STIKES BALI
TAHUN AJARAN 2014/2015
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERILAKU BUNUH DIRI
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Dasar Depresi
a. Pengertian
Depresi adalah salah satu gangguan jiwa pada alam perasaan ( afektif, mood)
yang di tandai dengan kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup,
tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa,
tidak berguna dan putus asa. (Yosep, 2010, hal 101)
Depresi adalah keadaan emosional yang dicirikan dengan kesedihan, berkecil
hati, perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidakberdayaan, dan keputusasaan.
(Isaacs ,2004 ,hal 121).
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang disertai
komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa, dan tidak bahagia,
serta momponen somati : anoreksia, kostipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan
darah dan denyut nadi menurun. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa
pada alam perasaan (afektif, mood). (Hidayat, 2008, hal. 275)
b. Penyebab
Menurut Yosep (2010), depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain :
faktor heriditer dan genitik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramoebid, faktor
fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor
keseimbangan elektrolit dan sebagainya. Pada keluarga yang salah satu orang
tuanya mengalami depresi akan berpeluang 10-15 % untuk memiliki anak yang
akan menderita depresi dikemudian hari.
Ciri ciri orang yang mudah mengalami depresi
1) Mereka sukar merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, irritable,
tegang dan agitatif.
2) Mereka kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih senang
berdamai untuk menghindari konflik dan kinfrontasi, merasa gagal dalam
usaha atau sekolah, lamban, lemah, lesu atau sering mengeluh sakit ini dan itu.
3) Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka
menyisih, sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu, menjaga
jarak dan menghindari keterlibatan dengan orang lain.
4) Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan
mekanisme pertahanan penyangkalan.
d. Jenis-Jenis Depresi
Menurut Isaacs (2004, hal 121), depresi terbagi menjadi menjadi 3 yaitu terdiri
dari:
1) Unipolar : adalah gangguan mood hanya depresi tanpa mania.
2) Bipolar : gangguan mood dimana gejala-gejala mania telah terjadi paling
sedikit satu kali; dapat terjadi satu episode depresi, dapat juga tidak.
3) Gangguan depresi mayor : dicirikan dengan sedikitnya 2 minggu depresi
mood atau kehilangan minat terhadap kesenangan dan aktivitas.
Menurut Cass, 1998, hal 87, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa 1dari 5
orang, pernah mengalami depresi dalam kehidupannya. Selanjutnya ditemukan
bahwa 5%-15% dari pasien-pasien depresi melakukan bunuh diri setiap tahun.
Sehingga dapat ditemukan bahwa penyebab utama orang yang beresiko bunuh diri
adalah orang yang tidak dapat mengatasi depresi yang telah ia alami.
b. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
c. Psikopatologi
1) Etiologi
a) Faktor Risiko
(1) Menurut SIRS ( Suicidal Intention Rating Scale )
Skor 0 :Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.
Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri.
Skor 2 :Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan
bunuh diri.
Skor 3 :Mengancam bunuh diri, misalnya, Tinggalkan saya sendiri
atau saya bunuh diri.
Skor 4 :Aktif mencoba bunuh diri.
(3) Menurut Hatton, Valente, dan Rink, 1977 (dikutip oleh Shiver, 1986)
No. Perilaku/ Intensitas Risiko
Gejala Rendah Sedang Berat
1 Cemas Rendah Sedang Tinggi atau
panik
2 Depresi Rendah Sedang Berat
3 Isolasi / Perasaan Perasaan tidak Tidak
menarik diri depresi yang berdaya, putus berdaya, putus
samar,tidak asa, menarik asa, menarik
menarik diri. diri. diri, protes
pada diri
sendiri.
4 Fungsi Umumnya Baik pada Tidak baik
sehari-hari baik pada beberapa pada semua
semua aktivitas. aktivitas.
aktivitas.
5 Sumber- Beberapa Sedikit Kurang
sumber
6 Strategi Umumnya Sebagian Sebagian
koping konstruktif. konstruktif. besar
destruktif.
7 Orang Beberapa Sedikit atau -
penting/dekat hanya satu
8 Pelayanan Tidak, sikap Ya, umumnya Bersikap
psikiater positif. memuaskan. negative
yang lalu terhadap
pertolongan.
9 Pola hidup Stabil Sedang (stabil- Tidak stabil
tidakstabil)
10 Pemakai Tidak sering Sering Terus-
alcohol dan menerus
obat
11 Percobaan Tidak atau Dari tidak Dari tidak
bunuh diri yang tidak sampai dengan sampai
sebelumnya fatal. cara yang agak berbagai cara
fatal. yang fatal.
