Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Air buangan adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan, pertokoan dan
sarana sejenisnya. Air limbah domestik juga diartikan sebagai air buangan yang tidak dapat
digunakan lagi untuk tujuan semula baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari
kamar mandi, aktivitas dapur dan mencuci, yang kualitasnya antara 60-80% dari rata-rata
pemakaian air bersih.

Sumber air buangan secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Air Buangan Domestik
Air buangan yang berasal dari aktivitas kegiatan penghunian, seperti rumah tinggal, kampus,
pasar, hotel, pertokoan, sekolah dan fasilitas-fasilitas/pelayanan umum dapat dikategorikan
dalam air buangan domestik (Soeparman, 2000)
Air buangan domestik dapat dikelompokkan menjadi :
a. Air buangan kamar mandi
b. Air buangan dapur dan cuci
c. Air buangan WC : air kotor dan air tinja

Air buangan domestik didominasi oleh kontaminan organik yang langsung dapat diolah secara
biologis (Moduto, 2000). Menurut Tjokrokusumo (1995), air limbah domestik umumnya
banyak mengandung zat organik sehingga dapat memungkinkan timbulnya bakteri patogen.

2. Air Buangan Non Domestik


Air buangan non domestik adalah air bekas pemakaian yang berasal dari daerah non
pemukiman, yaitu daerah komersial, institusional, perkantoran, rumah sakit, industri,
laboratorium dan lainnya (Moduto,2000).

Air buangan non domestik yang di dominasi oleh bahan anorganik berasal dari industri-
industri dan dapat dikategorikan sebagai air buangan domestik, yang pengolahannya tidak
dapat diolah secara langsung dengan proses biologi. Karena sifatnya yang korosif, maka
sistem penyaluran air buangan yang berasal dari industri menggunakan saluran khusus yang
tahan terhadap korosi. Jika air buangan industri setelah diolah dalam tingkat pra pengolahan
atau pengolahan pendahuluan (pre-treatment) telah memenuhi standar yang sama dengan air
domestik, maka sistem pengalirannya dapat diijinkan bersama-sama dengan saluran air
buangan domestik. Namun, apabila ada pada tingkat pengolahan pendahuluan tidak dapat
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

menurunkan kadarkontaminan sehingga memenuhi standar yang sama dengan air buangan
domestik, maka air buangan industri harus ditangani secara khusus dan individual oleh
industri itu sendiri dengan instalasi pengolahan air limbah industri (Moduto, 2000)

3. Air Limpasan dan Rembesan Air Hujan


Air buangan limpasan dan rembesan air hujan adalah air buangan yang melimpas diatas
permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah sebagai akibat terjadinya banjir (Sanropie,
Djasio, 1984).

Air limbah domestik di bagi menjadi dua yaitu grey water dan black water. Di Indonesia
sebagian besar penyaluran grey water dan blackwater telah terpisah akan tetapi
pengolahannya kurang tepat. Penyaluran grey water dilakukan bersama dengan penyaluran
drainase yang di lakukan dalam satu pipa dan penyaluran black water dilakukan secara onsite
menggunakan septic tank. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran di badan air tempat
bermuaranya saluran drainase dan menurunnya tingkat kesehatan masyarakat (Widiana,
2012).

Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau
mengalirkan.Drainase didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha untuk
mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan dan sebuah sistem yang dibuat untuk
menangani persoalan kelebihan air baik air yang berada diatas permukaan tanah maupun air
yang berada di bawah permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan
yang tinggi atau akibat dari durasi hujan yang lama (Mardiansyah, 2012).

Drainase juga dapat dartikan sebagai salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan
masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih dan sehat.
Prasarana drainase di sini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air dan/atau
bangunan resapan.Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan saluran
drainase adalah untuk mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada
akumulasi air tanah, menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal,
mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan
yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

Harits (150407028) II-2


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Tujuan drainase adalah sebagai berikut :


1. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan permukiman.
2. Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman, lancar dan efisien
serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian lingkungan.
3. Dapat mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air yang menyebabkan
bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain, seperti : demam berdarah,
disentri serta penyakit lain yang menyebabkan kurang sehatnya lingkungan permukiman.
4. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain : jalan, kawasan
permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan serta gangguan kegiatan akibat tidak
berfungsinya sarana drainase.

