TINJAUAN PUSTAKA
Fhylum : Chordata
Sub Fhylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub class : Neopterygii
Ordo : Cypiniformes
Family : Cyprinidae https://pukate.blogspot.co.id
Genus : Barbonymus
Species : Berbonymus scwanenfeldii
Ikan tengadak memiliki kepala yang kecil, tubuh pipih dan badan tinggi
seperti ikan tawes, sisik kecil-kecil, warna tubuh seperti perak, dengan punggung
yang lebih gelap atau abu-abu kecoklatan dan perut putih mengkilat (Gaffar dan
Nasution, 1990). Pada ikan muda, ujung sirip warna merah menguning, tetapi pada
ikan dewasa seluruh siripnya berwarna merah, sirip punggung di dukung oleh 3
jari-jari keras dan 8-9 jari-jari lunak, sirip dubur didukung oleh 3 jari-jari keras dan
lima jari-jari lunak. Sirip perut mempunyai 2 jari keras dan 8 jari-jari lunak. Sirip
dada mempunyai 1 jari-jari sirip keras dan 14-15 jari-jari lunak Kottelat et al.,
(1993).
2.2. Habitat Dan Penyebaran
daerah genagan air pada saat banjir. Di Indonesia ikan ini tersebar di sungai-sungai
dilakukan terhadap jenis-jenis ikan air tawar di sungai Batang Hari, Jambi, di
jumpai 162 jenis ikan yang termasuk dalam 14 ordo, 30 famili dan 73 genus,
melawi, sekadau, sungai Kapuas dan danau sentarum. Dibagian daerah asia
dalam kehidupan organisme terutama untuk hidup, tumbuh dan berkembang biak
karena adanya nutrien dan energi yang berasal dari pakan. Pakan yang dimakan
ikan digunakan untuk memelihara tubuh, setelah itu jika ada kelebihan baru
Kebiasaan makan ikan tengadak saat benih cenderung omnivore dan setelah
dewasa ikan tengadak memakan tumbuhan air (herbivore), dalam budidaya ikan di
berat, ukuran, maupun volume ikan seiring dengan berubahnya waktu. Adapun
keturunan (genetic), jenis kelamin, parasit dan penyakit. Serta umur dan maturitas
(Moyle and Cech 2004). Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan baik
faktor dari dalam maupun dari luar, faktor dari dalam meliputi keturunan, umur,
sedangkan faktor dari luar diantaranya suhu, kimia lingkungan air, dan kualitas dan
kuantitas pakan yang tersedia (Wibowo et al., 2009). Pertumbuhan akan terjadi
bahwa jumalah pakan yang akan dikonsumsi ikan lebih banyak dari pada jumlah
yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuh dan menggantikan sel-sel yang rusak.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium Cepa. Sumber : http://www.manfaatbuahan.com
akar,batang, daun, bunga, buah dan biji. Akar tanaman bawang merah terdiri atas
akar pokok (primary root) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif
(adventitious root) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya
tanaman serta menyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh
hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih, dan jika diremas berbau menyengat
mengandung senyawa allin dan allisin yang bersifat bakterisida. Pendapat yang
senyawa allicin dan minyak atsiri yang bersifat bakterisida dan fungisida terhadap
bakteri dan cendawan. Bahan aktif minyak atsiri terdiri dari sikloaliin, metilaliin,
Yamaguchi, 1998). Bawang merah mengandung protein 1,5 g, lemak 0,3 g, kalsium
36 mg, fosfor 40 mg vitamin C 2 g, kalori 39 kkal, dan air 88 g, serta bahan yang
dapat dimakan sebanyak 90%. Komponen lain berupa minyak atsiri yang dapat
menimbulkan aroma khas dan memberikan citarasa gurih pada makanan (Wibowo,
2005).
Kualitas air secara luas dapat diartikan sebagai faktor fisik, kimia, dan
biologi yang mempunyai manfaat bagi organisme hidup (Cholik et al., 1986).
air di perairan yang dipilih memenuhi syarat bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan.
