Anda di halaman 1dari 6

BAB VII

EVALUASI SEMEN
Semen yang telah ditampung sebelum diproses lebih lanjut dievaluasi dalam kondisi segar.
Tujuan evaluasi segar adalah:
Untuk mengetahui kuliatas semen.
Untuk mengetahui bahan pengencer yang dibutuhkan.
Untuk mnegetahui jumlah straw yang dapat dihasilkan dalam proses pembekuan
semen.
Semen adalah sekresi kelamin pejantan yang secara normal diejakulasikan ke dalam saluran
kelamin betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat pula di tampung untuk keperluan IB.
Semen terdiri dari:
Spermatozoa, yaitu sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan oleh testes.
Plasma semen, yaitu campuran sekresi yang diproduksi oleh epidedemis, kelenjar
vesikularis dan prostrat.
Sepermatozoa terdiri dari:
Kepala, yang membawa materi herediter paternal.
Ekor, yang mengandung sarana penggerak.
Ciri utama spermatozoa adalah motilitas atau daya geraknya yang dijadikan patokan atau
cara yang paling sederhana dalam penelitian semen untuk IB. Gelombang-gelombang sperma
yang bergerak dalam arah yang sama dapat terlihat dengan bantuan mikroskopis pada semen
yang belum diencerkan.
Pemerikasaan Volume

Volume
Volume semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung
penampung semen yang berskala. Semen sapi dan domba mempunyai volume rendah
tetapi konsentrasi sperma tinggi sehingga memperlihatkan warna krem atau warna susu.
Sperma kuda dan babi merupakan carian yang voluminous dan lebih putih karena
konsentrasi spermatozoa rendah. Volume semen per ejakulat berbeda-beda menurut
bangsa, umur, ukuran badan, tingkat makanan, frekuensi penampungan dan berbagai
faktor lain. Pada umumnya hewan muda yang berukuran kecil dalam satu spesies
menghasilkan volume semen yang rendah. Ejakulasi yang sering menyebabkan
penurunan volume dan ejakulat diperoleh berturut-turut dalam waktu singkat maka
umumnya ejakulat yang kedua mempunyai volume yang rendah.
Volume semen sapi antara 5-8 ml, domba 0,8-1,2 ml, babi 150-200 ml, dan kuda
60-120 ml. Volume rendah tidak merugikan tetapi apabila disertai dengan konsentrasi
yang rendah akan membatasi jumlah spermatozoa yang tersedia.
Gambar 12. Volume semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung
penampungan semen

Warna
Semen sapi normal berwrna seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh.
Kira-kira 10% sapi menghasilkan semen normal dengan warna kekuning-kuningan,
yang di sebabkan oleh riboflavin yang dibaw oleh satu gen autosom resesif dan tidak
mempunyai oengaruh terhadap fertilitas.
Adanya kuman-kuman pseudomonas aeruginosa di dalam semen sapi dapat
menyebabkan warna hijau kekuning-kuningan apabila semen dibiarkan dalam suhu
kamar. Gumpalan-gumpalan, bekuan, dan keping-kepingan di dalam semen
menunjukan adanya nanah yang umumnya berasal dari kelenjar-kelenjar pelengkap
atau ampula. Semen yang berwarna gelap sampai merah muda menandakan adanya
darah segar dalam jumlah berbeda dan berasal dari saluran kelamin urethra atau penis.
Warna kecoklatan menunjukan adanya darah yang telah mengalami dekomposisi.
Warna coklat muda atau warna kehijau-hijauan menunjukan kemungkinan
kontaminasu dengan feses.
Konsistensi
Konsistensi atau derajat kekentalan dapat diperikas dengan menggoyangkan
tabung berisi semen secara perlahan-lahan. Semen sapi dan domba mempunyai
konsistensi kental berwarna krem, sedangkan semen kuda dan babi cukup encer
berwarna terang sampai kelabu. Pada sapi, semen dengan konsistensi kental dan
berwarna krem mempunyai konsentrasi 1.000 juta sampai 2.000 juta lebih sel
spermatozoa per ml, konsisitensi encer berwarna susu memiliki konsentrasi 500-600
juta sel spermatozoa per ml. Semen yang cair berawan atau hanya sedikit kekeruhan
memiliki konsentrasi sekitar 100 juta spermatozoa per ml dan yang jernih seperti air
kurang dari 50 juta per ml.
Penentuan dan penilaian motilitas

Gerakan Massa
Spermatozoa dalam suatu kelompok memiliki kecendrungan untuk bergerak
bersama-sama ke satu arah yang menyerupai grombolan gelombangyang tebal dan
tipis, bergerakcepat tau lambat tergantung dari konsentrasi spermatozoa hidup di
dalamnya. Gerakan massa spermatozoa dapat dilihat dengan jelas di bawah
mikroskopis dengan pembesaran kecil (10x10) dan cahaya yang dikurangi.

