Anda di halaman 1dari 3

Tarida Putri Rahmadani

1310211192

TUGAS PRA MINI HOSPITAL

1. Apa itu coass?


Menurut kak Mesiwisani 2011, coass adalah bagian dari serangkaian pendidikan yang
harus ditempuh mahasiswa fakultas kedokteran, dimana kita dihadapkan langsung pada
pasien real yang selama masa perkuliahan kita pelajari kasus-kasusnya di tutorial.
Sedangkan menurut kak Annisa 2012, coass itu adalah asisten konsulen, atau residen.
Coass itu adalah aplikasi teori yang ada di preklinik. Helsa 2013 menyebutkan bahwa
coass itu maknanya asisten. Jadi terkadang hal-hal seperti ambil kertas ini, mebuat form
rontgen, form lab, resep, dilakukan oleh coass.

2. Kegiatan coass mulai dari pagi sampai selesai ngapain aja? (Poli, bangsal, igd, dll)
Secara umum, ketiga narasumber menyatakan hal yang serupa. Menurut kak
Mesiwisani 2011, perjalanan coass tiap stase berbeda. Untuk stase mayor kurang lebih
seperti ini: pagi poli atau bangsal atau ruang operasi atau igd. Saat malam jika kebagian
jaga berarti lanjut jaga malam sampai pagi, disambung jadwal pagi yang tadi (poli,
ruang ok, bangsal, atau igd) dan baru pulang sore harinya. Untuk stase minor biasanya
tidak ada jaga, tapi beberapa stase seperti stase saraf dan jiwa ada jaga. Menurutkak
Annisa 2012, saat pagi, coass follow up bisa pukul 5 pagi. Siang kegiatan (poli, ok, jaga
bangsal, diskusi dengan konsulen, ikut visit dengan konsulen). Sore, jika tidak ada
kegiatan bisa pulang. Tapi apabla ada diskusi, menunggu dokternya diskusi, apa bila
ada visit sore, ikut visit sore. Biasanya kalau pulang dari rumah sakit dan capek akan
menunggu maghrib dan langsung tidur. Sekitar jam 9 malam bangun dan belajar sampai
sekitar jam 1 pagi. Setelah itu tidur dan bangun saat subuh. Di IGD terkadang hectic,
harus aktif jangan pasif, kalau ada tindakan janagan malu untuk minta ke perawat atau
dokternya (pasang infus, pasang kateter, masukin obat, skin test, dll) dan biasanya ada
dokter jaga jadi kalau sedang tidak ada pasien bisa bertanya seputar pelajaran ke beliau.
Di OK biasanya jadi observer tapi biasanya konsulen meminta untuk jadi asisten op,
kita bisa minta tindakan tutup jahitan. Kalau di poli harus berdiri menemani dokternya.
Biasanya sebelum pasien ke maja konsulen, kita harus anamnesis dan periksa ttv
terlebih dahulu. Menurut Helsa 2013, pagi mapping pasien atau bisa juga follow up
(TTV, KU). Agak pagi ke siang poli, kadang berdiri kadang juga duduk. Jadi tukang
panggil, ambil kertas, tulis resep, buat form lab dan form rontgen. Tapi apabila di poli
dapat ilmu juga.

3. Bagaimana attitude kita sebagai coass terhadap residen, konsulen, dokter


pembimbing, staff, dll?
Menurut kak Mesiwisani 2011, attitude harus tetap baik kepada siapapun termasuk
perawat dan keluarga pasien. Harus sopan apabila berbicara dengan siapapun terutama
konsulen. Jangan lupa menyapa dokter atau staff rumah sakit lainnya ketika berpapasan.
Jangan keras kepala ketika dikoreksi. Yang tidak kalah penting juga adalah attitude saat
jaga, jangan lari dari kewajiban seperti saat jaga datang terlambat atau tidak ada di
tempat. Kak Annisa 2012 mengatakan hal yang serupa, senagai coass harus sopan dan
ikuti aturan. Hargai siapapun yang ada di rumah sakit. Tidak hanya kepada konsulen
saja tapi sampai ke cleaning service pun harus sopan. Kalau bertemu atau berpapasan
dengan orang, paling tidak harus senyum. Menurut Helsa 2013, sewajarnya seperti ke
manusia yang lain. Ikuti aturan yang ada, dan selalu senyum salam dan sapa. Jika
diminta tolong sesuatu sebisa mungkin ditolong dan dikerjakan.

4. Apa beda coass di rumah sakit jakarta dan di daerah?


Ketiga narasumber memiliki pandangan yang berbeda terhadap pertanyaan ini. Kak
Mesiwisani 2011 menyebutkan bahwa di rumah sakit daerah biasanya para pasien lebih
sering dan senang mengajak untuk mengobrol. Secara umum coass di daerah sama saja
seperti di Jakarta. Bedanya, apabila mendapat rumah sakit di luar Jakarta bisa
menambah lingkup pertemanan karena tidak hanya bertemu dengan coass yang sama-
sama dari Jakarta saja melainkan juga dengan coass dari daerah lainnya. Menurut kak
Annisa 2012, rumah sakit di Jakarta lebih disiplin, konsulennya lebih tegas, lebih ketat,
peraturan lebih banyak apalagi di Gatot Subroto. Di Gatot subroto, absen tidak boleh
terlambat, jam 7 harus sudah datang. Di Jakarta lebih banyak mendapat teori dan ilmu
karena kerjanya lebih banyak diskusi. Kalau di daerah, stasenya lebih santai, lebih
banyak dapat tindakan karena di sana tidak ada residen. Jadi apabila ada apa-apa, coass
lah yang disuruh mengerjakan. Namun, di daerah lebih sedikit mendapatkan ilmunya,
jadi harus belajar mandiri. Sedangkan, Helsa 2013 belum tahu karena belum mendapat
stase di luar Jakarta. Tapi di Jakarta bisa bertemu dengan keluarga, dan kalau lihat
teman-teman yang mendapat stase di daerah lebih sering jalan-jalan.

5. Bagaimana cara menulis rekam medis yang baik?


Kak Mesiwisani 2011 dan Helsa 2013 menyebutkan bahwa coass saat ini tidak
diizinkan untuk menulis rekam medis. Ketiga narasumber menyebutkan, apabila
diharuskan, rekam medis diisi dengan SOAP. S = subjektif, berisikan mengenai hasil
anamnesa. O = objektif, berisi mengenai pemeriksaan fisik yang kita temukan pada
pasien, terutama yang berhubungan dengan penyakitnya. A = assesment, berisi
mengenai diagnosis dari konsulen atau dokter penanggung jawab (DPJP). P = planning,
berisi mengenai penatalaksanaan yang diberikan oleh konsulen atau DPJP. Namun, jika
kita diizinkan untuk menulis, biasanya hanya sampai S dan O.

Narasumber :

a. Mesiwisani 2011
b. Annisa Shafira Nadya 2012
c. Helsa Amalia 2013

Anda mungkin juga menyukai