Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang mengakui batas-batas teritorial suatu negeri
berikut kekhasan adat istiadat yang inheren didalamnya. Bahkan, dalam kitab suci Al-Quran
terdapat penegasan Allah SWT ketika bersumpah dengan suatu negeri. Dan negeri Nusantara
sendiri yang terkristalisasi ke dalam Negera Kesatuan Republik Indonesia adalah zamrud
khatulistiwa yang senantiasa tumbuh dan berkembang di dalam asuhan kaum agamawan.
Dakwah yang ramah dengan tidak menghilangkan kearifan lokal yang lebih dahulu telah menjadi
indetitas suatu kawasan. Al-muhafazhatu ala qadimi al-shalih wa akhzhu bi jadidi al-ashlah.
Dalam konteks kontemporer, ajaran agama bukan saja berperan sebagai pranata kehidupan
religius belaka. Agama oleh para penganutnya ternyata memiliki peran sedemikian luas sebagai
ornamen perekat keutuhan suatu bangsa. Selain peran kebangsaan, nilai agama resmi di
Indonesia pun memiliki fungsi strategis guna mendukung proses pembangunan negara dan
sekaligus memproteksi para penganutnya dari perilaku korupsi dan tindakan irhabi
(radikalisme). Dan karakter umat beragama, tentu akan sangat bergantung dari para
penganjurnya di dalam memberikan pemahaman kepada para penganut pemikirannya.
Semenjak awal abad XII Jambi, sebagaimana kawasan Nusantara lainnya, mayoritas umat Islam
merupakan muslim ahlussunnah wal jamaah al-asyariyyah al-syafiiyyah yang mematri ajaran
suci tersebut sebagai bagian integral ke dalam adat istiadat lokal setempat. Adat besendi syara,
syara besendi kitabullah. Dan sebagai ajaran suci yang didakwahkan para muballigh dan
mutasawwifin, Islam di daerah Jambi telah membentuk peradaban yang sejuk dan moderat
hingga hari ini.
Menelaah dinamika pemikiran dakwah agama Islam di Jambi terbilang cukup kondusif semenjak
awal penyebarannya. Namun, derasnya serbuan arus teknologi yang menawarkan pemikiran
bebas di dalam mengunduh informasi agama. Hal ini dengan tanpa adanya pengawalan
pemerintah di dalam urusan keagamaan, maka sangat memungkinkan terjadinya gesekan antar
umat seagama, friksi antar umat beragama atau bahkan pemeluk agama dengan negara. Dan
fenomena benar-benar sedang terjadi pada fase pra-konflik di negeri-negeri Timur Tengah hari
ini. Pada akhirnya upaya agitasi terhadap keutuhan berbangsa dan bernegara justru berbalik
menghancurkan integrasi bangsa atas nama demokrasi akibat kemudahan mengakses konten
subversif halus berkedok agama disertai fatwa-fatwa liar yang gencar dilakukan oleh mereka
yang terlanjur ditahbiskan dunia maya sebagai penceramah.
Sebagai penganut akidah Wahabi, materi kajian keagamaan Khalid Basalamah bukan saja sontak
menimbulkan pergesekan, namun juga bahkan menabrak secara ofensif terhadap konsepsi akidah
umat Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia. Prinsip purifikasi (pemurnian ajaran) yang
menjadi trendmark Wahabisme dengan jargon Kembali kepada Al-Quran dan Sunnah yang
diusung oleh para penganjurnya kemudian menstimulasi maraknya tuduhan tadbi (pelaku
bidah) hingga takfir (tuduhan keluar dari ajaran agama) terhadap mereka yang menentang
dakwah purifikasi ala Wahabi. Padahal jika merujuk kepada phenomenologi perkembangan
peradaban Islam, dua perilaku inilah yang menyebabkan jumudnya umat Islam dalam ajakan
perang (irhabi) yang tidak berkesudahan. Dan atau benih pemikiran radikalisme bermodus agama
pada suatu negara yang damai dan berdaulat.
Kembali kepada diskursus Khalid Basalamah, sebagaimana para penganjur ajaran Wahabi
lainnya yang berperan sebagai agen proxy war di Indonesia. Khalid Basalamah bukan saja sekali
dua merilis pernyataan melalui media online terkait pemikirannya yang menabrak dan merusak
pranata keyakinan keIslaman yang ada. Dalam sejumlah kesempatan Khalid Basalamah terbukti
menunjukan ketidakberpihakannya terhadap upaya penumbuhan nilai-nilai nasionalisme,
toleransi dan integrasi bangsa. Alhasil, tentu kedepannya bukannya tidak mungkin lambat laun
akan menstimulasi merebaknya multi disintegrasi, baik dalam kehidupan beragama maupun
bernegara.
Doktrin Khalid Basalamah menganggap sistem demokrasi dengan perangkatnya adalah sistem
yang asal-asalan (ngawur):
https://www.youtube.com/watch?v=FCvStL-eZFU
Doktrin Khalid Basalamah menganjurkan purifikasi adat istiadat lokal, termasuk didalamnya
Idul Fitri tanpa Halal biHalal:
https://www.youtube.com/watch?v=uj32c32QQl8
Doktrin Khalid Basalamah kerjasama bilateral atas dasar akidah. Menyebut Pemerintah RI
sebagai Mereka:
https://www.youtube.com/watch?v=R5lM5N6kq64
https://www.youtube.com/watch?v=7REpNNCp2zA