Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN TEORI
2.1 Rencana Strategis
Proses rencana strategis merupakan langkah awal
untuk menentukan peluang diterapkannya strategi yang
akan direncanakan. Dessler, 2008 mendefenisikan
rencana strategis sebagai suatu rencana organisasi yang
berkenaan dengan bagaimana organisasi itu
menyelaraskan kekuatan dan kelemahan internalnya
dengan peluang dan ancaman eksternal untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif. Hal ini
menunjukkan rencana strategis yang tepat dapat
mengantarkan organisasi atau lembaga pendidikan pada
keberhasilan mencapai tujuannya dan tetap memiliki
keunggulan kompetitif. Pemilihan pendekatan ini
sangatlah ditentukan oleh sifat dan skala organisasi,
model dan kompetensi kepemimpinan, serta kapasitas
dan kemampuan staf organisasi untuk melakukan
perencanaan. Setelah melakukan perencanaan usaha,
maka langkah penting selanjutnya adalah bagaimana
mengimplementasikan rencana itu (Michael & Jude,
2000).
Rencana strategis adalah rencana yang dilakukan
oleh para manajer puncak dan menengah untuk
mencapai tujuan organisasi yang lebih luas (James &
Edward dalam Umar, 2002). Untuk itu dalam
penerapannya di sekolah, kepala sekolah perlu membuat
suatu rencana strategis yang mana dikoordinasi dengan

guru-guru untuk dijalankan bersama demi mencapai


tujuan yang diinginkan dari sekolah.
Rencana strategis sebagai suatu cara bagaimana
mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output)
dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien
dan efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan
dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana
dan oleh siapa (Tjokroamidjojo, 2000).
Rencana Strategis yaitu suatu proses membantu
organisasi menjadi lebih produktif dan mempunyai arah
yang jelas bagi perjalanan bagi sebuah organisasi pada
masa depan dengan menggunakan berbagai macam alat
perencanaan seperti konstituen/pihak, dokumen dan
program internal organisasi, dan alat bantu atau
perangkat keras (Anglin, 2003). Sedangkan Robbins &
Coulter (2009) mengemukakan rencana strategis yaitu
rencana-rencana yang berlaku bagi seluruh organisasi,
menentukan sasaran umum organisasi tersebut, dan
berusaha menempatkan organisasi tersebut dalam
lingkungannya.
Rencana strategis suatu lembaga pendidikan
menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: memperbaiki
hasil pendidikan, membawa perubahan yang lebih baik
(peningkatan/ pengembangan), demand driven (prioritas
kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, data driven,
realistis sesuai dengan hasil analisis SWOT,
mendasarkan pada hasil review dan evaluasi, keterpaduan
holistic/tersistem, transparans, dan keterkaitan serta
kesepadanan secara vertikal dan horisontal dengan
rencana-rencana lain (Tilaar, 2000)

10

Berdasarkan sejumlah pengertian diatas, tampak


bahwa suatu rencana strategis dimaksudkan untuk
mencapai tujuan sehingga sekolah sebagai salah satu
organisasi yang mengembangkan sistem manajemen
strategis memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
meraih sukses. Suatu proses rencana manajemen
strategis digunakan untuk menganalisis tuntutan
perkembangan lingkungan strategis, yang langsung atau
tidak langsung bersentuhan dengan pelaksanaan tugas
pokok yang kemudian dianalisis dengan pendekatan
Analisis SWOT, yakni analisis terhadap faktor-faktor
lingkungan internal dan lingkungan eksternal, yang
didasarkan pada pendekatanan analisis lingkungan
strategis, isu-isu strategis dan sejumlah faktor kunci
keberhasilan. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Identifikasi
Menganalisis
peluang dan
lingkungan
ancaman
Mengidentifikasi
misi sekolah Merumuskan Melaksanakan Mengevaluasi
sekarang,tujuannya Analisis SWOT strategi strategi hasil
,strateginya

Identifikasi
Menganalisis
kekuatan
sumber daya
dan
sekolah itu
kelemahan

Gambar 2.1: Proses Manajemen Strategis


(Sumber : Robbins & Coulter, 2009)

11

Dari gambar ini menunjukkan bahwa sekolah


perlu mengidentifikasi misi sekolah sekarang demi
mencapai tujuan yang diinginkan dengan menerapkan
berbagai strategi. Identifikasi dimulai dari kekuatan dan
kelemahan lingkungan internal serta peluang dan
ancaman lingkungan eksternal. Setelah itu dirumuskan
strategi, melaksanakan strategi itu hingga akhirnya
dievaluasi apakah strategi itu sudah berjalan dengan
baik atau tidak. Namun dalam penelitian ini dibatasi
sampai merumuskan rencana strategis saja.

