Contoh Porto Ruangan
Contoh Porto Ruangan
Pasien datang dengan keluhan mencret sejak tadi pagi. mencret > 15x, + gelas
setiap mencret. Mencret berupa cair, berlendir, dan tidak ada darah. Pasien mengeluhkan
nyeri perut bawah mulas seperti diremas-remas, nyeri dirasakan hilang timbul. Keluhan
juga disertai lemas badan, nyeri pada ulu hati, mual, dan nafsu makan menurun. BAK
Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi (-), Diabetes melitus (), tidak pernah sakit seperti
ini
Pengobatan
Riwayat Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), tidak pernah sakit seperti ini
Kesehatan
Riwayat Alergi (-)
Riwayat Karyawan Pabrik
Pekerjaan
Lain-lain Status Present
Tanda vital :
Diare
Definisi
Epidemiologi
Data WHO tahun 2009 menunjukkan angka kejadian diare di seluruh dunia mencapai
2 miliar kasus per tahun. Di Amerika Serikat, ditemukan 100 juta kasus diare pada dewasa
setiap tahunnya, menyebabkan 250.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dan 5000
meninggal dunia.
Etiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut:
1) Infeksi : virus, bakteri, dan parasit.
a) Golongan virus : Rotavirus, Adenovirus, Virus Norwalk, Astrovirus, Calicivirus,
Coronavirus, Minirotavirus.
b) Golongan bakteri : Shigella spp., Salmonella spp., Escherecia coli, Vibrio cholera,
Vibrio parahaemoliticus, Aeromonas hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter
jejuni, Clostridium difficile, Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus, Yersinia
enterocolitica.
c) Golongan parasit, protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium
coli ; cacing perut : Ascariasis, Trichuris truchiura, Strongiloides stercoralis ; jamur :
Candida spp.
2) Malabsorpsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak terutama trigliserida rantai panjang,
atau protein seperti beta-laktoglobulin.
3) Makanan : makanan basi, makanan beracun. Diare karena keracunan makanan terjadi
akibat dua hal yaitu makanan mengandung zat kimia beracun atau makanan mengandung
mikroorganisme yang mengeluarkan toksin, antara lain Clostridium perfringens,
Staphylococcus.
4) Alergi terhadap makanan : terutama disebabkan oleh Cows milk protein sensitive
enteropathy (CMPSE), dan juga dapat disebabkan oleh makanan lainnya.
5) Imunodefisiensi. Diare akibat imunodefisiensi ini sering terjadi pada penderita AIDS.
6) Psikologis : rasa takut dan cemas (Widaya, 2004).
Klasifikasi
Virus. Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus, selain itu juga dapat disebabkan oleh
adenovirus, enterovirus, astrovirus, minirotavirus, calicivirus, dan sebagainya. Garis besar
patogenesisnya sebagai berikut ini. Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama
makanan dan/atau minuman, kemudian berkembang biak di dalam usus. Setelah itu virus
masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan bagian apikal vili usus halus.
Sel epitel usus halus bagian apikal akan diganti oelh sel dari bagian kripta yang belum
matang, berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel-sel epitel ini tidak dapat berfungsi
untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibat lebih lanjut akan terjadi diare osmotik. Vili
usus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna
makananpun akan berkurang. Pada saat inilah biasanya diare mulai timbul. Setelah itu sel
retikulum akan melebar, dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propria,
untuk mengatasi infeksi sampai terjadi penyembuhan (Sunoto, 1991).
Bakteri. Patogenesis terjadinya diare oleh karena bakteri pada garis besarnya adalah sebagai
berikut. Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalam
traktus digestivus tersebut. Bakteri ini kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang
epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim adenili siklase (bila toksin bersifat
tidak tahan panas, disebut labile toxin = LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat
tahan panas atau disebut stable toxin = ST). Sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim-
enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP atau cGMP, yang mempunyai kemampuan
merangsang sekresi klorida, natrium, dan air dari dalam sel ke lumen usus (sekresi cairan
yang isotonis) serta menghambat absorpsi natrium, klorida, dan air dari lumen usus ke dalam
sel. Hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam lumen usus
(hiperosmoler). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang
berlebihan di dalam lumen usus tersebut, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus
halus ke lumen usus besar (kolon). Dalam keadaan normal, kolon seorang anak dapat
menyerap sebanyak hingga 4400 ml cairan sehari, karena itu produksi atau sekresi cairan
sebanyak 400 ml sehari belum menyebabkan diare. Bila kemampuan penyerapan kolon
berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan kolon, maka akan terjadi diare.
