Anda di halaman 1dari 19

PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN

KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI


ULTRAVIOLET

BAB 1 PENDAHULUAN

2.3 Latar Belakang


Dalam bidang kimia, khususnya dalam farmasi, pengukuran
analitik memiliki peranan yang sangat penting. Tujuan dari
pengukuran analitik ini adalah untuk menentukan nilai sebenarnya dari
suatu parameter kuantitas kimia, contohnya seperti: konsentrasi, Ph,
temperatur, titik didih, kecepatan reaksi dan lain-lain. Pengukuran
analitik ini dapat menggunakan metode konvensional maupun modern,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam percobaan secara umum, hasil yang diperoleh pasti tidak
dapat terlepas dari faktor kesalahan. Nilai parameter sebenarnya yang
akan ditentukan dari suatu perhitungan analitik tersebut adalah ukuran
ideal. Nilai tersebut hanya dapat diperoleh jika semua penyebab
kesalahan pengukuran dihilangkan dan jumlah populasi tidak terbatas.
Faktor penyebab kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal,
antara lain adalah faktor bahan kimia, peralatan, analis, kondisi
pengukuran, dan lain-lain. Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran analitik ini adalah
dengan proses kalibrasi.
Kalibrasi yaitu kurva antara absorbansi dengan panjang
gelombang. Kurva ini dapat menentukan panjang gelombang
maksimum, terlihat dari bentuk kurvanya pada bagian atas. Akan
tetapi, pengukuran kurva kalibrasi ini didasarkan pada konsentrasi
yang dihasilkan dari metode iodimetri dan panjang gelombang
maksimumnya, sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang linier. Tujuan
kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil
pengukuran dapat dikaitkan atau ditelusur sampai ke standar yang
lebih teliti atau tinggi (standar primer nasional atau internasional)
melalui rangkaian perbandingan yang tidak terputus, dalam artian

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

standar ukur itu akan lebih baik apabila berupa standar yang rantainya
mendekati SI sehingga tingkat ketidakpastian (error) makin kecil.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara
penetapan panjang gelombagn maksimum, kurva baku dan kadar
parasetamol secara spektrofotometri ultraviolet.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara penetapan panjang gelombagn maksimum, kurva
baku dan kadar parasetamol secara spektrofotometri ultraviolet.

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Umum
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik
memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang.
Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu
mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya
menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision). Dalam
analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang
gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200
380 nm), daerah visible (380 700 nm), daerah inframerah (700
3000 nm) (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap
media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk. Secara garis besar
spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu (Cairns, 2009) :
a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah
memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi.
Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak,
ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini
mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang
(l ) adalah 350 2200 nanometer (nm).

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan
cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang
gelombang tertent (monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
c. Kuvet
Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan
sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet
biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan
bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm.
Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau
plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab
kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai
untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon
terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor
akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya
akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum
penunjuk atau angka digital.
Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400
nm, sementara sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang
antara 400-750 nm. Warna sinar tampak dapat dihubungkan dengan
panjang gelombangnya (Gandjar dan Rohman, 2008). Radiasi di
daerah UV/Vis diserap melalui eksitasi elektron-elektron yang terlibat
dalam ikatan-ikatan antara atom-atom pembentuk molekul sehingga
awan elektron menahan atom-atom bersama-sama mendistribusikan
kembali atom-atom itu sendiri dan orbital yang ditempati oleh elektron-
elektron pengikat tidak lagi bertumpang tindih (Watson, 2007).
Jika absorbsi suatu seri konsentrasi larutan diukur pada panjang
gelombang, suhu, kondisi pelarut yang sama; dan absorbansi masing-
masing larutan diplotkan terhadap konsentrasinya, maka suatu garis