Fungsi drainase adalah sebagai berikut :


1. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan
sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan infrastruktur kota dan
harta benda milik masyarakat.
2. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak
membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat juga
infrastruktur perkotaan.
3. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
4. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (H. A Halim Hasmar 2012
: 1).

Adapun jenis-jenis dari drainase adalah sebagai berikut :


1. Menurut Cara Terbentuknya
a. Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Terbentuk secara alami tidak ada campur tangan manusia serta tidak terdapat banguan-
bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain.
b. Drainase Buatan ( Artifical Drainage)
Dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, kecepatan
resapan air dalam tanah dan dimensi saluran serta memerlukan bangunan-bangunan khusus
seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

Harits (150407028) II-3


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

2. Menurut Letak Saluran


a. Drainase Muka Tanah (Surface Drainage)
b. Saluran drainase yang berada diatas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan.
c. Drainase Bawah Tanah (Sub Surface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah
permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain:
tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di
permukaan tanah seperti lapangan sepakbola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.

3. Menurut Fungsi
a. Single Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja, misalnya air hujan atau jenis air
buangan lain seperti air limbah domestik, air limbah industri dan lain-lain.
b. Multy Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun
bergantian.

4. Menurut Kontruksi
a. Saluran Terbuka
Saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup luas.Juga untuk saluran air non hujan
yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan.
b. Saluran Tertutup
Saluran air untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan juga untuk saluran dalam
kota.

Ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dan juga menjadi dasar penting dalam
perencanaan sistem Penyaluran Air Buangan. Hal-hal tersebut akan diuraikan pada sub bab
berikut ini.

2.2 Metode Proyeksi Penduduk


Dalam perancangan sistem penyaluran air buangan ini masalah jumlah penduduk yang ada di
daerah perencanaan merupakan hal yang utama. Jumlah penduduk ini akan berpengaruh pada
jumlah air buangan yang dihasilkan serta pada perencanaan dimensi perpipaan saluran air

Harits (150407028) II-4


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

buangan. Jumlah penduduk ini perlu di proyeksikan untuk mengetahui jumlah penduduk
sampai akhir periode perancangan.

Untuk memproyeksikan jumlah penduduk pada daerah perencanaan dibandingkan dengan tiga
metode proyeksi.Kemudian, dari ketiga metode tersebut dipilih yang paling sesuai untuk
karakteristik daerah yang di tinjau.

Adapun metode-metode yang dipakai dalam memproyeksikan jumlah penduduk untuk


diperbandingkan antara lain:

2.2.1 Metode Aritmatika/Linear


Jika metode proyeksi menggunakan metode ini, maka pertambahan penduduk daerah
perencanaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Y = a + bX (2.1)
Yi b(Xi)
a= (2.2)

n(XiYi)( Xi)( Yi)
b= (2.3)
n(Xi2)( Xi)2

Dimana:

Y = nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke n


X = nilai independen, bilangan yang dihitung dari tahun ke tahun
a = konstanta
b = koefisien arah garis (gradien) regresi linear

2.2.2 Metode Geometri (Power)


Jika metode yang digunakan metode geometrik, maka pertambahan penduduk dapat di hitung
dengan rumus :
Y = aXb (2.4)

Persamaan diatas dapat dikembalikan kepada model linear dengan mengambil logaritma
napirnya (ln)
Sehingga persamaannya menjadi:
ln Y = ln a + b ln X (2.5)
Persamaan tersebut linear dalam ln X dan ln Y
ln(Yi)bln(Xi)
ln a = ................. (2.6)
n

Harits (150407028) II-5


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

n(lnYi)(lnXi)( lnXi)( lnYi)