Pada kolera sekresi cairan dari usus halus ke usus besar dapat mencapai 10 liter atau lebih
sehari. Oleh karena itu diare pada kolera biasanya sangat hebat, suatu keadaan yang disebut
sebagai diare profus (Sunoto, 1991).
Secara umum golongan bakteri yang menghasilkan cAMP akan menyebabkan diare yang
lebih hebat dibandingkan dengan golongan bakteri lain yang menghasilkan cGMP. Golongan
kuman yang mengandung LT dan merangsang pembentukan cAMP, diantaranya adalah V.
Cholera, ETEC, Shigella spp., dan Aeromonas spp. Sedangkan yang mengandung ST dan
merangsang pembentukan cGMP adalah ETEC, Campylobacter sp., Yersinia sp., dan
Staphylococcus sp. Menurut mekanisme terjadinya diare, maka diare dapat dibagi menjadi 3
bagian besar yaitu :
1) Diare sekretorik
2) Diare invasif/dysentriform diarrhae
3) Diare osmotik
Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim adenil siklase. Enzim ini
selanjutnya akan mengubah ATP menjadi cAMP. Akumulasi cAMP intrasel akan
menyebabkan sekresi aktif ion klorida, yang akan diikuti secara positif oleh air, natrium,
kaliumm dan bikarbonat ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare dan muntah-muntah
sehingga penderita cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi.
Diare sekretorik ini sering disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
Vibrio, ETEC, Shigella, Clostridium, Salmonella, Campylobacter. Toksin yang dihasilkannya
tersebut akan merangsang enzim adenil siklase, selanjutnya enzim tersebut akan mengubah
ATP menjadi cAMP.
Gejala dari diare sekretorik ini adalah 1) diare yang cair dan bila disebabkan oleh vibrio
biasanya hebat dan berbau amis, 2) muntah-muntah, 3) tidak disertai dengan panas badan,
dan 4) penderita biasanya cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi.
Diare Invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme dalam mukosa usus
sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa usus. Diare invasif ini disebabkan oleh
Rotavirus, bakteri (Shigella, Salmonella, Campylobacter, EIEC, Yersinia), parasit (amoeba).
Diare invasif yang disebabkan oleh bakteri dan amoeba menyebabkan tinja berlendir dan
sering disebut sebgai dysentriform diarrhea.
Di dalam usus pada shigella, setelah kuman melewati barier asam lambung, kuman masuk ke
dalam usus halus dan berkembang biak sambil mengeluarkan enterotoksin. Toksin ini akan
merangsang enzim adenil siklase untuk mengubah ATP menjadi cAMP sehingga terjadi diare
sekretorik. Selanjutnya kuman ini dengan bantuan peristaltik usus sampai di usus
besar/kolon. Di kolon, kuman ini bisa keluar bersama tinja atau melakukan invasi ke dalam
mukosa kolon sehingga terjadi kerusakan mukosa berupa mikro-mikro ulkus yang disertai
dengan serbukan sel-sel radang PMN dan menimbulkan gejala tinja berlendir dan berdarah.
Gejala dysentriform diarrhea adalah 1) tinja berlendir dan berdarah biasanya b.a.b sering tapi
sedikit-sedikit dengan peningkatan panas badan, tenesmus ani, nyeri abdomen, dan kadang-
kadang prolapsus ani, 2) bila disebabkan oleh amoeba, seringkali menjadi kronis dan
meninggalkan jaringan parut pada kolon/rektum, disebut amoeboma.
Diare Osmotik
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena tingginya tekanan osmotik pada lumen
usus sehingga akan menarik cairan dari intra sel ke dalam lumen usus, sehingga terjadi diare
berupa watery diarrhea. Paling sering terjadinya diare osmotik ini disebabkan oleh
malabsorpsi karbohidrat.
