Anda di halaman 1dari 7

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : T4 atau T3, dan TSHs. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi
tiroid. Pemeriksaan untuk mengetahui kadar T3 dan T4 serta TSH paling
sering menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA) dan ELISA dalam
serum atau plasma darah. Kadar normal T4 total pada orang dewasa adalah
50-120 ng/dl. Kadar normal untuk T3 pada orang dewasa adalah 0,65-1,7
ng/dl.
b. Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid. Antibodi
terhadap macam-macam antigen tiroid yang ditemukan pada serum penderita
dengan penyakit tiroid autoimun. Seperti antibodi tiroglobulin dan thyroid
stimulating hormon antibodi.
c. Biopsi aspirasi jarum halus ( BAJAH ) nodul tiroid
Bila hasil laboratorium; non toksik
Bila hasil lab,(awal ) toksik,tetapi hasil scan : cold nodule syrat sudah
menjadi eutiroid,
Bila klinis ganas,tetapi hasil sitologi dengan BAJAH (2 X); jinak
Hasil sitologi dengan BAJAH : curiga ganas
d. Foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea atau pembesaran
struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga.
Foto rontgen leher posisi AP dan lateral biasanya menjadi pilihan.
e. USG tiroid
Pelaporan ultrasonografi mencakup posisi, bentuk, ukuran, batas, isi, dan
ekogenik serta gambaran vaskular pada nodul. Gambaran ultrasonografi yang
mengarah pada keganasan diantaranya hipoekogenitas, mikrokalsifikasi (kecil,
intranodular, punktata, titik hiperekoik dengan posterior acoustic shadow minim
atau tidak ada), batas irregular atau microlobulated , dan gambaran vaskularisasi
intranodular yang berantakan. Tumor berukuran besar dengan perubahan
degeneratif dan beberapa area yang terisi cairan kadang ditemukan pada
mikrokarsinoma. Walaupun kebanyakan nodul tiroid dengan dominasi komponen
cairan bersifat jinak, ultrasonografi tetap harus dilaukan karena karsinoma tiroid
papiler sebagian dapat berbentuk kistik.
f. Scanning Tiroid.
Pada dasarnya adalah presentasi uptake dari I 131 yang didistribusikan
tiroid. Dari uptake dapat ditentukan teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama
ialah fungsi bagian-bagian tiroid (distribusi dalam kelenjar). Uptake normal 15-
40% dalam 24 jam. Dari hasil scanning tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu
cold nodule bila uptake nihil atau kurang dari normal dibandingkan dengan
daerah disekitarnya, ini menunjukkan fungsi yang rendah dan sering terjadi pada
neoplasma. Bentuk yang kedua adalah warm nodule bila uptakenya sama dengan
sekitarnya, menunjukkan fungsi yang nodul sama dengan bagian tiroid lain.
Terakhir adalah hot nodule bila uptake lebih dari normal, berarti aktifitasnya
berlebih dan jarang pada neoplasma.
g. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
FNAB pada nodul tiroid lebih baik jika dikombinasikan dengan guided
ultrasonografi. Hasil FNAB ini digunakan untuk pemeriksaan sitologi. Hasil dari
FNAB dikategorikan menjadi diagnostik dan non-diagnostik. Dikatakan
diagnostik bila terdiri dari minimal 6 grup sel epitelial tiroid yang baik dan setiap
grup terdiri dari 10 sel. Klasifikasi hasil pemeriksaan sitologi dibagi menjadi lima,
yaitu nondiagnostik, jinak, lesi folikular, mencurigakan, dan ganas.

TATALAKSANA

Tata laksana yang dilakukan sesuai dari hasil Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH).
Sehingga didapatkan terapi sebagai berikut :
a. Ganas operasi tiredektomi near total.
b. Curiga operasi dengan lebih dulu melakukan potong beku ( VC)
Bila ganas operasi tiredektomi near total,
Bila jinak operasi lobektomi atau tiredektomi near total. Alternative lain :
sidik tiroid, bila hasilnya Cold Nodule, operasi.
c. Tak cukup / sediaan tak representative
Jika nodul solid (saat BAJAH) ; ulang BAJAH.
Bila diduga ganas tinggi operasi lobektomi,
bila klinis curiga ganas rendah observasi
Jika nodul kistik saat BAJAH: aspirasi
bila kistik regresi observasi.
Bila kista rekurens, klinis curiga gansa rendah observasi,
bila kista rekurens curiga ganas tinggi operasi lobektomi.
d. Jinak terapin dengan levo tiroksin (LT4) dosis subtoksi.
Dosis distrasi mulai 2 x 25 ug ( 3 hari) Dilanjutkan 3 x 25 ug ( 3 - 4 hari )
Bila tidak ada efeksamping atau tanda tanda toksis ; dosis menjadi 2 x
100 ug samaoi 4 6 minggu, kemudian evaluasi TSH ( target 0,1 0,3
uIU / L)
Supresi TSH diperahankan selama 6 bulan.
Evaluasi dengan USG : apakah nodul berhasil mengecil atau tidak (
berhasil bila mengecil >50 % dai volume awal)
Bila nodul mengecil atau tetap,L tiroksin di hentikan dan di observasi.
Bila setelah itu struma membesar lagi, maka Ltiroksin di stimulasi lagi,
maka L tiroksin dimulasi lagi ( target TSH 0,1 0,3 ul U/L).
Bila setelah 1 tiroksin dihentikan, struma tidak berubah, di observasi saja.
Bila nodul membesar dalam 6 bulan atau saat terapi supresi obat di
hentikan dan operasi tiredektomi dan dulakukan pemeriksaan
histopatologi.

