Anda di halaman 1dari 23

Topik : GEA + Dyspepsia

Tanggal (kasus) : 15 Januari 2016 Presenter : dr. Martinus Samuel B.


Tanggal Presentasi : Februari 2016 Pendamping : dr. Kusdrajat, Sp.PD
Tempat presentasi : Ruang Rapat Kemudi RS Pelabuhan Cirebon
Objektif presentasi :
Penyegaran
Keilmuan
Deskripsi :

Pasien datang dengan keluhan mencret sejak tadi pagi. mencret > 15x, + gelas

setiap mencret. Mencret berupa cair, berlendir, dan tidak ada darah. Pasien mengeluhkan

nyeri perut bawah mulas seperti diremas-remas, nyeri dirasakan hilang timbul. Keluhan

juga disertai lemas badan, nyeri pada ulu hati, mual, dan nafsu makan menurun. BAK

dalam batas normal.

Pasien menyangkal adanya muntah dan demam.

Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi (-), Diabetes melitus (), tidak pernah sakit seperti

ini

Riwayat berobat : Diapet 2 tablet dan teh pahit

Riwayat sosial : sering makan/jajan di sekitar tempat bekerja


Tujuan : Manajemen Kasus
Bahan bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi
Data Pasien : Nama : Ny. TS No. Registrasi : 2015208863
Datang ke IGD RS Pelabuhan Cirebon pada tanggal 15 Januari 2016

Data utama untuk diskusi


Diagnosis : GEA + Dyspepsia
Riwayat Minum diapet dan teh pahit namun tidak ada perubahan

Pengobatan
Riwayat Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), tidak pernah sakit seperti ini

Kesehatan
Riwayat Alergi (-)
Riwayat Karyawan Pabrik

Pekerjaan
Lain-lain Status Present

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital :

o Tekanan Darah : 120/90 mmHg


TINJAUAN PUSTAKA

Diare

Definisi

Pengertian diare menurut WHO secara klinis didefinisikan sebagai bertambahnya


defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara
klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare
persisten.
Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan
tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau
lebih dalam sehari .

Epidemiologi

Data WHO tahun 2009 menunjukkan angka kejadian diare di seluruh dunia mencapai

2 miliar kasus per tahun. Di Amerika Serikat, ditemukan 100 juta kasus diare pada dewasa

setiap tahunnya, menyebabkan 250.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dan 5000

meninggal dunia.

Etiologi

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut:
1) Infeksi : virus, bakteri, dan parasit.
a) Golongan virus : Rotavirus, Adenovirus, Virus Norwalk, Astrovirus, Calicivirus,
Coronavirus, Minirotavirus.
b) Golongan bakteri : Shigella spp., Salmonella spp., Escherecia coli, Vibrio cholera,
Vibrio parahaemoliticus, Aeromonas hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter
jejuni, Clostridium difficile, Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus, Yersinia
enterocolitica.
c) Golongan parasit, protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium
coli ; cacing perut : Ascariasis, Trichuris truchiura, Strongiloides stercoralis ; jamur :
Candida spp.
2) Malabsorpsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak terutama trigliserida rantai panjang,
atau protein seperti beta-laktoglobulin.
3) Makanan : makanan basi, makanan beracun. Diare karena keracunan makanan terjadi
akibat dua hal yaitu makanan mengandung zat kimia beracun atau makanan mengandung
mikroorganisme yang mengeluarkan toksin, antara lain Clostridium perfringens,
Staphylococcus.
4) Alergi terhadap makanan : terutama disebabkan oleh Cows milk protein sensitive
enteropathy (CMPSE), dan juga dapat disebabkan oleh makanan lainnya.
5) Imunodefisiensi. Diare akibat imunodefisiensi ini sering terjadi pada penderita AIDS.
6) Psikologis : rasa takut dan cemas (Widaya, 2004).

Klasifikasi

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat


kelompok yaitu:
1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya
kurang dari tujuh hari)
2. Diare kronik: yaitu diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu.

Patogenesis dan Patofisiologi

Virus. Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus, selain itu juga dapat disebabkan oleh
adenovirus, enterovirus, astrovirus, minirotavirus, calicivirus, dan sebagainya. Garis besar
patogenesisnya sebagai berikut ini. Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama
makanan dan/atau minuman, kemudian berkembang biak di dalam usus. Setelah itu virus
masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan bagian apikal vili usus halus.
Sel epitel usus halus bagian apikal akan diganti oelh sel dari bagian kripta yang belum
matang, berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel-sel epitel ini tidak dapat berfungsi
untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibat lebih lanjut akan terjadi diare osmotik. Vili
usus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna
makananpun akan berkurang. Pada saat inilah biasanya diare mulai timbul. Setelah itu sel
retikulum akan melebar, dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propria,
untuk mengatasi infeksi sampai terjadi penyembuhan (Sunoto, 1991).

Bakteri. Patogenesis terjadinya diare oleh karena bakteri pada garis besarnya adalah sebagai
berikut. Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalam
traktus digestivus tersebut. Bakteri ini kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang
epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim adenili siklase (bila toksin bersifat
tidak tahan panas, disebut labile toxin = LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat
tahan panas atau disebut stable toxin = ST). Sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim-
enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP atau cGMP, yang mempunyai kemampuan
merangsang sekresi klorida, natrium, dan air dari dalam sel ke lumen usus (sekresi cairan
yang isotonis) serta menghambat absorpsi natrium, klorida, dan air dari lumen usus ke dalam
sel. Hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam lumen usus
(hiperosmoler). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang
berlebihan di dalam lumen usus tersebut, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus
halus ke lumen usus besar (kolon). Dalam keadaan normal, kolon seorang anak dapat
menyerap sebanyak hingga 4400 ml cairan sehari, karena itu produksi atau sekresi cairan
sebanyak 400 ml sehari belum menyebabkan diare. Bila kemampuan penyerapan kolon
berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan kolon, maka akan terjadi diare.
Pada kolera sekresi cairan dari usus halus ke usus besar dapat mencapai 10 liter atau lebih
sehari. Oleh karena itu diare pada kolera biasanya sangat hebat, suatu keadaan yang disebut
sebagai diare profus (Sunoto, 1991).

Secara umum golongan bakteri yang menghasilkan cAMP akan menyebabkan diare yang
lebih hebat dibandingkan dengan golongan bakteri lain yang menghasilkan cGMP. Golongan
kuman yang mengandung LT dan merangsang pembentukan cAMP, diantaranya adalah V.
Cholera, ETEC, Shigella spp., dan Aeromonas spp. Sedangkan yang mengandung ST dan
merangsang pembentukan cGMP adalah ETEC, Campylobacter sp., Yersinia sp., dan
Staphylococcus sp. Menurut mekanisme terjadinya diare, maka diare dapat dibagi menjadi 3
bagian besar yaitu :

1) Diare sekretorik
2) Diare invasif/dysentriform diarrhae
3) Diare osmotik
Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim adenil siklase. Enzim ini
selanjutnya akan mengubah ATP menjadi cAMP. Akumulasi cAMP intrasel akan
menyebabkan sekresi aktif ion klorida, yang akan diikuti secara positif oleh air, natrium,
kaliumm dan bikarbonat ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare dan muntah-muntah
sehingga penderita cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi.

Diare sekretorik ini sering disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
Vibrio, ETEC, Shigella, Clostridium, Salmonella, Campylobacter. Toksin yang dihasilkannya
tersebut akan merangsang enzim adenil siklase, selanjutnya enzim tersebut akan mengubah
ATP menjadi cAMP.

Gejala dari diare sekretorik ini adalah 1) diare yang cair dan bila disebabkan oleh vibrio
biasanya hebat dan berbau amis, 2) muntah-muntah, 3) tidak disertai dengan panas badan,
dan 4) penderita biasanya cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi.

Diare Invasif

Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme dalam mukosa usus
sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa usus. Diare invasif ini disebabkan oleh
Rotavirus, bakteri (Shigella, Salmonella, Campylobacter, EIEC, Yersinia), parasit (amoeba).
Diare invasif yang disebabkan oleh bakteri dan amoeba menyebabkan tinja berlendir dan
sering disebut sebgai dysentriform diarrhea.

Di dalam usus pada shigella, setelah kuman melewati barier asam lambung, kuman masuk ke
dalam usus halus dan berkembang biak sambil mengeluarkan enterotoksin. Toksin ini akan
merangsang enzim adenil siklase untuk mengubah ATP menjadi cAMP sehingga terjadi diare
sekretorik. Selanjutnya kuman ini dengan bantuan peristaltik usus sampai di usus
besar/kolon. Di kolon, kuman ini bisa keluar bersama tinja atau melakukan invasi ke dalam
mukosa kolon sehingga terjadi kerusakan mukosa berupa mikro-mikro ulkus yang disertai
dengan serbukan sel-sel radang PMN dan menimbulkan gejala tinja berlendir dan berdarah.

Gejala dysentriform diarrhea adalah 1) tinja berlendir dan berdarah biasanya b.a.b sering tapi
sedikit-sedikit dengan peningkatan panas badan, tenesmus ani, nyeri abdomen, dan kadang-
kadang prolapsus ani, 2) bila disebabkan oleh amoeba, seringkali menjadi kronis dan
meninggalkan jaringan parut pada kolon/rektum, disebut amoeboma.

Diare Osmotik

Diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena tingginya tekanan osmotik pada lumen
usus sehingga akan menarik cairan dari intra sel ke dalam lumen usus, sehingga terjadi diare
berupa watery diarrhea. Paling sering terjadinya diare osmotik ini disebabkan oleh
malabsorpsi karbohidrat.

Monosakarida biasanya diabsorpsi baik oleh usus secara pasif maupun transpor aktif dengan
ion Natrium. Sedangkan disakarida harus dihidrolisa dahulu menjadi monosakarida oleh
enzim disakaridase yang dihasilkan oleh sel mukosa. Bila terjadi defisiensi enzim ini maka
disakarida tersebut tidak dapat diabsorpsi sehingga menimbulkan osmotic load dan terjadi
diare.

Disakarida atau karbohidrat yang tidak dapat diabsorpsi tersebut akan difermentasikan di
flora usus sehingga akan terjadi asam laktat dan gas hidrogen. Adanya gas ini terlihat pada
perut penderita yang kembung (abdominal distention), pH tinja asam, dan pada pemeriksaan
dengan klinites terlihat positif.

Gejala dari diare osmotik adalah 1) tinja cair/watery diarrhae akan tetapi biasanya tidak
seprogresif diare sekretorik, 2) tidak disertai dengan tanda klinis umum seperti panas, 3)
pantat sering terlihat merah karena tinja yang asam, 4) distensi abdomen, 5) pH tinja asam
dan klinitest positif
Tabel 1. Karakteristik Tinja dan Menentukan Asalnya

Karakteristik Usus Kecil Usus Besar


Tinja

Tampilan Watery Mukoid dan/atau berdarah

Volume Banyak Sedikit

Frekuensi Meningkat Meningkat

Darah Kemungkinan positif tetapi tidak Kemungkinan darah segar


pernah darah segar

pH Kemungkinan <5,5 >5,5

Substansi Kemungkinan positif Negatif


pereduksi

WBC < 5 / LPK Kemungkinan > 10 /LPK

Serum WBC Normal Kemungkinan leukositosis


(bandemia)

Organisme Virus (Rotavirus, Adenovirus, Bakteri invasif (E.coli, Shigella


Calicivirus, Astrovirs, Norwalk sp., Salmonella sp.,
virus) Campylobacter sp, Yersinia sp.,
Aeromonas sp, Plesiomonas sp)

Toksin bakteri (E.coli, C. Toksin bakteri (Clostridium


perfringens, Vibrio spesies) difficile

Parasit (Giardia sp., Parasit (Entamoeba histolytica)


Cryptosporodium sp.)

Tabel 2. Organisme Penyebab Diare dan Gejala yang Sering Timbul


Nyeri
Organisme Inkubasi Durasi Muntah Demam
Abdominal

Rotavirus 1-7 hari 4-8 hari Ya Rendah Tidak

Adenovirus 8-10 hari 5-12 hari Delayed Rendah Tidak

Norwalk virus 1-2 hari 2 hari Ya Tidak Tidak

Astrovirus 1-2 hari 4-8 hari +/- +/- Tidak

Calicivirus 1-4 hari 4-8 hari Ya +/- Tidak

Aeromonas species None 0-2 minggu +/- +/- Tidak

Campylobacter species 2-4 hari 5-7 hari Tidak Ya Ya

C difficile Variable Variable Tidak Sedikit Sedikit

C perfringens Minimal 1 day Ringan Tidak Ya

Enterohemorrhagic E 1-8 hari 3-6 hari Tidak +/- Ya


coli

Enterotoxigenic E coli 1-3 hari 3-5 hari Ya Rendah Ya

Plesiomonas species None 0-2 mg +/- +/- +/-

Salmonella species 0-3 hari 2-7 hari Ya Ya Ya

Shigella species 0-2 hari 2-5 hari Tidak High Ya

Vibrio species 0-1 hari 5-7 hari Ya Tidak Ya

Yersinia enterocolitica None 1-46 hari Ya Ya Ya


Giardia species 2 mg 1+ minggu Tidak Tidak Ya

Cryptosporidium 5-21 hari Bulan Tidak Rendah Ya


species

Entamoeba species 5-7 hari 1-2+ mg Tidak Ya Tidak

Tabel 3. Organisme Yang Menyebabkan Keracunan Makanan

Riwayat Makanan Organisme

Susu Campylobacter and Salmonella species

Telur Salmonella species

C perfringens, Aeromonas, Campylobacter, and Salmonella


Daging
species

Daging Sapi Enterohemorrhagic E coli

Poutry Campylobacter species

Babi C perfringens, Y enterocolitica

Seafood Astrovirus, Aeromonas, Plesiomonas, and Vibrio species

Oysters Calicivirus, Plesiomonas and Vibrio species

Sayuran Aeromonas species, C perfringens

Tabel 4. Organisme yang Berhubungan Dengan Perjalanan

Foreign Travel History Organism

Nonspecific Enterotoxigenic E coli, Aeromonas, Giardia, Plesiomonas,


Salmonella, and Shigella species

Underdeveloped tropics C perfringens

Africa Entamoeba species, Vibrio cholerae

South and Central America Entamoeba species, V cholerae

Asia V cholerae

Australia Canada - Europe Yersinia species

India Entamoeba species, V cholerae

Japan Vibrio parahaemolyticus

Mexico Aeromonas, Entamoeba, Plesiomonas, and Yersinia sp.

New Guinea Clostridium species

Gejala Klinis

Gejala klinik yang timbul tergantung dari intensitas dan tipe diare, namun secara umum tanda
dan gejala yang sering terjadi adalah :
Mula-mula pasien merasa gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat ,nafsu makan berkurang.
Tinja bersifat cair ,mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan sekitarnya timbul luka
lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak
asam laktat yang berasal dari laktose yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.Gejala
muntah juga dapat terjadi. Timbul dehidrasi akibat kebanyakan kehilangan cairan dan
elektrolit . Gejala dehidrasi mulai nampak yaitu berat badan menurun turgor berkurang, mata
dan ubun-ubun menjadi cekung ( pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Fisik

1. Suhu badan
Bilamana kulit penderita teraba panas, maka kemungkinan besar ia menderita penyakit
inflamasi atau neoplasma, misalnya enteritis regional atau limfoma.
2. Penurunan berat badan, disertai dengan edema, tanda-tanda vitamin defisiensi, anemia, tetani
atau kadang-kadang dengan diaatese hemorrhagi dijumpai pada yang menderita sindroma
malabsorpsi.
3. Abdomen protuberant tanpa adanya shifting dullness, sering dijumpai pada penderita sprue.
4. Bila disertai tanda-tanda arthritis biasanya terdapat pada colitis ulserativa, enteritis regional,
dan penyakit whipple.
5. Pada colitis ulserativa, enteritis regional kadang-kadang juga dijumpai tanda reaksi
hipersensitivitas misalnya : iritis, eritema multiforme, pioderma gangrenosum, atau eritema
nodusum.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik harus dilakukan untuk
menentukan diagnose yang pasti.
Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir,
pus, lemak dan lain-lain. Bau tinja yang spesifik perlu diperhatikan, misalnya: bau anyir
seperti telur busuk terdapat pada disentri amebika, bau seperti minyak busuk terdapat pada
sindroma malabsorpsi.
Pada mikroskopik ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri dan lain-
lain.
Selain pemeriksaan tinja, perlu diperiksa darah misalnya pada sindroma malabsorbsi.
Pemeriksaan darah tepi lengkap.
Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma
Pemeriksaan urin lengkap.
Endoskopi
Pemeriksaan endoskopik sebaiknya dikerjakan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderita
dengan diare. Lebih-lebih lagi setelah ditemukan colon fiberscope maka akan
mempermudah dalam membuat dignosa. Tapi setidak-tidaknya pemeriksaan
rektosigmoidoskopik perlu dikerjakan. Bila ditemukan suatu kelainan misalnya dicurigai
adanya keganasan, maka akan sebaiknya dilakukan operasi.
Radiologi
Penderita sering menderita diare yang hilang timbul misalnya colitis ulserativa, regional
enteritis. Untuk menegakkan diagnose perlu diperiksa secara radiologi

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare :

1. Banyak menggunakan air bersih


Air bersih merupakan barang yang mahal saat sekarang karena dibeberapa daerah
banyak yang mengalami krisis air bersih. Namun penyediaan air bersih yang memadai
penting untuk secara efektif membersihkan tempat dan peralatan memasak serta makanan,
demikian pula untuk mencuci tangan. Hal ini memungkinkan untuk mengurangi tertelannya
bakteri patogen.
Kita juga harus membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya dengan
mencuci tangan dan sabun ketika mau makan atau setelah memegang benda yang kotor.
Demikian juga peralatan sumber air untuk bayi, tempat yang digunakan dan lainnya harus
bersih untuk mencegah terjadinya diare.

2. Mencuci tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar dan sebelum memegang
makanan dan makan merupakan salah satu cara mencegah terjadinya diare. Keluarga dan
setiap individu harus paham fungsi dan manfaat mencuci tangan dengan sabun.
Cuci tangan dengan bersih dilakukan setelah membersihkan anak yang buang air besar,
membuang tinja anak, dan buang air besar. Cuci tangan juga perlu dilakukan sebelum
menyiapkan makanan, makan, dan memberikan makanan kepada anak. Anak juga secara
bertahap diajarkan kebiasaan mencuci tangan.

3. Penggunaan jamban
Penggunaan jamban yang baik adalah apabila tidak ada tinja yang tertinggal (menempel)
di sekitar jamban, serta teratur dalam membersihkan dan menyikat jamban. (Sutomo, 1995).
Sedangkan karakteristik jamban yang baik sebagai berikut: dapat digunakan oleh semua
anggota keluarga, berjarak sekurang-kurangnya 20 meter dari sumber air dan pemukiman,
tandon penampung tinja sekurang-kurangnya sedalam 1 meter, serta tidak memungkinkan
lalat/serangga hinggap di tampungan tinja (dengan sistem leher angsa).

4. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus,
pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
5. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu,
lipas, dan lain-lain)
6. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan
tangki septik.
Menurut WHO (1995), orang dapat mencegah diare bila mereka memahami disebabkan oleh
apa diare itu dan bagaimana serta tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap penyakit itu.
Mereka dapat menghentikan diare dan menyelamatkan ana-anak dari kematian akibat
penyakit ini bila mereka belajar bagaimana mengobati diare. Maka orang- orang harus
Mengetahui:
air yang diambil dari empang sungai atau sumber air yang telah terkotor oleh manusia,
hewan dan lain-lain itu mengandung bibit penyakit diare
makanan akan membawa bibit penyakit bila tidak segar, ditinggal di tempat hangat,
dihinggapi lalat, serangga, tikus dan binatang lain.
makanan dapat membawa bibit penyakit diare bila makanan itu tidak dicuci dengan baik
setelah berak dan atau setelah bekerja.
jangan makan sembarang makanan/apalagi makanan mentah. Lindungi semua makanan
dari kebusukan.
senantiasa mencuci tangan dengan baik (dengan sabun dan air bersih,bila mungkin),yaitu:
setelah berak atau bekerja
sebelum memasak, mengolah makanan, dan makan
sebelum memberi makan pada anak-anak.

Penatalaksanaan
REHIDRASI
Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai
dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang
banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi
oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan.
Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oral
antara lain: pedialit, oralit dll. Cairan infuse antara lain: ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-
200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi
terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan
cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8% dari Berat Badan.
Berat bila pasien kehilangan cairan 8-10% dari Berat Badan.
Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan
yang keluar dari tubuh.
Macam-macam pemberian cairan:
1. BJ plasma dengan rumus:

Kebutuhan cairan= BJ plasma 1,025 x Berat badan x 4 ml


0,001

2. Metode Pierce berdasarkan klinis:


Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x Berat badan (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat badan (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x Berat badan (kg)

3. Metode daldiyono berdasarkan skor klinis a.l (Lihat Tabel)

Kebutuhan cairan = Skor x 10% x kgBB x 1 liter


15

Tabel 5. Skor penilaian Klinis Dehidrasi


Klinis Skor
Rasa haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekuensi nadi > 120 kali/menit 1
Kesadaran apati 1
Kesadaran somnolen, spoor atau 2
koma
Frekuensi napas > 30 kali/menit 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer womans hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral
(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok diberikan
cairan per intravena.
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang nasogastrik atau
intravena. Bila dehidrasi sedang/berat diberikan sebaiknya pasien dibberikan cairan melaui
infuse pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat
diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau
oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCL, 2,5 g Natrium Bikarbonat dan 1,5
KCL setiap liter. Contoh oralit generic, renalyte, pharolit dll.

Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:


1. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus BJ
plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi
optimal secepat mungkin.
2. Satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan j=kehilangan
cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau
skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.
3. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan
Insensible water loss (IWL).
DIET
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan
justru minum minuman dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. Susu sapi harus
dihindarkn karena adanya defidiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan
bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena dapat meningkatkan
motitilitas dan sekresi usus.

OBAT ANTI-DIARE
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala.
Yang paling efektif yaitu derivate opioid misal loparamine, defenoksilat-atropin dan
tinktur opium. Loperamine paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efeksamping
paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi
kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat
antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk
infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama
penyembuhan penyakit.
Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap
diare/BAB encer sampai diare berhenti.
Obat anti sekretorik atau enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari

OBAT ANTIMIKROBA
Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease karena virus
atau bakteri non-invasif, pengobatan empiric tidak dianjurkan pada semua pasien.
Pengobatan empiric diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri
invasive, diare turis (travelers diarrhea) atau imunosupresif. Obat pilihan yaitu kuinolon
(missal siprofloksasin 500 mg 2 x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri
pathogen invarsif termasuk Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas
species. Sebagai alternative yaitu kotrimoksazol (trimetropin/sulfametoksazol, 160/800
mg/hari, atau erotromisin 250-500 mg 4 x/hari selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigai
giardiasis.
Untuk turis tertentu yang berpergian ke daerah resiko tinggi, kuinolon (misal siprofloksasin
500 mg/hari) dapat dipakai sebagai profilaktik yang memberikan perlindungan sekitar 90%.
Obat profilaktik lain termasuk trimetropim-sulfametoksazol dan bismuth subsalisilat.
Pathogen spesifik yang harus diobati adalah Vibro cholera, Clostridium difficile, parasit,
travelers diarrhea, dan infeksi karena penyakit seksual (gonorrhea, sifilis, klamidiosis, and
herpes simpleks). Pathogen yang mungkin di obati termasuk Vibro non kolera, Yersinia, dan
Camphylobacter, dan bila gejala lebih lama pada infeksi aeromonas, Plesiomonas dan E coli
enteropathologenic. Obat pilihan bagi diare karena Clostridium difficile yaitu metonidazol
oral 25-500 mg 4 x/hari selama 7-10 hari. Vankomisin merupakan obat alternative, tetapi bila
diberikan secara parenteral. Metronidazol intravena diberikan pada pasien yang tidak dapat
mentoleransi pemberian per oral. Obat antimikroba dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 8. Terapi untuk Diare Non-Virus

Aeromonas sp. Use cefixime and most third- and fourth-generation cephalosporins

Campylobacter sp. Erythromycin shortens illness duration and shedding

C. difficile Discontinue potential causative antibiotics. If antibiotics cannot be


stopped or this does not result in resolution, use oral metronidazole or
vancomycin. Vancomycin is reserved for the child who is seriously ill

C.perfringens Do not treat with antibiotics

Cryptosporodium Paromomycin; however, effectiveness is not proven. Nitazoxanide, a


parvum newer anthelmintic, is effective against C parvum

Entamoeba Metronidazole followed by iodoquinol or paromomycin


histolytica Asymptomatic carriers in nonendemic areas: Iodoquinol or
paromomycin

E.coli Trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX) if moderate or severe;


antibiotic treatment may increase likelihood of HUS. Parenteral
second-generation or third-generation cephalosporin for systemic
complications
G.lamblia Most effectively treated with quinacrine
Since this medicine is poorly tolerated because of its bitter taste,
furazolidone, metronidazole, or nitazoxanide can be used

Plesiomonas sp. Use TMP-SMX or any cephalosporin

Salmonella sp. Treatment prolongs carrier state, is associated with relapse, and is not
indicated for nontyphoid-uncomplicated diarrhea. Treat infants
younger than 3 months and high-risk patients (eg,
immunocompromised, sickle cell disease). TMP-SMX is first-line
medication; however, resistance occurs. Use ceftriaxone and
cefotaxime for invasive disease

Shigella sp. Treatment shortens illness duration and shedding but does not prevent
complications. TMP-SMX is first-line medication; however, resistance
occurs. Cefixime, ceftriaxone, and cefotaxime are recommended for
invasive disease

V.cholera Treat infected individuals and contacts. Doxycycline is the first-line


antibiotic, and erythromycin is second-line antibiotic

Yersinia sp. TMP-SMX, cefixime, ceftriaxone, and cefotaxime are used.

Komplikasi

Demam enterik yang disebabkan oleh S. typhi. Sindroima tersebut mempunyai gejala
seperti malaise, demam, nyeri perut, dan bradikardia. Diare dan rash (rose spots) akan
timbul setelah 1 minggu gejala awal timbul. Bakteri akan menyebar keseluruh tubuh pada
saat itu dan pengobatan untuk mencegah komplikasi sistemik seperti hepatitis,
miokarditis, kolesistitis atau perdarahan saluran cerna diperlukan.
Hemolytic uremic syndrome (HUS) disebabkan oleh kerusakan endothelial vascular oleh
verotoksin yang dihasilkan oleh enterohemoragik E.coli dan Shigella sp.
Trombositopenia, anemia hemolitik mikroangiopati, dan gagal ginjal akut merupakan
tanda-tanda dari HUS. Gejala biasanya timbul setelah 1 minggu sejak diare pertama kali
timbul.
Reiter syndrome (RS) dapat menyebabkan komplikasi infeksi akut dari diare ini dan hal
tersebut ditandai dengan adanya arthritis, uretritis, konjungtivitis, dan lesi pada
mukokutan. Individu dengan RS biasanya tidak menampilkan gejala-gejala tersebut
secara keseluruhan saja.
Pasien yang mengalami diare akut dikemudian hari dapat menjadi seorang karier jika
disebabkan oleh organisme tertentu.
- Setelah terinfeksi oleh Salmonella, 1-4% pasien diare akut non tifoid dapat menjadi
karier. Keadaan karier dari Salmonella ini terutama terjadi pada wanita, bayi, dan
individu-individu yang mempunyai penyakit saluran kandung empedu.
- Karier C.difficile biasanya asimptomatik dan dapat ditemukan pada 20% pasien yang
dirawat di rumah sakit yang mendapatkan terapi antibiotika dan 50% pada bayi.
- Rotavirus dapat diekskresikan secara asimptomatik di dalam tinja seorang anak yang
sebelumnya pernah mengalami diare.

Prognosis

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, dengan penanganan diare yang baik
maka prognosis akan sangat baik. Kematian biasanya terjadi akibat dari dehidrasi dan
malnutrisi yang terjadi secara sekunder akibat dari diarenya itu sendiri. Apabila terjadi
dehidrasi yang berat maka perlu dilakukan pemberian cairan secara parenteral. Bila terjadi
keadaan malnutrisi akibat gangguan absorpsi makanan maka pemberian nutrisi secara
parenteral pun perlu dilakukan karena bila terjadi gangguan dari absorpsi makanan
(malabsorpsi) maka kemungkinan untuk jatuh kedalam keadaan dehidrasi yang lebih berat
lagi akan semakin lebih besar.

DEHIDRASI
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi
karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan
kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi terjadi karena

kekurangan zat natrium;

kekurangan air;

kekurangan natrium dan air.

Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat, dehidrasi
bisa pula berujung pada penurunan kesadaran, koma, hingga meninggal dunia, atau tidak.

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut :

Dehidrasi ringan(kehilangan cairan < 5 % berat badan )

1. keadaan umum baik dan sadar

2. tanda vital dalam batas normal

3. ubun ubun besar tidak cekung,mata tidak cekung,air mata ada,mucosa mulut dan bibir
basah

4. turgor abdomen baik,bising ususnormal

5. akral hangat

Pasien dapat di rawat di rumah,kecuali apabila terdapat komplikasi lain ( tidak mau
minum,muntah terus menerus,diare frekuen)

Dehidrasi sedang ( kehilangan cairan 5- 10 % berat badan )

1. keadaan umum gelisah atau cengang

2. ubun ubun besar sedikit cekung,mata sedikit cekung,air mata kurang,mucosa mulut dan
bibir sedikit kering

3. turgor kurang

4. akral hangat

Pasien harus rawat inap

Dehidrasi berat ( kehilangan cairan > 10 % berat badan )


1. keadaan umum lemah,letargi atau koma

2. ubun ubun sangat cekung,mata sangat cekung,air mata tidak ada,mucosa mulut dan bibir
sangat kering

3. tidak bias minum

4. turgor kulit buruk

5. akral dingin

Pasien harus rawat inap

Penatalaksanaan diare dengan dehidrasi ringan sedang

1. diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang

rehidrasi dapat menggunakan oralit 75cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutakan pemberian
kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur kebutuhan oralit berdasarkan umur

Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB Jumlah oralit yang disediakan di rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

2. diare dengan dehidrasi berat


Pasien dengan tanda dehidrasi berat dapat meninggal dengan cepat karena syok
hipovolemik,sehingga mereka harus mendapatkan penanganan dengan cepat

rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada bebarapa hal yang penting agar
dierhatikan untukmemberikanrehidrasi yang cepat dan akurat,yaitu :

Menentukan cara pemberian cairan

Pergantian cairan melalui intravena merupakan pengibatan pilihan untuk dehidrasi


berat,karena cara tersebut merupakan jalan tercepat untuk memulihakn volume darah yang
turun.Rehidrasi IV penting terutama apabila ada tanda tanda syok hipovolemik (nadi sangat
cepat dan lemah atau tidak teraba,kaki tangandingin dan basah,keadaan sangat lemas atau
tidak sadar ) Cara lain pemberian cairan pengganti hanya boleh bila rehidrasi IV tidak
memungkinkan atau tidak dapat ditemukan disekitar nya dalam waktu 30 menit .kehilangan
cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10 % berat badan (100 ml/kg)

Jenis cairan yang hendak digunakan

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di
pasaran meskipun jumlah kalium nya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium
tinja.Bila RL tidak tersedia dapat NaCL isotonic (0.9%) yang sebaik nya ditambahkan 1
ampul Nabk 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCL isotonic.PAda keadaan diare akut yang
ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibat nya.

Jumlah cairan yang hendak diberikan

Pada prinsip nya jumlah cairan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang di
keluarkan.Jika memungkinkan penderita ada baik nya ditimbang sehingga kebutuham cairan
nya dapat diukur dengan tepat.Kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10 %
berat badan.
Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB 1 jam pertama,diikuti 70 ml/kg BB 5 jam berikutnya,jdi
seluruh nya 100 ml/kg BB selama 6 jam. Anak yang lebih besar dan dewasa harus diberi
30ml/kg BB pada 30 menit pertama,diikuti 70 ml/kg BB dalam 2,5 jam berikut nyqa
sehingga selruh nya 100ml/kg BB selama 3 jam . Sangat berguna memberi tanda pada botol
untuk menunjukkan jumlah cairan yang harus di berikan setiap jam bagi setiap penderita.

Sesudah 30 ml/kg pertama diberikan,nadi radialis yang kuat dapat teraba. Bial masih lemah
dan cepat ,infuse 30ml/kg harus diberikan lagi dalam waktu yang sama.Meskipun begitu hal
ini jarang dibutuhkan.Larutan oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut
( sekitar 5ml/kg BB per jam ) segera setelah penderita dapat minum,untuk memberi tambahan
kalium dan basa,hal ini dilakukan selama 3-4 jam untuk bayi dan 102 jam untuk penderita
yang lebih besar.

Cara pemberian cairan

Rute pemberian cairan meliputi oral dan intravena.Larutan oralit dengan komposisi berkisar
29 g glukosa, 3,5 g NaCL, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl setiap liternya diberikan per oral pada
diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan
hidrasi .

Daftar Pustaka

Alfa, Yasmar. Tanpa tahun. Patogenesis dan Patofisiologi Diare. Bandung : SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK UNPAD/RSHS.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Buku Ajar Diare (Pegangan Bagi Mahasiswa).
Frye, Richard E. 2005. Diarrhea. Melalui <http://www.emedicine.com/>
Guyton, Arthur.C. & Hall, John E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan :
Irawati Setiawan, dkk. Hal 1013-1049. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Karras, David. 2005. Diarrhea. Melalui <http://www.emedicinehealth.com/articles/5917-
10.asp>
Mansjoer, Arif, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 4. hal 588-592. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI.
Nguyen, David G. 2005. Pediatrics, Rotavirus. Melalui <http://www.emedicine.com/>

Anda mungkin juga menyukai