Anda di halaman 1dari 57

Peran Perbankan

Dalam Pengembangan
Industri Semen
Di Cekungan Air Tanah (CAT)
Watuputih Rembang

Koalisi ResponsiBank Indonesia

Koalisi ResponsiBank (d/a Perkumpulan Prakarsa)


Jln. Rawa Bambu I Blok A No. 8E RT 010 RW 06 Kel/Kec. Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12520 - Indonesia

Ph. +62 (21)7811-798 Fax. +62 (21)7811-897


E-mail to: perkumpulan@theprakarsa.org
Laporan Penelitian
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI),
2015

Peran Perbankan Dalam Pengembangan Industri Semen Di Cekungan Air


Tanah (CAT) Watuputih Rembang
Kata Pengantar

Koalisi ResponsiBank Indonesia adalah sekelompok organisasi masyarakat sipil di Indonesia yang
memiliki kepedulian terhadap peranan lembaga keuangan di Indonesia dalam mendorong pembangunan
yang berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan. Koalisi ini terdiri dari tujuh organisasi masyarakat sipil,
yaitu: Perkumpulan Prakarsa, INFID (International NFO Forum on Indonesia), ICW (Indonesia Corruption
Watch), PWYP (Publish What You Pay), Walhi (Wahana Lingkungan Hidup), YLKI (Yayasan Lembaga Konsu-
men Indonesia) dan TuK (Tranformasi untuk Keadilan) Indonesia.
Industri keuangan sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanggungjawab sosial dan lingkungan hidup
melalui kebijakan kredit dan investasi. Berdasarkan latar belakang inilah maka Responsibank Indonesia
membuat penelitian studi kasus yang bertujuan untuk membandingkan kebijakan dan praktek perbankan
melalui hasil pemeringkatan Bank yang telah dilakukan oleh Responsibank sejak 2014 silam.
Studi Kasus yang berjudul Peran Perbankan Dalam Pengembangan Industri Semen di Cekungan Air
Tanah (CAT) Watuputih Rembang merupakan penelitian yang dikerjakan oleh Walhi. Penelitian ini menilai
apakah industri keuangan memegang teguh komitmen mereka untuk mengurangi dampak pembiayaan
yang mereka lakukan terhadap kerusakan lingkungan dengan mengurangi investasi di sektor pertambangan.
Laporan studi kasus ini juga berisi mengenai peran dan kebijakan perbankan, khususnya pemberi
pinjaman yakni PT. Bank Mandiri, Tbk untuk rencana proyek pembangunan pabrik semen di Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah, terutama pada tahapan penambangan gamping dari kawasan karst.
Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa banyak persoalan lingkungan dan sosial yang ditimbulkan
dari rencana pembangunan industri semen di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Kabupaten Rembang
ini.
Penelitian yang bersifat kualitatif ini menggunakan metode pengumpulan data berupa studi literatur,
observasi lapangan, wawancara mendalam serta diskusi kelompok terfokus. Melalui hasil penelitian ini
diharapkan kepada pihak industri keuangan agar kedepannya melakukan sinergi dan kordinasi antar
instansi terkait perijinan lingkungan sehingga tidak memberi dampak buruk bagi pembangunan yang
bersifat berkelanjutan.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada seluruh Tim Peneliti WALHI yang telah mencurahkan
waktu dan pemikiran untuk menyelesaikan laporan studi kasus ini. Semoga laporan studi kasus investasi
tambang di Jawa Tengah ini menjadi referensi bagi paradigma berpikir setiap pembacanya.

Setyo Budiantoro
Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa
Perwakilan ResponsiBank Indonesia
Ringkasan Eksekutif

Implementasi program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi In-


donesia (MP3EI) telah menyebabkan kebutuhan industri properti, pangan, pertambangan dan infrastruk-
tur semakin meningkat. Investasi sektor industri semen semakin marak dan mengalami peningkatan signi-
fikan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan semen meningkat hingga 10 %, dari
55 juta ton per tahun (2012) menjadi 60 juta ton (2013). Kondisi ini menjadikan beberapa daerah yang kaya
sumber alam untuk bahan baku semen menjadi sasaran pembangunan tambang dan pabrik semen di In-
donesia, salah satunnya di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
Sejak tahun 2010, PT. Semen Indonesia (Persro) Tbk. yang dulunya bernama PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. telah merencanakan pembangunan tambang batu gamping (bahan baku semen) di kawasan Cekungan
Air Tanah (CAT) Watuputih. Industri ini berkapasitas produksi 3 juta ton per tahun dengan nilai proyek
sebesar 3,7 trilun rupiah.
Pembangunan tambang dan pabrik semen PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. telah memicu konflik
sosial akibat perampasan tanah dan perpecahan antar kelompok masyarakat di Kab. Rembang, khususnya
di desa-desa yang menjadi wilayah pertambangan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Hal ini disebabkan
oleh proses pembebasan lahan yang tidak adil dan transparan. Masyarakat terpecah menjadi kelompok
Pro dan Kontra pembagunan pabrik semen.
Keputusan Bupati Rembang No. 545/0230/2013 Tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Operasi Produksi Batuan Tanah Liat Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dengan luas lokasi 900 ha
yang mencakup 4 desa di kecamatan Gunem dan 1 desa di kecamatan Bulu. Keputusan ini didasari oleh
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 660.1/17 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Namun, ditemukan
bahwa penerbitan Izin Lingkungan ini didasari oleh proses yang tidak transparan, tidak partisipatif dan
mengandung unsur kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data, dokumen,
dan/atau informasi dalam dokumen ANDAL PT. Semen Gresik (Persero) Tbk/PT. Semen Indoensia (Persero)
Tbk.
Lokasi pertambangan PT. Semen Indonesia (Persero) berada di kawasan Cekungan Air Tanah (CAT)
Watuputih yang merupakan kawasan lindung geologi (tipe bentang alam karst) yang mesti dilindungi oleh
pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan. Di sekitar wilayah Cekungan Air Tanah (CAT)
Watuputih terdapat sekitar 49 goa yang tersebar (4 diantaranya adalah goa yang memiliki sungai bawah
tanah aktif). Selain itu, terdapat 109 mata air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air
parenial yang mengalir di sepanjang musim kemarau dan penghujan.
Dengan demikian, aktivitas tambang dan pabrik semen PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. di kawasan
CAT Watuputih akan menyebabkan rusaknya gugusan karst Watuputih dan berakibat hilangnya sumber-
sumber air yang menopang kehidupan dan mata pencaharian masyarakat kab. Rembang.
Pertimbangan besarnya risiko dan dampak buruk dari aktivitas tambang dan pabrik semen tidak
menjadikan PT. Semen Indonesia (Persero) membatalkan rencana mereka. PT. Semen Indonesia (Persero)
iv

Tbk justru mendapat dukungan investasi dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. untuk pembangunan
tambang dan pabrik semen di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dukungan PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk. memberikan Non cash loan (pinajam non tunai) sebesar Rp. 1,4 triliun berjangka 42 bulan kepada PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk. Proses pembangunan pabrik PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk dimulai
pada bulan Juni 2014 atau tiga bulan pasca keputusan pemberian pinjaman PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk. Dengan demikian, peran PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. merupakan satu mata rantai penting dalam
aktivitas tambang dan produksi semen di kawasan CAT Watuputih Rembang.
Daftar Isi

KATAPengantar.........................................................................................................................................ii
Kata PENGANTAR............................................................................................................................ i
Ringkasan Eksekutif.
RINGKASAN .................................................................................................................................iii
EKSEKUTIF................................................................................................................... ii
Daftar Isi...................................................................................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... iii
Daftar Tabel..............................................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................................................ iv
Daftar Gambar.
DAFTAR .........................................................................................................................................viii
GAMBAR............................................................................................................................ v
Daftar Grafik.............................................................................................................................................ix
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................................................. vi

BAB 1. Pendahuluan
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian....................................................................................................................3
1.2. Tujuan Penelitian 3
1.3 Metodologi.............................................................................................................................3
1.3. Metodologi 3
1.4 Lingkup Penelitian..................................................................................................................3
1.4. Lingkup Penelitian 3

BAB 2. Tinjauan Aspek Lingkungan Hidup dan Sosial


BAB 2. TINJAUAN ASPEK LINGKUNGAN HIDUP DAN SOSIAL
2.1 Kondisi wilayah dan kependudukan Kabupaten Rembang.....................................................5
2.1. Kondisi wilayah dan kependudukan Kabupaten Rembang 5
2.2 Tinjauan Regulasi Pengembangan Industri Semen di Rembang.............................................8
2.2. Tinjauan Regulasi Pengembangan Industri Semen di Rembang 8

BAB 3. Tinjauan Aspek Pembiayaan Perbankan


BAB 3. TINJAUAN ASPEK PEMBIAYAAN
3.1 Perkembangan PERBANKAN
Industri Semen di Indonesia .........................................................................13
3.1. Struktur
3.2. Perkembangan Industri
Perusahaan Semen
PT Semen di Indonesia 13
Indonesia dan PT Semen Gresik .........................................15
3.3
3.2.Syarat Normatif
Struktur Tanggung
Perusahaan PTJawab
Semendan Tata Kelola
Indonesia danLingkungan PT Semen Indonesia.............16
PT Semen Gresik.................................14
3.4
3.3. Bank-bank Pemberi Tanggung
Syarat Normatif Pinjaman bagi
JawabPT.dan
Semen
Tata Indonesia ......................................................17
Kelola Lingkungan PT Semen Indonesia 15
3.5
3.4. Penyaluran Pinjaman
Bank-bank Bank
Pemberi Mandiri
Pinjaman di Sektor
bagi Industri
PT. Semen yang Relevan.....................................17
Indonesia 16
3.6
3.5. Hasil Assessment
Penyaluran ResponsiBank
Pinjaman terhadap
Bank Mandiri kebijakan
di Sektor investasi
Industri yangBank Mandiri .......................18
Relevan 17
vi

BAB 4. Temuan
3.6. Hasil
dan Analisis
Assessment ResponsiBank terhadap kebijakan investasi Bank Mandiri 18
4.1 ProsesDAN
BAB 4. TEMUAN AMDAL dan Penerbitan Izin Lingkungan ....................................................................21
ANALISIS
4.2
4.1. Perampasan Tanahdan
Proses AMDAL danPenerbitan
Konflik Sosial
Izin...................................................................................23
Lingkungan 21
4.3
4.2. Terancamnya Keberlanjutan
Perampasan Sumber
Tanah dan Konflik Air Warga....................................................................26
Sosial 23

4.3. 4.3.1 Cekungan


Terancamnya Air Tanah Watuputih
Keberlanjutan Sumber Air Sebagai
Warga 25 Kawasan Lindung Geologi ......................26
4.3.2 Hilangnya Sumber Air.............................................................................................30
4.3.1. Cekungan Air Tanah Watuputih Sebagai Kawasan Lindung Geologi 25
4.4 Pembiayaan Bank Mandiri kepada PT Semen Gresik.............................................................38
4.3.2. Hilangnya Sumber Air 28

4.4. Pembiayaan Bank Mandiri kepada PT Semen Gresik 36


BAB 5. Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................................42
BAB 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.2 Rekomendasi .........................................................................................................................42
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................39

5.2. Rekomendasi.....................................................................................................................39
Daftar Tabel

Tabel 1. Jumlah
Luas penduduk
Wilayah tiap
(usia
kecamatan
15 th keatas)
di Kab.
berdasarkan
Rembang............................................................... 6
lapangan kerja.............................................7
Tabel 2. Daftar
Jumlah penduduk
usaha tambang(usia 15 th keatas)
di Kabupaten berdasarkan
Rembang sampailapangan kerja.................................. 7
tahun 2013...........................................10
Tabel 3. Lokasi
Daftar
danusaha tambang
luas lahan di Kabupaten
pertambangan PT.Rembang sampai tahun
Semen Indonesia 2013................................ 10
(Persero) Tbk.................................12
Tabel 4. Pertumbuhan
Lokasi dan luas lahan pertambangan
Penjualan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk....................... 12
Semen di Indonesia.............................................................................13
Tabel 5. Hasil
Pertumbuhan Penjualan
Asesmen terhadap Bank Semen
Mandiri di Indonesia.................................................................. 13
dalam Kebijakan Investasi
Tabel 6. di
Sektor Pertambangan.............................................................................................................19
Hasil Asesmen terhadap Bank Mandiri dalam Kebijakan Investasi
di Sektor
Tabel 6. Analisis Pertambangan..........................................................................................
pertentangan peraturan perundang-undangan dengan .....18
Tabel 7. SK Gubernur
Analisis Jawa Tengah.peraturan
pertentangan ..........................................................................................................30
perundang-undangan dengan
SK Gubernur
Tabel 7. Proyek RembangJawa Tengah............................................................................................
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. (Informasi Umum).................................35 28
Tabel 8. Pinjaman
Proyek Jangka
Rembang PT. Semen
Pendek Indonesia
dari Bank (Persero)
untuk PT Semen Tbk. (Informasi
Indonesia tahunUmum)...................... 33
2014..............................38
Tabel 10. Pinjaman
9. Pinjaman Jangka
Jangka Pendek
Panjang daridari
BankBank untuk
untuk PTPT Semen
Semen Indonesia
Indonesia tahun
tahun 20142014................... 36
(per Desember 2014)..................................................................................................................39
Tabel 11. Pinjaman Jangka Panjang dari Bank untuk PT Semen Indonesia tahun 2014
(per Desember 2014)................................................................................................... 37
Daftar Gambar

Gambar1.1.Letak
Gambar .....................................
Prov. Jawa Tengah dalam Letakpeta
Prov. Jawa Indonesia........................................................5
wilayah Tengah dalam peta wilayah Indonesia
5
Gambar 2. Letak Kab. Rembang dalam peta Wilayah Prov. Jawa Tengah................................................7
Gambar 2. Kawasan
Gambar 3. Letak Kab. Rembang
Lindung Kab. dalam
Rembangpetaberdasarkan
Wilayah Prov. JawaNo.14
Perda Tengah........................................
tahun 2011................................9
7
Gambar 4. Kawasan Budidaya Kab. rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011..............................10
Gambar 3. Kawasan Lindung Kab. Rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011.......................
Gambar 5. Kapasitas
9 produksi PT. SI per tahun........................................................................................14
Gambar 6.
Gambar 4. Struktur
Kawasanusaha dan entitas
Budidaya anak perusahaan
Kab. rembang berdasarkan PT Semen
Perda No.14Indonesia.tahun .......................................15
2011.....................
9
Gambar 7. Prosedur keluarnya Izin Lingkungan........................................................................................21
Gambar 8.
5. Sebaran
Kapasitas produksi
mata air danPT.
goaSIyang
per tahun...............................................................................
terdapat di kawasan Pegunungan Watuputih......................26
13
Gambar 9. Peta Wilayah IUP PT. Semen Indonesia dan PT. Semen Indonesia Rembang
Gambar 6. Beserta
Struktur usaha Cekungan
Sebaran dan entitasAir
anak perusahaan
Tanah Watuputih, PT Goa,
Semen MataIndonesia...............................
Air,
15 Ponor di Kabupaten Rembang.........................................................................................31
dan
Gambar 10.
7. Peta
Prosedur keluarnya
Geologi CekunganIzinAir
Lingkungan. ..............................................................................
Tanah (CAT) Watu Putih, Provinsi Jawa Tengah.........................31
21
Gambar 11. Mata air Sumber Semen di Kab. Rembang...........................................................................34
Gambar 8. Sebaran mata air dan goa yang terdapat di kawasan Pegunungan Watuputih..............
Gambar 12. FGD Multipihak terkait pembangunan pabrik semen di Kab. Rembang...............................36
25
Gambar 13. Lokasi pertambangan PT. Semen Indonesia Tbk. Kecamatan Gunem..................................36
Gambar 9. Peta Wilayah IUP PT. Semen Indonesia dan PT. Semen Indonesia Rembang Beserta Se-
Gambar 14.baran
Peternakan warga
Cekungan Air di Kec. Watuputih,
Tanah Gunem (LokasiGoa,Pertambangan
Mata Air, dan PT. Ponor Semen Indonesia).................37
di Kabupaten Rembang
29
Gambar 10. Peta Geologi Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih, Provinsi Jawa Tengah..................
29
Gambar 11. Mata air Sumber Semen di Kab. Rembang....................................................................
32
Gambar 12. FGD Multipihak terkait pembangunan pabrik semen di Kab. Rembang........................
34
Gambar 13. Lokasi pertambangan PT. Semen Indonesia Tbk. Kecamatan Gunem............................
34
Gambar 14. Peternakan warga di Kec. Gunem (Lokasi Pertambangan PT. Semen Indonesia)...........
35
Daftar Grafik