B= .................. (2.7)
n(lnXi)2(lnXi)2

Dimana:
Y = nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke-n
X = bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal
a = konstanta
b = koefisien arah garis (gradien) regresi linear (Kimsan, 2007)

2.2.3 Metode Eksponensial


Jika metode yang digunakan metode eksponensial, maka pertambahan penduduk dapat
dihitung dengan rumus :
= . (2.8)
1
ln = (ln ) (2.9)
( ln )( ln )
= (2.10)
( 2 )( )2

Dimana:

Y = nilai variabel y berdasarkan garis regresi, populasi ke-n


X = bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal
a = konstanta
b = koefisien arah garis (gradien) regresi linear (Kimsan,2007)

2.2.4 Metode Logaritma


Jika metode yang digunakan adalah metode Least Square Arimatic, maka pertambahan
penduduk dapat dihitung dengan rumus :
= + ln (2.11)
1
= [ (ln)] (2.12)
(ln)ln
= (2.13)
(ln)2 (ln)2

Pemilihan metode proyeksi dilakukan dengan menghitung standar deviasi (simpangan baku)
dan koefisien korelasi dengan persamaan sebagai berikut:

n(Xi2)(Xi)2
S= (2.14)
n(n1)

Harits (150407028) II-6


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Rumus koefisien korelasi:

(yiy)2
r = 1 (yiy)2 (2.15)

Dimana:
xi = P P
yi = P = jumlah penduduk awal
y = Pr = jumlah penduduk rata-rata
y = P = jumlah penduduk yang akan dicari

Metode pilihan ditentukan dengan cara melihat nilai S yang terkecil dan nilai R yang paling
mendekati 1.

2.3 Aspek Hidrologi


Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya pergerakan dan distribusi air di
bumi, baik ditinjau secara kuantitas maupun kualitas, sebagai dasar untuk perencanaan
drainase jalan dan jembatan. Secara umum dapat dibagidalam 2 kategori, yaitu :

1. Operational Hydrology
Menyangkut pemasangan alat-alat ukur berikut penentuan jaringan stasiun pengamatannya,
pengumpulan data hidrologi, pengolahan data mentah dan publikasi data.

2. Applied Hydrology
Ilmu yang langsung berhubungan dengan penggunaan hukum-hukum yang berlaku menurut
ilmu-ilmu murni (pure science) pada kejadian praktis dalam kehidupan.
Analisis hidrologi dari daerah perencanaan yang meliputi analisis curah hujan harian
maksimum dan pembuatan kurva intensitas durasi hujan merupakan langkah awal yang perlu
dilakukan dalam perencanaan saluran drainase. Dengan melakukan analisis hidrologi, debit
banjir rencana yang akan digunakan sebagai dasar penentuan dimensi saluran dan
perlengkapannya dapat diperkirakan.

2.3.1 Hujan Rencana


Kejadian hujan dipisahkan menjadi dua grup, yaitu hujan aktual dan hujan rencana.Kejadian
hujan aktual adalah rangkaian data pengukuran di stasiun hujan selama periode tertentu.Hujan
rencana adalah hujan hyterograph, hujan yang mempunyai karakteristik terpilih (Putranto dan
Kusuma, 2009).
Harits (150407028) II-7
Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis, dengan
cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama satu hari. Dalam
analisa digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang dimaksud adalah hujan harian
maksimum yang akan digunakan untuk menghitung intensitas hujan, kemudian intensitas ini
digunakan untuk mengestimasi debit rencana. Untuk berbagai kepentingan perancangan
drainase tertentu data hujan yang diperlukan tidak hanya data hujan harian, tetapi juga
distribusi dalam satuan jam atau satuan menit. Hal ini akan membawa konsekuen dalam
pemilihan data, dan dianjurkan untuk menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat
ukur otomatis.