2.2 Mutu
Sallis (2006) berpendapat ada dua konsep tentang
mutu. Mutu dalam konsep absolut yaitu suatu idealisme
yang tidak dapat dikompromikan. Sedangkan dalam
konsep relatif, mutu adalah sesuatu yang memuaskan
dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Pada dasarnya mutu itu adalah persepsi
pelanggan, apa yang dilihatnya, sehingga pengertian
mutu itu tidak sama bagi semua orang. Apa yang dinilai
bagus, baik dan indah bagi satu orang belum tentu sama
bagi orang lain. Sementara Sagala (2010) menjelaskan
mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh
jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun
eksternal yang menunjukkan kemampuannya
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang
tersirat.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah
perlu melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan
menggunakan pendekatan sistem terbuka. Lewis dan

12

Smith (dalam Tjiptono & Diana, 2003) mengatakan


bahwa pendekatan sistem terbuka menekankan
kebutuhan kualitas pada tiga tahap utama, yaitu
akreditasi, proses transformasi, dan assessment.
Akreditasi berkaitan dengan input, sedangkan
assessment berkaitan dengan output. Input meliputi
kemampuan dasar siswa, sumber daya finansial,
fasilitas, dan program. Proses meliputi desain
pembelajaran, metode pembelajaran, dan sistem analisis
data. Sedangkan output adalah prestasi siswa dan pasca
kelulusan.
Penyempurnaan Kualitas
Berkesinambungan

Akreditasi Proses Transformasi Assessment

Input Output

Gambar 2.2: Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan


Sumber : Lewis & Smith ( dalam Tjiptono & Diana, 2003)

Proses penyempurnaan kualitas dalam sistem


pembelajaran ditentukan oleh :
a. Input
Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses
pendidikan. Input pendidikan meliputi kemampuan
dasar siswa, sumber daya finansial, fasilitas, dan
program.
13

Menurut Scheerens (2003) salah satu input


dalam sistem sekolah adalah murid dengan berbagai
karakteristik tertentu yang ada pada mereka.
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat
berlangsung dengan baik. Oleh karena itu makin
tinggi tingkat kesiapan input maka makin tinggi pula
mutu input tersebut. Masyarakat secara umum
berasumsi bahwa masukan siswa yang
berkemampuan tinggi akan menghasilkan lulusan
yang berkemampuan tinggi juga dan
sebaliknya. Akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya
benar karena sekolah yang berkualitas harus mampu
mengelola input yang rendah atau sedang untuk
menjadi lulusan yang berkemampuan luar biasa.
b. Proses
Proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Proses meliputi kemampuan guru,
desain pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas
belajar, kurikulum, media, dan evaluasi.
Sanjaya (2006) mengemukakan 4 hal penting
dalam proses pendidikan. Pertama, proses pendidikan
adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan
siswa untuk mencapai tujuan. Kedua, proses
pendidikan yang terencana diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.
Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran diarahkan
agar peserta didik dapat mengembangkan potensi
dirinya. Keempat, akhir proses pendidikan adalah
kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan.

14

Proses pendidikan yang bermutu harus didukung


oleh personalia seperti guru, konselor, dan tata usaha
dan administrasi yang bermutu dan profesional. Hal
tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana
pendidikan, fasilitas, media dan sumber belajar yang
memadai baik mutu maupun jumlahnya serta
manajemen strategi dan lingkungan yang mendukung
(Mulyasa, 2006).
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan
input sekolah (siswa) dan proses (kemampuan guru,
fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran,
media belajar dan evaluasi) dilakukan secara
harmonis, sehingga menciptakan situasi pembelajaran
yang menyenangkan, juga mendorong motivasi dan
minat belajar siswa sehingga mampu mengembangkan
dirinya.
c. Output
Output pendidikan adalah merupakan kinerja
sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang
dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja
sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas
kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.
Menurut Maswir (2009) mengukur prestasi
sebuah sekolah bisa dilihat dari hasil Ujian Akhir
Nasional (UAN) sekolah tersebut, ataukah dengan
membandingkan input dengan outputnya.
Mutu output sekolah dikatakan bermutu tinggi
jika prestasi sekolah khususnya prestasi belajar
siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: a)

15

prestasi akademik, berupa nilai ulangan, UAN, karya


ilmiah, lomba akademik, dan b) prestasi non
akademik, seperti kejujuran, kesopanan, olahraga,
kesenian, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler
lainnya.