Monosakarida biasanya diabsorpsi baik oleh usus secara pasif maupun transpor aktif dengan
ion Natrium. Sedangkan disakarida harus dihidrolisa dahulu menjadi monosakarida oleh
enzim disakaridase yang dihasilkan oleh sel mukosa. Bila terjadi defisiensi enzim ini maka
disakarida tersebut tidak dapat diabsorpsi sehingga menimbulkan osmotic load dan terjadi
diare.
Disakarida atau karbohidrat yang tidak dapat diabsorpsi tersebut akan difermentasikan di
flora usus sehingga akan terjadi asam laktat dan gas hidrogen. Adanya gas ini terlihat pada
perut penderita yang kembung (abdominal distention), pH tinja asam, dan pada pemeriksaan
dengan klinites terlihat positif.
Gejala dari diare osmotik adalah 1) tinja cair/watery diarrhae akan tetapi biasanya tidak
seprogresif diare sekretorik, 2) tidak disertai dengan tanda klinis umum seperti panas, 3)
pantat sering terlihat merah karena tinja yang asam, 4) distensi abdomen, 5) pH tinja asam
dan klinitest positif
Tabel 1. Karakteristik Tinja dan Menentukan Asalnya
Asia V cholerae
Gejala Klinis
Gejala klinik yang timbul tergantung dari intensitas dan tipe diare, namun secara umum tanda
dan gejala yang sering terjadi adalah :
Mula-mula pasien merasa gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat ,nafsu makan berkurang.
Tinja bersifat cair ,mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan sekitarnya timbul luka
lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak
asam laktat yang berasal dari laktose yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.Gejala
muntah juga dapat terjadi. Timbul dehidrasi akibat kebanyakan kehilangan cairan dan
elektrolit . Gejala dehidrasi mulai nampak yaitu berat badan menurun turgor berkurang, mata
dan ubun-ubun menjadi cekung ( pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering.
Pemeriksaan Fisik
1. Suhu badan
Bilamana kulit penderita teraba panas, maka kemungkinan besar ia menderita penyakit
inflamasi atau neoplasma, misalnya enteritis regional atau limfoma.
2. Penurunan berat badan, disertai dengan edema, tanda-tanda vitamin defisiensi, anemia, tetani
atau kadang-kadang dengan diaatese hemorrhagi dijumpai pada yang menderita sindroma
malabsorpsi.
3. Abdomen protuberant tanpa adanya shifting dullness, sering dijumpai pada penderita sprue.
4. Bila disertai tanda-tanda arthritis biasanya terdapat pada colitis ulserativa, enteritis regional,
dan penyakit whipple.
5. Pada colitis ulserativa, enteritis regional kadang-kadang juga dijumpai tanda reaksi
hipersensitivitas misalnya : iritis, eritema multiforme, pioderma gangrenosum, atau eritema
nodusum.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik harus dilakukan untuk
menentukan diagnose yang pasti.
Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir,
pus, lemak dan lain-lain. Bau tinja yang spesifik perlu diperhatikan, misalnya: bau anyir
seperti telur busuk terdapat pada disentri amebika, bau seperti minyak busuk terdapat pada
sindroma malabsorpsi.
Pada mikroskopik ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri dan lain-
lain.
Selain pemeriksaan tinja, perlu diperiksa darah misalnya pada sindroma malabsorbsi.
Pemeriksaan darah tepi lengkap.
Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma
Pemeriksaan urin lengkap.
Endoskopi
Pemeriksaan endoskopik sebaiknya dikerjakan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderita
dengan diare. Lebih-lebih lagi setelah ditemukan colon fiberscope maka akan
mempermudah dalam membuat dignosa. Tapi setidak-tidaknya pemeriksaan
rektosigmoidoskopik perlu dikerjakan. Bila ditemukan suatu kelainan misalnya dicurigai
adanya keganasan, maka akan sebaiknya dilakukan operasi.
Radiologi
Penderita sering menderita diare yang hilang timbul misalnya colitis ulserativa, regional
enteritis. Untuk menegakkan diagnose perlu diperiksa secara radiologi
Pencegahan
2. Mencuci tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar dan sebelum memegang
makanan dan makan merupakan salah satu cara mencegah terjadinya diare. Keluarga dan
setiap individu harus paham fungsi dan manfaat mencuci tangan dengan sabun.
Cuci tangan dengan bersih dilakukan setelah membersihkan anak yang buang air besar,
membuang tinja anak, dan buang air besar. Cuci tangan juga perlu dilakukan sebelum
menyiapkan makanan, makan, dan memberikan makanan kepada anak. Anak juga secara
bertahap diajarkan kebiasaan mencuci tangan.
3. Penggunaan jamban
Penggunaan jamban yang baik adalah apabila tidak ada tinja yang tertinggal (menempel)
di sekitar jamban, serta teratur dalam membersihkan dan menyikat jamban. (Sutomo, 1995).
Sedangkan karakteristik jamban yang baik sebagai berikut: dapat digunakan oleh semua
anggota keluarga, berjarak sekurang-kurangnya 20 meter dari sumber air dan pemukiman,
tandon penampung tinja sekurang-kurangnya sedalam 1 meter, serta tidak memungkinkan
lalat/serangga hinggap di tampungan tinja (dengan sistem leher angsa).
4. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus,
pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
5. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu,
lipas, dan lain-lain)
6. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan
tangki septik.
Menurut WHO (1995), orang dapat mencegah diare bila mereka memahami disebabkan oleh
apa diare itu dan bagaimana serta tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap penyakit itu.
Mereka dapat menghentikan diare dan menyelamatkan ana-anak dari kematian akibat
penyakit ini bila mereka belajar bagaimana mengobati diare. Maka orang- orang harus
Mengetahui:
air yang diambil dari empang sungai atau sumber air yang telah terkotor oleh manusia,
hewan dan lain-lain itu mengandung bibit penyakit diare
makanan akan membawa bibit penyakit bila tidak segar, ditinggal di tempat hangat,
dihinggapi lalat, serangga, tikus dan binatang lain.
makanan dapat membawa bibit penyakit diare bila makanan itu tidak dicuci dengan baik
setelah berak dan atau setelah bekerja.
jangan makan sembarang makanan/apalagi makanan mentah. Lindungi semua makanan
dari kebusukan.
senantiasa mencuci tangan dengan baik (dengan sabun dan air bersih,bila mungkin),yaitu:
setelah berak atau bekerja
sebelum memasak, mengolah makanan, dan makan
sebelum memberi makan pada anak-anak.
Penatalaksanaan
REHIDRASI
Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai
dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang
banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi
oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan.
Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oral
antara lain: pedialit, oralit dll. Cairan infuse antara lain: ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-
200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi
terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan
cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8% dari Berat Badan.
Berat bila pasien kehilangan cairan 8-10% dari Berat Badan.
Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan
yang keluar dari tubuh.
Macam-macam pemberian cairan:
1. BJ plasma dengan rumus:
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral
(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok diberikan
cairan per intravena.
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang nasogastrik atau
intravena. Bila dehidrasi sedang/berat diberikan sebaiknya pasien dibberikan cairan melaui
infuse pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat
diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau
oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCL, 2,5 g Natrium Bikarbonat dan 1,5
KCL setiap liter. Contoh oralit generic, renalyte, pharolit dll.
OBAT ANTI-DIARE
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala.
Yang paling efektif yaitu derivate opioid misal loparamine, defenoksilat-atropin dan
tinktur opium. Loperamine paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efeksamping
paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi
kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat
antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk
infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama
penyembuhan penyakit.
Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap
diare/BAB encer sampai diare berhenti.
Obat anti sekretorik atau enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari
OBAT ANTIMIKROBA
Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease karena virus
atau bakteri non-invasif, pengobatan empiric tidak dianjurkan pada semua pasien.
Pengobatan empiric diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri
invasive, diare turis (travelers diarrhea) atau imunosupresif. Obat pilihan yaitu kuinolon
(missal siprofloksasin 500 mg 2 x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri
pathogen invarsif termasuk Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas
species. Sebagai alternative yaitu kotrimoksazol (trimetropin/sulfametoksazol, 160/800
mg/hari, atau erotromisin 250-500 mg 4 x/hari selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigai
giardiasis.
Untuk turis tertentu yang berpergian ke daerah resiko tinggi, kuinolon (misal siprofloksasin
500 mg/hari) dapat dipakai sebagai profilaktik yang memberikan perlindungan sekitar 90%.
Obat profilaktik lain termasuk trimetropim-sulfametoksazol dan bismuth subsalisilat.
Pathogen spesifik yang harus diobati adalah Vibro cholera, Clostridium difficile, parasit,
travelers diarrhea, dan infeksi karena penyakit seksual (gonorrhea, sifilis, klamidiosis, and
herpes simpleks). Pathogen yang mungkin di obati termasuk Vibro non kolera, Yersinia, dan
Camphylobacter, dan bila gejala lebih lama pada infeksi aeromonas, Plesiomonas dan E coli
enteropathologenic. Obat pilihan bagi diare karena Clostridium difficile yaitu metonidazol
oral 25-500 mg 4 x/hari selama 7-10 hari. Vankomisin merupakan obat alternative, tetapi bila
diberikan secara parenteral. Metronidazol intravena diberikan pada pasien yang tidak dapat
mentoleransi pemberian per oral. Obat antimikroba dapat dilihat pada Tabel.
Aeromonas sp. Use cefixime and most third- and fourth-generation cephalosporins
Salmonella sp. Treatment prolongs carrier state, is associated with relapse, and is not
indicated for nontyphoid-uncomplicated diarrhea. Treat infants
younger than 3 months and high-risk patients (eg,
immunocompromised, sickle cell disease). TMP-SMX is first-line
medication; however, resistance occurs. Use ceftriaxone and
cefotaxime for invasive disease
Shigella sp. Treatment shortens illness duration and shedding but does not prevent
complications. TMP-SMX is first-line medication; however, resistance
occurs. Cefixime, ceftriaxone, and cefotaxime are recommended for
invasive disease
Komplikasi
Demam enterik yang disebabkan oleh S. typhi. Sindroima tersebut mempunyai gejala
seperti malaise, demam, nyeri perut, dan bradikardia. Diare dan rash (rose spots) akan
timbul setelah 1 minggu gejala awal timbul. Bakteri akan menyebar keseluruh tubuh pada
saat itu dan pengobatan untuk mencegah komplikasi sistemik seperti hepatitis,
miokarditis, kolesistitis atau perdarahan saluran cerna diperlukan.
Hemolytic uremic syndrome (HUS) disebabkan oleh kerusakan endothelial vascular oleh
verotoksin yang dihasilkan oleh enterohemoragik E.coli dan Shigella sp.
Trombositopenia, anemia hemolitik mikroangiopati, dan gagal ginjal akut merupakan
tanda-tanda dari HUS. Gejala biasanya timbul setelah 1 minggu sejak diare pertama kali
timbul.
Reiter syndrome (RS) dapat menyebabkan komplikasi infeksi akut dari diare ini dan hal
tersebut ditandai dengan adanya arthritis, uretritis, konjungtivitis, dan lesi pada
mukokutan. Individu dengan RS biasanya tidak menampilkan gejala-gejala tersebut
secara keseluruhan saja.
Pasien yang mengalami diare akut dikemudian hari dapat menjadi seorang karier jika
disebabkan oleh organisme tertentu.
- Setelah terinfeksi oleh Salmonella, 1-4% pasien diare akut non tifoid dapat menjadi
karier. Keadaan karier dari Salmonella ini terutama terjadi pada wanita, bayi, dan
individu-individu yang mempunyai penyakit saluran kandung empedu.
- Karier C.difficile biasanya asimptomatik dan dapat ditemukan pada 20% pasien yang
dirawat di rumah sakit yang mendapatkan terapi antibiotika dan 50% pada bayi.
- Rotavirus dapat diekskresikan secara asimptomatik di dalam tinja seorang anak yang
sebelumnya pernah mengalami diare.
Prognosis
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, dengan penanganan diare yang baik
maka prognosis akan sangat baik. Kematian biasanya terjadi akibat dari dehidrasi dan
malnutrisi yang terjadi secara sekunder akibat dari diarenya itu sendiri. Apabila terjadi
dehidrasi yang berat maka perlu dilakukan pemberian cairan secara parenteral. Bila terjadi
keadaan malnutrisi akibat gangguan absorpsi makanan maka pemberian nutrisi secara
parenteral pun perlu dilakukan karena bila terjadi gangguan dari absorpsi makanan
(malabsorpsi) maka kemungkinan untuk jatuh kedalam keadaan dehidrasi yang lebih berat
lagi akan semakin lebih besar.
DEHIDRASI
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi
karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan
kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi terjadi karena
kekurangan air;
Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat, dehidrasi
bisa pula berujung pada penurunan kesadaran, koma, hingga meninggal dunia, atau tidak.
3. ubun ubun besar tidak cekung,mata tidak cekung,air mata ada,mucosa mulut dan bibir
basah
5. akral hangat
Pasien dapat di rawat di rumah,kecuali apabila terdapat komplikasi lain ( tidak mau
minum,muntah terus menerus,diare frekuen)
2. ubun ubun besar sedikit cekung,mata sedikit cekung,air mata kurang,mucosa mulut dan
bibir sedikit kering
3. turgor kurang
4. akral hangat
2. ubun ubun sangat cekung,mata sangat cekung,air mata tidak ada,mucosa mulut dan bibir
sangat kering
5. akral dingin
rehidrasi dapat menggunakan oralit 75cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutakan pemberian
kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur kebutuhan oralit berdasarkan umur
Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB Jumlah oralit yang disediakan di rumah
rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada bebarapa hal yang penting agar
dierhatikan untukmemberikanrehidrasi yang cepat dan akurat,yaitu :
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di
pasaran meskipun jumlah kalium nya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium
tinja.Bila RL tidak tersedia dapat NaCL isotonic (0.9%) yang sebaik nya ditambahkan 1
ampul Nabk 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCL isotonic.PAda keadaan diare akut yang
ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibat nya.
Pada prinsip nya jumlah cairan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang di
keluarkan.Jika memungkinkan penderita ada baik nya ditimbang sehingga kebutuham cairan
nya dapat diukur dengan tepat.Kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10 %
berat badan.
Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB 1 jam pertama,diikuti 70 ml/kg BB 5 jam berikutnya,jdi
seluruh nya 100 ml/kg BB selama 6 jam. Anak yang lebih besar dan dewasa harus diberi
30ml/kg BB pada 30 menit pertama,diikuti 70 ml/kg BB dalam 2,5 jam berikut nyqa
sehingga selruh nya 100ml/kg BB selama 3 jam . Sangat berguna memberi tanda pada botol
untuk menunjukkan jumlah cairan yang harus di berikan setiap jam bagi setiap penderita.
Sesudah 30 ml/kg pertama diberikan,nadi radialis yang kuat dapat teraba. Bial masih lemah
dan cepat ,infuse 30ml/kg harus diberikan lagi dalam waktu yang sama.Meskipun begitu hal
ini jarang dibutuhkan.Larutan oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut
( sekitar 5ml/kg BB per jam ) segera setelah penderita dapat minum,untuk memberi tambahan
kalium dan basa,hal ini dilakukan selama 3-4 jam untuk bayi dan 102 jam untuk penderita
yang lebih besar.
Rute pemberian cairan meliputi oral dan intravena.Larutan oralit dengan komposisi berkisar
29 g glukosa, 3,5 g NaCL, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl setiap liternya diberikan per oral pada
diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan
hidrasi .
Daftar Pustaka
Alfa, Yasmar. Tanpa tahun. Patogenesis dan Patofisiologi Diare. Bandung : SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK UNPAD/RSHS.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Buku Ajar Diare (Pegangan Bagi Mahasiswa).
Frye, Richard E. 2005. Diarrhea. Melalui <http://www.emedicine.com/>
Guyton, Arthur.C. & Hall, John E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan :
Irawati Setiawan, dkk. Hal 1013-1049. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Karras, David. 2005. Diarrhea. Melalui <http://www.emedicinehealth.com/articles/5917-
10.asp>
Mansjoer, Arif, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 4. hal 588-592. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI.
Nguyen, David G. 2005. Pediatrics, Rotavirus. Melalui <http://www.emedicine.com/>