Grafik 1.luas
Grafik1. Luas
wilayah
wilayah kecamatan
kecamatan di Kab.
di Kab.Rembang..................................................................................7
Rembang.......................................................................
6
Grafik2. Distribusi persentase PDRB adh berlaku menurut lapangan usaha,
Grafik 2. tahun 2010 sampai
Distribusi persentase 2012.PDRB
...........................................................................................................8
adh berlaku menurut lapangan usaha, tahun 2010 sampai
2012. . ................................................................................................................................
Grafik3. Komposisi pinjaman Bank Mandiri untuk berbagai sektor industri tahun 2014.........................18
8
Grafik 3. Komposisi pinjaman Bank Mandiri untuk berbagai sektor industri tahun 2014..............
17
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Investasi semen di Indonesia menunjukan grafik yang terus meningkat seiring meningkatnya kebutuhan
industri properti, pariwisata, pangan, pertambangan, dan kebutuhan pembangunan infrastruktur.
Kebutuhan tersebut ditandai dengan diluncurkannya perencanaan mega proyek infrastruktur dalam skema
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada tahun 2011 pada
masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
MP3EI dikukuhkan melalui Peraturan Presiden RI No.32 Tahun 2011 tentang MP3EI 2011-2025, dan
dianggap merupakan suplemen bagi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), dan
upaya pemerataan pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia, yang sesuai dengan karakteristik
perekonomiannya. Dalam skema ini, wilayah Indonesia dibagi dalam 6 wilayah koridor pembangunan
ekonomi, yaitu koridor Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan
Papua, masing-masing dengan penekanannya sendiri-sendiri.
Karena rencana percepatan pembangunan infrastruktur ini maka ditengarai akan ada kesenjangan
antara produksi semen dan kebutuhan pembangunan infrastruktur. Kebutuhan semen diperkirakan akan
naik sampai 10%, dari 55 juta ton per tahun (2012) menjadi 60 juta ton untuk tahun 2013, dan akan terus
meningkat setiap tahunnya. Oleh kalangan industri semen di Indonesia, ini dianggap sebagai peluang besar
bagi pengembangan industri semen domestik.
Ekspansi industri semen domestik berlangsung di berbagai wilayah dengan kandungan bahan baku
yang dianggap memadai untuk produksi semen dalam skala besar, termasuk diantaranya adalah Kabupten
Rembang, provinsi Jawa Tengah. Rembang menjadi salah satu wilayah pengembangan industri semen dari
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, yang sejak tahun 2012 menjadi salah satu anak perusahaan PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk.
Pembangunan pabrik semen telah mulai dilakukan oleh PT Semen Indonesia di Kawasan Gunung
Watuputih kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang dengan nilai investasi tidak kurang dari Rp 3,7 triliun.
Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 3 juta ton semen per tahun dan Kabupaten Rembang dipilih karena
merupakan wilayah yang memiliki bentangan karst cukup luas untuk suplai bahan baku utama penghasil
semen, yaitu batu gamping. Pada tahapan penambangan karst inilah kontroversi pabrik semen Rembang
bermula.
Karst adalah suatu kawasan yang memiliki karateristik relief dan drainage yang khas, terutama
disebabkan oleh derajat pelarutan batuan-batuannya yang intensif (Ford dan Willian, 1989). Karst memiliki
fungsi strategis sebagai penyimpan cadangan air terbesar di bawah permukaan bagi wilayah di sekitar
kawasan karst. Karst pada umumnya membentuk bentang alam yang ditandai oleh terdapatnya dekokan
(closed depressions) dengan berbagai ukuran dan susunan, pengasatan (drainage) permukaan yang
terganggu, serta goa-goa dan sistem pengasatan bawah tanah (Bambang Prastistho, 1995).
Hasil penelitian Air Bawah Tanah di Gunung Watuputih oleh Dinas Pertambangan Provinsi Daerah Tingkat
I Jawa Tengah pada Maret 1998 menjelaskan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya secara fisiografis
2

tergolong dalam tipe bentang alam karst yang memiliki goa-goa alam dan sungai bawah tanah. Luas batu
gamping Formasi Paciran yang membentuk Gunung Watuputih lebih kurang 3.020 Ha. Di kawasan tersebut
terdapat Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih yang merupakan area imbuhan air sebesar 2555,09681 Ha
(perhitungan Sistem Informasi Geografis) yang menjadi kawasan resapan air terbesar penyuplai sumber
mata air di sekitar kawasan Pegunungan Watuputih. Pendataan berkala Semarang Caver Association (SCA)
dan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang juga mendata adanya 49 goa yang
tersebar di sekitar wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih, 4 diantaranya memiliki sungai bawah
tanah aktif dengan 109 mata air yang mengalir di sepanjang musim kemarau dan penghujan.
Kerusakan pada mata air dalam kawasan karst ini ditengarai akan mengancam kehidupan masyarakat
sekitar lokasi pertambangan yang menggantungkan hidupnya dari lingkungannya. Selama ini, masyarakat
di Kabupaten Rembang yang hidup dengan cara bertani, berkebun, dan beternak memperoleh air yang
bersumber CAT Watuputih yang terdapat di Gunung Watuputih. Dengan demikian, kerusakan ekosistem
karst akibat aktifitas pertambangan di kawasan CAT Watuputih secara langsung akan mengancam
keberlanjutan sumber air dan kehidupan masyarakat yang secara social akan mengalami pemiskinan.
Namun demikian, secara legal, ijin penambangan gamping telah didapatkan dengan dikeluarkannya
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dari Bupati Rembang dan Surat Keputusan Bupati Rembang No.
545/68/2010 Tentang Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Eksplorasi Tras Kepada PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Laporan Amdal juga sudah dimiliki oleh PT Semen Gresik untuk melakukan
penambangan dan dianggap aman untuk melakukan penambangan batu kapur.
Karena merupakan bagian dari ekspansi industri semen yang disokong pemerintah, pembangunan
pabrik semen di Rembang telah mendapatkan pinjaman dari PT. Bank Mandiri (persero) Tbk. Fasilitas
pinjaman dari Bank Mandiri ini digunakan untuk mendukung produksi dan pembangunan pabrik. Sebagai
bank milik pemerintah dan perusahaan yang merupakan BUMN, pinjaman dari Bank Mandiri kepada PT
Semen Gresik, anak perusahaan PT Semen Indonesia ini dianggap sebagai pinjaman kepada pihak yang
berelasi, karena keduanya memiliki pemilik yang sama, yaitu pemerintah RI.
Pinjaman ini diberikan karena PT Semen Indonesia dianggap merupakan salah satu BUMN andalan
pemerintah yang produktif dan terus menerus membukukan laba, bahkan sampai melakukan ekspansi ke
luar negeri, antara lain di Vietnam. Peranan perbankan dalam perekonomian Indonesia sangat penting,
karena perbankan menguasai 79 persen dari seluruh asset industri keuangan, dan merupakan sumber
pembiayaan penting bagi proyek-proyek infrastruktur. Ini dapat dilihat dari porsi pemberian kredit dari
bank-bank jumbo pada sektor-sektor seperti konstruksi dan pertambangan.
Sebagai bagian dari pertanggungjawaban sosial dan lingkungan hidupnya, bank seharusnya melakukan
screening terhadap pemberian pinjaman maupun investasinya untuk proyek-proyek yang dianggap
berpotensi berdampak negatif terhadap lingkungan hidup dan berpotensi memunculkan masalah sosial.
Panduan pemberian pinjaman dan investasi ini, atau yang kerap disebut kebijakan Environmental
and Social Risk Management (ESRM) atau Environmental and Social Governance (ESG), di banyak bank di
negara-negara maju, telah menjadi suatu keharusan karena risiko sosial dan lingkungan pada akhirnya akan
berdampak pada risiko finansial juga kepada bank itu sendiri. Namun pada kenyataannya, hampir sebagian
besar bank yang beroperasi di Indonesia belum memiliki kebijakan ini, atau tidak mempublikasikannya,
padahal transparansi dalam hal ini diperlukan bagi publik sebagai konsumen dan juga investor untuk
menilai apakah bank ramah lingkungan dan menghormati hak asasi masyarakat terdampak atau tidak.
Sebagai anggota Koalisi ResponsiBank Indonesia yang bertujuan untuk mendorong perbankan menjadi
lebih bertanggung jawab dalam aspek sosial dan lingkungan hidup, Walhi menganggap bahwa pertimbangan
sosial dan lingkungan hidup harus menjadi syarat dalam pembangunan proyek-proyek besar dan berisiko
seperti industri semen ini, baik melalui proses penilaian dampak lingkungan yang benar, pemberian izin,
maupun pemberian kredit untuk membiayai proyek bersangkutan.
Oleh karena itu, Walhi melakukan penelitian ini untuk mengupas permasalahan kontroversi
penambangan karst di CAT Watuputih Kabupaten Rembang dari kedua aspek di atas yaitu pertama,
3

dampak sosial ekonomi dan lingkungan terhadap kehidupan masyarakat sekitar area penambangan dan
kedua, peran perbankan dalam membiayai ekspansi industri semen di wilayah Kabupaten Rembang ini.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk:
1. Mengidentifikasi persoalan-persoalan lingkungan dan sosial yang akan ditimbulkan dari rencana
pembangunan industri semen di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Kabupaten Rembang.
2. Mengetahui peranan dan kebijakan perbankan atas kedua persoalan tersebut dalam mendukung
investasi pembangunan industri semen di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Kabupaten Rembang.

1.3 Metodologi
Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan metode berikut:
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan melalui pengumpulan dan analisis literatur/dokumen yang relevan dengan
fokus penelitian, seperti; dokumen perizinan perusahaan, dokumen AMDAL, peraturan perundang-
undangan terkait, berita media, laporan penelitian dan kajian ilmiah, dokumen gugatan terhadap izin
lingkungan, profil, dan materi publikasi lainnya.
2. Observasi Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan, khususnya di Kecamatan Gunem sebagai lokasi utama pembangunan
tambang dan pabrik semen PT. Semen Indonesia. Pengamatan lapangan mencakup kondisi sekitar
lokasi pertambangan, aktivitas masyarakat, keadaan alam, dan mata air yang ada di sekitar lokasi
pertambangan. Selain pengamatan di Kecamatan Gunem, juga dilakukan pengamatan kondisi wilayah
di sekitarnya yang masih merupakan bagian dari kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih,
meliputi; Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sluke, Kecamatan Pancur dan Kecamatan
Kranggan.
3. Wawancara Mendalam
Pengembangan dan penajaman informasi dan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap
individu yang dinilai memahami masalah yang menjadi fokus penelitian (informan). Pemilihan informan
dilakukan dengan mempertimbangakan peran, tingkat pemahaman, dan keterangan/informasi individu
yang diberikan dalam proses diskusi awal penelitian. Adapun informan tersebut terdiri dari; inisiator
penolakan tambang semen, para Gus dan tokoh masyarakat, serta masyarakat yang setuju dengan
pembangunan pabrik semen.
4. Diskusi Kelompok Terfokus
Ada dua jenis diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) yang dilakukan. Pertama, FGD
tingkat kampung (diskusi kampung) dengan melibatkan masyarakat terkena dampak, tokoh masyarakat,
dan para aktivis lokal. Kedua, FGD Multipihak yang meilbatkan unsur pemerintah, pihak PT. Semen
Indonesia, pihak perbankan, dan organisasi masyarakat sipil.

1.4 Lingkup Penelitian


Proses penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan yakni bulan Mei Juni 2015 di Kab. Rembang, Provinsi
Jawa Tengah. Lingkup penelitian ini adalah masalah sosial dan lingkungan akibat rencana pembangunan
pertambangan dan pabrik semen PT. Semen Indonesia Tbk, khususnya di Kecamatan Gunem (Desa Tegal
4

Dowo, Desa Kajar, Desa Pasucen, dan Desa Timbrangan) dan Kecamatan Bulu (Desa Kadiwono) sebagai
wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP).
Selain itu, penelitian ini akan melihat bagaimana peran dan kebijakan perbankan, khususnya pemberi
pinjaman untuk rencana proyek pembangunan pabrik semen di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa
Tengah, terutama pada tahapan penambangan gamping dari kawasan karst.
Tinjauan Aspek
Lingkungan Hidup dan Sosial

2.1 Kondisi wilayah dan kependudukan Kabupaten Rembang


Secara geografis, Kabupaten Rembang terletak di ujung Timur Laut propinsi Jawa Tengah dan dilalui jalur
utama pulau Jawa, yaitu Jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura) dengan titik koordinat 111o 00 111o
30 Bujur Timur dan 6o 30 - 7o 6 Lintang Selatan. Kabupaten Rembang berbatasan langsung dengan
provinsi Jawa Timur, sehingga menjadi gerbang sebelah timur Provinsi Jawa Tengah. Bagian selatan
wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah perbukitan, bagian dari Pegunungan Kapur Utara, dengan
puncaknya Gunung Butak (679 meter). Sebagian wilayah utara, terdapat perbukitan dengan puncaknya
Gunung Lasem (ketinggian 806 meter).
Gambar 1. Letak Prov. Jawa Tengah dalam peta wilayah Indonesia

Jawa Tengah

Batas administrasi kab. Rembang:


Sebelah utara : Teluk Rembang (Laut Jawa)

Sebelah selatan : Kabupaten Blora

Sebelah barat : Kabupaten Pati

Sebelah timur : Kabupaten Tuban jawa Timur1

1 ht5tp://rembangkab.go.id/index.php/pemerintahan/geografi/letak-dan-luas-wilayah,
6

Di pegunungan Kapur Utara membentang kawasan lindung geologi dan bersinergi dengan kawasan
karst Sukolilo. Kawasan ini memiliki Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih dan sumber-sumber air lainnya
yang sampai sekarang mampu mencukupi lebih dari 607.198 jiwa di kabupaten Rembang2.
Kawasan gunung Lasem ini termasuk kawasan yang dilindungi dengan nama Cagar Alam Gunung
Celiring. Bahkan kawasan gunung Lasem atau gunung Celiring yang terletak di sebagian besar kecamatan
Lasem dan kecamatan Sluke, Kranggan, Sedan, Pancur dan Pamotan ini adalah kawasan Cekungan Lasem.3
Dengan demikian, kabupaten Rembang memiliki sumber daya alam yang membentang di sebelah
selatan adalah pegunungan kapur utara (atau Pegunungan Kendeng) dan wilayah utara adalah pegunungan
Lasem yang saling menyambung sebagai kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih dan Cekungan
Air Tanah (CAT) Lasem yang tidak ternilai harganya bagi kehidupan masyarakat dan keberlangsungan
ekosistem.
Kabupaten Rembang dengan luas 101.408 ha terdiri atas lahan sawah sebesar 29.058 ha (28,65%),
lahan bukan sawah sebesar 39.938 ha (39,38%) dan bukan lahan pertanian sebesar 32.412 ha (31,96%).
Menurut luas penggunaan lahan, lahan terbesar adalah tegalan sebesar 32,94%, hutan 23,45% persen dan
sawah tadah hujan sebesar 20,08 %. Menurut Kantor Pertanahan Kabupaten Rembang, sekitar 11.973 ha
berada pada ketinggian 0 -7 mdpl, 56.197 ha pada ketinggian 8 - 100 mdpl, 28.688 ha pada ketinggian 101
- 500 mdpl dan 3.112 ha pada ketinggian lebih dari 500 mdpl.4
Wilayah administratif Kabupaten Rembang mencakup 14 kecamatan dan 287 Desa dan 7 kelurahan.
Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Sale (10.714 ha) disusul Kecamatan Bulu
(10.240 ha).
Grafik1. luas wilayah kecamatan di Kab. Rembang