Tindakan Pembedahan

Terdapat beberapa macam teknik pembedahan pada kasus struma tiroid, antara lain :
1. Lobektomi, yaitu mengangkat satu lobus, bila subtotal maka kelenjar disisakan
seberat 3 gram
2. Isthmolobektomi, yaitu pengangkatan salah satu lobus diikuti oleh isthmus
3. Tiroidektomi total, yaitu pengangkatan seluruh kelenjar tiroid
4. Tiroidektomi subtotal bilateral, yaitu pengangkatan sebagian lobus kanan dan
sebagian kiri, sisa jaringan 2-4 gram di bagian posterior dilakukan untuk mencegah
kerusakan pada kelenjar paratiroid atau N. Rekurens Laryngeus.

Indikasi operasi pada struma adalah :

1. Struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa

2. Struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan keganasan

3. Struma dengan gangguan kompresi

4. Kosmetik

Kontraindikasi pada operasi struma :

1. Struma toksik yang belum dipersiapkan sebelumnya

2. Struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit sistemik lain yang belum terkontrol

3. Struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan yang
biasanya karena karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya sering dari tipe
anaplastik yang jelek prognosisnya. Perlekatan pada trakea ataupun laring dapat
sekaligus dilakukanreseksi trakea atau laringektomi, tetapi perlekatan dengan jaringan
lunak leher yang luas sulit dilakukan eksisi yang baik.

Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul


tiroid tersebut suspek maligna atau suspek benigna. Bila nodul tersebut suspek
maligna, maka dibedakan apakah kasus tersebut operable atau inoperable.

Bila kasus yang dihadapi adalah inoperable maka dilakukan tidakan biopsi insisi
untuk keperluan pemeriksaan histopatologis. Dilanjutkan dengan tindakan debulking
dan radiasi eksterna atau kemoradioterapi.Bila nodul tiroid suspek maligna yang
operable atau suspek benigna dapat dilakukan tindakan isthmolobektomi atau
lobektomi. Jika setelah hasil PA membuktikan bahwa lesi tersebut jinak maka operasi
selesai, tetapi jika ganas maka harus ditentukan terlebih dahulu jenis karsinoma yang
terjadi.
Komplikasi pembedahan tiroid :

a. Perdarahan dari A. Tiroidea superior

b. Dispneu

c. Paralisis N. Rekurens Laryngeus. Akibatnya otot-oto laring terjadi kelemahan

d. Paralisis N. Laryngeus Superior. Akibatnya suara penderita menjadi lenih lemah dan
sukar mengontrol suara nada tinggi, karena terjadi pemendekan pita suara oleh
karena relaksasi M. Krikotiroid. Kemungkinan nervus terligasi saat operasi

Komplikasi Struma Tiroid


1. Gangguan menelan atau bernafas
2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif (
jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi
rapuh, keropos dan mudah patah.

Prognosis Struma Tiroid


Umumnya prognosis dari struma tiroid adalah ad bonam. Namun, untuk karsinoma tiroid,
progosisnya adalah ad malam.

KESIMPULAN

1. Struma merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan oleh penambahan


jaringan kelenjar tiroid.
2. Struma dapat dibagi menjadi struma toksik dan non toksik. Keduanya dapat dibagi
menjadi struma nodusa dan struma diffuse.
3. Pembesaran struma dapat diakibatkan oleh hiperplasia dan hipertrofi, inflamasi atau
infeksi, dan neoplasma.
4. Macam-macam penatalaksanaan struma tirod antara lain dengan pengobatan dengan
PTU dan dengan pembedahan yaitu lobektomi, isthmolobektomi, tiroidektomi total,
dan tiroidektomi subtotal bilateral.
1. Widjosono, Garitno, Sistem Endokrin : Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor Syamsuhidayat R.Jong
WB, Edisi Revisi, EGC, Jakarta, 1997 : 925-952.

2. Kariadi KS Sri Hartini, Sumual A., Struma Nodosa Non Toksik & Hipertiroidisme : Buku
Ajar Ilmu Pneyakit Dalam, Edisi Keiga, Penerbit FKUI, Jakarta, 1996 : 757-778.

3. Schteingert David E., Penyakit Kelenjar Tiroid, Patofisiologi, Edisi Keempat, Buku Dua,
EGC, Jakarta, 1995 : 1071-1078.

4. Liberty Kim H, Kelenjar Tiroid : Buku Teks Ilmu Bedah, Jilid Satu, Penerbit Binarupa
Aksara, Jakarta, 1997 : 15-19.

Anda mungkin juga menyukai