2.3.2 Penyiapan Data Curah Hujan


Data merupakan tulang punggung dari usaha mendeteksi kecendrungan atau perubahan lain
dari proses hidrologi (hujan). Banyak aspek penting yang perlu diperhatikan dalam tahap
persiapan data. Pertama, sebelum dilakukan analisi perlu dilakukan pengontrolan terhadap
kualitas data untuk menjamin hasil yang diharapkan. Kedua, data rentang waktu diharapkan
sepanjang mungkin. Data dengan rentang waktu yang pendek akan memiliki kemungkinan
besar besar untuk menghasilkan kesimpulan yang menyimpang. Ketiga, data hendaknya
kontinyu (lengkap). Data yang tidak kontinyu disertai banyak data hilang akan mempersulit
dalam proses analisis. Keempat, data hendaknya memiliki frekuensi yang sama misalkan :
harian, bulanan, ataupun tahunan. Kelima, menggunakan summary measure untuk
menurunkan data. Keenam, menggunakan transformasi.Data hidrologi seringkali memiliki
kemencengan yang tinggi. Dalam beberapa kasus, analisi data dapat dibantu dengan
mentransformasi data terlebih dahulu (Robson, 2000).

2.3.3 Tes Konsistensi


Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan distribusi frekuensi sampel data
terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dpaat menggambarkan atau mewakili
distribusi frekuensi tersebut.Pengujian parameter yang sering dipakai adalah Smirnov-
Kolmogorov dan Chi-kuadrat.

1. Uji Smirnov-Kolmogorov
Metode Smirnov-Kolmogorov merupakan prosedur yang pada dasarnya mencakup
perbandingan antara probabilitas kumulatif lapangan dan distribusi kumulatif fungsi yang

Harits (150407028) II-8


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

ditinjau. Sampel yang berukuran N, diatur dengan urutan yang meningkat. Dari data yang
diatur akan membentuk suatu fungsi frekuensi kumulatif tangga.

Prosedur pengujian Smirnov-Kolmogorov adalah sebagai berikut :


a. Mengurutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang
dari masing-masing data tersebut.
X1 P(X1), X2 P(X2), X3 P(X3), dan seterusnya.
b. Menentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data
(persamaan distribusinya)
X1 P(X1), X2 P(X2), Xn P(Xn), dan seterusnya.
c. Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih terbesar antara peluang
d. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test) ditentukan harga Do.

2. Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi-Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang telah
dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Pengambilan keputusan
uji ini menggunakan parameter 2, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut :
(Oi Ei) 2
G
h =
2
(2.16)
i 1 Ei

Dimana :

h = parameter Chi-Kuadrat terhitung.


Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i
Ei = jumlah nilai teoritis (frekuensi harapan) pada sub kelompok i

Parameter h2 merupakan variabel acak. Peluang untuk mencapai nilai h2 sama atau lebih
besar dari nilai chi-kuadrat sebenarnya (2cr). Adapun langkah-langkah pengujian uji chi-
kuadrat adalah sebagai berikut:
a. Membagi data curah hujan rata-rata harian maksimum ke dalam beberapa kelas dengan
rumus K = 1 + 3,3 log n.
b. Memasukkan anggota atau nilai-nilai data ke kelas yang bersangkutan.
c. Menghitung nilai-nilai pengamatan yang ada dalam kelas (Oi)
d. Menentukan Ei
e. Menentukan h2
f. Menentukan derajat kebebasan (Dk) dengan
Harits (150407028) II-9
Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Dk = K-R-1
(Untuk nilai R = 2, dipergunakan untuk disribusi Normal dan Binomial, sedangkan untuk nilai
R=1 dipergunakan untuk distribusi Poisson).
g. Menentukan nilai 2cr. Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, harga h2 <
2cr. (Suripin, 2004).