Sumber: http://rembangkab.go.id/

Jumlah penduduk Kabupaten Rembang tahun 2013 sebesar 608.903 jiwa dengan komposisi, perempuan
305.422 jiwa dan laki-laki 303.481 jiwa (rasio jenis kelamin 99,36). Berdasarkan usia, komposisi jumlah
penduduk Kab. Rembang terdiri dari: usia 0-14 tahun berjumlah 144.093 jiwa, usia 15 - 64 tahun berjumlah
422.992 jiwa, dan diatas usia 65 tahun berjumlah 41.818 jiwa. Tingkat kepadatan penduduknya adalah 600
jiwa/km2.5

2 Kompas.Com, regional News, Senin 8 Juni 2015


3 RTRW Jawa Tengah 1910 - 2030
4 http://rembangkab.go.id/index.php/pemerintahan/geografi/letak-dan-luas-wilayah,
5 Jawa Tengah Dalam Angka 2014. BPS Prov. Jawa Tengah dan Bappeda Prov. Jawa Tengah, 2014.
7

Gambar 2. Letak Kab. Rembang dalam peta Wilayah Prov. Jawa Tengah

Kabupaten Rembang

Dengan keadaan alam Kab. Rembang saat ini, penduduk Kab. Rembang mayoritas menggantungkan
hidupnya melalui pekerjaan di sektor pertanian. Penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja (tahun 2013)
sebanyak 310.793 orang dengan komposisi berdasarkan lapangan pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah penduduk (usia 15 th keatas) berdasarkan lapangan kerja

Lapangan pekerjaan utama Jumlah (jiwa)


Pertanian 145.046
Industri (manufaktur) 18.247
Konstruksi 18.273
Pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih 1.305
Perdagangan 60.531
Transportasi 8.868
Keuangan 3.361
Jasa 55.162
Total 310.793

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2014. BPS Prov. Jawa Tengah dan Bappeda Prov. Jawa Tengah, 2014

Jika dilihat distribusi persentase PDRB adh berlaku menurut lapangan usaha dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 20126, secara umum didominasi oleh sektor pertanian dengan angka kontribusi 43,91 persen (lebih
kecil dibandingkan pada tahun sebelumnnya). Penyumbang terbesar kedua adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang semakin meningkat persentasenya yaitu sebesar 17,83 persen. Sektor jasa juga
cukup andil memberikan kontribusi dengan 15,07 persen. Selain ketiga sektor tersebut distribusi sektor
yang lain masih di bawah 10 persen bahkan untuk sektor Listrik, Gas dan Air Bersih hanya sekitar 0,46
persen dari total PDRB. Demikian juga distribusi PDRB menurut harga konstan cenderung hampir sama.
Berikut adalah gambaran persebaran PDRB menurut harga berlaku dan konstan pada tahun 2012:

6 Sumber: http://rembangkab.go.id/index.php/struktur-perekonomian-daerah
8

Grafik2. Distribusi persentase PDRB adh berlaku menurut lapangan usaha, tahun 2010 sampai 2012

Sampai di tahun 2012, penduduk miskin di Kabupaten Rembang sebanyak 129.900 orang atau 21,88% dari
total penduduk Rembang (batas kemiskinan Rp. 261.156/kapita/bln). Jumlah ini mengalami penurunan
jika dibandingkan dengan tahun 2011 dimana penduduk miskin berjumlah 140.400 orang atau 23,71%
total penduduk Rembang (batas kemiskinan Rp. 240.859/kapita/bln). Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten Rembang pada tahun 2012 adalah 72,81 dengan Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan
sebesar Rp. 646.900.

2.2 Tinjauan Regulasi Pengembangan Industri Semen di


Rembang
Untuk memfasilitasi pengembangan Industri semen di kawsan karst, maka dilakukan beberapa perubahan
regulasi, seperti:
1. Kepmen. ESDM Nomor 1456 K/20MEM/2000 tentang klasifikasi pengelolaan Karst dirubah dengan
Kepmen ESDM Nomor : 17/2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst
2. SK. Nomor 0398 K/40/MEM/2005 tentang Penetapan Kawasan Karst Sukolilo terletak di 3
kabupaten, yaitu kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan dan kabupaten Blora dengan luas kawasan
mencapai 19.590 hektar dan terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya berubah menjadi
Kepmen ESDM Nomor : 2641 K/40/MEM/2014.
Urgensi perubahan kebijakan tersebut tentu untuk mempermudah terjadinya perubahan status kawasan
karst agar dapat dimanfaatkan dalam skala besar atau lebih tepatnya dalam hal pemberian izin usaha
pertambangan bagi PT. Semen Indonesia. Perubahan regulasi ini juga tetap dilakukan meski dinilai
bertentangan dengan beberapa peraturan perundang-undangan, seperti :
1. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindngan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Nasional
4. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Tata Ruang provinsi Jawa tengah Tahun 2010 -2030
Kabupaten Rembang di Jawa Tengah yang memiliki kawasan karst dan kekayaan sumberdaya alam menjadi
salah satu target wilayah pengembangan tambang dan Industri semen di Indonesia. Pola pemanfaatan
9

sumberdaya alam di Kab. Rembang dapat dilihat jelas dari Rencana Pola Ruang Kabupaten Rembang tahun
2011. Secara garis besar, pola ruang kab. Rembang telah dibagi kedalam kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
Dari pola ruang kabupaten Rembang berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Rembang No. 14 tahun
2011, Pemerintah Kabupaten Rembang telah mengalokasikan ruang kepada usaha pertambangan dan
industrial. Kawasan Peruntukan Pertambangan sebesar 27.628 Ha, Kawasan Peruntukan Industri Besar
seluas 869 Ha, dan Kawasan Peruntukan Kawasan Industri Menengah seluas 8.864 Ha. Dengan melihat
perencanaan tersebut, tidak mengherankan jika industri pertambangan semakin ramai di kabupaten
Rembang mulai dari kecamatan Pancur, kecamatan Kranggan, kecamatan Pamotan, kecamatan Gunem,
kecamatan Sluke, kecamatan Sedan dan kecamatan Sale dengan luasan puluhan ribu hektar.
Gambar 3. Kawasan Lindung Kab. Rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011

Gambar 4. Kawasan Budidaya Kab. rembang berdasarkan Perda No.14 tahun 2011

Sampai tahun 2013, terdapat sekitar 25 usaha pertambangan yang telah mendapatkan izin dan melakukan
proses produksi di Kab. Rembang.
10

Tabel 2. Daftar usaha tambang di Kabupaten Rembang sampai tahun 2013

No. Nama perusahaan Lokasi tambang Alamat Perusahaan Nomor Izin Usaha Komoditas
01 CV Alam Megah Tahunan Sale Tahunan Sale 503/46/C/2005 Batu kapur
Putih
02 CV Andesit Tras Terjan Kranggan Rungkut Surabaya 503/583/2010 Batu Tras
Makmur
03 CV Batu Permata Pamotan Ngotet Rembang 503/456/2010 Pasir kuwarsa
04 CV Driji Kencana Sidomulyo Sedan Kabongan kidul 503/473/2010 Marmer
Rembang
05 CV Mitra Sukses Tegaldowo gunem Margomulyo Surabaya 503/02/C/2003 Batu Gamping
06 CV Sinsantuk Sudan Kranggan Gedongmulyo Laasem 503/585/2010 Batuan Tras
07 CV Sumilir Jaya Terjan Kranggan Binangun Lasem 503/580/2010 Batuan Tras
Kembar
08 CV Wahyu Tegaldowo Gunem Tegaldowo Gunem 503/251/C/2005 Batu Kapur
Manunggal
09 CV Zen 99 Terjan Kranggan Bulu Jawa Bancar Tuban 503/803/2010 Batuan Tras
10 Koperasi Aneka Sendangmulyo Sluke Bogorejo Sedan 503/516/2010 Batuan Tras
Tambang
11 Koperasi Wreda Terjan Kranggan Jl Kartini - Gresik 503/582/2010 Batuan tras
Sejahtera
12 PT Kawi Aria Putra Terjan Kranggah Jl Dukuh Kupang XIV surabaya 503/584/2010 Batuan Tras
13 PT Sinar Asia Fortuna Tahunan Sale Tahunan Sale 503/171/2004 Batu Gamping
14 PT Sinar Asia Fortuna Tegaldowo Gunem Tahunan Sale 503/170/C/2004 Batu Gamping
15 Sdr. Basirun Kedung Pancur Sumberagung-Pancur 503/599/2010 Batu Andesit
16 Sdr. Djuwaro Ngulahan Sedan Pamotan Pamotan 503/1013/2010 Batuan Andesit
17 Sdr. Fatimatuz Zahro Terjan Kranggan Binangun - Lasem 503/501/20108 Batuan Tras
18 Sdr. H. Achyar Gesikan Sedan Bangunrejo sedan 503/458/2010 Pasir Kuwarsa
19 Sdr. Sarip Sidomulyo Sedan Sidomulyo Sedan 503/470/2010 Pasir Kuwarsa
20 Sdr. Sekar sari Terjan Kranggan Binangun Lasem 503/579/2010 Batuan Tras
21 Sdr. Siti naula Terjan Kranggan Jl Leran - Sluke 503/706/2010 Batuan Tras
22 Sdr. Supriyanto Ngolahan sedan Jolotundo Lasem 503/1012/2010 Batuan Andesit
23 UD Jago Sendang Mulyo Jangkli Krajan-Candisari Semarang 503/586/2020 Batuan Sirtu
Sluke
24 PT Semen Gresik Tegaldowo, Kajar, Jl. Veteran Gresik 503/0230/2013 Tanah Liat
Timbrangan, Pasu-
cen Kec Gunem
25 PT Semen Kec. Gunem Jl. Veteran Gresik Pendirian
Indonesia pabrik

Sumber: diolah dari berbagai sumber. WALHI Jawa Tengah, 2015

RPJMD Propinsi Jawa Tengah 2013 2018 menetapkan wilayah pertambangan melalui Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) untuk daerah Serayu Selatan, Pegunungan Sewu dan Pegunungan Kapur Utara.
Kabupaten Rembang masuk wilayah Pegunungan Kapur Utara. Yang terlihat secara kasat mata sepanjang
jalan jalur selatan Rembang melalui kecamatan Pancur, kecamatan Pamotan, kecamatan Gunem, kecamatan
Sedan, kecamatan Sluke, kecamatan Kranggan dan kecamatan Sale begitu banyak industri yang melakukan
penambangan.
Rencana pembangunan tambang batu gamping dan industri semen di Kabupaten Rembang dimulai
pada tahun 2010 dengan target lokasi di Kec. Gunem. Penambangan ini dilakukan oleh PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. yang berganti nama menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. sejak 20 Desember 2012).
Sampai di tahun 2013, PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. telah memperoleh sejumlah kelengkapan izin
11

dari Pemerintah Daerah kab. Rembang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai legalitas usaha
penambangan di kawasan karst Rembang (CAT Watuputih).
Adapun jenis izin dan kronologi terbitnya izin untuk usaha penambangan PT. Semen Indonesia (Persero)
Tbk. adalah sebagai berikut:7
Setelah mendapat penolakan di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, sekitar tiga tahun lalu, PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk- sejak 20 Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
berencana melakukan penambangannya di Kawasan Gunung Watuputih Kabupaten Rembang
dengan nilai proyek Rp 3,7 Triliun.
Pada tanggal 14 Oktober 2010 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk- telah mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
dengan diterbitkannya Keputusan Bupati Rembang No. 545/68/2010 Tentang Pemberian Wilayah
Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Eksplorasi Tras Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20
Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
Pada tanggal 18 Januari 2011 Bupati Rembang menerbitkan Keputusan No. 545/4/2011 Tentang Izin
Usaha Penambangan (IUP) Eksplorasi Atas Nama PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember
2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
Pada tanggal 18 Nopember 2011 Bupati Rembang menerbitkan Keputusan No. 591/040/Tahun 2011
Tentang Pemberian Izin Lokasi Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012
menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk - Untuk Pembangunan Pabrik Semen, Lahan Tambang
Bahan Baku dan Sarana Pendukung Lainnya
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero)
Tbk - telah melakukan penyusunan Amdal dan dinyatakan layak pada tanggal 30 April 2012 dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 660.1/10 Tahun 2012 Tentang Kelayakan
Lingkungan Hidup Rencana Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
Setelah adanya Keputusan dari Gubernur Jawa Tengah mengenai Kelayakan Lingkungan Hidup
Rencana Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, pada
tanggal 7 Juni 2012 Gubernur Jawa Tengah kembali mengeluarkan Keputusan No. 660.1/17 Tahun
2012 Tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen Oleh PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
Pada tanggal 15 Februari 2013 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk - telah memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi
dengan dikeluarkannya Keputusan Bupati Rembang No. 545/0230/2013 Tentang Pemberian Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batuan Tanah Liat Kepada PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk.
Kebutuhan pembangunan tambang dan pabrik semen oleh PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, di Rembang
yang direncanakan memproduksi semen sebanyak 3 juta ton per tahun ini membutuhkan areal seluas 900
ha dengan rincian sebagai berikut:8
Penambangan batu kapur, di desa Tegal Dowo dan Desa Kajar kecamatan Gunem kabupaten
Rembang dengan areal luas 520 Ha.
Penambangan tanah liat, di desa Kajar dan desa Pasucen kecamatan Gunem kabupaten Rembang
dengan areal luas 250 Ha.

