KLP !
KLP !
OLEH:
KELOMPOK 1
UMMUL WAFIKA (02120160007)
ISDAYANI (02120160008)
2016
Pertumbuhan Penduduk dan Permasalahannya
Paruh kedua abad ke-20, yaitu tahun 1950-2000, telah menjadi saksi dari
apa yang bisa disebut sebagai ledakan penduduk. Pada paruh pertama, tahun
1900-1950, populasi penduduk dunia diperkirakan telah tumbuh dari 1,6 menjadi
2,5 milyar, akan tetapi menjelang tahun 2000 diperkirakan melebihi 6 milyar.
Dengan demikian dalam satu abad ini telah terjadi kenaikan hampir empat kali
lipat dalam populasi manusia.
Pertumbuhan populasi global di masa yang akan datang bisa diperkirakan
dengan melihat susunan kelompok umur populasi, khususnya proporsi populasi
penduduk berusia kurang dari 15 tahun, karena kelompok usia inilah yang akan
segera melahirkan generasi berikutnya. Penduduk berusia dibawah 15 tahun di
Afrika Asia Selatan angkanya adalah 37 persen2. .. Andaipun wanita-wanita di
negara berkembang tersebut bisa mencapai tingkat fertilitas rendah atau ideal,
yaitu setiap ibu hanya melahirkan dua anak (sangat sulit dicapai ibu-ibu di negara
berkembang. Biasanya jauh lebih banyak), susunan kelompok umur penduduk di
negara berkembang tersebut tetap akan menghasilkan tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi karena jumlah calon ibu yang banyak.
Telah disebutkan bahwa peningkatan populasi yang cepat di negara-negara
berkembang merupakan akibat dari penurunan tajam dalam tingkat kematian
tanpa penurunan yang seimbang dalam tingkat kelahiran. Penurunan dalam
tingkat kematian dihasilkan oleh dua hal, yaitu semakin panjangnya rentang hidup
orang dewasa dan turunnya tingkat kematian bayi kurang dari satu tahun. Rentang
hidup usia dewasa tidak mengalami perubahan yang berarti, sehingga penurunan
dalam tingkat kematian diduga lebih diakibatkan oleh turunnya tingkat kematian
bayi tersebut. Kenaikan yang besar dalam harapan hidup bayi ini diperkirakan
dipengaruhi oleh hal-hal berikut: pertama, perbaikan ekonomi yang mendasar,
meliputi distribusi pangan yang lebih efisien dan teratur yang telah
menghindarkan kelangkaan pangan dan kelaparan, dan nutrisi yang membaik.
Kedua, adanya tindakan-tindakan kesehata publik pasca Perang Dunia ll yang
membantu menurunkan tingkat kematian bayi di negara-negara berkembang.
Ketiga, kenaikan dalam suplai makanan, baik oleh meningkatnya hasil pertanian
di negara berkembang maupun bantuan dari negara-negara industri, termasuk
FAQ, sebuah badan dibawah naungan PBB.
Pertumbuhan di masa datang dari populasi dunia tergantung pada apa yang
terjadi dengan tingkat fertilitas, tingkat kematian, dan tingkat kelahiran. Untuk
mengambarkan hal ini, pertimbangkan contoh sederhana berikut ini. Hipotesiskan
sebuah populasi ideal dengan keadaan dibawah ini:
Setiap bayi yang lahir akan hidup sampai umur 50 tahun.
Wanita dan pria masing-masing adalah separo dari populasi. Jumlah pria
sama dengan jumlah wanita.
Pertumbuhan penduduk nol.
Jumlah penduduk dalam kelompok-kelompok usia adalah sama.
Jumlah wanita dalam setiap kelompok umur sama dengan jumlah pria
Karena masing-masing orang masa hidupnya 50 tahun maka total populasi
dalam satu tahun tertentu adalah 100n (n boleh diisi sembarang angka, jika
n besar berarti penduduknya banyak, dan sebaliknya). Karena jumlah
wanita dan pria seimbang, maka dalam setiap kelompok umur, jumlah
wanita adalah n.
Setiap tahun 2n penduduk tertua meninggalkan sehingga perlu digantikan
kelahiran 2n bayi kelahiran 2n per 100n ( atau 2/100 atau 2 persen) ini
dinamakan tingkat fertilitas penggantian (replacement fertility rate).
Dengan tingkat fertilitas ini, populasi tidak akan bertambah, tetapi juga
tidak akan berkurang karena setiapyang mati akan diganti.
Tahap 1: Tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi. Pada tahap ini tingkat
kematian dan tingkat kelahiran berada pada tingkat yang tinggi, sehingga
pertumbuhan penduduk juga tidak terlalu tinggi. Tentu saja situasinya tidak
nyaman karena banyak yang lahir dan banyak pula yang meninggal dalam usia
yang relatif muda.
Tahap 3: Penurunan tingkat kelahiran. Pada tahap ini tingkat kematian masih terus
menurun dan tingkat kelahiran mulai menurun pula, dan hasil akhirnya adalah
tingkat pertumbuhan penduduk yang mulai menurun.
Tingginya Upah di Sektor Moderen. Upah yang berlaku untuk tenaga kerja tak
berskill di sektor moderen di negara-negara berkembang sering kali melebihi
tingkat upah keseimbangan pasar karena adanya kebijakan upah minimum dari
pemerintah, tekanan serikat pekerja, dan perusahaan asing yang beroperasi di
negara tersebut yang biasanya menentukan upah lebih tinggi dari tingkat upah
domestik.
1) Memproduksi produk yang padat tenaga kerja seperti kain dari katun,
bukan kain dari nilon
2) Mendistribusikan pendapatan lebih merata,
3) Menggunakan teknologi yang tidak begitu moderen,
4) Penimbulan teknologi lokal tepat guna.
Kebijakan Pendidikan
Migrasi dari desa ke kota di kebanyakan negara Afrika dan sebagian Asia
Selatan tidak bersifat permanen, hanya mencari tambahan pendapatan perusahaan
keluarga, bukan untuk menggantikannya. Migrasi di Eropa dari akhir abad ke-18
adalah migrasi total, bertujuan mendapatkan pekerjaan tetap di kota, bukan untuk
menambah pendapatan bagi keluarga yang masih ada di desa. Migrasi ke
perkotaan di beberapa negara berkembang sekarang ini juga merupakan migrasi
total, Khususnya di Asia Selatan. Tadaro mengargumentasikan bahwa migrasi di
dorong oleh gap upah desa-kota dan adanya peluang untuk mendapatkan kerja
pada tingkat upah yang lebih tinggi tersebut. Maka jika pemerintah ingin
mengurangi pengangguran di perkotaan dengan menciptakan lapangan kerja,
aliran migran akan meningkat, sehingga masalah pengangguran perkotaan
tampaknya akan terus berlanjut, kecuali penciptaan lapangan kerja di perkotaan
tersebut dibarengi dengan penurunan tingkat upah di perkotaan atau peningkatan
upah di pedesaan.