2.3.4 Analisis Frekuensi Curah Hujan


Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui.
Sebaliknya, periode ulang/kala ulang adalah waktu hipotetik dimana hujan dengan suatu
besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Dalam hal ini tidak terkandung pengertian
bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap periode ulang tersebut. Misal,
hujan dengan periode ulang 10 tahun, tidak berarti akan terjadi setiap 10 tahun, akan tetapi
ada kemungkinan dalam jangka waktu 1000 tahun akan terjadi 100 kali kejadian hujan 10
tahunan. Ada waktu 10 tahun terjadi hujan 10 tahunan lebih dari satu kali, atau sebaliknya
tidak terjadi sama sekali.

Analisis frekuensi memerlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakar hujan, baik
yang manual maupun yang otomatis. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data
kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan
datang. Dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama
dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.

Ada dua macam seri data yang dipergunakan kemungkinan selama kurun dalam analisis
frekuensi, yaitu:
1. Data maksimum tahunan
2. Seri parsial

Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan panjang data.
Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang terjadi.

Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis distribusi
yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah:
1. Distribusi Normal,
2. Distribusi Log Normal,
3. Distribusi Log-Pearson III,
4. Distribusi Gumbel.
Harits (150407028) II-10
Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Prosedur umum hitungan analisis frekuensi dapat dilaksanakan dengan urutan sbb:
1. Hitung parameter statistik data yang dianalisis, meliputi: X, S, Cv, Cs, dan Ck.
2. Berdasarkan nilai-nilai parameter statistik terhitung, perkirakan distribusi yang cocok
dengan sebaran data.
3. Urutkan data dari kecil ke besar (atau sebaliknya).
4. Dengan kertas probabilitas yang sesuai untuk distribusi terpilih, plotkan data dengan nilai
probabilitas variat Xi, sbb; prob (Xi <= X) = m / (n + 1), dengan m adalah urutan data
dari kecil ke besar (1 s.d. n). Sedangkan n adalah jumlah data.
5. Tarik garis teoritik dan lakukan uji Chi-Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov.
6. Apabila syarat uji dipenuhi, tentukan besaran rancangan yang dicari untuk periode ulang
yang ditetapkan.

Jika syarat uji tidak dipenuhi, pilih distribusi yang lain dan analisis dapat dilakukan seperti
pada langkah (1) sampai dengan (6).

Tabel 2.1 Analisa Frekuensi Curah Hujan


Parameter Sampel Populasi


1
Rata-rata = = () = ()
(0)


Simpangan Baku 1
=[ 12 ]
( ) = {[( )2 ]}
1
2
(standar deviasi) 1
(0)


Koefisien Variasi = =

1/2
Koefisien n (0)( ) E[( ).3 ]
= . =
Skewness ( 1)( 2) 3 2

Sumber : R.S. Khurmi, 2001

2.3.4.1 Distribusi Frekuensi


Dalam ilmu statistika dikenal beberapa macam distribusi yang banyak digunakan dalam
bidang hidrologi, yaitu:

Harits (150407028) II-11


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

1. Distribusi Normal
Merupakan Fungsi Distribusi Kumulatif Normal atau dikenal dengan distribusi Gauss
(Gaussian Distribution). Distribusi Normal memiliki fungsi kerapatan probabilitas yang
dirumuskan :

XT = x + KT S (2.17)

Dimana :
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
x = nilai rata-rata
S = standar deviasi
KT = faktor frekuensi

2. Distribusi Log Normal


Fungsi kerapatan probabilitas Log Normal adalah sebagai berikut :

=1 log
log =
(2.18)
2 0,5
)
=1(log log x
= [ ]
1
(2.19)

= log
(2.20)
log = log + . log
(2.21)
Dimana :
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahun
x = nilai rata-rata
Slog x = standar deviasi
KT = faktor frekuensi

3. Distribusi Log-Pearson III


Secara sederhana fungsi kerapatan peluang Distribusi Log Pearson III adalah sebagai berikut :
n
n (log x i log x )3
Cs i 1
(n 1)( n 2)s 3 (2.22)

Harits (150407028) II-12


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

log X T log x s log x . (2.23)

Dimana :
Log XT= perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
Log x = nilai rata-rata
S = standar deviasi
CS = koefisien skewness

4. Distribusi Gumbel (Suripin, 2004)


Metode distribusi Gumbel banyak digunakan dalam analisis frekuensi hujan yang mempunyai
rumus :.

