PREEKLAMPSIA RINGAN
Oleh :
Rahayu Mustafa
(2012730080)
Pembimbing:
A. Identitas pasien
Nama : Ny. L
Umur : 28 tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl Kalibaru Timur RT 03/01 Kalibaru Cilincing
Tanggal Masuk RS : 4/11/2016
Anamnesis khusus :
Os mengaku hamil 39 minggu mengeluh keluarnya air-air dari jalan lahir pukul 05.00
pagi sebanyak kurang lebih satu gayung keluar terus menerus dan disertai dengan
lendir dan bercak darah. Os juga merasakan mulas dan perut mengencang. Os
mengaku pusing dan lemas Darah tinggi diakui os muncul hanya saat os hamil,
sebelumnya os tidak ada riwayat hipertensi.
E. Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 13 th
Siklus Haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : 2x ganti pembalut / Hari
Masalah haid : dismenorea (-), menoragia (-), metroragia (-), PMS (-)
HPHT : 2/2/2016
TP : 9/11/2016
F. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, masih menikah, lama perkawinan 5 tahun
G. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
G3P1A2 Hidup 1
No Tgl. Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan
Tahun partus hamil persalinan persalinan kel/BB anak
partus sekarang
1 2011 Rumah 3 bln Abortus dokter kuretase - -
Sakit
2 2013 Rumah 9 bln Spontan Bidan tak 3500 Lk
sakit
3 Hamil sekarang
Gynekologi
Inspeksi : tidak dilakukan
Inspekulo : tidak dilakukan
K. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Tanggal: 4/11/2016
Pemeriksaan Hasil Rujukan
L. Resume
O. LEMBAR OPERASI
Tindakan :Operasi SC
Tanggal : 4/11/2016
Pukul : 08.00-09.00
Uraian Pembedahan
Pasien berbaring terlentang
Asepsis dan antisepsis
Insisi pfannensteil 10 cm
Perlekatan antara uterus dengan peritonium dilakukan insisi eidusi
Lahir bayi pukul 08.17 perempuan dengan BB=3670 gr PB= 50 cm A/S= 9/10
Lahir plasenta dengan lengkap
Kedua adneksa dalam batas normal
Jahit dinding abdomen
Operasi selesai
FOLLOW UP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendahuluan
3. Preeklampsia Berat
3.1. Kriteria Diagnosis
Terdapat banyak versi kriteria diagnosis dari pre eklampsia berat yang beredar di
lingkungan petugas kesehatan termasuk dokter. Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists di UK4 mendeskripsikan preeklampsia berat dengan adanya gejala klinis
yaitu :
Desakan darah : pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik 160 mmHg dan
desakan diastolik 90 mmHg
Proteinuria : 5 gr/jumlah urine selama 24 jam. Atau dispstick 4 +
Oliguria : produksi urine < 400 500 cc/24 jam
Kenaikan kreatinin serum
Edema paru dan cyanosis
Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen : disebabkan teregangnya
kapsula Glisoni. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar dan biasanya diikuti dengan
peningkatan enzim hepar dalam serum, menunjukkan tanda untuk terminasi kehamilan5
Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran nyeri kepala, scotomata, dan pandangan
kabur
Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino transferase
Hemolisis makroangiopatik
Tombositopenia < 100.000 sel/mm3
Sindroma HELLP
Sakit kepala, gangguan penglihatan dan edema jaringan dan kelopak mata harus
ditanyakan dan dicari, karena merupakan tanda akan terjadinya impending
Eklampsia
Berat badan ditimbang sekali dalam dua hari untuk mengetahui ada atau tidak
perubahan berat badan yang abnormal
Tekanan darah diukur sekali tiap empat jam kecuali pada malam hari kalau
pasien tidur
Cairan yang keluar dan masuk diukur dan dicatat untuk mengetahui terjadinya
retensi urine atau tidak
Pemeriksaan urine tiap hari; proteinuria ditentukan kuantitatif, dari hasil yang
didapat kita akan bisa menentukan seberapa parah kerusakan filtrasi glomerulus
ginjal ( berbanding lurus dengan kenaikan kreatin plasma )5
Pemeriksaan retina
Pemeriksaan darah
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan dasar
sebagai berikut :
4) Janin :
i. Adanya tanda tanda gawat janin
ii. Adanya tanda tanda hipoksia
3.4.1.2.Pemberian MgSO4
Cara pemberian MgSO4 :
1. Pemberian melalui intravena secara kontinyu ( dengan menggunakan infusion pump)
Dosis awal :
Dosis pemeliharaan :
10 gram ( 50cc MgSO4 20% ) dalam 500 cc cairan RL, diberikan dengan
kecepatan 1 2 gram/jam ( 20 30 tetes per menit )
2. Pemberian melalui intramuskuler secara berkala :
Dosis awal :
3.4.1.3. Diuretikum
Salah satu diuretik yang dapat dipakai adalah golongan thiazid yaitu diazoxide yang
merupakan vasodilator arteiolar yang poten7
a. Edem paru
c. Edema anasarka
Tidak dibenarkan diberikan secara rutin karena dapat memperberat penurunan perfusi
plasenta, memperberat hipovolemia, dan meningkatkan hemokonsentrasi.
Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5mg i.v pelan-pelan selama 5 menit.
Dosis dapat diulang dalam waktu 15-20 menit sampai tercapai tekanan darah yang
diinginkan.
Apabila hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
Nifedipin : 10mg, dan dapat diulangi setiap 30 menit (max 120mg/24 jam) sampai
terjadi penurunan tekanan darah.
Labetalol 10mg i.v. Apabila belum terjadi penurunan tekanan darah, maka dapat
diulangi pemberian 20mg setelah 10 menit, 40mg pada 10 menit berikutnya, diulangi
40mg setelah 10 menit kemudian dan sampai 80mg pada 10 menit berikutnya.
Bila tidak tersedia, maka dapat diberikan Klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10cc
larutan garam faal atau air untuk suntikan. Disuntikkan mula-mula 5cc i.v perlahan-
lahan selama 5 menit. 5 menit kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada
penurunan maka diberikan lagi sisanya 5 cc i.v selama 5 menit. Kemudian diikuti
dengan pemberian secara tetes sebanyak 7 ampul dalam 500 cc dextrose 5% atau
martos 10%. Jumlah tetesan dititrasi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan,
yaitu penurunan MAP sebanyak 20% dari awal. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan
setiap 10 menit sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan, kemudian setiap jam
sampai tekanan darah stabil.
3.4.1.5. Kardiotonika
3.4.1.6. Lain-lain
Obat-obat antipiretik:
Diberikan bila suhu rektal > 38,5 c.
Anti nyeri
Bila pasien karena kontraksi rahim dapat diberikan 50-75 mg 1x saja.
Diet
Diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih
A. Belum Inpartu :
Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan mesoprostol. Induksi persalinan harus
sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi persalinan dianggap
gagal dan harus disusul dengan pembedahan sesar.
2. Sectio Caesaria
Bila:
B. Sudah Inpartu
c) Pembedahan cesar dilakukan bila terdapat maternal distres dan fetal distres
Kala I
Fase Laten :
Fase Aktif :
Amnoiotomi
Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin
Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap, pertimbangkan S.C.
Catatan : amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit
setelah pemberian pengobatan medisinal
Kala II
3.5.1. Indikasi :
3.5.2.Pengobatan medisinal :
Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara aktif. Hanya dosis awal Mg SO4
tidak diberikan i.v cukup i.m saja (MgSO4 40% 8 gram i.m). Pemberian MgSO4
dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda preeklamsi ringan, selambat-lambatnya
dalam waktu 24 jam.
Proses terminasi kehamilan aktif diatas masih menuai kontroversi dikalangan praktikan.
Penelitian di Bangladesh membuktikan bahwa pada kasus tertentu dengan pengawasan dan
observasi yang teliti dan ketat, kehamilan pada preeklampsia berat dan eklampsia dapat
dilanjutkan dengan tujuan untuk mencapai kematuran janin tanpa meningkatkan resiko pada
ibu janin. Dengan rata-rata mempertahankan kehamilan dalam kurun waktu 13,27 hari
(cakupan 3-35 hari), dari 51 bumil yang diteliti terdapat 32 bayi lahir dengan selamat dengan
prosentase 62.75% dan hanya 1 yang meninggal 5 menit setelah lahir9.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wagner, K Lana. Diagnosis and Management of Preeclampsia. diambil dari situs
http://www.aafp.org/afp/20041215/2317.html diterbitkan pada 15 December 2004 diakses
pada 3 November 2006
4. Tuffnell, DJ. Shennan, AH. Waugh JJS dkk. The management of Severe preeclampsia /
eclampsia diambil dari situs http://www.rcog.org.uk/
resources/Public/pdf/management_pre_eclampsia_ mar06.pdf diterbitkan pada Maret 2006
dan berlaku hingga Maret 2009. diakses pada 3 November 2006
7. Krisnadi, S.R., dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
dr. Hasan Sadikin. Edisi pertama. Bagian Obstetri Ginekologi FK UNPAD/RS. Dr. Hasan
Sadikin. Bandung, 2005.
8. Barron, William M, Leindheimer D Marshall, Medical Disorders During Pregnancy :
Mosby Year Book, 1991 : 19