Mustakim (2008) mengemukakan ukuran sekolah


yang baik bukan semata-mata dilihat dari
kesempurnaan komponennya dan kekuatan/kelebihan
yang dimilikinya, melainkan diukur pula dari
kemampuan sekolah tersebut mengantisipasi
perubahan, konflik, serta kekurangan atau kelemahan
yang ada dalam dirinya. Untuk mengetahui mutu
suatu sekolah, perlu adanya penilaian perbandingan
antara input dan output dari sekolah tersebut. Hal ini
perlu dilakukan agar dapat diketahui apakah siswa
yang bersangkutan mengalami perubahan yang baik
setelah melakukan proses pembelajaran di sekolah.

2.3 Rencana Strategis Peningkatan Mutu


Sekolah
Mutu tidak terjadi begitu saja, namun perlu suatu
proses perencanaan. Mutu menjadi bagian penting dari
strategi institusi dan harus didekati secara sistematis
dengan menggunakan proses perencanaan strategis.
Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sekolah sebagai
sebuah institusi pendidikan tidak dapat merencanakan
peningkatan mutunya.
Peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses
yang sistematis yang secara terus menerus meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang

16

berkaitan, dengan tujuan agar target sekolah dapat


dicapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni, 2007).
Oleh karena itu rencana strategis peningkatan
mutu sekolah adalah rencana yang komprehensif dengan
melibatkan segala sumber dan kemampuan untuk
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, mencapai
target sekolah, memenangkan kompetisi dan adaptif
terhadap pengaruh eksternal dan internal.
Rencana strategis peningkatan mutu pada sekolah
didasarkan pada kelompok-kelompok pelanggan dan
harapan-harapan mereka yang bervariasi, selanjutnya
dengan mengembangkan kebijakan-kebijakan serta
rencana-rencana yang dapat mengantarkan sekolah pada
pencapaian misi dan visi. Rencana strategis sekolah
merinci tolak ukur-tolak ukur yang kelak digunakan
untuk mencapai misinya (Sallis, 2006).
Rencana strategis peningkatan mutu sekolah
dalam implementasinya tidak lepas dari manajemen
peningkatan mutu sekolah. Berkaitan dengan ini, Usman
(2002) mengatakan bahwa manajemen peningkatan mutu
memiliki prinsip (1) peningkatan mutu harus dijalankan
di sekolah, (2) peningkatan mutu hanya dapat
dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik,
(3) peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan
fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4)
peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan
semua unsur yang ada di sekolah, (5) peningkatan mutu
memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan
kepuasan kepada peserta didik, orang tua dan
masyarakat.

17

2.4 Rencana Strategis Peningkatan Mutu


berdasarkan Analisis SWOT
Salah satu alat analisis yang baik untuk
mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam membuat
rencana strategis adalah analisis SWOT. SWOT adalah
singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan
Threats. Analisis SWOT adalah komparasi dari kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman (Snell & Bohlander,
2007). Sallis (2006) mengatakan salah satu alat yang
umum digunakan dalam perencanaan strategis
pendidikan termasuk strategi peningkatan mutu sekolah
adalah Analisis SWOT. Hal ini dipertegas oleh Sharplin
(dalam Sagala, 2010) analisis SWOT adalah salah satu
tahap manajemen strategik yang merupakan pendekatan
analisis lingkungan, digunakan untuk melihat kekuatan
dan kelemahan di dalam sekolah sekaligus memantau
peluang dan tantangan yang harus dihadapi sekolah.
Analisis SWOT adalah pengujian terhadap
kekuatan dan kelemahan internal sekolah, serta peluang
dan ancaman lingkungan eksternalnya. Seperti yang
dijelaskan Sallis (2006) uji kekuatan dan kelemahan pada
dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa
efektif performa sekolah. Sementara peluang dan
ancaman berkonsentrasi pada konteks eksternal atau
lingkungan tempat sekolah beroperasi. Analisis SWOT
bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari
hal-hal kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
sehingga sekolah bisa memaksimalkan kekuatan,
meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan
membangun peluang.