= + . (2.24)

Dimana :
XTr = besar variable dengan kala ulang T-tahun

x = nilai rata-rata
S = standar deviasi
K = faktor frekuensi dari gumbel
Yn = reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n
Sn = reduced standart deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel n
YTr = reduced variate

2.3.5 Analisis Intensitas Curah Hujan


Data curah hujan dalam suatu waktu tertentu (beberapa menit) yang tercatatpada alat otomatik
dapat dirubah menjadi intensitas curah hujan per jam.Umpamanya untuk merubah hujan 5
menit menjadi intensitas curah hujan perjam, maka curah hujan ini harus dikalikan dengan
60/5. Demikian pula untukhujan 10 menit dikalikan dengan 60/10.

Menurut Dr. Monobe intensitas hujan (I) didalam rumus rasional dapat dihitung dengan
rumus:

24
I= 24 [ ] 23 mm / jam (2.25)

Harits (150407028) II-13


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Dimana:
R = curah hujan rancangan setempat dalam mm
Tc = lama waktu konsentrasi dalam jam
I = intensitas hujan dalam mm/jam

Intensitas curah hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat umum
hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan
makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Intensitas hujan diperoleh
dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun secara empiris.
Biasanya intensitas hujan dihubungkan dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit,
30 menit, atau 60 menit.

Beberapa persamaan yang biasa digunakan dalam menganalisa intensitas curah hujan, antara
lain:
1. Rumus Talbot (1881), rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan-
tetapan a dan b ditentukan dengan harga yang terukur.

= (2.26)
+

Dimana:
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS

2 Rumus Sherman (1905), rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang
lamanya lebih dari 2 jam.

= (2.27)

3 Rumus Ishiguro (1953),



= (2.28)
+

2.4 Kriteria Hidrologis


Air hujan yang turun dari atmosfir jika tidak ditangkap oleh vegetasi atau oleh permukaan-
permukaan buatan seperti atap bangunan atau lapisan kedap air lainnya, maka akan jatuh ke
permukaan bumi dan sebagian akan menguap, berinfiltrasi, atau tersimpan dalam cekungan-
cekungan. Bila kehilangan seperti cara-cara tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan akan

Harits (150407028) II-14


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

mengalir langsung diatas permukaan tanah menuju alur aliran terdekat. Dalam perencanaan
darinase, bagian air hujan yang menjadi perhatian adalah aliran permukaan (surface runoff).

Kriteria hidrologis meliputi hal-hal yang terkait dengan tata air. Secara umum,kriteria
hidrologis menghendaki bahwa sistem drainase harus mampu mengalirkan debit rancangan
dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam menetapkan debit rancangan harus
diperhitungkan :

1. Sumber air yang akan dibuang seperti air hujan,air limbah dan air tanah.
2. Letak dan karakteristik badan air penerima yang mencakup kuantitas, kualitas dan
fluktuasi muka air atau debit termasuk kemungkinan adanya banjir kiriman.
3. Karakteristik daerah layanan, mencakup luas dan kemiringan lahan atau jalan, koefisien
pengaliran, dan panjang aliranyang terpanjangatau terjauh.
4. Curah hujan yang mencakup,durasi dan frekuensi curah hujan. Pada dasarnya curah hujan
bersifat probabilistik sehingga panjang rangkaian data harus diambil minimal 10 tahun.
(Widodo, 2003)