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

lurus akan teramati sesuai dengan persamaan A = bc. Grafik ini


disebut dengan plot hukum Lambert-Beer dan jika garis yang
dihasilkan merupakan suatu garis lurus maka dapat dikatakan bahwa
hukum Lambert-Beer dipenuhi pada kisaran konsentrasi yang teramati.
Cara lain untuk menetapkan kadar sampel adalah dengan
menggunakan perbandingan absorbansi sampel dengan absorbansi
baku atau dengan menggunakan persamaan regresi linier yang
menyatakan hubungan konsentrasi baku dengan absorbansinya
(Gandjar dan Rohman, 2008).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisa dengan
spektofotometri UV-Vis, terutama untuk senyawa yang semula tidak
berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena
senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang
berwarna (Gandjar dan Rohman, 2008). Dengan mengukur
transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan
konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel
(I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati
sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan
dalam persentase (% T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A)
dengan rumus A = -log %T (Underwood, 2002).
Simbol epsilon adalah absorptivitas molar larutan. bila cahaya
monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian
cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian
lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas
cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel (It) dengan
intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io).
Persyaratan hukum Lambert Beer, antara lain: radiasi yang digunakan
harus monokromatik, energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak
menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus
homogen, tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan indeks

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan tidak


pekat (harus encer). Spektrofotometer UV-Vis membandingkan
cuplikan standar yaitu substrat gelas preparat. Hasil pengukuran dari
spektrofotometer UV-Vis menunjukkan kurva hubungan transmitan
dan panjang gelombang ( ) (Basset, 1994).
2.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Struktur : H-O-H
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat pelarut
2. Paracetamol (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi : ACETAMINOPHEN
Nama Lain : Parasetamol
RM/BM : C8H9NO2 / 151,16 gram/mol
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau;
rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7
bagian etanol (95%) P, dalam 13
bagian aseton P, dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P, larut dalam larutan
alkali hidroksida, larut dalam air
mendidih dan dalam natrium hidoksida
1 N; mudah larut dalam etanol.

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Kandungan : Paracetamol mengandung tidak


kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap
zat anhidrat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya.
2.3 Prosedur Kerja
a. Pembuatan Larutan Standar
Timbang seksama bahan obat parasetamol lebih kurang 100
mg yang telah dikeringkan pada suhu 105oC selama 1 jam.
Larutkan dengan 15 ml methanol dalam labu takar dan encerkan
dengan aquades sampai 500 ml (Larutan stok 200 ppm).
b. Penentuan Spektrum Absorbsi (Panjang gelombang maks,
maks)
Pipet 5 ml larutan stok dan encerkan dengan aquades sampai
100 ml dalam labu takar diperoleh larutan standar 10 ppm.
Masukkan larutan standar ke dalam kuvet (sel sampel) dan kuvet
yang lain berisi pelarut tanpa bahan obat (sel blangko). Selanjutnya,
ukur absorbansi sel sampel relative terhadap sel blangko
menggunakan spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan
mencatat pembacaan setiap interval 10 nm, dimulai dari 220 nm
sampai 350 nm. Pada sekitar absorbansi optimal lakukan
pengukuran pada interval 5 nm, dan pada daerah puncak
maksimum atau minimum lakukan pengukuran pada interval 2 nm.
Buatlah garis spectrum pada kertas grafik dengan memplot
harga absorbansi terhadap panjang gelombang dan tentukan
panjang gelombang maksimum ( maks) parasetamol.
c. Pembuatan Kurva Baku
Siapkan 4 macam deret konsentrasi (4, 6, 8, 10 ppm) dari
larutan stok dan tentukan absobansinya pada maks yang telah
ditentukan sebelumnya.

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Buatlah plot Hukum Beer pada kertas grafik antara absorbansi