12 Disorientasi Tidak ada Beberapa Jelas atau ada
dan
disorganisasi
13 Bermusuhan Tidak atau Beberapa Jelas atau ada
sedikit
14 Rencana Samar, Sering Sering dan
bunuh diri kadang- dipikirkan, konstan
kadang ada kadang-kadang dipikirkan
pikiran, tidak ada ide untuk dengan
ada rencana. merencanakan. rencana yang
spesifik.
(b) Demografik
i. Usia (misal lansia, pria dewasa muda, remaja),
ii. Perceraian,
iii. Jenis kelamin,
iv. Ras (mis, orang kulitputih, suku Asli Amerika),
v. Janda/ duda.
(c) Fisik
i. Nyeri kronik,
ii. Penyakit fisik,
iii. Penyakit terminal.
(d) Psikologi
i. Penganiayaan masa kanak-kanak,
ii. Riwayat bunuh diri dalam keluarga,
iii. Rasa bersalah,
iv. Remaja homo seksual,
v. Gangguan psikiatrik,
vi. Penyakit psikiatrik,
vii. Penyalahgunaan zat.
(e) Situasional
i. Remaja yang tinggal di tatanan nontradisional (mis, penjara
anak-anak, penjara, rumah singgah, rumah group/kelompok) ;
ii. Ketidakstabilan ekonomi;
iii. Institusionalisasi;
iv. Tinggal sendiri;
v. Kehilangan otonomi;
vi. Kehilangan kebebasan;
vii. Adanya senjata di dalam rumah;
viii. Relokasi atau pindah rumah;
ix. Pensiun.
(f) Sosial
i. Bunuh diri masal atau berkelompok
ii. Gangguan kehidupan keluarga
iii. Masalah disiplin
iv. Beruka
v. Tidak berdaya
vi. Putus asa
vii. Masalah legal
viii. Kesepian
ix. Kehilangan hubungan yang penting
x. Sistem dukungan yang buruk
xi. Isolasi sosial.
(g) Verbal
i. Menyatakan keinginan untuk mati
ii. Mengancam bunuh diri.
b) Faktor Perilaku
(1) Ketidak patuhan
Ketidak patuhan biasanya dikaitkan dengan program pengobatan yang
dilakukan (pemberian obat). Pasien dengan keinginan bunuh diri
memilih untuk tidak memperhatikan dirinya.
(2) Pencederaan diri
Cedera diri adalah sebagai suatu tindakan membahayakan diri sendiri
yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan diri dilakukan terhadap
diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah
untuk melukai tubuh.
(3) Perilaku bunuh diri
Biasanya dibagi menjadi 3 kategori, yaitu sebagai berikut:
(a) Ancaman bunuh diri, yaitu peringatan verbal dan nonverbal
bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri.
Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia
tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin
juga mengomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian
hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya.
(b) Upaya bunuh diri, yaitu semua tindakan yang diarahkan pada
diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarahkan pada kematian jika tidak dicegah.
(c) Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan
terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan upaya
bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya.
c) Faktor Lain
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien destruktif
diri (bunuh diri) adalah sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1995):
(1) Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri
(a) Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina atau
menyakitkan.
(b) Tindakan persiapan atau metode yang dibutuhkan, mengatur
rencana, membicarakan tentang bunuh diri, memberikan barang
berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri.
(c) Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih
mematikan.
(d) Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
(e) Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
d) Faktor Predisposisi
Mengapa individu terdorong untuk melakukan bunuh diri? Banyak
pendapat tentang penyebab dan alas an termasuk hal-hal berikut :
(1) Kegagalan atau adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress.
(2) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti.
(3) Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
(4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
(5) Tangisan minta tolong.
e) Faktor Presipitasi
(1) Psikososial dan klinik
(a) Keputusasaan
(b) Ras kulit putih
(c) Jenis kelamin laki-laki
(d) Usia lebih tua
(e) Hidup sendiri
(2) Riwayat
(a) Pernah mencoba bunuh diri.
(b) Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
(c) Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.