18

Menurut Rangkuti (2009) Strengths atau kekuatan


adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari
sekolah yang bersangkutan, yang memiliki potensi yang
positif jika dikembangkan dengan baik. Kekuatan dapat
bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Weaknesses atau
kelemahan adalah komponen-komponen yang kurang
menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
yang ingin dicapai sekolah. Kelemahan merupakan
kondisi rill yang ada dan terjadi di sekolah. Opportunity
atau peluang adalah kemungkinan-kemungkinan yang
dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada di sekolah
mampu dikembangkan secara optimal oleh sekolah.
Threats atau ancaman adalah kemungkinan yang dapat
terjadi atau berpengaruh terhadap kesinambungan dan
keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah.
Menurut Robbins & Coulter (2009) kekuatan
adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang berjalan baik
atau sumber daya yang dikendalikan. Kelemahan adalah
kegiatan-kegiatan sekolah yang tidak dijalankan dengan
baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh sekolah
tetapi tidak dimiliki oleh sekolah. Peluang adalah faktor-
faktor diluar lingkungan sekolah yang bersifat positif,
sedangkan ancaman adalah faktor-faktor diluar
lingkungan sekolah yang bersifat negatif.
Jika analisis SWOT digunakan maka
memungkinkan sebuah sekolah untuk mendapatkan
sebuah gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah
itu dalam hubunganya dengan masyarakat, lembaga-
lembaga pendidikan yang lain dan lapangan industri yang
akan dimasuki oleh murid-muridnya. Sedangkan
pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal yang

19

digabungkan dengan suatu pengujian mengenai


kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam
mengembangkan sebuah visi tentang masa depan.
Perkiraan ini diterapkan dengan memulai program yang
kompeten untuk mengganti program-program yang tidak
relevan (Robbins & Coulter, 2009). Hal ini dapat
digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 2.3 Diagram Analisis SWOT


Sumber : Robbins & Coulter (2009)

Tabel ini menunjukkan strategi-strategi yang


berbeda untuk masing-masing kuadran berdasarkan
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dikemukakan oleh Robbins & Coulter (2009) sebagai
berikut:
Kuadran I: merupakan situasi yang sangat menguntung-
kan, karena sekolah memiliki peluang dan
kekuatan yang baik. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini yaitu strategi

20

yang mendukung kebijakan pertumbuhan


yang agresif atau strategi agresif.
Kuadran II: meskipun sekolah menghadapi berbagai
ancaman dari luar, namun sekolah masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Stratei
yang perlu diterapkan yaitu strategi
diversifikasi yang mana kekuatan yang ada
digunakan untuk mengatasi ancaman yang
datang dari luar.
Kuadran III: sekolah menghadapi peluang dari luar yang
sangat besar, tetapi dilain pihak sekolah
menghadapi beberapa kendala atau
kelemahan internal. Focus sekolah adalah
meminimalkan masalah-masalah internal
sehingga bisa merebut peluang dari luar yang
lebih baik dengan menerapkan strategi turn-
around.
Kuadran IV: ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan karena sekolah menghadapi
berbagai ancaman dari luar dan mempunyai
kelemahan-kelemahan internal, sehingga
sekolah perlu bertahan menghadapi
semuanya ini dengan menerapkan strategi
defensif.
2.5 Langkah-langkah Pengembangan Rencana
Strategis
Langkah-langkah yang digunakan untuk
mengembangkan rencana strategis peningkatan mutu
sekolah menurut Sugiyono (2010) adalah sebagai
berikut:

21

1. Potensi dan masalah


Sekolah memiliki banyak potensi internal yang bisa
dijadikan sebagai kekuatan, dan juga potensi
eksternal yang bisa dijadikan peluang, selain potensi
sekolah juga mempunyai masalah-masalah internal
yang bisa dianggap sebagai kelemahan dari sekolah,
juga masalah-masalah eksternal yang bisa menjadi
ancaman untuk peningkatan mutu sekolah. Sehingga
potensi dan masalah yang ada ini bisa dikemukan
dalam penelitian berupa data-data empirik.
2. Mengumpulkan data
Setelah potensi dan masalah yang ada disekolah dapat
ditunjukkan secara faktual dan uptode, maka
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi
yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
merencanakan suatu strategi tertentu yang diharapkan
dapat mengatasi masalah tersebut. Data yang
diperlukan bisa didapatkan melalui berbagai cara
seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi juga
Focus Group Discussion (FGD).
3. Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu
suatu rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk peningkatan mutu sekolah. Yang
mana rencana strategis ini masih bersifat hipotetik
karena efektivitasnya belum terbukti dan akan
diketahui setelah melalui pengujian-pengujian.
4. Validasi Desain
Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan
untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat
secara rasional akan efektif digunakan sebagai usaha