7 Dokumen Gugatan Terhadap Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. WALHI, 2015.

8 Keputusan No. 660.1/17 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen Oleh PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
12

Pabrikan dan utilitas, di desa Kajar dan desa Pasucen kecamatan Gunem kabupaten Rembang
dengan areal seluas 105 Ha.
Jalan produksi, di desa Kadiwono kecamatan Bulu kabupaten Rembang dengan areal seluas 15 Ha.
Jalan Tambang, di desa Tegal Dowo, desa Kajar, desa Timbrangan kecamatan Gunem Kabupaten
Rembang dengan areal seluas 10 Ha.
Lokasi dan luas lahan tersebut juga diuraikan dalam Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Semen Indonesia
(persero) Tbk.9, yakni:
Tabel 3. Lokasi dan luas lahan pertambangan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

No. Lokasi Peruntukan lahan Luas (Ha)


1 Desa Tegal Dowo, Kajar Kec. Gunem Penambangan Batu Gamping 520
2 Desa Kajar dan Pasucen Kec. Gunem Penambangan Tanah Liat 240
3 Desa Kajar dan Pasucen Kec. Gunem Pabrik dan Utilitas 105
4 Desa Kadiwono Kec. Bulu Jalan Produksi 15
5 Desa Tegal Dowo, desa Kajar, dan desa Timbrangan, Kec. Gunem Jalan Tambang 10
Total 900
Sumber: dokumen Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batuan Tanah Liat PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

9 Keputusan Bupati Rembang No. 545/0230/2013 Tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batuan
Tanah Liat Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Tinjauan Aspek
Pembiayaan Perbankan

3.1 Perkembangan Industri Semen di Indonesia


Industri semen di Indonesia didominasi oleh empat pemain besar, yaitu PT Semen Indonesia, Indocement
Tunggal Prakarsa, Holcim Indonesia, dan Bosowa corporation dengan kapitalisasi pasar domestik masing-
masing sebesar 40%, 32%, 16% dan 5%.
Penjualan semen pada enam tahun terakhir mengalami kenaikan hampir dua kali lipat, yaitu dari 38
juta ton pada tahun 2008 menjadi 61 juta ton pada tahun 2014, walaupun pertumbuhannya mengalami
penurunan YoY (year on year) lebih dari separuh antara tahun 2012 dan 2013 (Tabel x).
Tabel 4. Pertumbuhan Penjualan Semen di Indonesia

Tahun Penjualan semen (ton)1 Pertumbuhan YoY (persen)


2014 61 juta +5,1
2013 58 juta +5,6
2012 55 juta +14,6
2011 48 juta +20,0
2010 40 juta +4,2
2009 38,4 juta +1,1
2008 38 juta -
prognosis
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

Pada tahun 2015, kapasitas produksi semen nasional diharapkan mencapai sekitar 75 juta ton (lihat Gambar
berikut).
14

Gambar 5. Kapasitas produksi PT. SI per tahun

Dalam Rapat Kerja di Kementrian Perindustrian, pada tanggal 12 Februari 2013, Ketua Asosiasi Semen
Indonesia (ASI), Widodo Santoso, menjelaskan bahwa dengan konsep MP3EI Indonesia kebutuhan semen
meningkat hingga 10 %. Dari kebutuhan semen 55 juta ton per tahun 2012 menjadi 60 juta ton untuk tahun
2013.10 Bahkan dalam RABN 2015, anggaran untuk infrastruktur meningkat menjadi Rp 390 triliun. 11
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta untuk memenuhi tren peningkatan
kebutuhan semen dalam pelaksanaan MP3EI tersebut. Industri semen mendapatkan kesempatan untuk
memacu produksinya karena jaminan kepastian permintaan pasar domestic yang terus tumbuh. Bahkan
Industri-industri semen dari Tiongkok pun siap bersaing untuk mendirikan pabrik di Indonesia.
PT Semen Indonesia sebagai produsen semen terbesar saat ini pun menunujukkan peningkatan kinerja
produksi maupun volume penjualan dari tahun 2013 ke 2014. PT. Semen Indonesia merupakan induk
dari empat perusahaan semen besar, yaitu PT. Semen Padang, PT. Semen Gresik, PT. Semen Tonasa dan
Thang Long Cemen Vietnam. Saham PT Semen Indonesia pun merupakan saham unggulan di bursa saham,
sehingga secara keuangan, PT Semen Indonesia dianggap sebagai bisnis yang prospektif, sehingga diminati
investor.
10 Tempo, Kebutuhan Semen Indonesia, 2013
11 RABN 2015 Perubahan, total anggaran untuk Infrastruktur (terbesar ke 2 setelah anggaran pendidikan)
15

3.2. Struktur Perusahaan PT Semen Indonesia dan PT Semen


Gresik
PT Semen Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang pemegang saham terbesarnya adalah
negara, dengan komposisi kepemilikan 51 persen negara dan 49 persen publik, dengan mayoritas adalah
investor asing12. Komposisi ini berlaku sejak tahun 2010, dimana pemegang saham kedua terbesar pada
waktu itu, yaitu Cemex Asia dan kemudian Blue Valley Holding Pte.Ltd melepaskan semua sahamnya yang
sebesar 24,9 persen ke publik.
Perseroan ini sudah berdiri sejak tahun 1957 dan beberapa kali bertransformasi. Saat ini PT Semen
Indonesia adalah produsen semen terbesar di Asia Tenggara dan terbesar di Indonesia, dengan produksi
per tahun mencapai 29,5 juta ton, dibanding dua pemain utama lainnya di pasar Indonesia, yaitu grup
Indocement dan Holcim Indonesia di urutan kedua dan ketiga. PT Semen Indonesia adalah induk (holding)
dari banyak perusahaan semen dan bisnis terkait lainnya.
Beberapa anak perusahaan PT Semen Indonesia yang juga adalah penghasil semen tersebar di
beberapa daerah seperti PT Semen Padang, PT Semen Gresik maupun PT Semen Tonasa. Perusahaan ini
juga memiliki sebuah anak perusahaan di Vietnam, Thanglong Cement Vietnam, yang diakuisisi pada tahun
2012, dimana PT Semen Indonesia saat ini memiliki 70 persen dari total sahamnya. PT Semen Gresik sendiri
adalah anak perusahaan PT Semen Indonesia yang kepemilikan sahamnya hampir sepenuhnya adalah milik
PT Semen Indonesia (99,2 persen). Gambar 1 menunjukkan struktur usaha dan entitas anak perusahaan PT
Semen Indonesia secara keseluruhan.
Gambar 6. Struktur usaha dan entitas anak perusahaan PT Semen Indonesia

Sumber: Laporan Tahunan PT. SI, 2014

Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang digunakan oleh Bank Indonesia (BI), pabrik
semen masuk dalam kategori industri barang galian bukan logam, khususnya industri semen, kapur, gips,
serta barang-barang dari semen dan kapur (dengan sandi 264000). Namun demikian, dalam alur kegiatan
produksinya, pabrik semen juga melakukan ekstraksi sumber daya alam berupa penambangan material
alam berupa batu kapur dan tanah liat.
12 http://www.semenindonesia.com/assets/files/files/investor/Public%20Expose/2014/Laporan%20Public%20Expose_25.08.
2014%20Final.pdf
16

Dalam tahapan produksi pabrik semen, khususnya yang berlangsung di Kabupaten Rembang, kegiatan
utama tahapan ini adalah penambangan tanah liat dan kapur. Pada tahapan inilah terjadi banyak masalah
di lapangan, sebagaimana yang akan diuraikan dalam bab-bab selanjutnya dalam laporan ini. Jika dikaitkan
dengan struktur perusahaan PT Semen Indonesia, maka anak perusahaan dengan fokus penambangan
kapur dan tanah liat dari divisi non produsen semen, adalah PT UTSG (United Tractor Semen Gresik).
PT UTSG memiliki struktur kepemilikan yang hampir berimbang dengan mayoritas saham, yaitu sebesar
55 persen dimiliki oleh PT Semen Indonesia Tbk, yang anak perusahaaannya adalah PT Semen Gresik,
dengan nilai saham sekitar 314,7 milyar rupiah13, sedangkan 45 persen saham dimiliki oleh United Tractor
Tbk14. Pemegang saham mayoritas United Tractor Tbk sendiri adalah PT Astra Internasional Tbk dengan
kepemilikan sebesar hampir 60 persen.

3.3 Syarat Normatif Tanggung Jawab dan Tata Kelola


Lingkungan PT Semen Indonesia
Dalam Bab I Pasal 1 Ayat 3 Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), diatur
tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Ayat tersebut berbunyi tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan
sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Secara normatif, PT Semen Indonesia sebagai perusahaan manufaktur dengan skala produksi yang
cukup signifikan, dan merupakan salah satu pemain utama produsen semen di Indonesia, melaksanakan
kewajibannya untuk menyampaikan tanggungjawab sosial dan lingkungannya kepada publik melalui
Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) yang telah mengikuti standar pelaporan GRI-G4 (Global
Reporting Initiative Generation 4).
Secara institusional, Misi ke-3 perseroan ini menyatakan bahwa PT Semen Indonesia Mewujudkan
tanggung jawab sosial serta ramah lingkungan. Menurut pernyataan dari PT Semen Indonesia dalam
laporan tahunannya (2014), perseroan ini telah mengoperasikan pabrik semen mereka sesuai dengan
standar-standar ramah lingkungan, dan telah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Perindustrian
dengan anugerah The Best Indonesia Green Award 2014.
Laporan Tahunan 2014 PT Semen Indonesia juga mengklaim bahwa PT Semen Indonesia telah melakukan
kegiatannya secara ter-standar, sesuai sertifikasi ISO 14001 sejak tahun 2004, dengan Sistem Manajemen
Lingkungan yang disertifikasi oleh SGS pada tahun 2010-2013. Sepanjang tahun 2014 saja, perusahaan ini
mengklaim telah mengeluarkan 5,18 milyar rupiah untuk upaya pengelolaan lingkungan hidup, dan bahkan
di pemberitaan beberapa media, disebutkan bahwa dana CSR PT Semen Indonesia yang dikeluarkan untuk
proyek Semen Rembang saja mencapai 6 milyar rupiah.
Namun demikian, kasus pembangunan pabrik semen Rembang misalnya, menunjukkan inkonsistensi
antara apa yang secara normatif dipaparkan dalam berbagai pernyataan perusahaan, dibandingkan dengan
praktek di lapangan. Praktek perusahaan beserta anak-anak perusahaannya di lapangan menunjukkan
inkosistensi tersebut.
Dalam beberapa laporan media misalnya, PT UTSG yang adalah anak perusahaan PT Semen
Indonesia untuk penambangan kapur dan tanah liat ditengarai melakukan pelanggaran dalam hal standar
pengoperasian di sekitar Rembang, sehingga menimbulkan polusi udara bagi penduduk,15 dan juga tidak
atau belum menunjukkan bukti bahwa mereka taat terhadap peraturan dana reklamasi kembali area
pertambangan16.
13 http://www.infovesta.com/infovesta/news/readnews.jsp?id=5b88a411-2415-11e4-b8da-e41f13c31ba2
14 http://www.unitedtractors.com/company-profile/business-structure
15 http://detakjateng.com/berita/diprotes-perusahaan-pertambangan-timbulkan-polusi-debu.html
16 http://mataairradio.com/berita-top/penambang-rembang-dana-reklamasi
17

3.4 Bank-bank Pemberi Pinjaman bagi PT. Semen Indonesia


Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Keuangan PT Semen Indonesia tahun 2014, sampai pada
akhir tahun 2014, paling tidak ada 8 bank di Indonesia yang masih aktif memberikan pinjaman kepada PT
Semen Indonesia. Kedelapan bank tersebut adalah:
1. Bank BNI
2. BRI
3. Bank Mandiri
4. Indonesia Eximbank
5. Bank BCA
6. Bank CIMB-Niaga
7. BPD Jawa Timur
8. Bank Sulawesi Selatan
Dua bank pembangunan daerah yaitu BPD Jatim dan Bank Sulsel berada bersama dua bank nasional yaitu
BRI dan Bank Mandiri (sebagai leader dalam sindikat bank ini) untuk memberikan kredit sindikasi kepada
anak PT Semen Indonesia yaitu PT Semen Tonasa, dengan total nilai maksimal sebesar 3,5 trilyun rupiah.
Sedangkan bank lain yang juga memberikan kredit kepada PT Semen Indonesia adalah dua bank dari
Vietnam yaitu An Binh Commercial Joint Stock Bank dan Bui Thi The. Bank asing lainnya yang terlibat
dalam pendanaan usaha PT Semen Indonesia adalah Standard Chartered cabang Vietnam, yang berada
dalam sindikasi dengan bank dari Jepang yaitu Sumitomo Mitsui dan Bank Mandiri dari Indonesia untuk
pembiayaan anak perusahaaannya yaitu TLCC Vietnam.
Untuk kategori pinjaman jangka pendek, Bank Mandiri berada pada posisi teratas, dengan nilai lebih
dari 100 milyar dolar Amerika dan 10 trilyun rupiah, diikuti oleh Bank BNI dengan sekitar 40 milyar dollar
Amerika dan 4,6 milyar rupiah, Indonesia Eximbank dengan sekitar 260 milyar rupiah, serta kedua bank
Vietnam, An Binh dan Bui Thi The, terutama berkaitan dengan pinjaman untuk TLCC Vietnam.

3.5 Penyaluran Pinjaman Bank Mandiri di Sektor Industri


yang Relevan
Sektor perindustrian/manufaktur, dimana pabrik semen jatuh dalam kategori ini, adalah sektor yang
menerima kucuran dana terbesar dari Bank Mandiri, yaitu sebanyak seperlima atau 20 persen dari total
pinjaman yang disalurkan Bank Mandiri selama tahun 2014 yang berjumlah 523,1 trilyun rupiah. Sektor
manufaktur menerima pinjaman sejumlah 106,8 trilyun rupiah dari pangsa kredit Bank Mandiri.
Namun dalam pernyataan-pernyataan resmi Bank Mandiri, dinyatakan bahwa Mandiri mendukung
program pembangunan pemerintah, yaitu MP3EI yang mayoritas adalah proyek konstruksi. Pinjaman
kepada PT Semen Indonesia, khususnya untuk pabrik semen Rembang, menurut pernyataan Bank Mandiri,
adalah bagian dari dukungan Bank Mandiri kepada perkembangan sektor konstruksi di Indonesia. Sektor
konstruksi menerima 4 persen dari total kredit Bank Mandiri, sedangkan kredit untuk sektor pendukung
konstruksi dan manufaktur, khususnya pertambangan, pada tahun 2014 adalah sebesar 6 persen dari total
seluruh investasi Bank Mandiri.
Jika ketiga sektor (industri, konstruksi dan pertambangan) ini digabung, maka sub-total ketiganya
adalah sekitar 30 persen dari keseluruhan pinjaman yang dikucurkan Bank Mandiri, atau hampir sepertiga
dari total kue kredit yang disalurkan Bank Mandiri (Grafik 1).
18

Grafik3. Komposisi pinjaman Bank Mandiri untuk berbagai sektor industri tahun 2014

Sumber: Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Bank Mandiri 2014, diolah (Lampiran 5/76-78)

Dengan demikian, ketiga sektor tersebut adalah sektor yang paling signifikan untuk Bank Mandiri, karena
terkait langsung, bukan saja hanya dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur
nasional, tetapi juga karena menyangkut kehidupan orang banyak dan terkait erat dengan keberlangsungan
lingkungan hidup karena termasuk berisiko tinggi terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia dan perusakan lingkungan hidup.

3.6 Hasil Assessment ResponsiBank terhadap kebijakan


investasi Bank Mandiri
Dalam assessment terhadap kebijakan pemberian kredit dan investasi yang dilakukan oleh Koalisi Masyarakat
Sipil ResponsiBank Indonesia17 Bank Mandiri tidak mendapatkan skor apapun alias mendapatkan nilai 0
pada sektor Pertambangan. Ini dapat berarti dua hal, pertama, Bank Mandiri tidak memiliki kebijakan
apapun mengenai sektor pertambangan berikut industri pengolahannya, dan juga konstruksi, dan kedua,
Bank Mandiri memiliki kebijakan untuk screening kredit/pinjaman, namun tidak mempublikasikannya18.
Dengan asumsi Bank Mandiri tidak memiliki kebijakan khusus dalam penyaluran pinjaman bagi
sektor berisiko tinggi, hasil assessment terhadap Bank Mandiri dalam sektor pertambangan (Tabel 2) ini
menunjukkan bahwa tidak ada kebijakan dari Bank Mandiri (sebagai pemberi pinjaman) kepada debitur-
debiturnya untuk mentaati prinsip-prinsip hak asasi manusia maupun pelestarian lingkungan hidup yang
sudah banyak diadopsi oleh sektor keuangan internasional.

17 Lihat Peringkat bank tahun 2014 di www.responsibank.id


18 Dari informasi peneliti ResponsiBank, diperoleh informasi bahwa Bank Mandiri sempat merespon (tahun 2013) saat diklarifikasi
mengenai kebijakan investasinya di sektor-sektor berisiko tinggi dengan menyurati ResponsiBank bahwa Bank Mandiri tidak
berkewajiban mempublikasikan kebijakan investasinya, karena bukan kewajiban yang diberlakukan oleh otoritas dunia keuan-
gan (saat itu masih Bank Indonesia).
19

Tabel 5. Hasil Asesmen terhadap Bank Mandiri dalam Kebijakan Investasi di Sektor Pertambangan

No. Elemen kebijakan yang dinilai terkait perusahan Hasil assessment


Skor Keterangan
dimana lembaga keuangan berinvestasi
1 Perusahaan menetapkan proses untuk mediasi ulang dan kompensasi bagi para 0 Tidak ada
korban pelanggaran hak asasi manusia (termasuk mekanisme pengaduan dan informasi
kemungkinan kompensasi).
2 Perusahaan mencegah konflik atas hak tanah dan memperoleh sumber daya alam 0 Tidak ada
hanya melalui konsultasi serius dengan masyarakat lokal dan memperoleh ijin secara informasi
FPIC (free, prior and informed consent) ketika menyangkut masyarakat adat.