(3) Diagnosis
(a) Penyaki medis umum
(b) Psikosis
(c) Penyalahgunaan zat
Jeritan minta
Hidup Konsep
tolong
atau Mati Bunuh
diri Catatan bunuh diri
Setiap upaya percobaan bunuh diri selalu diawali dengan adanya motivasi
untuk bunuh diri dengan berbagai alasan, berniat melaksanakan bunuh diri
mengembangkan gagasan sampai akhirnya melakukan bunuh diri, oleh karena itu,
adanya percobaan bunuh diri merupakan masalah keperawatan yang harus
mendapatkan perhatian serius. Sekali pasien berhasil mencoba bunuh diri, maka
selesai riwayat pasien. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa mitos (pendapat
yang salah ) tentang bunuh diri.
h. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih
untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan
banyak faktor, baik faktor sosial maupun budaya. Struktur sosial dan kehidupan
bersosial dapat menolong atau bahkan menolong klien melakukan perilaku bunuh
diri. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan
seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu mentoleransi stres dan menurunkan angka bunuh diri.
Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
i. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahan ego yang berhubungan dengan perilaku perusakan diri
tak langsung adalah pengingkaran (deniel). Sementara, mekanisme koping yang
paling menonjol adalah rasionalisasi, intelektualisasi dan rekgresi.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Risiko Bunuh Diri
Proses keperawatan merupakan wahana atau sarana kerjasama dengan klien, yang
umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari pada peran klien, namun pada
proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari peran perawat, sehingga
kemandirian klien dapat dicapai.
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal.
Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta
diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi, dan tidak unik bagi individu klien
(Keliat, 1998, dikutip dari Direja, 2011, hal. 35)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual (Direja, 2011, hal. 36)
a. Pengumpulan Data (M. Azizah, 2011, hal. 56)
1) Identitas klien dan penanggung jawab
Pada identitas mencakup Initial, Umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
suku bangsa, agama, alamat dan hubungan dengan penanggung.
2) Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi: keluhan utama dan riwayat penyakit, keluhan utama
berisi tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah sakit dan keluhan klien
saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Pada faktor predisposisi dikaji tentang faktor-faktor pendukung klien
untuk mengalami perilaku bunuh diri. Faktor presipitasi dikaji tentang faktor
pencetus yang membuat klien mengalami risiko bunuh diri.
3) Pemeriksaan fisik
Pengkajian atau pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ
tubuh (dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi dan hasil pengukuran)
dalam pengukuran dilakukan pengukuran suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan.
4) Pengkajian psikososial:
Pengkajian pada aspek psikososial dapat dilakukan pada genogram, konsep
diri, hubungan sosial dan aspek spiritual.
a) Genogram
Genogram dapat dikaji melalui 3 jenis kajian yaitu :
(1)Kajian adopsi : yang membandingkan sifat antara anggota keluarga biologis
atau satu keturunan dengan keluarga adopsi
(2)Kajian kembar : yang membandingkan sifat antara anggota keluarga yang
kembar identik secara genetik dengan saudara yang tidak kembar.
(3)Kajian keluarga : yang membandingkan apakah suatu sifat banyak
kesamaan antara keluarga tinggkat pertama (seperti orang tua, saudara
kandung) dengan keluarga yang lain.
(5) Identitas
Merupakan kesadaran klien untuk menjadi diri sendiri yang tidak ada
duanya dengan mensintesa semua gambaran diri sebagai satu kesatuan
utuh dan perasaan berbeda dengan orang lain. Ini merupakan bagaimana
persepsi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status atau posisi tersebut (sekolah, pekerjaan, kelompok,
keluarga, lingkungan masyarakat sekitarnya) kepuasan klien sebagai laki-
laki atau perempuan (gender).
c) Hubungan sosial
Hubungan sosial dapat dikaji sebagai berikut (M. Azizah, 2011, hal. 62) :
(1)Siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien, tempat mengadu, bicara,
minta bantuan baik secara material maupun secara non-material.
(2)Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat, klompok apa saja
yang diikuti dilingkungannya dan sejauh mana ia terlibat.
(3) Hambatan apa saja dalam berhubungan dengan orang lain atau kelompok
tersebut.
d) Spritual
Aspek spiritual yang dikaji menurut (M. Azizah, 2011, hal. 64) diantaranya :
(1) Apa agama dan keyakinan klien atau keluarganya. Bagaimana nilai,
norma, pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat
setempat tentang gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama
yang dianut.
(2) Kegiatan keagamaan, ibadah dan keyakinan apa saja yang dikerjakan
klien dirumah/lingkungan sekitarnya baik secara individu maupun
kelompok, pendapat klien/keluarga tentang ibadah tersebut.
e) Status mental
Pengkajian pada status mental dapat dilakukan pada penampilan,
pembicaraan, aktivitas motorik, afek emosi (M. Azizah, 2011, hal. 65).