22

peningkatan mutu sekolah. Validasi desain dapat


dilakukan oleh pengamat lain untuk pengecekan
kembali derajat kepercayaan data.
5. Perbaikan desain
Setelah rencana-rencana strategis tersebut divalidasi,
akan akan diketahui kelemahan-kelemahannya
selanjutnya dicoba untuk memperbaiki rencana
strategis tersebut. Yang bertugas untuk memperbaiki
rencana strategis ini adalah peneliti sendiri sebagai
orang yang mau menghasilkan produk atau renstra
tersebut. Pada akhirnya dapat dihasilkan suatu
rencana strategis yang bisa diberikan pada sekolah
sebagai upaya peningkatan mutu sekolah.
Sedangkan Arikunto (2010), memberikan empat
tahap untuk mengembangkan suatu rencana strategis
yaitu:
1. Menyusun rancangan (perencanaan)
Pada tahap ini akan dijelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian
itu akan dilakukan. Selain itu peneliti perlu
menentukan titik-titik atau fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,
kemudian membuat suatu instrumen pengamatan
untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi
selama penelitian berlangsung.
2. Pelaksanaan
Yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di
dalam penelitian. Peneliti harus ingat dan taat pada
apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi
harus pula berlaku wajar. Boleh membuat modifikasi

23

selama itu tidak mengubah tujuan penelitian, serta


menghidari kekakuan dalam penelitian.
3. Pengamatan
Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini
dipisahkan dengan pelaksanaan penelitian, biasanya
kedua tahap ini dilaksanakan secara bersamaan,
karena sambil melaksanakan penelitian, seorang
peneliti akan sekalian mengamati apa yang terjadi
selama penelitian berlangsung.
4. Refleksi
Yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah terjadi. Pada tahap ini, peneliti bersama-sama
dengan orang-orang yang berkepentingan pada obyek
penelitian berdiskusi mengenai apa saja yang sudah
terjadi selama penelitian. Mungkin masih ada penelitian
yang belum berjalan dengan baik dan perlu
penyempurnaan. Tahap ini bisa dikatakan sebagai
suatu tahap evaluasi.
Berdasarkan dua pendapat diatas, peneliti tertarik
untuk menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan
oleh Sugiyono namun disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang peneliti hadapi sebagai dasar untuk
melakukan penelitian ini. Namun tidak lepas juga dari
apa yang dikatakan oleh Arikunto, sehingga peneliti bisa
merumuskan langkah-langkah pengembangan rencana
strategi yang akan dilakukan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun rancangan penelitian
Disini peneliti akan menyiapkan panduan untuk
melakukan Focus Group Discussion (FGD), berupa
pertanyaan-pertanyaan pancingan sehingga jalannya

24

diskusi lebih terarah. Selain itu guna menvalidasi atau


melengkapi data yang diperoleh dari FGD peneliti juga
menyiapkan pedoman wawancara dan pedoman
observasi.
2. Potensi dan masalah
Karena peneliti sudah melakukan pra penelitian maka
paling kurang peneliti sudah melihat apa yang menjadi
potensi dan masalah di sekolah ini walaupun belum
sempurna atau belum lengkap.
3. Pengumpulan data
Dalam usaha mengumpulkan data bisa dikatakan
bahwa peneliti menjalankan tahap pelaksanaan dan
pengamatan. Karena disini peneliti akan melakukan
FGD untuk mengumpulkan data, hingga memperoleh
suatu analisis SWOT yang berisi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang ada pada sekolah,
berdasarkan bobot dan skor yang diberikan
berdasarkan FGD.
4. Validasi Data
Data yang sudah diperoleh akan divalidasi dengan
menggunakan kriteria Kredibilitas (kepercayaan).
5. Desain produk
Berdasarkan hasil analisis SWOT akan dibuat suatu
rencana strategis yang sekiranya bisa dijadikan
sebagai pedoman bagi sekolah untuk meningkatkan
mutu sekolah. Akan tetapi renstra yang sudah ada
bisa diperbaiki oleh sekolah berdasarkan tujuan dan
kebutuhan dari sekolah sehingga menghasilkan
renstra yang sempurna untuk bisa diterapkan
disekolah.

25

Anda mungkin juga menyukai