3 Perusahaan mencegah konflik atas hak tanah dan memperoleh sumber daya alam 0 Tidak ada
hanya dengan memperoleh ijin FPIC dari pengguna lahan yang terlibat. informasi
4 Perusahaan menghormati Deklarasi ILO mengenai Prinsip dan Hak Dasar dalam 0 Tidak ada
bekerja. informasi
5 Perusahaan mengikuti Voluntary Principles on Security and Human Rights untuk 0 Tidak ada
keamanan karyawan dan area kerjanya informasi
6 Perusahaan mencegah dampak negatif operasinya terhadap kawasan yang dilindungi 0 Tidak ada
yang termasuk dalam Kategori I-IV dalam International Union for Conservation of informasi
Nature (IUCN).
7 Perusahaan mencegah dampak negatif operasinya terhadap kawasan situs Warisan 0 Tidak ada
Dunia UNESCO. informasi
8 Perusahaan mencegah dampak negatif operasinya terhadap kawasan yang dilindungi 0 Tidak ada
dibawah Konvensi Ramsar mengenai daerah Rawa-rawa. informasi
9 Perusahaan membayar pajak di tiap negara tempatnya beroperasi. 0 Tidak ada
informasi
10 Perusahaan terbuka mengenai pembayaran mereka kepada pemerintah (termasuk 0 Tidak ada
pajak tertangguh, pembayaran konsesi dan pajak). informasi
11 Menawarkan, menjanjikan, memberikan, dan meminta, baik langsung maupun tidak 0 Tidak ada
langsung, sogokan atau keuntungan lain untuk mendapatkan proyek atau keuntungan informasi
lainnya, tidak dapat diterima.
12 Perusahaan memitigasi kemungkinan kecelakaan dengan cara menggunakan teknik 0 Tidak ada
terbaru yang ada dan memiliki peta jalan yang solid untuk situasi krisis. informasi

13 Perusahaan menghindari lokasi dimana konsekuensi terjadinya kecelakaan lingkungan 0 Tidak ada
hidup tidak dapat tertangani. informasi
14 Perusahaan mengurangi limbah ekstraktif dan mengelola dan memprosesnya dengan 0 Tidak ada
cara yang bertanggungjawab. informasi
15 Pembuangan limbah tailing di sungai dan bawah laut tidak dapat diterima. 0 Tidak ada
informasi
16 Perusahaan memasukan efek lingkungan dan kesehatan pasca penambangan ke dalam 0 Tidak ada
rencana untuk membuka tambang baru. informasi
17 Perusahaan memastikan bahwa pemulihan kembali ekosistem setelah aktifitas 0 Tidak ada
komersil dari semua industri ekstraktif dilakukan sepenuhnya (mis. dengan informasi
memasukkan pembiayaan ini ke dalam perencanaan dan anggaran proyek).
18 0 Tidak ada
Perusahaan mengakui kedaulatan negara atas sumber daya alam mereka.
informasi
19 Perusahaan hanya beroperasi di negara dengan pemerintah yang lemah atau di 0 Tidak ada
wilayah konflik bila mereka bisa menunjukkan bahwa mereka tidak menyebabkan atau informasi
berkontribusi pada pelanggaran HAM.
20

No. Elemen kebijakan yang dinilai terkait perusahan Hasil assessment


Skor Keterangan
dimana lembaga keuangan berinvestasi
20 Perusahaan memajukan pertambangan skala kecil atau pertambangan rakyat yang 0 Tidak ada
memajukan ekonomi berkelanjutan dan pembangunan sosial di tingkat lokal. informasi
21 0 Tidak ada
Pertambangan uranium tidak bisa diterima.
informasi
22 0 Tidak ada
Pertambangan yang merusak gunung tidak bisa diterima.
informasi
23 Pertambangan batubara hanya diterima jika batubara tersebut digunakan di 0 Tidak ada
pembangkit paling modern, dengan emisi kurang dari 550 gram karbondioksida per informasi
jam (gCO2/kWh).
24 Perusahaan di-sertifikasi sesuai kriteria skema sertifikasi untuk mineral-mineral 0 Tidak ada
tertentu. informasi
25 Perusahaan mempublikasikan laporan keberlanjutan yang terdiri dari (sejumlah) 0 Tidak ada
Standar Keterbukaan dari Panduan Laporan Keberlanjutan GRI Generasi 4. informasi
26 Perusahaan publish a sustainability report that is set up in accordance with the 0 Tidak ada
GRI G4 Sustainability Reporting Guidelines, including the Mining and Metals Sector informasi
Disclosure (MMSD).
27 Perusahaan mengintegrasikan kriteria-kriteria sosial, ekonomi dan lingkungan hidup 0 Tidak ada
dalam kebijakan pengadaan dan operasional mereka. informasi
28 Perusahaan memasukkan pasal-pasal mengenai kepatuhan terhadap kriteria-kriteria 0 Tidak ada
sosial, ekonomi dan lingkungan hidup dalam kontrak-kontrak mereka dengan sub- informasi
kontraktor dan pemasok.

Sebagai bank kedua terbesar di Indonesia, Mandiri hanya menempati peringkat ke-9 dari 11 bank yang dinilai,
dengan agregat nilai rata-rata 2,6 persen dari 100 persen nilai maksimum. Mandiri hanya mendapatkan
skor pada dua tema saja yaitu pajak dan korupsi (15 persen) dan transparansi dan akuntabilitas (19 persen).
Poin ini didapat antara lain karena Mandiri menyebutkan tentang kebijakan anti gratifikasi dan fraud serta
disclosure data cabang Mandiri di Cayman Island, dan juga karena pelaporan keberlanjutan Mandiri yang
telah merujuk pada standar pelaporan GRI Generasi 4.
Bank Mandiri tidak mendapatkan poin apapun (0) untuk 11 tema/sektor lain yaitu perubahan iklim, hak
asasi manusia, hak-hak pekerja, remunerasi, serta sektor persenjataan, pangan, kehutanan, pertambangan,
migas maupun pembangkit listrik, -karena belum mempublikasikan kebijakan kredit apapun yang terkait
dengan elemen-elemen yang dinilai dalam tema dan sektor-sektor tersebut19.
Ketiadaan (atau tidak dipublikasikannya) kebijakan pemberian pinjaman yang sebenarnya berfungsi
sebagai rambu-rambu bagi pemberian kredit untuk sektor-sektor sensitif bagi bank terbesar di Indonesia
seperti Bank Mandiri ini menunjukkan bahwa industri perbankan di Indonesia masih ketinggalan cukup
jauh dari industri perbankan di negara lainnya, dimana juga dilakukan assessment yang sama, dan bank-
bank di Indonesia mendapatkan rata-rata skor yang paling rendah dibanding 6 negara lain.

19 www.responsibank.id
Temuan dan Analisis

4.1 Proses AMDAL dan Penerbitan Izin Lingkungan


Proses perencanaan dan pembangunan tambang dan pabrik semen PT. Semen Indonesia tidak transparan
dan partisipatif terhadap masyarakat, khususnya bagi masyaarakat di desa yang menjadi lokasi
pertambangan dan pabrik semen PT. Indonesia. Masyarakat secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak
mengetahui rencana awal pembangunan tambang dan pabrik semen, termasuk proses pembebasan lahan
(tanah), sosialisasi perencanaan tambang dan pabrik semen, dan pelibatan masyarakat dalam penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan dalam Pasal 22 ayat (1), jo Pasal 36 ayat (2) jo Pasal 36 ayat (1) Jo Pasal 40 ayat (10) Jo Pasal 41,
mengatur prosedur keluarnya ijin lingkungan sebagai berikut:

Gambar 7. Prosedur keluarnya Izin Lingkungan

Proses yang tidak transparan dan partisipatif terkait rencana pembangunan tambang dan pabrik
semen dapat terhitung sejak tahun 2010. Pada tanggal 14 Oktober 2010 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk
-sejak 20 Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk- telah mendapatkan Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP) dengan diterbitkannya Keputusan Bupati Rembang No. 545/68/2010, hingga
terbitnya Izin Lingkungan (7 Juni 2012) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batuan Tanah
Liat Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk./PT. Semen Indonesia Tbk. pada tanggal 15 Februari 2013.
Kondisi ini yang menjadi dasar timbulnya protes keras dari masyarakat dari beberap desa lokasi
pertambangan dan menolak masuknya alat-alat berat milik perusahaan pada pertengahan tahn 2014.
Protes ini terus berlanjut hingga terjadi aksi massa dan blokade jalan masuk pabrik PT. Smen Indonesia
sejak 16 Juni 2014 hingga saat ini. (sampai saat ini, para ibu-ibu masih bertahan dalam tenda-tenda yang
didirikan di jalan masuk pabrik PT. Semen Indonesia Tbk.)
22

Sejak saat itu, protes dan penolakan masyarakat terus meningkat. Proses yang perencanaan
pembangunan pabrik semen yang tidak transparan dan partisipatif telah melahirkan AMDAL dan Izin
Lingkungan dinilai cacat hukum karena bertentag dengan peraturan perundang-undangan. Dari beberapa
proses konsolidasi, masyarakat bersama Wahan Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) memutuskan untuk
melanjutkan penolakan terhadap pembangunan pabrik semen PT. Indonesia melalui jalur hukum. Jalur
hukum yang ditempuh adalah gugatan hukum terhadap Izin Lingkungan yang dikeluarkan oleh Gubernur
Jawa Tengah, melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang dengan menggunakan Hak Gugat
(legal standing) Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
Gugatan Terhadap Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah didaftarkan oleh Tim Advokasi Peduli Lingkungan tertanggal 31 Agustus 2014 kepada
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang.
Dalam dokumen gugatan, (poin A.2. Kronologi terbitnya keputusan A-quo)20 ditegaskan:
Bahwa dalam rencana pembangunannya, masyarakat merasa pihak PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk -sejak 20 Desember 2012 menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk- tidak pernah melakukan
sosialisasi kepada masyarakat yang akan terkena dampak.
Terkait dengan terbitnya Izin Lingkungan, masyarakat baru mengetahui pada tanggal 18 Juni 2014
setelah warga mendapatkan informasi dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah. Informasi
inipun diberitahukan setelah salah satu warga kabupaten Rembang mengajukan permohonan informasi
ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 5 Juni 2014. Masyarakat juga telah
melakukan upaya administrasi dalam bentuk menyampaikan surat keberatan terhadap Keputusan yang
telah dikeluarkan oelh Gubernur Jawa Tengah dengan menemui langsung Gubernur Jawa Tengah pada
tanggal 20 Juni 2014.21
Upaya administrasi tersebut telah dimuat dalam situs berita online Tempo tertanggal 21 Juni 2014
dengan judul Soal Pabrik Semen, Ganjar Dinilai Tak Tegas, Situs online Tempo tertanggal 22 Juni 2014
dengan judul Aktivis Gugat Izin Pabrik Semen di Rembang, Situs online NU Online tertanggal 20 Juni
2014 dengan judul Warga NU ajukan Keberatan Izin Pabrik Semen ke Gubernur Jateng, Situs online
MataAirRadio.net tertanggal 20 Juni 2014 dengan judul Lima Hari, Warga masih bertahan di Tenda
Penolakan Pabrik Semen.22
Tersebut Terkait dengan proses penyusunan AMDAL dan keluarnya Izin Lingkungan yang tidak patisipatif
dan bertentang dengan hukum, dalam gugatan terhadap izin lingkungan diuraikan:23

Bahwa selain cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan
data, dokumen, dan/atau informasi, Keputusan A-quo bertentangan dengan asas partisipatif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf k Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, yang berbunyi:
Yang dimaksud dengan asas partisipatif adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk
berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terkait dengan izin lingkungan, lebih lanjut dalam Pasal 39, berbunyi:

20 Dokumen Gugatan Terhadap Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. WALHI, 2015.
21 Surat menjadi lampiran Bukti dalam gugatan terhadap Gubernur jawa Tengah terkait Izin Lingkungan PT. Semen Indonesia.
(Vide: P.3. P.4, dan P.5.)
22 lampiran Bukti dalam gugatan terhadap Gubernur jawa Tengah terkait Izin Lingkungan PT. Semen Indonesia. (Vide: P.6.)
23 Dokumen Gugatan Terhadap Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Hal 27 28.
WALHI, 2015.
23

Ayat (1), Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib mengumumkan setiap
permohonan dan keputusan izin lingkungan.
Ayat (2), Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara yang mudah diketahui oleh
masyarakat.
Penjelasan pasal 39 (1) UU PPLH menyatakan bahwa tujuan mengumumkan permohonan izin
dengan cara yang yang mudah diketahui masyarakat adalah memungkinkan peran serta masyarakat,
khususnya yang belum menggunakan kesempatan dalam prosedur keberatan, dengar pendapat, dan
lain-lain dalam proses pengambilan keputusan izin.
Permasalahannya adalah dalam kasus ini dengar pendapat tidak dilakukan, pengumuman tidak
dilakukan, keberatan masyarakat yang ditunjukan melalui serangkaian protes dan debat di media
massa, bahkan keberatan resmi tidak menjadi pertimbangan.

4.2 Perampasan Tanah dan Konflik Sosial


Foto 1. Diskusi bersama masyarakat terdampak pertambangan semen. WALHI, 2015

Setelah terbitnya Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor: 545/68/2010 tentang pemberian Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP) tertanggal 14 Oktober 2010 kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. untuk
eksplorasi batuan Tras yang dilanjutkan dengan Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor: 545/2/2011
tentang Izin Usaha Penambangan (IUP) dan Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor: 591/040/Tahun
2011 tentang Pemberian Izin Lokasi, kerentanan sosial semakin nampak. Dari proses diskusi kampung
dan wawancara dengan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan (masyarakat terdampak) PT. Semen
Indonesia Tbk., ditemukan bahwa masuknya pertambangan semen PT. SI di Kec. Gunem telah menyebabkan
terjadinya perampasan tanah dan perpecahan antar kelompok masyarakat. Kondisi ini telah mengarah
pada konflik sosial.
Perampasan tanah terjadi karena perusahaan tidak menggunakan mekanisme yang jelas dalam proses
pembebasan lahan (tanah) masyarakat yang berada dalam kawasan WIUP. Selain itu, masyarakat merasa
tidak pernah dilibatkan dalam proses sosialisasi tentang rencana pertambangan di wilayah mereka.
Masyarakat justru mendapatkan berbagai tindakan dan upaya intimidasi agar mau menjual tanahnya.
24

Proses pembebasan lahan masyarakat yang masuk dalam WIUP PT. Semen Indonesia dapat diuraikan
berdasarkan sejumlah keterangan yang diperoleh sebagai berikut24:

Orang-orang berduit terutama dari Surabaya, Gresik, Tuban Jawa Timur dan Kota Rembang dan
kota-kota sekitarnya mencari tanah untuk dibeli di dalam lokasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan
yang masih dimiliki oleh masyarakat setempat.
Calo-calo atau Makelar tanah atau para Spekulan tanahpun bermunculan, terutama adalah para
Perangkat Desa yang di dukung oleh para Preman setempat. Masyarakat yang mempunyai tanah
di lokasi Wilayah Izin Usaha Petambangan diprovokasi dan dipaksa untuk menjual tanahnya dengan
segala cara.
Masyarakat dengan segala keterpaksaan dan rasa takut, dijualah tanah-tanah mereka dengan harga
sangat murah. Harga tanah yang dimiliki oleh masyarakat di Wilayah Izin Usaha Pertambangan
dihargai dengan Rp. 40.000.000,oo Rp 70.000.000,oo. Per Ha.
Selanjutnya para Calo dan Makelar tanah menjualnya kepada para Juragan yang dari Jawa Timur
dan Juragan dari Rembang dan kota-kota sekitarnya dengan harga Rp. 150.000.000,oo Rp
300.000.000,oo per Ha. Selanjutnya, para pemilik tanah baru tersebut menjual tanahnya kepada
pihak PT. Semen Indonesia, Tbk dengan harga Rp 400.000,000,-oo Rp 500.000.000,oo.
Warga yang menolak pertambangan melakukan protes dan akhirnya menempuh jalur hukum PTUN
untuk menggugat izin lingkungan yang diterbitkan oleh Gubernur Jawa Tengah.