(1) Penampilan
Observasi pada penampilan umum klien yang merupakan
karakteristik klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan,
sikap tubuh, cara berjalan, ekskresi wajah, kontak mata, dilatasi atau
konstruksi pupil, status gizi atau kesehatan umum.
(2) Pembicaraan
Pada pembicaraan perhatikan bagaimana pembicaraan yang didapat
pada klien, apakah cepat, keras, gagap, inkoherensi, apatis, lambat,
membisu, tidak mampu memulai pembicaraan, pembicaraan berpindah-
pindah dari satu kalimat kekalimat lainnya yang tidak berkaitan.
(5) Afek
Adapun beberapa gangguan afek dan emosi adalah sebagai berikut :
(a) Depresi yaitu keadaan psikologis (dengan manifestasi rasa sedih,
susah, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, rasa berdosa, putus asa,
penyesalan tak ada harapan)
(b) Ketakutan atau takut yaitu afek emosi terhadap objek yang ditakuti
sudah jelas.
(c) Khawatir, cemas, ansietas yaitu ketakutan pada sesuatu objek yang
belum jelas atau keadaan tidak enak/tidak nyaman yang tidak jelas
penyebabnya. Jenis cemas antara lain: kecemasan mengambang/free
floating anxietas, agitasi, panik atau kecemasan hebat dengan
kegelisahan.
(d) Anhedoneia yaitu tidak timbul perasaan senang dengan aktivitas
yang biasanya menyenangkan bagi dirinya.
(e) Euforia yaitu rasa senang, riang, gembira, bahagia, yang berlebihan
yang tidak sesuai dengan keadaan. Elasa adalah bentuk euforia yang
lebih hebat dan Exaltasi atau extaci adalah suatu bentuk euforia
yang sangat hebat.
(f) Kesepian adalah merasa dirinya ditinggalkan/dipisah-kan dari atau
oleh yang lainnya.
(g) Kedangkalan/tumpul/datar adalah kemiskinan afek/ emosi secara
umum atau kuantitas, tidak ada perubah-an dalam roman muka pada
saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan, bereaksi
bila ada stimulus yang lebih kuat.
(h) Labil adalah emosi yang secara cepat berubah-rubah, tanpa suatu
pengendalian yang baik.
(i) Tak wajar/tidak sesuai adalah emosi yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan stimulus yang ada, keadaan tertentu secara
kuantitatif atau dengan isi pembicaraan/ pikirannya.
(j) Ambivalensi adalah afek/emosi yang berlawanan dan timbul secara
bersama-sama terhadap seseorang, objek atau kondisi tertentu.
(k) Apatis adalah berkurangnya afek/emosi terhadap sesuatu semua hal
yang disertai rasa terpencil dan tidak peduli dengan lingkungan
sekitarnya.
(l) Amarah atau kemurkaan adalah permusuhan yang bersifat agresif,
tidak realistik, menghancurkan dirinya, orang lain, lingkungan yang
sifatnya bukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapinya.
Pengkajian :
1. Keluhan Utama.....
2. Pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan...
3. Konsep diri....
4. Alam perasaan .....
( ) Sedih ( ) Putus Asa
( ) Ketakutan ( ) Gembira Berlebihan
(Klien umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat mendalam)
5. Interaksi selama wawancara
( ) Bermusuhan ( ) Tidak koperatif
( ) Defensif ( ) Kontak mata kurang
( ) Mudah tersinggung ( ) Curiga
6. Afek
( ) Datar ( ) Labil
( ) Tumpul ( ) Tidak sesuai
(Klien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul)
7. Mekanisme koping maladaptive
( ) Minum alkohol ( ) Bekerja berlebihan
( ) Reaksi lambat ( ) Mencederai diri
( ) Menghindar ( ) Lainnya
(Klien biasanya menyelesaikan masalahnya dengn cara menghindar dan mencederai
diri)
8. Masalah psikososial dan lingkungan
( ) Masalah dengan dukungan keluarga
( ) Masalah dengan perumahan
b. Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data untuk
merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data tersebut diklasifikasikan
menjadi data subyektif dan obyektif:
1) Data Subyektif (Farida, 2010, hal. 50)
Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh pasisen dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga, tidak aman, merasa cemas, takut dan kadang-kadang panik
kebingungan.
2) Data Obyektif
Data obyektif yaitu data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
c. Masalah Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal.
2. Risiko bunuh diri
3. Harga diri rendah kronik.
d. Pohon Masalah
Pohon masalah adalah kerangka berpikir logis yang berdasarkan prinsip sebab
dan akibat yang terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat.
effect
Core problem
Causa
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan klien
mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stresor yang menunjang.