Gambar 13. Evaluasi Semen di bawah mikroskop

Berdasarkan penellitian gerakan massa kualitas semen dapat ditentukan sebagai


berikut:
a. Sangat baik (+++), terlihat gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif aktif
bagaikan gumpalan awan hitam saat akan turun hujan yang bergerak vepat
berpindah-pindah tempat.
b. Baik (++), bila terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelasdan
bergerak lamban.
c. Lumayan (+), jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan
individual aktif progresif.
d. Buruk (N, necrospermia atau 0), bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan-gerakan
individual (Gambar 14)

Gambar 14. Gerakan massa spermatozoa

Gerakan individual
Dibawah pembesaran pandangan mikroskopis 45x10 pada selaps tipis semen di
atas gelas objek yang ditutupi gelas penutup akan terlihat gerakan-gerakan indivdual
spermatozoa. Pada umumnya dan yang terbaik adalah pergerakan progresif atau
gerakan aktif maju ke depan. Gerakan melingkar dan gerakan mundur sering
merupakan tanda-tanda cold shock atau media yang tidak isotonik dengan semen.
Gerakan berayun atau gerakan berputar di tempat sering terlihat pada semen yang tua,
apabila kebanyakan spermatozoa telah berhenti bergerak, maka dianggap mati.
Penilaian:
Kualitas semen ditentukan dengan nilai 0-5 sebagai berikut:
0 : spermatozoa immotil atau tidak bergerak.
1 : gerakan ber[utar di tempat.
2 : gerakan berayun atau melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif dan
tidak bergelombang.
3 : antara 50% sampai 80% spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan
gerakan massa
4 : pergerakan progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang dengan
90% sperma motil.
5 : gerakan yang sangat progresif, gelombang yang sangat cepat, menunjukan
100%motil aktif.
Skala persentase gerakan dari 0 sampai 100 atau skala dari 0 sampa 10
merupakan alat untuk mencapai tujuan yang sama. Persentase motilitas sperma sapi
dibawah 40% menunjukan nilai semen yang kurang baik dan sering berhubungan
dengan infertilitas. Kebanyakan pejantan yang fertil mempunyai 50% sampai 80%
spermatozoa yang motil aktif progresif.