Kualitas air yang dimaksud adalah setiap variable yang mempengaruhi pengelolaan
kualitas tersebut meliputi : fisika, kimia, dan biologi yang dinyatakan dengan
angka.
hidup, serta mempengaruhi nafsu makan ikan (Kanagu et al., 2010 dalam Hapsari
2013). Hasil penelitian Susianti (2014), menunjukan pada suhu perlakuan 28oC,
untuk ikan tengadak diperoleh pertumbuhan panjang mutlak yang tinggi yaitu 1,78
cm, sedangkan pada perlakuan suhu 26oC merupakan pertumbuhan terendah yaitu
1,56 cm, sehingga dapat dinyatakan bahwa pada suhu 28oC media pemeliharaan
Prakoso et al., (2010) mengatakan, pada suhu air yang rendah yaitu kisaran 20-
Menurut Affandi dan Tang (2002), peningkatan suhu pada batas tertentu
ikan tengadak. Novotny dan Olem (1994), menyatakan sebagian besar biota akuatik
sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 8,5. nilai pH
(2012) dalam Hapsari (2013), pH melebihi 9 dapat mengurangi nafsu makan ikan.
Boyd (1982) dalam Susianti (2014), menyatakan bahwa nilai pH yang rendah
Menurut Ekubo dan Abowei (2011) dalam Hapsari (2013), kadar oksigen
terlarut didalam perairan sangat penting bagi organisme air, karena Do berpengaruh
diantara 5-7 mg/l cukup baik bagi proses kehidupan biota perairan sedangkan kadar
oksigen 0,3-1,01 mg/l dapat mematikan ikan jika berlangsung cukup lama.
budidaya ikan, sisa pakan yang berlebih merupakan sumber penyebab naiknya
kadar amoniak. Amoniak dalam bentuk tidak terionisasi merupakan racun bagi
ikan, walaupun biasanya ikan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi amoniak
berkurangnya daya ikatan oksigen oleh butir-butir darah, hal ini akan menyebabkan
nafsu makan ikan menurun dan penurunan pertumbuhan. Pada periran air tawar
sebaiknya NH3 tidak lebih dari 0.02 mg/l, karena perairan bersifat racun bagi
Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture.Breeding and Cultivation of Fish. Ryre &
Spottiswoode Ltd, at the Press Margate. England
Kottelat., M. Whitten AJ. Kartikasari SN. Wirjoatmajo S. 1993. Fresh Water Fish
Of Western Indonesia and Sulawesi . Periplus Editions Limited,
Singapura.
Kusmini, I.I., Rudi, G., dan Mulyasari. (2010). Karakteristik Truss Morfometrik
Ikan Tengadak (Barnonymus schawanenfeldii) Asal Kalimantan Barat
dengan Ikan Tengadak Albino Asal jawa Barat. Prosiding Forum Inovasi
Akuakultur 2010.
Moyle dan Cech. 2004. Fises An Intoduction to Icthylogy. Prentice Hall, Upper
Saddle River.
Muhlisah, F dan Sapta Hening S. 2000. Sayur dan Bumbu Dapur Berkhasiat Obat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Nelson, J. S. 1994. Fishes of the world. Third Edition. John Wiley and Sons, Inc.
NY. Chichester, Brisbane, Toronto, singapure.
Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academy Press. New York. 35 2.
Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Kansius. Yogyakarta.
Prakoso V.A., Huwoyon G.H. 2012. Pembesaran Ikan Tengadak Albino dan Hitam
(Barbonymus schwanenfeldii). Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur 2012. Pusat Riset Perikanan Budidaya. ISBN 978-979-789-
041-4.
Pulungan., C., P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kaprek Dari Sungai Kampar Riau.
Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekan Baru. 73 Hlm.
Rubatzky, V. E. Dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2: Prinsip, Produksi dan
Gizi. Penerbit ITB. Bandung.
Setiawan, B. 2007. Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makan Ikan Lampan
(Barbonymus schwanenfeldii) di sungai musi, Sumatra selatan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 177 Hal.
Sucipto., A. dan Prihartono, R. Eko. 2005. Pembesaran Nila Merah Bangkok.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sukarti., K. Bratawinata AA., Sidik AS., dan Matius P. 2012. Kelayakan Kualitas
Air untuk Kelangsungan Hidup Ikan Di Sungai Separi Kabupaten Kutai
Kartanegara. Proinsi Kalimantan Timur. Prosiding seminar nasional
perikanan indonesia. Jakarta (ID). Sekolah Tinggi Perikanan.
Suriani, N. 2011. Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan Bawang
Merah. Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta
Susianti., N. 2014. Peranan Suhu Dan Penambahan Magnesium Dalam
Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Pada Pendederan Benih Ikan
Tengadak (Barbonymus Schawanenfeldii). Skripsi. Sekolah Pasca Serjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Vahl, O. 1979. An Hipotesis on the Control of Food In Take In Fish. Aquaculture,
17 : 220-229.
Wibowo, S. 2009. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay.
Cetakan 1. Penebar Swadaya, Jakarta.