(ordinat) terhadap konsentrasi (absis) dan tentukan persamaan
regresi linier serta hitung absortivitas jenis () dan absortivitas
molar () dari parasetamol.
d. Penetuan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet
Timbang seksama sebanyak 100,0 mg contoh serbuk sediaan
tablet parasetamol. Larutkan 15 ml methanol dan encerkan dengan
aquades sampai 500 ml dalam labu ukur. Pipet 1 ml larutan
tersebut dalam labu ukur 25 ml dan cukupkan volumenya dengan
aquades hingga batas, selanjutnya ukur absorbansi larutan pada
maks relative terhadap sel blangko.
Tentukan kadar parasetamol dalam sediaan tablet yang
dianalisis menggunakan 4 metode perhitungan kadar berikut
dengan menggunakan data-data pengukuran yang telah dilakukan :
1) Membandingkan absorbansi sampel yang dianalisis dengan
larutan standar pada maks, dengan persamaan :
A (sampel) x C (standar) = A (standar) x C (sampel)
2) Menggunakan persamaan kurva baku dari larutan standar
dengan pelarut tertentu pada maks.
3) Menghitung harga absorbansi larutan sampel pada pelarut
tertentu berdasarkan nilai (1%
1 . maks) yang tertera pada
buku resmi, misalnya: parasetamol 1%
1 , dalam methanol :
900 pada 250 nm, kemudian dibandingkan dengan absorbansi
sampel parasetamol yang dianalisis.
4) Memakai perhitungan nilai absortivitas molar () seperti pada
cara 3), namun memperhitungkan factor massa molekul relative
(MR) sampel, seperti persamaan berikut :
= 1%
1 . MR. 10-1

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat Praktikum


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol
semprot, gelas arloji, gelas kimia, labu ukur, lumpang dan alu,
mikropipet, timbangan analitik, dan spektrofotometer.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
aquadest dan Parasetamol.
3.3 Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Standar
Ditimbang seksama bahan obat paracetamol 100 mg yang
telah dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam. Diencerkan
dengan aquadest sampai 100 ml (larutan stok 200 ppm).
2. Pembuatan Spektrum Absorbsi
Dipipet 5 mL larutan stok, lalu diencerkan dengan aquadest
100 ml (larutan standar 10 ppm). Dimasukkan larutan standar ke
dalam kuvet (sel sampel) dan kuvet yang lain berisi pelarut tanpa
bahan obat (sel blanko). Diukur absorbansi sel sampel dengan
mencatat pembacaan tiap interval 10 nm, mulai 230-350 nm
untuk absorbansi optimal pengukuran pada interval 5 nm untuk
absorbansi maximum dan minimum pengukuran pada interval 2
nm. Dibuatlah garis spectrum pada kertas grafik dengan
memplot harga absorbansi (sebagai ordinat) terhadap panjang
gelombang (sebagai absis), dan tentukan panjang gelombang
maksimum ( maks) paracetamol.
3. Pembuatan kurva baku
Disiapkan 4 deret konsentrasi (4,6,8, dan 12) dari larutan stok.
Ditentukan absorbansinya pada panjang gelombangnya. Dibuat
plot Hukum Beer dan ditentukan persamaan regresi linier,
absortivitas (a) dan absortivitas molar dari paracetamol.

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

4. Penentuan kadar paracetamol dalam sediaan sediaan tablet


Ditimbang seksama 10 mg serbuk sediaan paracetamol.
Diencerkan dengan aquasdest 50 ml. Dipipet 0,2 ml, masukkan
ke dalam labu takar 5 ml, dicukupkkan dengan aquadest (sampai
batas tanda). Diukur absorbansinya.

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Penentuan Spektrum Absorbansi
Diperoleh panjang gelombang maksimal 243 nm
Pembuatan Kurva Baku
C (Konsentrasi) A (Absorbansi)
4 ppm 0,286 A
6 ppm 0,413 A
8 ppm 0,551 A
10 ppm 0,673 A
Nilai a = 0,0261 ; b = 0,06495 ; r = 0,99976
Y= a + bx
= 0,0261 + 0,06495 x
max = 243
Sampel Absorban
Blanko 0,000
Sampel 0,573
Y = a + bx

Y = 0,0261 + 0,06495 x

0,573 = 0,0261 + 0,06495 x

0,5730,0261
X = = 8,2403 /
0,06495


8,2403 .0,1 25

K = 100% = 45,665 %
8,305

Penetapan Kadar Parasetamol


Diketahui :
Persamaan Regresi : y = 0,0261 + 0,06495 x
Absorbansi = 0,573 A

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Ditanya : Konsentrasi Paracetamol