Konsentrasi spermatozoa
Konsentrasi digabung dengan volume dan persentase spermatozoa motil
memberikan jumlah spermatozoa motil per ejakulat, yaitu kuantitas yang menetukan
berapa betina yang dapat diinseminasi dengan ejakulat.
Metode perhitungan konsetrasi spermatozoa, yaitu:
o Menghitung jarak antar kepala sperma
Cara ini adalah yang paling praktis dan sederhana untuk pemeriksaan rutin
di lapangan yag dilakukan tanpa alat selain mikroskopis dengan memperkirakan
jarak antar dua kelapa spermatozoa di bawah mikroskop dengan pembesaran
45x10 dengan penilaian sebagai berikut :
a. Densum (D) atau padat, jika jarak antara dua kepala seprmatozoa kurang
dari panjang sau kepala ; konsentrasi ditaksir lebih kurang 1000 jta sampai
2000 juta sel per ml semen.
b. Semidensum (SD) atau sedang, jika jarak antara dua kepala spermatozoa
sama dengan panjang satu sampai 1.5 kepala; konsentrasi ditaksir sekitar
500 juta sampai dengan 1000 juta sel per ml semen.
c. Rorum (R) atau jarang, , jika jarak antara dua kepala spermatozoa melebohi
panjang satu kepala atau sama dengan panjang seluruh spermatozoa;
konsentrasi ditaksir lebih kurang dari 200 juta sampai 500 juta sel per ml
semen.
d. Oligospermia (OS) atau sedikit spermatozoa, , jika jarak antara dua kepala
spermatozoa melebhi panjang seluruh spermatozoa; konsentrasi ditaksir
sekitar kurang dari 200 juta sel per ml semen.
e. Aspermia (A) atau tidak ada sperma, bila sama sekali tidak terdapat
spermatozoa di dalam semen.
Penilaian secara rutin dengan metode ini umumnya hanya digunakan
terhadap pejantan-pejantan yang telah diketahui sifat-sifat dan kualitas
semennya.
o Perhitungan dengan Hemocytometer
Metode perhitungan secara angsung dilakukan memakai alat
perhitungan selsel darah atau Himocytometer. Pipet erythrocyt diisi dengan
semen yang belum di encerkan sampai tanda 0.5. suatu larutan 3% NaCl dihisap
sampai tanda 101 pada pipet; larutan tersebut mengencerkan sekaligus
mematikan spermatozoa. Campuran ini dikocok hati-hati tetapi cukup cepat
menurut angka 8 selama 2 sampai 3 menit. Beberapa tetes di buang dan di kocok
lagi, Beberapa tetes di buang dan di kocok lagi, kemudian satu tetes ditempatkan
di bawah gelas penutup pada kamar hitung sel darah merah menurut Neubauer.
Sel-sel di dalam 5 kamar dihitung menurut arah diagonal karena setiap kamar
kecil mempunyai 16 ruang kecil, maka di dalam 5 kamar terdapat 80 ruangan
kecil. Seluruh gelas Hemocytometer memiliki 400 ruangan kecil. Dengan
volume setiap ruangan kecil aslah 0,1 mm3 dan pengenceran 200 kali, apa bila
di dalam 5 kamar atau 80 ruangan kecil terdapatX spermatozoa, maka kosentrasi
spermatozoa yang di periksa adalah:
400
X 10 200 =10.000 = X 0.01 juta sperma pe 2
80
atau X x 10 juta sperma per ml
Prosedur ini memberkan suatu indikasi yang akurat tentanf konsentrasi
spermatozoa di dalam contoh semen apabila pencamburan larutan dengan
sempurna.
Selain dengan Hemocytometer, penentuan konsentrasi spermatozoa juga
dapat dilakukan dengan spektrophotometer dan SDM 5 Photometer.
Keuntungan SDM 5 Photometer adalah dapat menentukan jumlah larutan bahan
pengencer yang harus ditambahkan dan dosis sperma beku yang dihasilkan pada
setiap penampungan secara otomatis. Hasil perhitungan dapat terbaca dengan
mudah pada hasil print out.

Gambar 15. A. Spektrophotometer. B. SDM 5 Photometer


Penawaran Diferensial
Perbedaan afinitas zat warna sel-sel spermatozoa yang mati dan yang hidup di
pergunkan untuk menghitung jumlah spermatozoa yang hidup secara objektif. Zat
warna yang figunakan adalah eosin atau eosin-negrosin dalam takaran sebagai berikut:
R/ Eosin 0.2 R/ Eosin 1
Citrat Na 0.3 Negrosin 5
Aquades 10 Citrat Na 3
Aquades 100
Pada waktu semen segar dicampur dengan zat warna, sel-sel spermatozoa yang hidup
tidak atau sedikit sekali menghisap warna sedangkan sel-sel yang mati akan mengambil
warna karena meabilitas dinding sel meningkat sewaktu mati. Zat warna eosin akan
mewarnai sel spermatozoa menjadi merah atau merah muda, sedangkan sel
spermatozoa yang hidup tidak berwarna. Zat warna negrosin memberi latar belakang
biru-hitam. Zat-zat warna ini akan stabil selama satu tahun atau lebih tanpa
penyimpanan di dalam lemari es.
Satu tetes zat warna ditempatkan pada suatu helas objek yang bersih dan hangat dan
satu tetes kecil semen ditambahkan dan dicampurkan secara merata pada zat warna
dengan menggunakan satu batang steril. Sesudah beberapa detik sampai satu menit
dibuat preparat ulas dengan gelas objek lain dan segera dikeringkan dekat nyala api.
Paling sedikit 100-200 sel atau terbaik 500 sel harus dihitung untuk menentukan
persentase sperma yang hiidup, dengan menggunakan rumus:
Jumlah spermatozoa yang hidup
% Spermatozoa Hidup= 100 %
Jumlah spermatozoa yag mati
Spermatozoa yang morfologik abnormal dapat dihitung pada preparat ini. Rata-rata
ditemukan 20% spermatozoa yang mati dalam contoh-contoh semen sapi dan relatif
sedikit korelasinya dengan ksuburan pejantan. Sesudah istirahat kelamin yan lama
persentase sperma yang mati dapat meninggi. Spermatozoa yang morfologik abnormal
dapat dihitung dengan rumus:
Jumlah spermatozoa abnormal
% Spermatozoa abnormal= 100 %
Jumlah spermatozoa yag normal

Anda mungkin juga menyukai