Anda di halaman 1dari 2

Filosofi Immanuel Kant (1724-1804)

1. Apa yang dapat saya ketahui?


Sapere aude (milikilah keberanian untuk tahu!) Bagi Kant, pengetahuan itu datang dari penilaian
(pernyataan yang berisi subyek dan predikat). Dalam penilaian tsb. pandangan empiris indrawi
dihubungkan dengan gagasan dari pada akal (sintesis). Oleh karena panca indra dan akal, yang masing
masing memiliki hak yang relatif sama dan saling bergantung satu dengan lainnya itu, merupakan
satu-satunya sumber pengetahuan. Pikiran tanpa substansi ibarat ruang kosong, pandangan tanpa
istilah-istilah tertentu sama dengan buta.
Namun masalahnya adalah, bagaimana kita bisa sampai pada pandangan empiris tsb? Kita disatu sisi
memiliki indra bagian luar, yang memberikan kita gagasan-gagasan dalam konteks ruang. Sedangkan
disisi lain kita juga memiliki indra bagian dalam yang mengatur gagasan-gagasan dalam konteks
waktu. Ruang dan waktu merupakan persyaratan dari gagasan indrawi, oleh karena kita tidak akan
pernah sanggup membayangkan keberadaan benda-benda tanpa adanya ruang dan waktu.
Berbagai istilah yang kita ketahui datang dari akal. Artinya akallah yang spontan membentuk istilah-
istilah berdasarkan aturan yang ada melalui kekuatan imajinasi produktif. Disini diperlukan
kesadaran atas diri sendiri yang transedental, sebagai dasar-dasar segala bentuk pemikiran.
Padangan indrawi menggerakkan kesadaran kita. Kesadaran atas diri sendiri inilah yang
sesungguhnya merupakan sumber dari segala istilah (kategori) yang diproduksi oleh akal. Kuantitas,
kualitas, relasi dan modalitas adalah 4 fungsi dari pada akal yang membentuk 12 kategori: Kuantitas
(kesatuan, kebanyakan, kesemuaan,), kualitas (realitas, negasi, limitasi), relasi (substansi, kausalitas,
komunitas,) dan modalitas (kemungkinan, keberadaan dan keharusan).
Akal, dengan kategori, yang dibantu oleh kekuatan imajinasi, menghubungkan berbagai perasaan
(persepsi) untuk menentukan apa yang dinamakan skema (pola/bagan). Sebuah skema adalah cara
umum kekuatan imajinasi untuk menciptakan sebuah gambar bagi istilah tertentu. (Sebagai contoh,
misalnya kita melihat sesuatu dengan empat kaki berjalan cepat menyebrang jalan).
Jadi, skema adalah istilah-istilah umum yang terstruktur (kemungkinan bisa bertingkat-tingkat), yang
tidak bisa diperoleh lewat pandangan empiris, melainkan bersumber dari akal, akan tetapi berangkat
dari persepsi (kognisi).

2. Apa yang harus saya lakukan?


Baik Agama, akal sehat (common sense) ataupun pengalaman (empiris) tidak bisa menjawab
pertanyaan ini. Namun yang bisa menjawabnya hanyalah akal-budi murni (der reinen Vernunft).
Dalam kaitan ini, Kant membentuk teori etika yang terdiri dari tiga elemen yaitu: moral yang baik,
kebebasan kehendak dan kaidah kategori imperatif (perintah). Moral adalah masalah akal yang
menjadi petunujuk bagi setiap tindakan. Moral juga merupakan ide regulatif, yang secara a prioris
sudah ada pada diri manusia. Manusia tidak heteronom (bisa ditentukan dari luar). Melainkan otonom
(menentukan diri sendiri). Manusia - bila dirasa perlu - bisa memutuskan untuk bertindak tidak
tergantung dari pengaruh panca indra dan hawa nafsu. Kehendak adalah sebuah kekayaan, namun
pilihlah hanya apa yang menurut akal sebagai sesuatu yang baik dan bebas dari segala kecenderungan
(kurang baik). Akal mewajibkan manusia untuk bertindak mengikuti moral. Yang terkahir adalah
formulasi Undang-undang, kategori imperatif : Bertindaklah hanya berdasarkan kaidah-kaidah, yang
suatu saat bisa menjadi aturan (Undang-undang) bagi orang banyak.
3. Apa yang boleh saya harapkan?
Setelah eksistensi Tuhan dan roh yang tidak bisa mati serta masalah kebebasan, tidak bisa dibuktikan
oleh akal dan akal juga tidak sanggup membuktikan ketidakberadaan Tuhan, maka sesuatu yang
bersifat absolut (Tuhan) akhirnya menjadi masalah kepercayaan: Saya harus mengangkat
pengetahuan, agar Agama mendapat tempat. Mengenai keberadaan Tuhan memang tidak bisa
dibuktikan, akan tetapi prilaku moralis yang konsekwen tidak mungkin tanpa adanya kepercayaan
terhadap kebebasan, kekekalan dan Tuhan. Oleh karena itu, yang pertama-tama adalah moral dan
Agama menjelaskan kewajiban moral, sebagai ajaran ketuhanan. Jadi, Agama mengikuti jejak aturan-
aturan moral yang sudah ada terlebih dahulu. Namun untuk menemukan kewajiban yang
sesungguhnya, malah kita sekarang berbalik menyaring sesuatu yang (dianggap) benar dari berbagai
ajaran Agama.
4. Apa itu manusia?

Yang menjadi pokok bahasan Kant bukanlah apa yang terjadi atas manusia dan natur (alam),
melainkan - sebagai mahluk yang bebas - apa yang manusia itu sendiri lakukan atau, dapat dan harus
dilakukannya? Misalnya, bagaimana manusia mengembangkan karakter pribadi (jati diri) mereka?
Disamping itu juga masalah individual, perbedaan jenis klamin, karkater suku dan bangsa, perbedaan
ras dan umat manusia sebagai satu keseluruhan tak luput dari perhatian Kant. Misalnya Kant
mengatakan bahwa perempuan terlalu banyak menggunakan perasaan (emosional) dan sangat
berorientasi kepada selera serta kurang rasional jika dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan
mengenai bangsa-bangsa Kant menyebut 5 bangsa besar di Eropa: Perancis, Inggris, Spanyol, Italia
dan Jerman. Yang terakhir Kant membuat 4 tipologi ras: Ras putih paling atas, diikuti ras kuning
(India), kemudian ras hitam (Afrika) dan ras merah tembaga (Indian, Amerika Selatan).

Anda mungkin juga menyukai