Keadaan tersebut menyebabkan masyarakat di lokasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan pun mulai
terbelah antara yang Pro dan Kontra pendirian pabrik semen. Terbelahnya masyarakat menjadi kelompok
Pro dan Kontra bahkan sampai ke ranah keluarga masing-masing. Masyarakat yang Pro pembangunan
pabrik semen, mau melepaskan (menjual) tanahnya dan berharap bisa menjadi pekerja di pabrik semen.
Sedangkan, masyarakat yang Kontra pabrik semen, menolak menjual tanahnya dan lebih memilih untuk
tetap melanjutkan pertanian dan mata pencaharian lainnya.
Keterbelahan masyarakat ini semakin nyata ketika pada pertengahan tahun 2014, masyarakat Desa
Tegal Dowo di Kecamatan Gunem kaget dengan munculnya berbagai alat berat yang siap mendirikan pabrik
semen PT. Semen Indonesia, Tbk. Kejadian ini membuat keresahan di tengah masyarakat. Untuk menyikapi
hal tersebut, masyarakat melakukan protes dan menolak alat-alat berat milik PT. Semen Indonesia masuk
ke desa mereka untuk pembangunan pabrik semen.
Beberapa gambaran peristiwa terkait dengan kondisi perpecahan masyarakat dan tumbuhnya gerakan
penolakan pabrik semen PT. Semen Indonesia Tbk.

Ada gerakan penolakan dari warga. Gerakan itu melalui gerakan ala Santri. Kharisma Sang KH. Maemun
Zubair dari kecamatan Sarang, Dzuriyyah (keturunan) KH. Mashum sebagai pendiri Jamyyah NU dari
kecamatan Lasem. Kekuatan pondok pesantren Rodlotuth Tholibin Leteh kecamatan Rembang yang
sekarang diasuh oleh KH. Mustofa Bisri, Tokoh muda NU yang bernama Yahya Setaquf, Ubaidilah
Achmad dan tokoh-tokoh santri lainnya menyuarakan kedzoliman Industri Ekstraktif melalui gerakan
istighosah.
Para Gus-Gus25 di Rembang saling memberi dukungan sehingga gerakan istighosah ini mendapat
simpati dari berbagai pihak. Akan tetapi gerakan perlawanan melalui gerakan budaya istighosah oleh
beberapa orang dianggap kurang politis sehingga gerakan berubah lebih terbuka dan masif.
Hari Minggu, 15 Juni 2014, warga Desa Tegaldowo dan Desa Timbrangan kecamatan Gunem resah
saat mendapatkan kabar bahwa pada hari Senin, 16 Juni 2014, pihak PT. Semen Indonesia dan

24 Temuan dari diksusi kampung dan wawancara mendalam dengan masyarakat sekitar lokasi pertambangan.
25 Gus-gus adalah anak kyai yang bakal meneruskan perjuangan ke-Kyai-an bapak nya
25

kelompok masyarakat yang setuju dengan pendirian pabrik semen akan menggelar doa bersama
(istighosah) yang dilanjutkan dengan peletakan batu pertama oleh pihak PT. Semen Indonesia.

Kabar tentang kegiatan doa bersama dalam bentuk istighosah dan peletakan batu pertama terus
tersiar di Desa Timbrangan, Desa Tegaldowo dan desa-desa sekitar. Masyarakat dari berbagai desa
sekitar tapak pendirian pabrik semen yang merasa resah, berkumpul untuk melakukan strategi
perlawanan dan disepakati bahwa masyarakat tidak setuju terhadap pendirian pabrik semen dan
akan melakukan blokade jalan pada tanggal 16 Juni 2014 dengan tujuan menggagalkan acara doa
bersama dalam peletakan batu pertama pendirian pabrik semen tersebut.
Pada tanggal 16 Juni 2014, subuh hari, masyarakat dari Desa Timbrangan dan Desa Tegal Dowo
menuju ke lokasi tapak pabrik. Gerakan masyarakat kontra pendirian pabrik semen yang mayoritas
ibu-ibu ini setibanya di dekat lokasi tapak pabrik langsung dihadang oleh aparat Kepolisian bersama
aparat Tentara Nasional Indonesia.
Sekitar pkl. 07.00 WIB, ibu-ibu yang ikut dalam aksi tersebut dihimbau oleh aparat keamanan
untuk membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing. Aparat keamanan dan masyarakat
demonstran pun mulai bersitegang, terlebih aparat keamanan meminta pihak demonstran untuk
segera membubarkan diri karena aksi ini tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Sekitar pkl. 08.45 Wib., massa aksi dibubarkan secara paksa oleh pihak keamanan. Tetapi, massa
aksi tetap bersikukuh untuk tetap bertahan di lokasi tersebut dan melakukan doa dan dzikir secara
serentak.
Mendengar massa aksi dibubarkan secara paksa oleh pihak keamanan, warga dari desa-desa
terdekat mulai berdatangan. Sekitar pukul 14.00 WIB, ketika massa aksi yang diamankan oleh pihak
keamanan dilepas, keteganganpun mulai mereda dan massa aksi mulai mendirikan tenda untuk
bertahan sebagai simbul perlawanan terhadap rencana pembangunan pabrik semen.
Aksi blokade dengan menginap di tenda tersambut secara masif terpublikasi di media sosial.
Dari hari ke hari tren berita di media sosial terus meninggi. Aksi solidaritas di berbagai daerah pun
tersambut di Semarang, Blora, Porwokerto, Bandung, Jakarta, Makassar dan Yogyakarta.
26

4.3 Terancamnya Keberlanjutan Sumber Air Warga


4.3.1 Cekungan Air Tanah Watuputih Sebagai Kawasan Lindung Geologi
Telah banyak peraturan perundang-undangan yang menjelaskan secara tegas tentang tipe bentang alam
karst yang merupakan bagian dari kawasan lindung geologi. Peraturan perundang-undangan tersebut juga
dijadikan rujukan untuk melihat secara tegas bahwa Cekungan Air Tanah Watuputih merupakan bagian
dari bentang alam karst di kabupaten Rembang yang semestinya dilindungi oleh pemerintah.
Pegunungan Kapur Utara atau Pegunungan Kendeng yang berada di kabupaten Rembang berdasarkan
Keputusan Menteri (Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 17 K/MEM/2014 memenuhi
unsur wilayah karst dengan indikator yang dibuktikan secara faktual di lapangan.
Gambar 8. Sebaran mata air dan goa yang terdapat di kawasan Pegunungan Watuputih

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah,
di dalam lampiran I, Daftar Cekungan Air Tanah (CAT) Di Indonesia, di point 124 disebut Cekungan Air Tanah
Watuputih, di koordinat (bujur) III 029 0.73 - 1110 32 56.27, koordinat (lintang) -060 50 41.56 - 60 50
41.56, seluas 31 km2, di Kabupaten Rembang dan Blora, masuk dalam kategori B.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air


Pasal 20 ayat (1) berbunyi:
Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung,
daya tampung, dan fungsi sumber daya air.
Pasal 20 ayat (2), berbunyi
Konservasi sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, serta pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang
ditetapkan pada setiap wilayah sungai.
Pasal 21 ayat (1), berbunyi
Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber
air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh
daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia.
27

Pasal 21 ayat (2), berbunyi:


Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;

b. pengendalian pemanfaatan sumber air;

c. pengisian air pada sumber air;

d. pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;

e. perlindungan sumber air dalam hubungan nya dengan kegiatan pembangunan dan
pemanfaatan lahan pada sumber air;

f. pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;

g. pengaturan daerah sempadan sumber air;

h. rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau

i. pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.
Pasal 25 ayat (1), berbunyi
Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa, cekungan air tanah,
sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan
hutan, dan kawasan pantai.
Dengan demikian, berdasarkan Pasal 20 ayat (1), jo. Pasal 21 ayat (2), jo Pasal 21 ayat (1), Pasal 20 ayat
(2), jo Pasal 25 ayat (1), Konservasi sumberdaya air dilaksanakan salah satunya di cekungan air tanah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 20 ayat (1) huruf
(c), berbunyi:
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat: c. rencana pola ruang wilayah nasional yang
meliputi kawasan lindung nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional;

Lebih lanjut, Pasal 20 ayat (6), berbunyi:


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional diatur dengan peraturan pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional:
Pasal 51 huruf (e) menyatakan bahwa salah satu kawasan lindung nasional adalah kawasan lindung
geologi
Pasal 52 berbunyi:
Kawasan Lindung Geologi terdiri atas :

a. Kawasan cagar alam geologi

b. Kawasan rawan bencana alam geologi; dan

c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah


Pasal 53 angka (1) berbunyi:
Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 ayat (5) huruf a terdiri atas:
a. Kawasan keunikan batuan dan fosil
28

b. Kawasan keunikan bentang alam; dan

c. Kawasan keunikan proses geologi

Pasal 53 ayat (3), berbunyi:


Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52 ayat (5) huruf c terdiri atas:

a. kawasan imbuhan air tanah; dan


b. sempadan mata air.
Pasal 60 angka (2), berbunyi:
Kawasan keunikan bentang alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf b
ditetapkan dengan kriteria:
a. Memiliki bentang alam gumuk pasir pantai;

b. Memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, maar, leher vulkanik dan gumuk vulkanik;

c. Memiliki bentang alam goa;

d. Memiliki bentang alam ngarai/lembah

e. Memiliki bentang alam kubah;

f. Memiliki bentang alam kars.


Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bentang alam karst dan kawasan imbuhan air tanah
adalah kawasan lindung geologi yang seharusnya dilindungi sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang jo Peraturan Pemerintah
No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Nasional.

Peraturan Daerah (PERDA) No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruwang Wilayah (RTRW) Propinsi
Jawa Tengah tahun 2010-2030:
Pasal 30 berbunyi:
Pola ruang wilayah provinsi menggambarkan rencana sebaran kawasan lindung dan kawasan budi-
daya.
Pasal 31 berbunyi:
Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud pada pasal 30, meliputi:
Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

Kawasan perlindungan setempat;

Kawasan suaka alam, kawasan pelesatarian alam, dan kawasan cagar budaya;

Kawasan rencana bencana alam;

Kawasan Lindung Geologi;

Kawasan lindung lainnya.


Dalam Pasal 36 juga dijelaskan mengenai Kawasan Perlindungan Setempat, yang terdiri dari:
Sempadan Pantai
29

Sempadan sungai dan saluran irigasi

Kawasan sekitar danau/waduk/embung

Kawasan Sekitar Mata Air

Ruang terbuka hijau kota.


Pasal 40 berbunyi:
kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 huruf d, tersebar di kabupaten/kota
yang memiliki mata air.
Pada pasal 60 berbunyi:

Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 huruf e, terdiri dari:

Kawasan lindung kars;

Kawasan cagar alam geologi;

Kawasan imbuhan air.

Selanjutnya, dalam pasal 63 ditegaskan bahwa kawasan Imbuhan Air sebagaimana dimaksud dalam
pasal 60 huruf c, meliputi kawasan resapan air tanah pada :

Cekungan Majenang, Cekungan Sidareja, Cekungan Nusa Kambangan, Cekungan Cilacap, Cekungan
Kroya, Cekungan Banyumudal, Cekungan Purwokerto-Purbalingga, Cekungan Kebumen-Purworejo,
Cekungan Wonosobo, Cekungan Magelang-Temanggung, Cekungan Karanganyar-Boyolali, Cekungan
Belimbing, Cekungan Eromoko, Cekungan Giritontro, Cekungan Semarang-Demak, Cekungan Randu-
blatung, Cekungan Watu Putih, Cekungan Lasem, Cekungan Pati-Rembang, Cekungan Kudus, Cekun-
gan Jepara, Cekungan Ungaran, Cekungan Sidomulyo, Cekungan Rawapening, Cekungan Salatiga, Ce-
kungan Kendal, Cekungan Subah, Cekungan Karang Kobar, Cekungan Pekalongan-Pemalang, Cekungan
Tegal-Brebes, Cekungan Lebaksiu.26

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Tengah
tahun 2013 -2018 menetapkan bahwa wilayah pertambangan di Jawa Tengah terbagi dalam 3 zona inti,
yaitu wilayah Serayu Selatan, wilayah Pegunungan Sewu dan wilayah Pegunungan Kapur Utara. Sementara,
kabupaten Rembang masuk dalam wilayah Pegunungan Kapur Utara.
Dengan merujuk kepada seluruh peraturan perundang-undangan diatas, maka sangat jelas bahwa
Cekungan Air Tanah Watuputih adalah cekungan air yang harus dikonservasi (dilindungi) oleh pemerintah
berdasarkan peraturan perundang-undnagan yang berlaku.
Dalam dokumen gugatan terhadap Izin Lingkungan PT. Semen Indonesia Tbk. diuraikan (alasan gugatan)
bahwa Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang , Provinsi Jawa
Tengah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

26 Perda No.6 tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah, 2010 - 2030
30

Tabel 6. Analisis pertentangan peraturan perundang-undangan dengan SK Gubernur Jawa Tengah

Peraturan yang bertentangan Pokok Alasan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Konservasi sumberdaya air dilaksanakan
tentang Sumberdaya Air jo. Keputusan Presiden Republik salah satunya di cekungan air tanah.
Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Watuputih sudah ditetapkan
Cekungan Air Tanah sebagai cekungan air tanah

Undang-Undang Republik Indonesia Bentang alam karst dan kawasan imbuhan


air tanah adalah kawasan lindung geologi
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang jo.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Keputusan a-quo mengandung cacat


hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data,
Pengelolaan Lingkungan. dokumen, dan/atau informasi;
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Cekungan Watuputih adalah kawasan
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa lindung imbuhan air yang seharusnya
Tengah Tahun 2010 2030 jo. Keputusan Presiden dilindungi
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 Tentang
Penetapan Cekungan Air Tanah.

Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun Cekungan Watuputih adalah kawasan
2011 Tentang RTRW Kabupaten Tahun 2011 2031 jo. lindung imbuhan air yang seharusnya
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 dilindungi
Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah

Luas konsesi melebihi kawasan


yang diperuntukkan untuk industri
pertambangan besar

4.3.2 Hilangnya Sumber Air


Luas lahan yang digunakan untuk tambang dan pabrik semen PT. Semen Indonesia adalah 900 ha
berdasarkan Keputusan Bupati Rembang No. 545/0230/2013 Tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Operasi Produksi Batuan Tanah Liat Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Wilayahnya meliputi
Desa Tegal Dowo, Desa Kajar, Desa Pasucen, dan Desa Timbrangan untuk kecamatan Gunem, serta Desa
Kadiwono, Kecamatan Bulu.
31

Gambar 9. Peta Wilayah IUP PT. Semen Indonesia dan PT. Semen Indonesia Rembang Beserta Sebaran
Cekungan Air Tanah Watuputih, Goa, Mata Air, dan Ponor di Kabupaten Rembang

Gambar 10. Peta Geologi Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih, Provinsi Jawa Tengah
32

Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, pada pokoknya adalah memberikan izin lingkungan
kepada PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. untuk melakukan kegiatan: Pertama, penambangan batu
kapur; Kedua, penambangan tanah liat; ketiga membangun pabrik dan utilitas; Keempat membangun jalan
produksi dan Kelima, membangun jalan tambang. Kelima kegiatan tersebut berada di pegunungan kendeng
utara, khususnya CAT Watuputih sehingga berpotensi dapat menyebabkan kerusakan dan pencemaran
lingkungan.
Keputusan tersebut didasari oleh kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau
pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi. AMDAL menjadi dasar penerbitan Izin Lingkungan.
Dokumen AMDAL disusun berdasarkan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) yang
selanjutnya disusun menjadi dokumen ANDAL yang menjadi dasar penetapan AMDAL. Penyusunan ANDAL
mesti didasarkan pada kajian yang tepat dan komprehensif untuk menghindari penilaian yang keliru dalam
penetapan layak atau tidaknya suatu wilayah menjadi lokasi pertambangan dan upaya-upaya yang akan
diterapkan secara sistematis dan terukur untuk pengelolaan dan perlindungan lingkungan.
Faktanya, ditemukan kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data,
dokumen, dan/atau informasi dalam dokumen ANDAL PT. Semen PT. Semen Gresik (Persero) Tbk/PT.
Semen Indoensia (Persero) Tbk. Kesimpulan ANDAL yang menjadi dasar keluarnya SK Kelayakan Lingkungan
yang kemudian menjadi dasar keluarnya Ijin Lingkungan ternyata tidak berdasarkan informasi yang benar.