Rumusan diagnosa adalah problem/masalah (P) berhubungan dengan penyebab
(etiologi), dan keduanya ini saling berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Diagnosis
ini bisa juga permasalahan (P), penyebab (E), dan symptom/gejala (S) sebagai data
penunjang. Jika pada diagnosis tersebut sudah diberikan tindakan keperawatan, tetapi
permasalahan (P) belum teratasi, maka perlu dirumuskan diagnosa baru sampai
tindakan keperawatan tersebut dapat diberikan hingga masalah tuntas. (Farida, 2010,
hal.51)
Kemudian dapat dirumuskan masalah sehingga ditemukan diagnosa keperawatan,
yaitu :
a. Risiko bunuh diri
b. Harga diri rendah kronik
c. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal.
3. Perencanaan
Nama klien :______ Diagnosa Medis :____
Ruangan :______ No. CM :____
Tgl No Dx Perencanaan Intervensi
Dx Keperawatan
STRATEGI PELAKSANAAN
SP 1 PASIEN SP 1 KELUARGA
SP2P SP2K
SP4P
1) Membuat rencana masa depan
yang realistis bersama klien
2) Mengidentifikasi cara mencapai
masa depan yang realistis
3) Memberi dorongan klien
melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan yang
realistis
4) Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
4. Implemenasi
Pelaksanaan tindak keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan, sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here
and now) perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang diperlukan untuk
melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan
keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melakukan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya
menjelaskan apa yang akan dilakukan dan peran serta yang diharapkan klien. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan
beserta respon klien.
P:
Perawat :
Lanjutkan SP2P pada pertemuan ke 2 pada hari Senin, 7 Mei 2012
Pukul 11.00 di ruang Perawatan klien
Klien :
Memotivasi klien melatih cara mengendalikan bunuh diri.
A : SP2P tercapai
P:
Perawat :
Lanjutan SP3P pada pertemuan ke 3 pada hari Selasa 8 Mei 2012
08.00 di ruang Perawatan klien.
Klien :
Memoifasi klien untuk dapat menghargai dirinya.
10.00 4 Risiko SP4P Risiko Melakukan SP4P S : Selamat Pagi, baik bapak, 10 menit aja pak.
Bunuh Diri bunuh Diri risiko bunuh diri : rencananya saya mau kerja mencari uang, ikut kegiatan-
1. Membuat kegiatan.
rencana masa caranya saya harus punya keahlian, dan harus pandai bergaul
depan yang dengan orang.
realistis saya akan melukis siapa tau lukisan ini.
bersama masukan jadwalnya jam 16.00 aja pak.
klien.
2. Mengidentifi O:
kasi cara 1. Kontak mata baik
mencapai 2. Klien koperatif
rencana masa 3. Bicara koheren
depan yang
realistis. A : SP4P tercapai
3. Memberi
dorogan klien P:
melakukan Perawat :
kegiatan Lanjutkan intervansi perawatan klien oleh keluarga, persiapan
dalam rangka pulang.
meraih masa Klien :
depan yang Memotivasi klien berlatih melukis untuk meraih masa depan.
realistis.
4. Menganjurka
n klien
memasukan
dalam jadwal
harian klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi
proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang
telah ditentukan (Ade Herman, 2011, hal. 39).
Untuk klien yang memberikan ancaman bunuh atau melakukan
percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan
keadaan klien yang tetap aman dan selamat.
Untuk klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawataan ditandai dengan hal sebagai berikut: klien mampu
mengungkapkan perasaan, klien mampu meningkatkan harga diri, dan
klien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
Untuk keluarga klien yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh dir, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan
kemampuan keluarga berperan serta dalam melindungi anggota keluarga
yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
Untuk keluarga klien yang memebrikan isyarat bunu diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemamuan keluarga
dalam merawat klien dengan risiko bunuh diri, sehingga keluarga
mampu melakukan hal sebagai berikut: kelurga mampu menyebutkan
kembli tanda dan gejala bunuh diri, keluarga mampu memperagakan
kembali cara-cara melindungi anggota keluarga yang berisiko bunuh
diri, dan kelurga mampu menggunkan fasilitas kesehatan yang tersedia
dalam merawat anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
Evaluaasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir :
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dilakukan dengan menanyakan langsung kepada
klien tentang tindakan yang telah dilakukan.
0 : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Dapat diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada
saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah
dilaksanakan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil
observasi.
A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
kontra indikasi dengan masalah yang ada, dapat juga
membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan perawat.
DAFTAR PUSTAKA