Perhitungan :
y = 0,0261 + 0,06495 x
0,573 = 0,0261 + 0,06495 x
0,5469= 0,06495 x
x = 0,5469 / 0,06495
x = 8,4203
Jadi, konsentrasi paracetamol dalam sampel = 8,4203 g/mL

4.1 Pembahasan
Spektrofotometer terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber
cahaya yang digunakan, yaitu: spektrofotometer Vis (Visible),
spektrofotometer UV (Ultra Violet), spektrofotometer UV-Vis, dan
Spektrofotometri IR (Infa Red). Pada spektrofotometri Vis, yang
digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak
(visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar
tampak adalah 380 750 nm. Berbeda dengan spektrofotometri
visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample
dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.
Senyawa yang dapat menyerap sinar UV terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna (bening dan transparan).
Spektrofotometri UV-Vis menggunakan dua buah sumber cahaya
berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible yaitu
photodiode yang dilengkapi dengan monokromator dan dapat
digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak
berwarna. Sedangkan, spektrofotmetri IR berdasar pada penyerapan
panjang gelombang infra merah yang mempunyai panjang gelombang
2.5-1000 m. Pada spektrofotometri IR digunakan untuk analisa
kualitatif, misalnya untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu
senyawa.

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Pada umumnya sampel yang digunakan dalam bentuk larutan


yang sudah diencerkan dengan jumlah konsentrasi tertentu. Larutan
dengan konsentrasi yang rendah akan lebih mudah diketahui
transmitannya karena kerapatan pada molekulnya kecil sehingga
kemampuan menyerap radiasi elektromagnetnya kecil dan banyak
radiasi yang terbaca oleh detektor pada alat spektrofotometer.
Praktikum kali ini dilakukan untuk menentukan penetapan panjang
gelombang maksimum, kurva baku dan kadar parasetamol dalam
tablet dengan spektrofotometri UV-Vis menggunakan kurva kalibrasi
dan persamaan garis regresi linier. Pada analisis komponen tunggal,
jika absorbsi suatu seri konsentrasi larutan diukur pada panjang
gelombang, suhu, kondisi pelarut yang sama; dan absorbansi masing-
masing larutan diplotkan terhadap konsentrasinya maka akan
diperoleh suatu garis lurus yang memenuhi persamaan A = .b.c.
Grafik ini disebut dengan plot hukum Lambert-Beer dan jika garis yang
dihasilkan berupa garis lurus maka dapat dikatakan bahwa hukum
Lambert-Beer masih berlaku pada kisaran konsentrasi yang teramati
Setiap senyawa punya serapan maksimal pada panjang
gelombang tertentu. Panjang gelombang ini dinamakan panjang
gelombang maksimum. Pada panjang gelombang maksimum,
hubungan antara absorbansi dan konsentrasi senyawa bisa
disetarakan.
Pada percobaan ini, larutan paracetamol akan dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang maksimumnya. Untuk itu,
dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum dengan
membuat konsentrasi larutan paracetamol yang memberikan
absorbansi 0,573 A karena pada absorbansi ini terjadi kesalahan
analisis terkecil. Untuk memperoleh larutan paracetamol dengan kadar
tersebut dilakukan pengenceran, yaitu dipipet sebanyak 0,2 ml larutan
stok baku paracetamol, kemudian ditambahkan dengan aquadest
hingga tanda batas 5 ml. Larutan paracetamol ini kemudian diukur