Dalam Dokumen ANDAL PT. Semen Gresik (Persero) Tbk/PT. Semen Indoensia (Persero) Tbk. ,
ditemukan informasi sebagai berikut:

Halaman I-10: areal penambangan merupakan kawasan karst yang memiliki beberapa mata
air sehinggadikategorikan kawasan lindungsehingga perlu dikaji kelas-kelas karst yang boleh
ditambang.
Halaman II-19: Di kawasan IUPmerupakankawasan imbuhan/resapan air tanah, tempat masuknya
air ketika terjadi hujan menuju akuifer yang dikeluarkan dalam bentukmata air.
Berdasarkan hasil pemetaan dengan metode APLIS terdapat dua kategori imbuhan air tanah
sedang (40-60%) dan imbuhan air tanah tinggi (60-80): Imbuhan sedang Karstifikasi sedang,
Imbuhan tinggi Karstifikasi tinggi.
Halaman III-20: Kawasan UP sebagian besarmerupakan kawasan resapan airyang air tanahnya
mengarah ke arah timur atau di Desa Tahunan, Kecamatan Sale.
Halaman III-20: Maka dari itu perlu diketahuihubungan antara daerah resapan IUP ini dengan mata
airdi bagian timur yang merupakan mata air tahunan yaitu pada Sumber Semen dan Brubulan.
Halaman III-20: Daerah imbuh mata air Sumber Semen 635 l/detik seluas 7500 ha. Sumber
Brubulan 100 l/dt seluas 220 ha.
Halaman III-25: Di daerah IUP: akuifer semi conduit, air meresap ke dalam lembah, masuk ke
dalam lorong gua dan keluar menjadi mata air. Berdasarkan hasil pengeboran terdapat rongga
(baca: gua).
Halaman III-30: Mata air Brubulan mempunyaidaerah tangkapan di IUP sebesar 40 %berdasarkan
interpretasi foto.
Halaman III-38: Mata air Brubulan Pesucen adalahmata air vital bagi masyarakatkhususnya
untuk mandi, mencuci danIRIGASI
Halaman III-78: Kawasan karst Tegaldowo
1. Mengalami proses pelarutan

2. Membentuk struktur pelarutan sperti lekukan dan rongga-rongga dalam berbagai ukuran

3. Membentuk sistem perguaan ciri utama karst


33

Bahwa berdasarkan data-data di atas, tim penyusun Amdal menyimpulkan (halaman III-80):

1. Bahwa lokasi petak termasuk kawasan budidaya. Lokasi kawasan kars lindung berada di luar
petak rencana penambangan.

2. Bahwa tidak ditemukan mata air, goa, baik basah maupun kering di dalam petak.

3. Bahwa daerah penambangan bukan termasuk dalam kawasan kars lindung sehingga dapat di-
lakukan penambangan daerah penyelidikan

Merujuk pada kedua gambar (Peta) diatas, sesungguhnya memberikan gambaran yang jelas bahwa wilayah
pertambangan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang , Provinsi Jawa Tengah tumpang tindih dengan kawasan Cekungan
Air Tanah (CAT) Watuputih.
Masyarakat bersama Tim Kementerian Lingkungan Hidup pada bulan Juli 2014 melakukan kunjungan
lapangan di area Cekungan Air Tanah Watuputih, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, telah
menemukan satu titik ponor yang berada dalam kawasan Ijin Usaha Penambangan (IUP) PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk/PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. selain itu, masyarakat yang tergabung dalam Jaringan
Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang pada tanggal 12 Agustus 2014 melakukan
penulusuran lapangan di area CAT Watu Putih, Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang,
telah 2 titik ponor yang berada di kawasan IUP PT. Semen Gresik (Persero) Tbk./PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk.
Dengan demikian, aktivitas pertambangan dan pabrik semen di wilayah tersebut akan secara langsung
mengancam keberlanjutan sumber air. Hal ini dapat disebabkan oleh penghancuran gugusan karst untuk
bahan baku semen dan penyerapan air dalam jumlah yang sangat besar. Kerusakan ekosistem karst
secara langsung berdampak pada keberlanjutan sumber air yang berasal dari mata air bawah tanah yang
berada di gugusan pegunungan karst. Lebih lanjjut, kehilangan sumber air akan memberikan ancaman
terhadap keberlangsungan hidup dan mata pencaharian masyarakat yang selama ini menggunakan air
yang bersumber dari mata air CAT Watuputih.
Hasil penelitian Air Bawah Tanah di Gunung Watuputih oleh Dinas Pertambangan Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Tengah pada Maret 1998 menjelaskan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya secara
fisiografis tergolong dalam tipe bentang alam karst. Terdapat fenomena alam unik dengan adanya goa-goa
alam dan sungai bawah tanah.27
Hasil pendataan secara berkala yang dilakukan oleh Semarang Caver Association (SCA) dan Jaringan
Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang, terdata 49 goa yang tersebar di sekitar wilayah
Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih dan 4 diantaranya merupakan goa yang memiliki sungai bawah
tanah aktif. Terdapat 109 mata air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air parenial yang
mengalir di sepanjang musim kemarau dan penghujan.
Dari pengamatan lapangan, zona jenuh air berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan
berada pada ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan pada ketinggian lebih kurang 190 mdpl.
Temuan sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100 350 mdpl tersebar di area CAT Watuputih
dan di wilayah yang berada di sebelah barat daya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih, data ini yang
menguatkan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai kawasan karst, dimana akuifer air masih
berjalan dengan sangat baik, ini ditandai dengan mata air yang keluar melalui zona-zona rekahan pada
setiap ketinggian, dan pembentukan sistem sungai bawah permukaan yang ditemukan dalam Goa Temu
menunjukkan bahwa Pegunungan Watuputih merupakan pegunungan yang mengalami proses karstifikasi

27 Hasil Penelitian Dinas Pertambangan Provinsi Jawa Tengah, Maret 1998. Dimasukkan sebagai lampiran bukti dalam gugatan
Izin Lingkungan PT. Semen Indonesia (persero) Tbk, Agustus 2014, Vide P.1.
34

aktif sebagai bagian dari Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara yang berfungsi sebagai epikarst
penyimpan air yang sangat besar bagi penyupali mata air yang ada disekitarnya.28
Luas batu gamping Formasi Paciran yang membentuk Gunung Watuputih lebih kurang 3.020 Ha.
Kawasan CAT Watuputih yang merupakan area imbuhan air sebesar 2555,09681 Ha (hasil perhitungan
melalui Sistem Informasi Geografis) yang menjadi kawasan resapan air terbesar penyuplai sumber mata air
yang ada di sekitar kawasan Pegunungan Watuputih. Dari pengukuran lapangan berdasarkan data AMDAL
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk / PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, mata air yang terbesar adalah Sumber
Semen memiliki debit 600 lt/detik terletak di Desa Tahunan di bagian timur wilayah CAT Watuputih,
dan mata air yang terkecil adalah Mata air Belik Watu memiliki debit 0,02 liter/detik, terletak di Desa
Timbrangan di bagian barat area CAT Watuputih. Berdasarkan jumlah debit yang terukur di lapangan dari
109 mata air yang ada di kawasan pegunungan karst Watuputih dapat diperhitungkan estimasi volume air
yang dihasilkan oleh mata air dalam satu hari, bila disimulasikan mata air yang terkecil 0,02 liter/detik dalam
1 hari/24 jam/3600 menit/86400 detik akan menghasilkan air 1728 liter dalam satu hari, mata air dengan
debit terbesar 600 liter/detik dalam 1 hari akan menghasilkan 51.840.000 liter air dimana kurang dari 10%
dimanfaatkan langsung untuk kebutuhan masyarakat dan sisanya terdistribusi ke lahan pertanian.29
Ini menunjukkan bahwa air yang dihasilkan dari sumber-mata air yang ada di sekitar kawasan karst
CAT Watuputih melebihi dari kebutuhan dasar masyarakat terhadap air yang rata-rata menggunakan 15
20 liter/hari/orang, jika nilai ini divaluasi sebagai potensi ekonomi maka jumlah air yang dihasilkan akan
melebihi nilai yang didapat dari sektor pertambangan, yang berpotensi mengurangi bahkan menghilangkan
pasokan dan distribusi air pada sumber-mata air yang ada di sekitar kawasan karst CAT Watuputih. Mata Air
Sumber Semen yang menjadi sumber utama untuk pemenuhan kebutuhan air masyarakat di 14 Kecamatan
Kabupaten Rembang, dengan estimasi memenuhi kebutuhan 607.188 jiwa di 14 kecamatan Kabupaten
Rembang (PDAM, 2013) sebagian besar disuplai dari CAT Watuputih dan sebagian lagi dari sayap antiklin
yang membentang antara Gunung Butak Tengger dan sekitarnya maupun dari selatan Desa Tahunan.30

Gambar 11. Mata air Sumber Semen di Kab. Rembang

Sumber : WALHI, 2015

28 Kajian Potensi Kawasan Karst Kendeng Utara Pegunungan Rembang Madura Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dimasukkan
sebagai lampiran bukti dalam gugatan Izin Lingkungan PT. Semen Indonesia (persero) Tbk, Agustus 2014, Vide P.3)
29 Idem.
30 Idem.
35

Berdasarkan teori epikarst, penambangan bukit gamping akan mengurangi jumlah simpanan air
diffuse, dan sebaliknya akan meningkatkan aliran conduit saat hujan. Dampak yang sangat tidak diharapkan
adalah bertambahnya persentese aliran conduit saat musim hujan yang dapat mengakibatkan banjir dan
berkurangnya persentase aliran diffuse saat musim kemarau sehingga mata air akan menjadi kering.
Dalam izin usaha pertambangan yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Rembang
merekomendasikan kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk / PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. untuk
melakukan penambangan di area yang masuk ke dalam kawasan CAT Watuputih seluas 131,55 hektare
(1.315.500 m2). Potensi risiko hilangnya air dapat dihitung berdasarkan hubungan curah hujan rata-rata
di wilayah Kecamatan Gunem dan Sale 1500 mm/tahun (1,5 m) dengan asumsi jika 50% menjadi aliran
permukaan dan 50% menjadi air tanah (0,75 m), jika asumsi porositas batu gamping di kawasan CAT
Watuputih pada zona epikarst 20% dan jika diasumsikan batu gamping yang akan ditambang sampai pada
kedalaman 20 meter maka, potensi kehilangan mata air yang tersimpan adalah:31

Potensi Kehilangan Air


Estimasi curah hujan yang masuk ke air tanah x luas area pertambangan x kedalaman zona epikarst
yang hilang x porsentase zona epikarst
0,75 m x 1.315.500 m2 x 20 m x 20% = 4.054.500 m3

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. telah membuat perencanaan produksi 3 juta ton per tahun dan
didukung oleh teknologi tinggi untuk industri semen di Rembang.

Tabel 7. Proyek Rembang PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. (Informasi Umum)

Nama Proyek Proyek Rembang


Lokasi Proyek Rembang, Jawa Tengah
Kapasitas 3 juta ton semen / tahun
Dimulainya pekerjaan Februari 2014
Batas Pelaksanaan Quarter 4 2016
Anggaran Rp 3.717.490.909.185, yang terdiri dari

EUR 115.272.706,72 (kurs EUR 1 = IDR 11.567)

USD 19.651.437,78 (kurs USD 1 = IDR 9.253,5)

IDR 2.202.286.930.984,92
Pengelolaan Swakelola PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk

Dengan operasi produksi dikembangkan untuk mendukung produksi bersih dan penambangan yang
dilakukan langsung diteruskan dengan program reklamasi. Sedang setrategi pengelolaan lingkungan
dilakukan melalui; program pengelolaan pencemaran dengan membuat green belt dan green barrier.
Sedang program konservasi sumber daya melalui konservasi energi, pengelolaan limbah dan sampah,
konservasi air dan keanekaragaman hayati dan penurunan Gas Rumah Kaca (GRK).32

31 Dokumen Gugatan Terhadap Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.Latar Belakang
Gugatan, Hal. 8. WALHI, 2015.
32 Paparan PT. Semen Indonesia,Tangggungjawab kelestarian Lingkungan di sekitar industri pertambangan (PT. Semen Indonesia)
di Rembang, FGD Multipihak, WALHI Jawa Tengah, 2015.
36

Gambar 12. FGD Multipihak terkait pembangunan pabrik semen di Kab. Rembang

Sumber : WALHI, 2015

Dengan mempertimbangkan besarnya ancaman dan dampak dari pertambangan semen, beberapa pihak
(masyarakat sipil dan akademisi) menilai bahwa rencana pertambangan PT. Indonesia berisiko tinggi dan
upaya pengelolaan lingkungan yang akan diterapkan tidak mampu sepenuhnya menaggulangi besarnya
dampak kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan.

Gambar 13. Lokasi pertambangan PT. Semen Indonesia Tbk. Kecamatan Gunem

Sumber : WALHI, 2015

Mesti diperhatikan bahwa selain memberikan ancaman terhadap sumber air, aktivitas pertambangan
semen juga akan mengancam keberlanjutan lahan pertanian, perkebunan, peternakan, dan mata
pencaharian lain masyarakat. Faktanya, lokasi pertambangan PT. Semen Indonesia Tbk. merupakan daerah
subur dan sangat produktif. Masyarakat selama ini menggunakan lahan tersebut sebagai lokasi pertanian,
37

perkebunan skala kecil dan tempat memelihara ternak. Dengan demikian, pertambangan di lokasi tersebut
juga akan memberikan ancaman terhadap keberlanjutan mata pencaharian masyarakat dan sumber
pangan produktif.

Gambar 14. Peternakan warga di Kec. Gunem (Lokasi Pertambangan PT. Semen Indonesia)

Sumber : WALHI, 2015

Masyarakat memberikan penjelasan secara terperinci tentang kemudahan bertani dan beternak sebagai
topangan ekonomi masyarakat di kabupaten Rembang (sebelum masuknya pertambangan semen). Kondisi
alam sangat memungkinkan dan semua bahan yang diperlukan mudah untuk didapatkan. Oleh karena itu,
mempertahankan tanah untuk melanjutkan pertanian menjadi salah satu alasan kuat mengapa masyarakat
menolak pertambangan semen.33

Bertani itu sangat murah dan mampu memberi kecukupan hidup pemilik dan pengolahnya. Petani
yang mengolah sawah seluas 1.028 m2 dan menghasilkan padi sangat melimpah, lebih dari 1,3 ton
dan dipengaruhi musim. Ketika pas musim gadu34 bisa menghasilkan lebih dari 2 ton. Gampangkan?
Syaratnya tinggalkan seluruh saran dan anjuran dari Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
yang selalu menjadi sales pabrik Sarana Produksi Pertanian (SAPRODI)
Berdasarkan pengalaman 13 tahun mengolah sawah secara organik dan uji coba akhirnya tertemukan
bahwa, batang padi yang selama ini menjadi pakan ternak atau hanya dibakar bisa dijadikan pupuk
organik.
Berdasarkan pengalaman, batang padi atau damen itu cukup dikumpulkan, diberi garam secukupnya
dan terudung plastik atau lainnya selama 3-5 hari. Selanjutnya, beri tumpukan batang padi tadi diberi
mikroba atau EM4. Mikroba atau EM4 yang paling murah dan manjur, adalah dengan terasi
secukupnya (harganya sekitar Rp 3.000,oo), larutkan dengan air dan tuangkan dalam tumpukan
jerami atau batang padi dan tutup lagi. Biarkan selama 7 - 10 hari, maka pupuk organik paling murah
sebagai tradisi petani siap ditaburkan ke seluruh areal persawahan. Tidak percaya? coba saja.
Kegiatan Petani selain mengolah lahan sawah dan tegalannya adalah beternak. Berdasarkan
pengalaman, dengan berternak 80 ekor kambing, setiap minggu membutuhkan waktu 4 jam untuk
mengolah dan menyiapkan pakan ternak tersebut, sementara untuk harian dibutuhkan pagi 30 menit
dan sore 30 menit. Hasilnya bisa mengangsur kredit mobil Colt T Mithsubisi setiap bulannya, bisa
menyekolahkan anak SLTP, SLTA dan PT tanpa masalah, makan harian, pirukun(sosial) tanpa keluhan.

