. An. A
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Berat Badan : 25 kg
Tinggi Badan : 65 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5 C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan

8. Harapan Keluarga
Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dapat
teratasi atas bantuan dari pertugas kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Analisa Dan Sintesa Data
N Data Penunjang Masalah Etiologi
o
1. DS :
- Tn. T mengatakan sering merasa Resiko Jatuh Reumathoid,
linu di persendian kakinya sehingga lantai yang licin,
kaku untuk berjalan ketidakmampuan
- Tn. T mengatakan ketika bangun
keluarga
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan. merawat anggota
- Tn. T mengatakan pernah hampir yang sakit.
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya

DO :
- Tn. T berumur 67 tahun
- TD 130/100 mmHg

- Kekuatan otot 5 5
4 3
- Skala nyeri 6
- Lantai tanah yang berada di dapur
tampak licin dan lembab

DS :
- Keluarga mengatakan mengetahui Kurang Kurang
penyakit di keluarganya tetapi tidak pengetahuan, informasi dan
mengetahui sama sekali apa ketidak tahuan keterbatasan
tentang penyakit kemampuan
penyebabnya. Keluarga Tn. T
mencapai
mengatakan hanya sedikit informasi,
mengetahui tentang tanda dan ketidakmampuan
gejala, serta tidak mengetahui apa- keluarga
apa saja yang harus dihindari untuk mengenal
mencegah terjadinya penyakit pada masalah
Tn. T. Tn. kesehatan
- Jika ada keluarga yang sakit, hal
pertama yang dilakukan adalah
mengerokinnya dan jika sakitnya
berlarut segera dibawa ke Bidan
atau ke Puskesmas terdekat
- Tn. T mengatakan tidak ada
pantangan makanan

DO :
- Keluarga tidak bisa menjawab
pertanyaan tentang pengertian
penyakit, pencegahan, perawatan
dan pengobatannya
- Tn. T bertanya apa saja makanan
yang harus dihindari agar tidak
sakit, Tn. T tampak bingung
DS : Nyeri, gangguan
- Tn. T mengatakan sering merasa Hambatan muskulus
linu di persendian kakinya sehingga mobilitas fisik skeletal, kaku
kaku untuk berjalan sendi (AR).
- Tn. T mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Tn. T mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya

DO:
- Skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri.
- Klien tampak lambat dalam
berjalan.
- Tingkat funsional klien 0, namun
kadang-kadang 1
DS : Nyeri Agen cedera
- Tn. T mengatakan sering merasa fisik ( rematik)
linu di persendian kakinya sehingga
kaku untuk berjalan
- Tn. T mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Tn. T mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
DO:
- skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


No Diagnosa Keperawatan
1 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga
merawat anggota yang sakit.
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan
keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi,
gangguan sensori perseptual.
4 Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik).

3. Prioritas Masalah
a. Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota
yang sakit.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 Tn. T dan keluarga
(bobot 1) mengetahui bahwa Tn. T
Skala : memiliki penyakit linu
3 : Aktual pada kakinya dan pernah
2 : Resiko hampir jatuh.
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Keluarga mengatakan Tn.
dapat diubah (bobot 2) T sering tidak mau diajak
Skala : ke tempat pelayanan
2 : Mudah kesehatan, kecuali benar-
1 : Sebagian benar parah. Tn. T
0 : Tidak dapat merasa masih dapat
beraktivitas sehingga
sering tidak mau dibantu
dalam beraktivitas.
Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan
dicegah (bobot 1) jika Tn. T tidak banyak
3 : Tinggi melakukan aktivitas dan
2 : Cukup banyak beristirahat maka
1 : Rendah penyakit Tn. T dapat
terminimalisir.
Menonjolnya masalah 0/2 x 1 = 0 Keluarga mengatakan
(bobot 1) hanya satu kali Tn. T
2 : Berat, segera ditangani pernah hampir jatuh dan
1 : Tidak perlu segera Tn. T sudah bisa
ditangani mengimbangkan
0 : tidak dirasakan tubuhnya untuk berjalan
walaupun lambat.
Total 2 2/3

b. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan
kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 - Tn. T mengatakan sering
(bobot 1) merasa linu di persendian
Skala : kakinya sehingga kaku
3 : Aktual untuk berjalan. Ketika
2 : Resiko bangun pagi kakinya
1 : Sejahtera merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk
berjalan. Tn. T pernah
hampir jatuh karena
kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn. T
dapat diubah (bobot 2) mengatakan jika ada
Skala : anggota keluarga yang
2 : Mudah sakit segera dibawa ke
1 : Sebagian Bidan atau Puskesmas
0 : Tidak dapat terdekat, namun belum
ada pertugas yang
menjelaskan bagaimana
penyakitnya.
Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan sudah
dicegah (bobot 1) mulai mengurangi
3 : Tinggi aktivitasnya agar
2 : Cukup penyakitnya tidak
1 : Rendah bertambah parah, Tn. T
belum tahu makanan apa
yang harus dihindari.
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
(bobot 1) penyakitnya mengganggu
2 : Berat, segera ditangani aktivitas geraknya
1 : Tidak perlu segera sehingga menyusahkan
ditangani keluarga yang lain.
0 : tidak dirasakan
Total 3 4/3

c. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi, gangguan
sensori perseptual.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan Tn. T
(bobot 1) mengatakan penyakitnya
Skala : mengganggu aktivitas
3 : Aktual geraknya sehingga
2 : Resiko menyusahkan keluarga
1 : Sejahtera yang lain.
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Keluarga Tn. T
dapat diubah (bobot 2) mengatakan Tn T sudah
Skala : bisa menyeimbangkan
2 : Mudah badannya walaupun
1 : Sebagian dengan gerakan yang
0 : Tidak dapat lambat.
Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan
dicegah (bobot 1) aktivitasnya terganggu.
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan capek
(bobot 1) dengan penyakitnya yang
2 : Berat, segera ditangani tidak sembuh-sembuh
1 : Tidak perlu segera dan mengganggu
ditangani geraknya sehingga
0 : tidak dirasakan menyusahkan keluarga.
Total 3 2/3
d. Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik)
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan ketika
(bobot 1) bangun pagi kakinya
Skala : merasa senut-senut
3 : Aktual (nyeri) dan berat untuk
2 : Resiko berjalan
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Tn. T mengatakan
dapat diubah (bobot 2) nyerinya ketika bangun
Skala : pagi tidak hilang-hilang,
2 : Mudah padahal sudah minum
1 : Sebagian obat dari warung.
0 : Tidak dapat Keluarga mengatakan Tn.
T sering tidak mau diajak
ke tempat pelayanan
kesehatan, kecuali benar-
benar parah.
Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
dicegah (bobot 1) sakitnya tidak bertambah
3 : Tinggi parah jika banyak
2 : Cukup beristirahat.
1 : Rendah
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
(bobot 1) sakitnya mengganggu
2 : Berat, segera ditangani aktivitasnya, kadang Tn.
1 : Tidak perlu segera T tidak tahan dengan
ditangani senut-senutnya.
0 : tidak dirasakan
Total 4

Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :


No Diagnosa Keperawatan Skore
1 Nyeri b.d Agen cedera fisik (rematik). 4
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang 3 4/3
informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi,
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, 3 2/3
kaku sendi, gangguan sensori perseptual.
4 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan 2 2/3
keluarga merawat anggota yang sakit.

E. Rencana Asuhan Keperawatan


No Tujuan Kriteria Intervensi
Dx
1 Setelah dilakukan Non verbal Pain management (1400)
perawatan selama 5 1. Monitor nyeri : lokasi,
hari, Tn. T karakteristik, durasi, frekuensi,
mengalami keparahan dan faktor presipitasi
penurunan rasa nyeri 2. Observasi respon non verbal klien
atau dapat mentolerir saat nyeri terjadi
rasa nyeri dengan 3. Gunakan komunikasi terapeutik
kriteria : untuk mengetahui pengalaman
1. Klien memahami nyeri klien
mekanisme nyeri 4. Jelaskan mekanisme nyeri yang
yang terjadi terjadi pada klien
2. klien mengetahui dan
5. Ajarkan teknik distraksi dan
dapat memperagakan
teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi rasa
relaksasi nyeri
3. klien tidak banyak 6. Berikan support sistem untuk
mengeluh tentang mentolerir nyeri
nyerinya 7. Libatkan orang terdekat klien
(keluarga) untuk pemberian
support sistem
8. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
9. Kontrol faktor-faktor pemicu
timbulnya nyeri : pembatasan
aktivitas, nutrisi tinggi serat,
minum air putih banyak, psikis
tidak terganggu
10. Identifikasi PQRST sebelum
dilakukan pengobatan
11. Berikan obat analgetik
12. Menganjurkan klien untuk
bergerak perlahan pada setiap
melakukan aktivitas
2 Setelah dilakukan Verbal Teaching : Disease Prosess (5602)
pendidikan pengetahuan 1. Menilai tingkat pengetahuan
kesehatan, keluarga keluarga yang berhubungan dengan
mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh anggota
penyakit yang keluarga (AR)
diderita keluarganya 2. Menjelaskan pengertian penyakit
(AR), dengan kriteria (AR)
hasil : 3. Menjelaskan patofisiologi penyakit
- Keluarga dapat (AR)
menjelaskan tentang 4. Menjelaskan tanda dan gejala yang
pengertian, muncul dari penyakit yang dialami
penyebab, tanda dan (AR)
gejala, serta 5. Menjelaskan penalaksanaan atau
penalaksanaan pada hal-hal yang harus dihindari
penyakit AR. 6. Mengidentifikasi kemungkinan
- Keluarga dapat penyebab terjadinya penyakit
melakukan perawatan 7. Mendiskusikan dengan keluarga
dengan mengontrol tentang pilihan terapi yang bisa
makanan-makanan dilakukan
yang harus dihindari
lansia
2 Setelah dilakukan Non verbal Immobilization care (0940)
perawatan selama 5 1. Diskusikan dengan klien tentang
hari klien mampu imobilisasi
melakukan mobilisasi 2. Berikan contoh dan demonstrasi
sesuai kemampuan, mobilisasi yang aman dan dapat
klien dan keluarga dilakukan oleh klien
mampu melakukan 3. Observasi terjadinya nyeri
perawatan pada 4. Motivasi klien untuk melakukan
lansia yang mobilisasi sesuai kemampuan
imobilisasi dengan 5. Beri reinforcement atas upaya
kriteria : pemahaman informasi dan usaha
1. Mampu memotivasi mobilisasi yang dilakukan
diri untuk melakukan
mobilisasi sesuai
kemampuan

4 Setelah dilakukan Verbal Fall Prevention (6490)


tindakan keperawatan pengetahuan 1. Mengidentifikasi ketidaktahuan
selama 5 hari klien dan kelemahan fisik yang
dapat mencegah kemungkinan menjadi potensi
terjadinya jatuh dan terjadinya jatuh
aman dalam 2. Mengidentifikasi lingkungan
pergerakannya, sekitar yang dapat menjadi
dengan kriteria hasil : penyebab jatuh
- Menggunakan alat 3. Memonitor nyeri, kelemahan,
bantu yang keseimbangan tubuh lansia
dibutuhkan 4. Mengajarkan pada pasien
- Menempatkan bagaimana mencegah terjadinya
barang-barang di jatuh
tempat yang sesuai 5. Menyarankan keluarga untuk
agar tidak membantu kegiatan pasien apabila
menggangu lansia diperlukan
- Memperhatikan
kondisi lantai
DAFTAR PUSTAKA
Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta
: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai