CKD DR Lusi
CKD DR Lusi
DEFINISI
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten
dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus
yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible,
yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempetahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2001).
B. KLASIFIKASI CKD
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan Cronic Kidney Disease (CKD). Pada
dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure (CRF), namun pada
terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus
secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa masih
dalam stage stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage)
menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5.
sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang
dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
1. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium :
a. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
Kreatinin serum dan kadar BUN normal
Asimptomatik
Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
b. Stadium II : Insufisiensi ginjal
Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
Kadar kreatinin serum meningkat
Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:
1) Ringan
40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
2) Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
3) Kondisi berat
2% - 20% fungsi ginjal normal
c. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau
0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau
0,85 - 1,23 mL/detik/m2
- Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
Endokrin : PTH dan T3,T4
Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk ginjal, misalnya: infark
miokard.
2. Diagnostik
a. Etiologi CKD dan terminal
Foto polos abdomen.
USG.
Nefrotogram.
Pielografi retrograde.
Pielografi antegrade.
Mictuating Cysto Urography (MCU).
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
RetRogram
USG.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal Desease (CKD) dan
lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun.
Tujuan terapi konservatif :
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi.
b. Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksi asotemia.
c. Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal.
d. Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
Prinsip terapi konservatif :
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal.
1). Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksik.
2). Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan ekstraseluler dan hipotensi.
3). Hindari gangguan keseimbangan elektrolit.
4). Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani.
5). Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi.
6). Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis yang kuat.
7). Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa indikasi medis yang kuat.
b. Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
1). Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular.
2). Kendalikan terapi ISK.
3). Diet protein yang proporsional.
4). Kendalikan hiperfosfatemia.
5). Terapi hiperurekemia bila asam urat serum > 10mg%.
6). Terapi hIperfosfatemia.
7). Terapi keadaan asidosis metabolik.
8). Kendalikan keadaan hiperglikemia.
c. Terapi alleviative gejala asotemia
1). Pembatasan konsumsi protein hewani.
2). Terapi keluhan gatal-gatal.
3). Terapi keluhan gastrointestinal.
4). Terapi keluhan neuromuskuler.
5). Terapi keluhan tulang dan sendi.
6). Terapi anemia.
7). Terapi setiap infeksi.
2. Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik
Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum K+ (hiperkalemia ) :
1). Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari.
2). Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama dengan 7,35 atau serum
bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.
b. Anemia
1). Anemia Normokrom normositer
Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi hormon eritropoetin (ESF:
Eritroportic Stimulating Faktor). Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant Human
Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan pemberian 30-530 U per kg BB.
2). Anemia hemolisis
Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan adalah membuang toksin
asotemia dengan hemodialisis atau peritoneal dialisis.
3). Anemia Defisiensi Besi
Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan saluran cerna dan kehilangan besi pada
dialiser ( terapi pengganti hemodialisis ). Klien yang mengalami anemia, tranfusi darah
merupakan salah satu pilihan terapi alternatif ,murah dan efektif, namun harus diberikan secara
hati-hati.
Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal :
a). HCT < atau sama dengan 20 %
b). Hb < atau sama dengan 7 mg5
c). Klien dengan keluhan : angina pektoris, gejala umum anemia dan high output heart failure.
Komplikasi tranfusi darah :
a). Hemosiderosis
b). Supresi sumsum tulang
c). Bahaya overhidrasi, asidosis dan hiperkalemia
d). Bahaya infeksi hepatitis virus dan CMV
e). Pada Human Leukosite antigen (HLA) berubah, penting untuk rencana transplantasi ginjal.
c. Kelainan Kulit
1). Pruritus (uremic itching)
Keluhan gatal ditemukan pada 25% kasus CKD dan terminal, insiden meningkat pada klien yang
mengalami HD.
Keluhan :
a). Bersifat subyektif
b). Bersifat obyektif : kulit kering, prurigo nodularis, keratotic papula dan lichen symply
Beberapa pilihan terapi :
a). Mengendalikan hiperfosfatemia dan hiperparatiroidisme
b). Terapi lokal : topikal emmolient ( tripel lanolin )
c). Fototerapi dengan sinar UV-B 2x perminggu selama 2-6 mg, terapi ini bisa diulang apabila
diperlukan
Selain itu, Gagal Ginjal akut dan kronis juga memiliki penyebab yang berbeda beda, berikut
beberapa penyebabnya.
Volume darah yang rendah, hal ini terjadi akibat perdarahan, muntah dan diare
berlebihan, serta dehidrasi parah.
Jumlah darah yang dipompa jantung di bawah normal, ini terjadi karena gagal jantung
atau gagal fungsi hati.
Gangguan pada pembuluh darah, yang disebabkan pembengkakan dan penyumbatan pada
pembuluh darah utama menuju ginjal.
Beberapa obat-obatan tertentu yang bisa mengganggu suplai darah ke ginjal atau bahkan
mengganggu ginjal. Contohnya obat anti inflmasi non-steroid (OAINS), obat untuk
hipertensi, dan antibiotik tertentu.
Cairan pewarna, yang digunakan pada uji pencitraan tubuh dan sinar X.
Selain karena berkurangnya aliran darah ke ginjal, gagal ginjal akut juga bisa dipicu oleh dua
penyebab berikut:
Tersumbatnya saluran urine, sehingga limbah dari ginjal tidak bisa dibuang melalui urine.
Kerusakan langsung di ginjal, yang bisa disebabkan oleh timbunan kolesterol,
penggumpalan darah, glomerulonefritis, penyakit lupus, multiple myeloma, skleroderma,
thrombotic thrombocytopenic purpura, infeksi, dan obat-obatan tertentu.
Selain dikarenakan kedua kondisi kesehatan tersebut, terdapat juga beberapa hal kurang umum
yang dapat menyebabkan anda mengidap penyakit gagal ginjal, beberapa diantaranya yaitu :
Gangguan ginjal polisistik: kondisi saat kedua ginjal berukuran lebih besar dari normal
karena pertambahan massa kista. Kondisi ini bersifat diwariskan.
Peradangan pada ginjal.
Infeksi pada ginjal.
Penyumbatan, seperti yang disebabkan batu ginjal atau gangguan prostat
Penggunaan rutin obat-obatan tertentu dalam jangka panjang, seperti obat anti-
inflamasi non-steroid (non-steroidal anti-inflammatory drugs/NSAIDs), termasuk aspirin
dan ibuprofen.
Lupus eritematosus sistemik (kondisi saat sistem kekebalan tubuh menyerang dan
mengenali ginjal sebagai jaringan asing).
Kegagalan pertumbuhan ginjal pada janin saat dalam kandungan.
Gagal ginjal akut (GGA) biasanya disebabkan oleh sebuah peristiwa yang mengarah kepada
kerusakan ginjal, seperti dehidrasi, kehilangan banyak darah ketika operasi besar atau cedera,
bisa juga karena penggunaan obat-obatan.
Penyakit ginjal kronis (GGK) biasanya disebabkan oleh penyakit jangka panjang, seperti tekanan
darah tinggi atau diabetes, yang secara perlahan merusak ginjal dan mengurangi fungsi ginjal
dari waktu ke waktu.
Penurunan aliran darah ke ginjal. Hal ini dapat Obstruksi atau penyumbatan berkepanjangan
terjadi karena kehilangan darah, operasi, atau saluran kemih.
syok.
Konsumsi obat tertentu yang dapat Penyakit ginjal polikistik kelainan genetik
menyebabkan kerusakan ginjal. yang ditandai dengan pertumbuhan banyak
kista di ginjal.
Gejala penurunan fungsi ginjal, seperti penumpukan cairan atau ketidakseimbangan elektrolit ,
lebih mungkin merupakan gejala gagal ginjal akut, terlepas dari berapa lama ginjal tersebut telah
rusak. Gejala yang muncul mencerminkan langsung masalah yang terjadi pada ginjal, seperti :
- Obstruksi pada saluran kemih karena batu ginjal bisa menyebabkan nyeri
pinggang, darah dalam urin, atau output urin berkurang.
- Dehidrasi dapat menyebabkan rasa haus yang ekstrim, pusing hingga pingsan,
nadi cepat dan lemah, dan gejala lainnya.
Gejala gagal ginjal kronis biasanya baru akan muncul ketika fungsi ginjal sudah sangat
terganggu, artinya ginjal memiliki fungsi yang normal namun tersisa sedikit. Masalah lain yang
dapat berkembang seiring dengan penyakit gagal ginjal kronis, antara lain: anemia dan
peningkatan kadar fosfat dalam darah (hiperfosfatemia), bersama dengan komplikasi yang
disebabkan oleh gagal ginjal.
Pemeriksaan Penunjang untuk Menentukan Gagal Ginjal Akut dan Gagal Ginjal Kronis.
Sebagian besar kasus gagal ginjal akut terjadi pada orang yang sudah di rawat di rumah sakit
karena penyakit lainnya. Gagal ginjal akut pada pasien tersebut biasanya didiagnosis ketika tes
laboratorium menunjukkan peningkatan mendadak kadar kreatinin dan ureum / urea nitrogen
(BUN). Penumpukan produk limbah tersebut dalam darah menunjuk hilangnya fungsi ginjal.
Membandingkan antara kadar ureum kreatinin saat ini dengan yang terdahulu juga bisa
menyimpulkan gagal ginjal akut atau kronis. USG ginjal juga dapat digunakan untuk membantu
menentukan apakah gagal ginjal akut atau kronis. Ginjal berukuran normal biasanya
menunjukkan gagal ginjal akut, tetapi ketika kedua ginjal lebih kecil dari normal, berarti gagal
ginjal kronis. Itulah perbandingan antara gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis yang dapat
saya rangkumkan sehingga akan dapat mempermudah dalam hal pengobatannya.
Glomerulonefritis adalah sebuah istilah yang diberikan untuk berbagai kondisi yang dapat
mempengaruhi glomeruli ginjal. Glomerulonefritis terdiri dari duak kata, yaitu Glomerulo yang
artinya glomeruli dan nefritis memiliki arti radang ginjal. Meskipun namananya memiliki arti
nefritis, Tapi pada kenyataannya tidak ada peradangan yang terjadi pada beberapa jenis
glomerulonefritis. Dalam glomerulonefritis terjadi kerusakan glomeruli. Kerusakan ini
mengganggu fungsi glomeruli itu sendiri dan dapat mempengaruhi fungsi ginjal secara
keseluruhan.
Glomerulonefritis terdapat dua jenis, yaitu Glomerulonefretis akut dan Glomerulunefretis kronis.
Dikatakan Glomerulonefretis akut apabila radang tersebut terjadi secara tiba tiba, dan
keberlangsunganya pun dalam waktu yang singkat. Sedangkan Glomerulunefretis kronis
keberadaan gangguan ini berlangusng dalam waktu yang cukup lama atau presisten.
Glomerulonefritis akan menyebabkna kerusakan permanen pada glomoruli dan ginjal yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal.
Penyebab Glomerolunefritis salah satunya adalah kesalahan sistem kekebalan tubuh atau sistem
imun. Fungsi sistem imun bagi tubuh sebenarnya adalah melindungi tubuh kita dari serangan
kuman atau virus yang dapat menginfeksi tubuh kita dengan menyerang virus dan kuman
tersebut. Dalam kasus terjadinya Glomerolunefritis sistem imun justru menyerang jaringan
tubuh, dalam hal ini adalah glomeruli.
Selain faktor sistem imun, penyebab terjadinya penyakit Glomerolunefritis adalah infeksi dari
jenis bakteri streptokokus. Adanya infeksi pada glomeruli ini biasanya setelah terjadinya infeksi
pada saluran pernafasan atau infeksi kulit yang disebabkan oleh jenis bakteri yang sama. Selain
itu bakteri lain, jamur, virus dan parasit juga dapat mempengaruhi glomerolunefritis. Secara
umum infeksi ini akan berkembang pada mereka yang masih berusia antara 5-15 tahun, namun
infeksi juga bisa terjadi pada semua usia.
Sebelum dilakukan pemeriksaan urin, gejal pada sebagian orang hampir tak dapat diketahui. Tapi
pada sebagian lagi terdapat gejala yang mungkin dapat berkembang secara perlahan, atau terjadi
secara tiba tiba jika Glomerolunefritis tergolong akut.
Tanda dan gejala glomerulonefritis tergantung pada Glomerolunefritis yang dimiliki, akut atau
kronis, Serta penyebab dari glomerulonefritis. Beberapa gejala yang mungki terlihat antara lain
urin berwarna merah, hal ini terjadi karena karena adanya sel darah merah dalam urin. Kondisi
ini disebut dengan hematuria. Selain itu gejala yang terdapat pada urin adalah adanya busa dalam
urin tersebut. Hal itu terjadi karena adanya protein dalam urin. Kondisi ini disebut dengan
proteinuria.
Glomerulonefritis juga ditandai dengan gengguan lain seperti adanya tekanan darah tinggi
(hipertensi), Retensi cairan (edema), serta kelelahan akibat anemia atau gagal ginjal.
Pengobatan Dan Perawata Glomerolunefritis
Pengobatan dan perawatan untuk mengatasi glomerolunefritis pada dasarnya untuk mengatasi
kerusakan pada ginjal itu sendiri atau pun beberapa gangguan yang diakibatkan oleh adanya
glomerolunefritis.
Untuk mengatasi glomerolunefritis dan gagal ginjal perawatan yang diberikan adalah dialisis.
Semntara untu mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi biasanya diberikan obat obatan
medis diuretik.
Glomerulonefritis terjadi karena adanya peradangan pada glomerulus yang diakibatkan karena
adanya pengendapan kompleks antigen antibodi. Kompleks biasanya terbentuk 7 10 hari
setelah infeksi faring atau kulit oleh streptokokus. Reaksi peradangan di glomerulus
menyebabkan pengaktifan komplemen, sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan
peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus dan filtrasi glomerulus. Protein-protein plasma dan
sel darah merah bocor melalui glomerulus.
Glomerulonefritis dibagi menjadi dua :
1) Glomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak.
2) Glomerulonefritis kronik
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel sel glomerulus. Kelainan ini
dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut tidak membaik atau timbul secara spontan.
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan (Brunner
2. Penyebab
Penyebab menurut Brunner and Suddart (2001)
a. Sel darah merah premature/ penghancuran sel darah merah yang berlebih (hemolisis)
b. Kehilangan darah
3. Patofisiologi
Menurut Sylvia Anderson (1995) timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebih atau keduanya kegagalan sumsum (mis.
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi karena kekurangan nutrisi pajanan toksis, invasi tumor
Apabila jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan
ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan,
menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia tanda dan gejala yang sering
muncul adalah gelisah, deaforosis (keringat dingin) takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi yang
progresif cepat atau syok. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu
menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik kecuali pada kerja jasmani berat.
a. Peningkatan curah jantung dan pernapasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-
4. Manifestasi Klinis
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan
b. Umur individu
c. Mekanisme kompensasinya
d. Tingkat aktivitasnya
Menurut Brunner dan Suddart (2001) gejala-gejala umum anemia antara lain :
a. Kelemahan, kelelahan
b. Takikardi
c. Palpitasi
d. Pusing tinnitus
g. Kongjungtiva anemis
5. Klasifikasi Anemia
a. Anemia aplastik
1) Pengertian
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh penurunan sel prekursor dalam sumsum
2) Etiologi
a) Faktor congenital
3) Manifestasi klinis
a) Awitan terhadap ditandai dengan kelemahan, puncak, sesak napas pada saat latihan
pasien.
c) Adanya granulosit ditunjukkan dengan demam, faringitis akut, bentuk pepsis lain dan
pendarahan.
1) Pengertian
Anemia defisiensi besi adalah suatu kondisi dimana kandungan besi tubuh total tidak adekuat
2) Etiologi
Malabsorbsi besi
c) Insufiensi makanan
3) Manifestasi klinis
b) Gejala-gejala anemia : keletihan, peka rangsang, kebas dan kesemutan pada ekstremitas.
c) Jika berat, mungkin akan mengalami lidah sakit dan terlihat rata : pika.
d) Hemoglobin secara proporsional rendah dibandingkan dengan hematokrit dan jumlah sel darah
merah.
c. Anemia Megaloblastik
1) Pengertian
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh definisi vitamin B12 dan defisiensi
asam folat yang memperlihatkan perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang identik
2) Etiologi
d. Gangguan sintesis DNA akibat, didapat setelah pemberian obat atau sito statik tertentu.
3) Klasifikasi
a) Anemia defisiensi vitamin B12/ Anemia pernisiosa
(1) Ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang ketat/ vegetarian yang tidak makan daging
sama sekali
(3) Penyakit yang melibatkan ilium atau pancreas yang merusak absorpsi vit B12 dan gastrektomi.
(2) Lidah berwarna merah karena peradangan/ glossitis, sakit dan halus serta diare ringan.
Asam folak merupakan vitamin yang penting untuk pembentukan sel darah merah yang normal.
Semua pasien mempunyai karakteristik anemia megaloblastik sejalan dengan nyeri lidah. Gejala
defisiensi asam folat dan vitamin B12 hampir mirip dan kedua anemia ini dapat terjadi bersama.
(3) Asam folat oral diberikan bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal)
d. Anemia hemolitik
1) Pengertian
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh terjadinya penghancuran (hemolisis)
Pada anemia hemolitik ini eritrosit memiliki rentang usia yang memendek (Brunner dan Suddart,
2001).
2) Klasifikasi
a) Menurut Brunner dan Suddart (2001), golongan dengan penyebab hemolisis intraseluler yang
terdapat dalam eritrosit sendiri. Umumnya penyebab hemolisis golongan ini adalah kelainan
bawaan.
(1) Etiologi
Adanya gangguan metabolisme dalam eritrosit yaitu gangguan struktur dinding eritrosit,
Jumlah retikulosot dalam darah meningkat, kelainan bentuk eritrosit, kelainan struktur tulang.
(3) Penatalaksanaan
Transfuse darah.
(1) Etiologi
(3) Penatalaksanaan
Kehilangan darah karena kecelakaan, operasi, perdarahan usus, ulkus peptikum, hemoroid. Jadi
2) Manifestasi klinis menurut Brunner dan Suddart (2001) apabila kehilangan darah :
Akibat kehilangan darah yang cepat terjadi reflek cardia vaskuler yang fisiologis berupa
kontraksi orteiola, pengurangan cairan darah atau komponennya ke organ tubuh yang kurang
Gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh
masih dapat mengadakan kompensasi. Kehilangan darah 200 ml pada orang dewasa yang terjadi
dengan cepat dapat lebih berbahaya daripada kehilangan darah sebanyak 3000ml dalam waktu
yang lama.
b) Pengaruh lambat
Beberapa jam setelah perdarahan terjadi pergeseran cairan ekstraseluler dan intravaskuler yaitu
agar isi iontravaskuler dan tekanan osmotik dapat dipertahankan tetapi akibatnya terjadi
hemodilati.
Gejala yang ditemukan adalah leukositosis (15.000-20.000/mm3) nilai hemoglobin, eritrosit dan
kompensasi sistem eritropoenik menjadi hiperaktif, kadang-kadang terlihat gejala gagal jantung.
Pada orang dewasa keadaan hemodelasi dapat menimbulkan kelainan cerebral dan infark
miokard karena hipoksemia. Sebelum ginjal kembali normal akan ditemukan oliguria atau anuria