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

pada panjang gelombang 220-350 nm. Pengukuran pada rentang


panjang gelombang ini karena panjang gelombang maksimum
parasetamol berada pada rentang tersebut, yaitu 243 nm. Sebelum
dilakukan pengukuran larutan baku alat spektrofotometri dikalibrasi
dengan menggunakan larutan blanko yaitu aquadest. Aquadest
digunakan sebagai blanko karena aquadest digunakan sebagai
pelarut parasetamol. Tujuan penggunaan larutan blanko adalah untuk
membuat konsentrasi pelarut menjadi nol sehingga tidak akan terukur
oleh detektor dan tidak menggangu pembacaan absorbansi sampel
dan dengan demikian dapat memperkecil kesalahan. Dari pengukuran,
diperoleh panjang gelombang maksimum paracetamol sebesar 243
nm dengan absorbansi 0,573 A.
Larutan sampel parasetamol diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 243 nm dan dapat diperoleh hasil dengan menghitung
kadar paracetamol dengan menggunakan persamaan regresi linear
yang diperoleh pada kurva kalibrasi larutan standar paracetamol.
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, disebutkan bahwa tablet
parasetamol mengandung asetaminofen C8H9NO2 tidak kurang dari
95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Perolehan kembali melebihi 105% antara lain disebabkan karena
proses penggerusan tablet yang kurang homogen sehingga masih
ada partikel serbuk yang berukuran besar yang tidak dapat tersaring
dengan baik pada proses penyaringan ekstrak dan proses ektraksi
analit dalam NaOH 0,1 N yang kurang sempurna.

D. MEMBUAT KURVA KALIBRASI


1. Membuat larutan parasetamol 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm.
4 ppm
- Dari larutan parasetamol 100 ppm, diambil 4 ml.
- Lalu dilarutkan dalam labu ukur dengan dan ditambah air hingga 100 ml.
- Mengocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna.

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Penghitungan :
x 100 ppm = 4 ppm
Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 100ppm untuk
membuat larutan 4 ppm adalah 4 ml.
6 ppm
- Dari larutan parasetamol 100 ppm, diambil 6 ml.
- Lalu dilarutkan dalam labu ukur dengan dan ditambah air hingga 100 ml.
- Mengocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna.
Penghitungan :
x 100 ppm = 6 ppm
Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 100ppm untuk
membuat larutan 6 ppm adalah 6 ml.
8 ppm
- Dari larutan parasetamol 100 ppm, diambil 8 ml.
- Lalu dilarutkan dalam labu ukur dengan dan ditambah air hingga 100 ml.
- Mengocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna.
Penghitungan :
x 100 ppm = 8 ppm
Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 100ppm untuk
membuat larutan 8 ppm adalah 8 ml.
10 ppm
- Dari larutan parasetamol 100 ppm, diambil 10 ml.
- Lalu dilarutkan dalam labu ukur dengan dan ditambah air hingga 100 ml.
- Mengocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna.
Penghitungan :
x 100 ppm = 10 ppm
Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 100ppm untuk
membuat larutan 10 ppm adalah 10 ml.
12 ppm
- Dari larutan parasetamol 100 ppm, diambil 12 ml.
- Lalu dilarutkan dalam labu ukur dengan dan ditambah air hingga 100 ml.

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

- Mengocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna.


Penghitungan :
x 100 ppm = 12 ppm
Berarti, banyaknya larutan yang diambil dari larutan 100ppm untuk
membuat larutan 12 ppm adalah 12 ml.
2. Membaca intensitas serapannya hingga dalam layar monitor terlihat kurva
yang menunjukkan perbanndingan antara ppm dengan nilai absorban.
V. HASIL PENGAMATAN
Dari praktikum pertama yang kita lakukan, hasilnya adalah :
1. Panjang gelombang yang digunakan untuk membaca intensitas serapan
adalah 256,5 dan nilai absorbansinya adalah 1,517. Tapi hal ini tidak kita
gunakan sebagai data, karena data yang kita salah. Kemudian kita
melakukan percobaan yang kedua, dan diperoleh absorban sebesar 0,698
pada konsentrasi 10 ppm. Lalu dimasukkan ke dalam rumus A = a x b x
c, yaitu sebagai berikut :
Nilai absorban yang baik adalah antara 0,2-0,8. Sehingga kita mencari
konsentrasi berapakah kita akan membuat larutan sehingga dapat
diperoleh kurva kalibrasi yang baik.
Untuk nilai absorban 0,2 :
Untuk nilai absorban 0,8 :
Dari perhitungan tersebut, kita membuat larutan dengan konsentrasi 4
ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm untuk membuat kurva kalibrasi.

2. Tetapi, dari hasil praktikum yang pertama (panjang gelombang 256,5 nm


dan nilai absorban 1,517) kita harus mengulang karena sampel yang kita
buat kotor (tercemar) sehingga kita membuat larutan parasetamol lagi.
Dan dari hasil pembuatan larutan parasetamol yang kedua, kita
memperoleh data berikut:

No. Abs (256,5) Conc (ppm)


1 0,212 4

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

2 0,365 6
3 0,549 8
4 0,698 10
5 0,799 12
Tabel 2
VI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini kita melakukan pembuatan kurva kalibrasi
parasetamol dengan menggunakan pelarut NaOH 0,1 N. Alat yang kita
gunakan adalah spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang dari
parasetamol sendiri adalah sekitar 257, itulah mengapa kita menghitung
nilai absorban dari panjang gelombang yang dihasilkan oleh panjang
gelombang 256,5 karena panjang gelombang ini yang mendekati panjang
gelombang dari parasetamol.
Nilai absorban yang kita peroleh pada percobaan pertama adalah
1,517. Tetapi nilai ini salah sehingga kita harus mengulangi percobaan
kedua dan hasilnya diperoleh nilai absorban sebesar 0,698 pada
konsentrasi 10 ppm. Dari nilai absorban tersebut, untuk membuat kurva
kalibrasi maka kita memasukkan nilai absorban tersebut ke dalam rumus
dari Hukum Lambert Beers :
Pada bagian kiri persamaan diketahui sebagai absorbansi larutan
dan dihitung dengan spektrofotometer. Persamaannya kadang ditulis
dalam term absorbansi.
Simbol epsilon merupakan absorptivitas molar larutan.
Nilai absorban yang kita peroleh dimasukkan ke rumus di atas, dan
dicari rentang dari nilai absorban 0,2 sampai 0,8 (seperti pada perhitungan
di hasil praktikum).
Dari perhitungan rumus tersebut, kita akan membuat larutan
dengan konsentrasi 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm.
Kemudian kelima larutan tersebut kita ukur lagi nilai absorbansinya
sehingga diperoleh data seperti pada table 2 dan gambar kurva 2. Dari
table tersebut dapat kita ketahui bahwa dari hasil percobaan yang kedua
cukup bagus karena rentang nilai absorban yang dihasilkan dari

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

konsentrasi 4 ppm sampai 12 ppm berada dalam rentang yang dianjurkan


yaitu antara 0,2 0,8.
Dari kurva 2 tersebut kita ketahui bahwa kurva kalibrasi merupakan
perbandingan antara konsentrasi (ppm) dengan nilai absorban. Semakin
besar konsentrasinya maka nilai ansorbannya akan semakin besar pula.
Dan dari kurva 2 tersebur kita dapatkan nilai r sebesar 0,9955. Tetapi
dalam melakukan percobaan nantinya, nilai r yang harus dipenuhi adalah
0,997.

VII. KESIMPULAN
1. Panjang gelombang larutan parasetamol adalah 256,5
2. Nilai absorban yang kita peroleh dari konsentrasi 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,
10 ppm dan 12 ppm adalah 0,212, 0,365, 0,549, 0,698, dan 0,799. Hal ini
berarti masih dalam rentang nilai absorban yang baik yaitu antara 0,2
0,8.
3. Kurva kalibrasi yang kita peroleh mempunyai nilai r sebesar 0,9955.

DAFTAR PUSTAKA
Basset J et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Day R dan Underwood A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Penerjemah : Sopyan Iis. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari :
Quantitative Analysis Sixth Edition.

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254
PENETAPAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM, KURVA BAKU DAN
KADAR PARASETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET

Khopkar S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas


Indonesia (UI-Press)
Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik: Aplikasi Pada
Penggunaan pH meter dan Spektrofotometer Uv-Vis oleh Iqmal Tahir
Laboratorium Kimia Dasar, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Gadjah
Mada Sekip Utara, Yogyakarta.

ADE RAFNI AMALIAH Z ST. MARYAM., S. Si., M. Sc., Apt


15020150254

Anda mungkin juga menyukai