33 FGD (Diskusi kampung) dengan masyarakat terdampak aktivitas pertambangan PT. Semen Indonesia Tbk.
34 Panen Gadu, yaitu panen padi ketika pada bulan September, Oktober, November
38

4.4 Pembiayaan Bank Mandiri kepada PT Semen Gresik


Secara keseluruhan, Bank Mandiri adalah kreditor terbesar dari PT Semen Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dari data mengenai pinjaman yang diberikan kepada PT Semen Indonesia. Ini berlaku untuk baik pinjaman
jangka pendek maupun jangka panjang.
PT Semen Gresik khususnya, sebagai entitas anak dari PT Semen Indonesia, pada tahun 2014
mendapatkan 2 fasilitas peminjaman jangka pendek dari Bank Mandiri, yaitu fasilitas non-cash loan dalam
bentuk LC sejumlah 1,4 trilyun rupiah dengan tenor 42 bulan untuk proyek PT Semen Rembang dan fasilitas
transaksi treasury sebesar 15 milyar dollar dengan tenor satu tahun (Tabel 5).

Tabel 8. Pinjaman Jangka Pendek dari Bank untuk PT Semen Indonesia tahun 2014

No. Bank pemberi Entitas penerima Jenis pinjaman/ Besaran pinjaman Periode
pinjaman pinjaman fasilitas
1 PT Bank BNI PT Semen Indonesia LC Maks. USD 25 juta 17 Apr 2012 s.d 16
Apr 2015
PT Sepatim Kredit Modal Kerja Rp 4,6 milyar 28 Ags 2012 s.d 26
Batamtama (anak PT (KMK) Ags 2015
Semen Padang)
PT Semen Padang LC USD 30 Milyar dan 2007 s.d. 16 Apr
USD 5 Milyar 2015
2 Indonesia PT Semen Padang KMK Ekspor I Rp 5 milyar 27 Nov 2014 s.d. 27
Eximbank Nov 2015
KMK Ekspor II Rp 257,5 milyar

Jaminan Rp 2,5 milyar


3 PT Bank Mandiri PT Semen Indonesia Non Cash Loan Maks USD 50 milyar 31 Okt 2001 s.d 27
(NCL) dlm bentuk Jun 2015
LC USD 25 milyar

Trust Receipt (TR)


PT Semen Indonesia Modal Kerja Rp 1 trilyun 2 Ags 2012 s.d 2
(Standby loan) Jun 2015
PT Semen Indonesia Transaksi Treasury USD 50 milyar 21 Jun 2010 s.d. 27
Jun 2015
PT Semen Padang Non Cash Loan Rp 150 milyar 5 Sept 2012 s.d. 27
(NCL) dalam bentuk Jun 2015
LC
PT Semen Padang Pinjaman sindikasi Rp 1,95 trilyun 8 Mei 2014 s.d
(Proyek Indarung ...(42 bulan)
VI)
PT Semen Tonasa Non Cash Loan USD 15 Milyar 26 Jun 2014 s.d. 27
(NCL) dalam bentuk Jun 2015
LC impor, SKBDN
dan bank garansi.
PT Semen Tonasa Transaksi Treasury US 12 milyar 26 Jun 2014 s.d. 27
Jun 2015
PT Semen Gresik Non Cash Loan Rp 1,4 trilyun 11 Mar 2014 s.d.
(NCL) dalam bentuk 2017
LC
PT Semen Gresik Transaksi Treasury USD 15 milyar 17 Jun 2014 s.d. 27
Jun 2015
39

No. Bank pemberi Entitas penerima Jenis pinjaman/ Besaran pinjaman Periode
pinjaman pinjaman fasilitas
4 An Binh PT Semen Gresik Kredit VND 322 juta 2011 s.d. Jun 2015
Commercial
Joint Stock Bank
5 Bui Thi The PT Semen Gresik Kredit VND 24 milyar 30 Mar 2012 s.d.
tbc
Sumber: Laporan Keuangan Konsolidasi PT Semen Indonesia 2014 (p.484-504)

Untuk pinjaman jangka panjang (Tabel 6), karena melampaui jumlah yang dapat dikucurkan oleh Bank
Mandiri (melampaui peraturan mengenai BMPK atau Batas Minimum Pemberian Kredit), maka Bank
Mandiri juga berada di bawah 2 sindikasi bank yang memberikan kredit pada 2 entitas anak perusahaan PT
SI yaitu TLCC di Vietnam dan PT Semen Tonasa di Sulsel. Pinjaman jangka panjang terbesar masih didominasi
oleh kredit sindikasi Standard Chartered Vietnam, Bank Mandiri dan Sumitomo Mitsui dari Jepang, sebesar
99 milyar Dollar Amerika dan 21 milyar Dong Vietnam.

Tabel 9. Pinjaman Jangka Panjang dari Bank untuk PT Semen Indonesia tahun 2014 (per Desember 2014)

No. Bank pemberi pinjaman Entitas penerima Jenis pinjaman/ Besaran Periode
pinjaman fasilitas pinjaman
1 Sindikasi Bank: TLCC Kredit investasi USD 99 milyar 28 Apr 2014 s.d
dan 2019
a. Standard Chartered
(Vietnam) VND 21 milyar

b. Bank Mandiri

c. Sumitomo Mitsui
2 BCA PT BSA (anak PT Kredit lokal dan Rp 20 milyar 2007 s.d.
Semen Padang) bank garansi (extended)

Kredit investasi
Maks Rp 67,5
milyar
3 CIMB-Niaga PT UTSG Kredit investasi Maks. Rp. 200,15 2009 s.d. 2014
milyar
4 Sindikasi Bank: PT Semen Tonasa Kredit (LC dan Maks. Rp 3,547 Sep 2013 s.d. Jun
kredit investasi trilyun 2019
a. Bank Mandiri (leader) bunga masa
konstruksi)
b. Bank BRI

c. BPD Jatim

d. Bank Sulsel
5 BNI (Cab. Kedungdoro, PT UTSG Kredit investasi Maks Rp 71,8 2012 s.d. 2017
Sub) trilyun
PT IKSG Kredit investasi Rp 14 milyar 2012 s.d. Mar 2017
6 BRI PT Semen Padang Non Cash Loan USD 15 milyar 29 Mei 2013 s.d.
(NCL) dalam 25 Mei 2015
bentuk LC dan
SKBDN
Sumber: Laporan Keuangan Konsolidasi PT Semen Indonesia 2014 (p.484-504)
40

Karena statusnya sebagai BUMN, pengendali utama dan pemilik utama PT Semen Indonesia adalah
Pemerintah Republik Indonesia via Kementerian BUMN dengan kepemilikan saham 51 persen. Kreditor-
kreditor terbesar PT Semen Indonesia seperti Bank Mandiri dan Bank BNI adalah bank milik pemerintah.
Karena itu, hubungannya dengan bank-bank ini (juga BRI dan kedua bank pembangunan daerah) adalah
sebagai pihak berelasi, karena sama-sama berada dibawah pengendalian pemerintah Republik Indonesia.
Hal ini dicantumkan dalam Laporan Keuangan Konsolidasi PT Bank Mandiri 2014 (Lampiran 5/158), dan
juga Laporan Keuangan PT Semen Indonesia (p.231).
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. melakukan penambangannya di Kawasan Gunung Watuputih
Kabupaten Rembang dengan nilai proyek Rp 3,7 Triliun. Dari informasi proyek yang disampaikan oleh pihak
PT. Semen Indoensia dalam Tbk. (tabel 7), Anggaran Proyek Rembang sebesar Rp 3.717.490.909.185 untuk
kapasitas produksi semen 3 juta ton/tahun dengan masa pekerjaan Februari 2014 hingga quarter 4 2016.
Pada tanggal 31 Maret 2014, PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
secara resmi melakukan kerjasama yang ditandai dengan penandatanganan Non Cash Loan Agreement
(kesepakatan kredit non tunai) dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kerjasama antara PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk setelah 1 tahun terbitnya Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Operasi Produksi PT. Semen Gresik (Persero) Tbk/PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk tanggal 15
Februari 2013 berdasarkan Keputusan Bupati Rembang No. 545/0230/2013 Tentang Pemberian Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batuan Tanah Liat Kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
PT. Bank Mandiri telah mengucurkan kredit sebesar 2,1 triliun rupiah khusus untuk Industri semen.
Jumlah kredit ini naik 9,6% dibandingkan tahun 2012. Langkah Bank Mandiri ini merupakan bentuk
komitmen untuk mendukung sepenuhnya penuntasan program Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI.

Direktur Institutional Banking Bank Mandiri Abdul Rachman mengatakan, pinjaman tersebut merupakan
salah satu upaya Bank Mandiri dalam mendukung ekspansi bisnis Semen Indonesia Group, khususnya
Semen Gresik melalui peningkatan kapasitas produksi sehingga mampu menopang pembangunan
infrastruktur di Tanah Air.
Langkah ini adalah bagian dari komitmen kami menyediakan pembiayaan yang dibutuhkan untuk
menuntaskan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau
MP3EI sebagai upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. ungkap Abdul
Rachman.
Komitmen perseroan pada pembangunan sektor infrastruktur tersebut terlihat dari pembiayaan yang
terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, misalnya, pembiayaan Bank Mandiri ke sektor
konstruksi dan infrastruktur telah mencapai Rp15,4 triliun, tumbuh 30,5% dari periode yang sama tahun
sebelumnya. Sementara khusus untuk industri semen, kucuran kredit Bank Mandiri telah mencapai
Rp2,1 triliun, naik 9,6% dari 2012.35

Setidaknya tiga bulan pasca kesepakatan kerjasama tersebut, konflik dan keresahan warga mulai
mengalami peningkatan. Mulai dengan masuknya alat berat ke lokasi tambang pada bulan Juni 2014.
Masyarakat melakukan protes dan menolak alat-alat berat milik PT. Semen Indonesia masuk ke desa
mereka untuk pembangunan pabrik semen. Kemudian pada tanggal 15 Juni 2014, warga Desa Tegaldowo
dan Desa Timbrangan kecamatan Gunem resah saat mendapatkan kabar bahwa pada hari Senin, 16 Juni
2014, pihak PT. Semen Indonesia dan kelompok masyarakat yang setuju dengan pendirian pabrik semen
akan menggelar doa bersama (istighosah) yang dilanjutkan dengan peletakan batu pertama oleh pihak
PT. Semen Indonesia. hingga, tanggal 16 Juni 2014 masyarakat melakukan blokade jalan dan berjalan ke
tapak pabrik untuk melakukan protes atas pembangunan pabrik semen tersebut.

35 Sumber: Rilis Bank Mandiri, 21 Maret 2014. http://www.bankmandiri.co.id/corporate01/news-detail.asp?id=ODCN57105678


41

Catatan:
Terkait dengan pertimbangan risiko dan dampak sosial dan lingkungan akibat aktivitas pertambangan
dan pabrik semen PT. Semen Indonesia (persero) Tbk. di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, tidak
diperoleh keterangan resmi dan atau dokumen pendukung lainnya dari pihak PT. Bank Mandiri (persero)
Tbk tentang pertimbangan keputusan memberikan bantuan Non Cas Loan.
Telah dikirimkan surat secara resmi kepada pihak PT. Bank Mandiri (persero) Tbk. Kantor Wilayah VII
Semarang untuk berpartisipasi dalam FGD mulitpihak, namun tidak hadir dan tidak diperoleh konfirmasi
alasan ketidakhadiran.
Kesimpulan dan
Rekomendasi

5.1 Kesimpulan
Izin Lingkungan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan dan tidak bisa dijadikan dasar dalam penerbitan IUP. Izin Lingkungan sebagai dasar penerbitan
Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. di Kabupaten Rembang, Jawa
Tengah didasari oleh proses yang tidak transparan, tidak partisipatif dan mengandung unsur kekeliruan,
penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi dalam
dokumen ANDAL PT. Semen Gresik (Persero) Tbk/PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Sehingga, Dari
penelitian ini, disimpulkan bahwa:
Telah terjadi perampasan tanah dan konflik social dalam tahapan penambangan dan pembangunan
pabrik PT Semen Gresik di Rembang. Penggunaan Aktivitas pembangunan tambang dan pabrik semen
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. telah menyebabkan konflik sosial akibat perampasan tanah dan
perpecahan antar kelompok masyarakat di Kab. Rembang, khususnya di desa-desa yang menjadi wilayah
pertambangan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Rusaknya ekosistim daerah karst wilayah penambangan berisiko memiskinkan masyarakat yang
mayoritas bermatapencaharian sebagai petani. Selain itu, Pembangunan tambang dan pabrik semen
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih akan menyebabkan rusaknya
gugusan karst pegunungan Watuputih dan berakibat hilangnya sumber-sumber air yang menopang
kehidupan dan mata pencaharian masyarakat Kabupaten Rembang yang mencari nafkah dari bertani.
Lokasi pertambangan gamping sebagai bahan baku pabrik semen Rembang berpotensi merusak
sumber air masyarakat. Berdasarkan temuan-temuan penelitian, Lokasi pertambangan PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah berada di kawasan Cekungan Air Tanah
(CAT) Watuputih yang merupakan kawasan lindung geologi yang harusnya dilindungi oleh pemerintah
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Belum diikutkannya risiko perusakan lingkungan dan konflik social dalam pemberian pinjaman dari
Bank Mandiri kepada PT. Semen Indonesia. Bank Mandiri (Persero) memberikan pinjaman Non cash loan
(pinjaman non tunai) sebesar Rp. 1,4 triliun berjangka 42 bulan kepada PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

5.2 Rekomendasi
Pentingnya melakukan sinergi dan koordinasi antar instansi terkait perijinan lingkungan. Carut marutnya
proses perijinan lingkungan yang melibatkan banyak pihak, kepentingan dan jumlah uang yang besar,
sehingga menimbulkan konflik kepentingan dan pihak-pihak terkait saling berlomba dalam mengeluarkan
ijin, walaupun bertentangan dengan hukum dan peraturan diatasnya.
Penegakan hukum yang tegas terhadap pihak yang mengeluarkan ijin illegal bagi perusahaan.
Banyaknya kasus semacam kasus Rembang ini tidak hanya dapat diselesaikan secara informal, tetapi harus
diselesaikan secara hokum sehingga menimbulkan efek jera bagi pelanggarnya.
43

Perusahaan harus menyusun dokumen AMDAL-nya secara transparan dan melibatkan masyarakat.
Proses yang terbuka dapat meminimalisir dampak sosial dan lingkungan suatu proyek karena adanya
masukan dan kritik dari masyarakat setempat yang berisiko terdampak.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu mendorong perbankan di Indonesia perlu memasukkan risiko
social dan lingkungan sebagai persyaratan pemberian pinjaman, dan melakukan due diligence dan
monitoring pelaksanaannya dalam proyek-proyek besar yang berisiko.
Bank Mandiri perlu meninjau ulang pemberian pinjaman sejumlah 1,4 triliun kepada PT Semen
Indonesia yang baru akan jatuh tempo pada tahun 2017, terkait adanya konflik sosial dan perusakan
lingkungan yang terjadi akibat didirikannya pertambangan semen. Pencairan dana pinjaman pada tahap
berikutnya sebaiknya diberikan setelah terdapat jaminan legalitas dokumen dan pernyataan dari PT Semen
Indonesia untuk melakukan resolusi konflik dan minimalisir kerusakan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai