BAB I
I. Anamnesis
IDENTITAS
Nama : Tn. N
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku : Lampung
II. Keluhan
A. Keluhan utama
B. Keluhan tambahan
III. Riwayat
1 tahun yang lalu pasien mengaku mulai mencium bau busuk dari hidung sebelah kanan.
Batuk, pilek, pusing, bersin-bersin, demam, lendir yang turun dari tenggorok, nyeri pada pipi,
kening dan belakang mata disangkal
6 bulan yang lalu pasien mengalami flu berat disertai demam. Flu berlangsung lebih dari 1
minggu. Ingus yang keluar berwarna bening kadang bercampur kehijauan dan kental serta
tidak ada darah. Mulai dirasa ingus tertelan lewat tenggorok. Tenggorok dirasa sakit dan sakit
menelan. Nyeri pipi sebelah kanan dirasa menjalar sampai ke depan telinga. Telinga kanan
juga dirasa penuh dan berdengung. Pasien merasa sakit pada pipi dan kepala terutama saat
sujud. Bau busuk yang tercium dari hidung sebelah kanan belum membaik
1 bulan yang lalu pasien kembali mengalami flu, keluar ingus kental berwarna hijau, berbau
busuk dari hidung sebelah kanan, nyeri pipi yang menjalar hingga telinga makin sering dirasa
1 minggu yang lalu pasien berobat ke RS.PBA dengan keluhan hidung sebelah kanannya
yang terus mencium bau busuk. Kemudian pasien diminta untuk menjalani foto sinus
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, Os juga tidak alergi
terhadap debu ataupun udara dingin
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, Os juga tidak alergi
terhadap debu ataupun udara dingin
D. Riwayat Kebiasaan
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, Os juga tidak alergi
terhadap debu ataupun udara dingin
E. Riwayat Alergi
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, Os juga tidak alergi
terhadap debu ataupun udara dingin
F. Riwayat Pengobatan
1 tahun yang lalu Os berobat ke dokter untuk keluhan penciuman yanng berbau busuk, Os
dinyatakan mengalami sinusitis, saat itu dokter menyarankan untuk operasi namun saat itu Os
menolak
Status Generalis
Tanda Vital
Suhu : 36,3 C
Kepala : Normochepali
Pemeriksaan telinga
TELINGA
Kanan Kiri
LIANG TELINGA
Kanan Kiri
Membran Timpani
Kanan Kiri
Uji Pendengaran
Kanan Kiri
Pemeriksaan Hidung
Hidung
Kanan Kiri
*Pipi
MukosaMukosa Hiperemis
Hiperemis (-) (-) Hiperemis
Hiperemis (-) (-)
Konka
Muara Tuba Inferior
Eustachius Eutrofi, hiperemis (-)
Sulit Dinilai Eutrofi, hiperemis (-)
Sulit Dinilai
Transiluminasi
Sinus Kanan Kiri
a. Pemeriksaan Tenggorok
Mulut :
Trismus : (-)
Faring :
Uvula : di tengah
b. Diagnosa
Dasar : penciuman berbau busuk sebelah kanan, nyeri pada pipi sebelah kanan menjalar
hingga ke depan hidung, ingus tertelan lewat tenggorok dan gigi molar 1 berlubang
c. DIAGNOSIS BANDING
1. Rhinitis Alergi Kronis
2. Rhinitis Hipertrofi
Dasar yang mendukung : Hidung tersumbat, nyeri kepala dan gangguan tidur. Dasar yang
tidak mendukung : pada rinoskopi anterior tidak ditemukan permukaan konka inferior yang
berbenjol- benjol.
d. RENCANA TINDAKAN
FARMAKOLOGI
a. Antibiotika : Amoxicilin 3x 1
c. Anti-inflamasi :
NONFARMAKOLOGI
1. Bed rest
2. Diet seimbang : meningkatkan pemakanan tinggi vitamin A,B,C dan E serta makanan
tinggi omega-3 ( ikan tuna,walnuts)
e. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
Ad Sanationam :Bonam
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sinusitis merupakan inflamasi mukosa sinus paranasalis yang umumnya disertai atau dipicu
oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Insiden rinosinusitis di Amerika Serikat
diperkirakan seebesar 14,1% dari populasi orang dewasa. Kasus rinosinusitis kronik itu
sendiri sudah masuk data rumah sakit berjumlah 18 - 22 juta pasien setiap tahunnya dan kira-
kira sejumlah 200.000 orang dewasa Amerika menjalankan operasi rinosinusitis pertiap
tahunnya juga.
Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada
pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar102.817 penderita rawat
jalan di rumah sakit. Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang
diadakan oleh Binkesmas bekerjasama dengan PERHATI dan bagian THT RSCM
mendapatkan data penyakit hidung dari 7 provinsi. Data dari divisi Rinologi Departemen
THT RSCM Januari Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu
tersebut adalah 435 pasien, 69% diantaranya adalah sinusitis.
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsikan karena
bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari
yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sphenoid. Sinus para
nasal meerupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga
didalam tulang. Semua sinus mempunyai muara kedalam rongga hidung. Semua sinus
dilapisi oleh epitel saluran pernafasan bersilia yang mengalami modifikasi dan mampu
menghasilkan mucus serta secret yang disalurkan kedalam rongga hidung.
Secara embriologik sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan
perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sphenoid dan sinus frontal.
Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang
dari sinus etmoid anterior pada yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus
sphenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero superior rongga
hidung. Sinus sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu dimeatus media, ada muara muara
saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan
sempit yang dinamakan kompleks osteo-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid
yang terdapat dibelakang prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid, dan sel-sel
etmoid anterior dengan ostiumnya da ostium sinus maksila.
Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada
yang berpendapat sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuk
sebagai akibat pertumbuhan tulang muka. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi
sinus paranasal antara lain:
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu
dengan rinitis sehingga sering disebut dengan rinosinusitis. Penyebab utamanyya ialah
salesma (common cold) yang merupakan infeksi dari virus selanjutnya dapat diikuti oleh
infeksi bakteri.
B. Etiologi
Beberapa etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rinitis terutama
rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti
deviasi septumatau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil,
infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma kartagener, dan
diluar negeri adalah penyakit fibrosis kistik
C. Klasifikasi
Secara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya berlangsung
dari beberapa hari sampai 4 minggu. Sinusitis subakut bila berlangsung dari 4 minggu sampai
3 bulan dan sinusitis kronik bila berlangsung lebih dari 3 bulan.
Tetapi apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut bila
terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda-tanda radang akut
sudah reda dan perubahan histologik bersifat reversible dan disebut sinusitis kronik,bila
oerubahan histologik mukosa sinus sudah irreversible, misalnya sudah berubah menjadi
jaringan granulasi atau polipoid. Sebenarnya klasifikasi yang tepat ialah berdasarkan
pemeriksaan histopatologik, akan tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.
1. Sinusitis Akut
Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh infeksi,
obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi gigi.
Etiologi
(3) infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)
Gejala Subyektif
Gejala sebjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lockal. Gejala sistemik ialah demam
dan rasa lesu. Lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang kadang berbau dan
dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri didaerah sinus
yang terkena, serta kadang kadang dirasakan juga ditempat lain karena nyeri alih (referred
pain).
Pada sinusitis maksila nyeri dibawah kelopak mata dan kadang kadang menyebar ke
alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan didepan telinga.
Rasa nyeri pada sinusitis ethmoid di pangkal hidung dan kantus medius. Kadang kadang
dirasakan nyeri di bola mata atau dibelakangnya, dan nyeri akan bertambah bila mata
digerakkan. Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal). Pada sinusitis frontal rasa nyeri
terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri diseluruh kepala. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di
verteks, oksipital, dibelakang bola mata dan didaerah mastoid.
Gejala Obyektif
Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis
frontal di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul pembengkakan,
kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis maksila,
sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius,
sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari
meatus superior.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak
lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.
Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi Waters, PA dan lateral. Akan tampak
perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) ada sinus yang
sakit.
Pemeriksaan Mikrobiologi
Sebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari meatus medius atau meatus
superior. Mungkin ditemukan bermacam macam bakteri yang merupakan flora normal di
hidung atau kuman patogen, seperti Pneumococcus, Streptococcus, Stphylococcus dan
Haemophylus influeanzae. Selain itu mungkin juga ditemukan virus atau jamur.
Terapi
Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi komplikasi
ke orbita atau intrakranial; atau bila ada nyeri yang hebat karena ada sekret tertahan oleh
sumbatan.
2. Sinusitis Subakut
Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya (demam, sakit
kepala, nyeri tekan) sudah reda. Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di meatus
medius atau superior. Pada rinoskopi posterior tampak secret purulen di nasofaring. Pada
pemeriksaan transiluminasi tampak sinus yang sakit suram atau gelap.
Terapinya mula-mula diberikan medikamentosa, bila perlu dibantu dengan tindakan, yaitu
diatermi atau pencucian sinus.
Obat-obat yang diberikan berupa antibiotika berspektrum luas, atau yang sesuai dengan tes
resistensi kuman, selama 10-14 hari. Juga diberikan obat-obat simtomatis berupa dekongestan
local (obat tetes hidung) untuk memperlancar draenase. Obat tetes hidung hanya boleh
diberikan untuk waktu yang terbatas (5 sampai 10 hari), karena kalau terlalu lama dapat
menyebabkan rhinitis medikamentosa. Selain itu, dapat diberikan analgetika, antihistamin,
dan mukolitik.
Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek (ultra short wave
diathermy), sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus.
Kalau belum membaik, maka dilakukan pencucian sinus dan juga pembedahan non radikal,
seperti bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) untuk membersihkan daerah Kompleks
Ostio Meatal sehingga mukosa sinus kembali normal
3. Sinusitis Kronik
Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar
disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan
faktor predisposisinya.
Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung
dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik. Perubahan mukosa hidung akan
mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi menjadi kronis apabila pengobatan pada
sinusitis akut tidak sempurna. Adanya infeksi akan menyebabkan edema konka, sehingga
drenase sekret akan terganggu. Drenase sekret yang terganggu dapat menyebabkan silia rusak
dan seterusnya.
Gejala Subyektif
Gejala subyekif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:
Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal drip (post
nasal drip).
Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru,
beruoa bronchitis atau bronkietaksis atau asma bronchial, sehingga terjadi penyakit
sinobronkitis.
Gejala di saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat menyebabkan
gastroenteritis,`sering terjadi pada anak.
Kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat sekret di nasofaring yang meengganggu
pasien. Sekret pasca nasal yang terus-menerus akan mengakibatkan batuk kronik.
Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari dan akan berkurang atau
hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi mungkin karena
pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus serta adamya
stasis vena.
Gejala obyektif
Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak
terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental
purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak sekret
purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.
Pemeriksaan mikrobiologik
Dibuat berdasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior
serta pemeriksaan penunjang berupa transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal,
pemeriksaan radiologik, pungsi sinus maksila, sinoskopi sinus maksila, pemeriksaan
histopatologik dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinoskopi, pemeriksaan
meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan naso-endoskopi dan pemeriksaan
CT-scan.
Terapi
Pada sinusitis kronis perlu diberikan terapi antibiotik untuk mengatasi infeksinya dan obat-
obatan simtomatis lainnya. Antibiotik diberikan selama sekurang-kurangnya 2 minggu. Selain
itu dapat juga dibantu dengan diatermi gelombang pendek selama 10 hari di daerah sinus
yang sakit.
Tindakan lain yang dapat dilakukan ialah tindakan untuk membantu memperbaiki drenase
dan pembersihan sekret dan sinus yang sakit. Untuk sinusitis maksila dilakukan pungsi dan
irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis etmoid, frontal atau sphenoid dilakukan tindakan
pencucian Proetz. Irigasi dan pencucian sinus ini dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila
setelah 5-6 kali tidak ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak sekret purulen, berarti
mukosa sinus sudah tidak dapat kembali normal (perubahan irreversible), maka perlu
dilakukan operasi radikal.
Untuk mengetahui perubahan mukosa masih reversible atau tidak, dapat juga dilakukan
dengan pemeriksaan sinoskopi, yaitu melihat antrum (sinus maksila) secara langsung dengan
menggunakan endoskop.
Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium sinus dan kelanjaran klirens dari mukosiliar
didalam kompleks osteo meatal (KOM). Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM akan
mengalami edema, sehingga mukosa yang saling berhadapan akan saling bertemu sehingga
silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan karena ostium sinus tersumbat. Hal
ini menyebabkan timbulnya tekanan negative di dalam rongga sinus terjadinya transudasi.
Hal ini juga menyebabkan terjadinya ganguan drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga
silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan
merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri pathogen.
Bila sumbatan terus berlangsung akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul
infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertropi,
polipoid, atau pembentukan kista.
Gejala klinis
Diagnosis
Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso endoskopi
sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di
meatus medius (pada sinusitis maksila, etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior
(pada sinusitis etmoid posterior dan sphenoid). Pada rhinosinusitis akut tampak pada
pemeriksaan fisik mukosa edem dan hiperemis. Pada anak sering ada edem dan hiperemis
didaerah kantus medius.
a. Pemeriksaan transluminasi
Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram atau gelap. Hal ini
lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu sisi wajah, karena akan Nampak
perbedaan antara sinus yang sehat dengan sinus yang sakit.
b. Sinoskopi
c. Pencitraan
Dengan foto kepala posisi waters, PA dan lateral, akan terlihat perselubungan atau penebalan
mukosa atau air-fluid level pada sinus yang sakit. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan
terbaik dalam kasus sinusitis
d. Kultur
Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah pada organisme penyebab, maka kultur
dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus medius, meatus superior atau aspirasi
sinus.
Penatalaksanaan
1. Istirahat yang cukup dan udara di sekitarnya harus bersih dengan kelembaban yang
ideal 45- 55%.
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari 5 hari
karena dapat terjadi rebound congestion dan rinitis medikamentosa. Selain itu pada
pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar, dan rasa kering
karena atrofi mukosa dan kerusakan silia.
6. Kortikosterioid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang agak parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis media kronika,
bronkitis kronis, atau ada komplikasi seperti abses orbita atau komplikasi abses intracranial.
Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran saluran sinus paranasalis yaitu dengan
cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat
sinoskopi (FESS = functional endoscopic sinus surgery). Teknologi balloon
sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis.
Teknologi ini, sama dengan Balloon Angioplasty untuk jantung, menggunakan kateter balon
sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan
saluran pembuangan sinus yang normal dan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia
akan secara perlahan mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran
tersebut tanpa merusak jalur sinus. Menurut dr Huang metode ini sangat ideal untuk
mengatasi masalah pada sinus frontalis.
Komplikasi
Saat ini komplikasi sinusitis jarang terjadi karena adanya antibiotika spektrum luas.
Komplikasi sinusitis biasanya terjadi pada sinusitis akut. Timbulnya komplikasi karena terapi
yang tidak adekuat atau terlambat. Harus waspada jika ada gejala seperti di bawah ini :
2. Muntah.
3. Kejang.
1. Penyebaran ke arah mata: Pada anak-anak komplikasi yang paling sering ialah ke arah
mata sebagai perluasan infeksi dari sinus
3. Komplikasi ke arah kranial: Meningitis, Abses ekstradural dan subdural, Abses otak dan
Trombosis sinus kavernosus.
Prognosis
Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh spontan tanpa
pemberian antibiotik. Prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dengan pembedahan dini
maka akan mendapatkan hasil yang baik.