2.4.1 Kapasitas Pengaliran


Kapasitas pengaliran tersebut diperkirakan dengan metode rasional dan metode rasional yang
modifikasi. Metode rasional merupakan metode yang paling luas dipakai untuk menganalisa
limpasan dari daerah pengaliran kecil, batas-batas maksimum bahwa daerah pengaliran
dianggap kecil belum ada konsensus yang jelas, beberapa kepustakaan ada yang menyebutkan
antra 65 sampai 1.250 ha. Namun dalam hal ini dianjurkan memakai batas maksimal luas
daerah pengaliran antara 130-250 ha, untuk yang lebih besar dari 250 ha dianjurkan dengan
memperhitungkan storasi air yang masih berada dalam palung saluran, dengan memberi
koefisien storasi. Tidak ada batas minimal dalam penggunaan metoda rasional biarpun luas
daerah pengaliran hanya 1 ha. Besarnya kapasitas pengaliran air hujan di atas permukaan
tanah ke saluran air hujan ditentukan oleh beberapa faktor:
1. Luas permukaan daerah aliran
2. Jenis/karakteristik daerah aliran
3. Durasi/intensitas curah hujan
4. Nilai koefisien pengaliran

Harits (150407028) II-15


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

2.4.2 Koefisien Pengaliran


Koefisien pengaliran adalah perbandingan antara jumlah air yang mengalir disuatu daerah
akibat turunnya hujan dengan jumlah air hujan yang turun di daerah tersebut. Besarnya
koefisien pengaliran berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan pengaruh pemanfaatan lahan
dan aliran sungai. Koefisien pengaliran pada suatu daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor
penting (Subarkah, 1980:51).

Tabel 2.2 Koefisien Pengaliran untuk Berbagai Permukaan dan Periode Ulang
Tataguna Lahan C Tataguna Lahan C
Perkantoran Tanah Lapang
1. Daerah pusat kota 0,70 0,95 1. Berpasir, datar, 2% 0,05 0,10
2. Daerah sekitar kota 0,50 0,70 2. Berpasir, agak rata, 2-7% 0,10 0,15
3. Berpasir, miring, 7% 0,15 0,20
4. Tanah berat, datar, 2% 0,13 0,17
5. Tanah berat, agak rata, 2-7% 0,18 0,22
6. Tanah berat, miring, 7% 0,25 0,35
Perumahan Tanah Pertanian, 0-30%
1. Rumah tinggal 0,30 0,50 1. Tanah kosong
2. Rumah susun, terpisah 0,40 0,60 a. Rata 0,30 0,60
3.Rumah susun, 0,60 0,75 b. Kasar 0,20 0,50
bersambung
4. Pinggiran Kota 0,25 0,40 2. Ladang Garapan
a. Tanah berat, tanpa vegetasi 0,30 0,60
b. Tanah berat, dengan vegetasi 0,20 0,50
c. Berpasir, tanpa vegetasi 0,20 0,25
d. Berpasir, dengan vegetasi 0,10 0,285
3. Padang rumput
a. Tanah berat 0,15 0,45
b. Berpasir 0,05 0,25
4. Hutan/Bervegetasi 0,05 0,25
Daerah Industri Tanah tidak produktif, >30%
1. Kurang padat industri 0,50 0,80 1. Rata, kedap air 0,70 0,90
2. Padat industry 0,60 0,90 2. Kasar 0,50 0,70
Taman, kuburan 0,10 0,25
Tempat bermain 0,20 0,35
Daerah stasiun KA 0,20 0,40
Daerah tak berkembang 0,10 0,30

Harits (150407028) II-16


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Lanjutan tabel 2.2

Tataguna Lahan C Tataguna Lahan C


Jalan Raya
1. Beraspal 0,70 0,95
2. Berbeton 0,80 0,95
3. Berbatu bata 0,70 0,85
Trotoar 0,75 0,85
Daerah beratap 0,75 0,95
Sumber : Kholif, 2015

2.4.3 Waktu Konsentrasi


Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari suatu titik yang paling
jauh ke suatu titik tertentu yang ditinjau pada suatu daerah pengaliran. Untuk menghitung
waktu konsentrasi dipakai persamaan Kirpich (Subarkah, 1980:50).

0,0195 0,77
tc = [ ] (2.29)
60

Dimana :
L = panjang saluran (m)
S = kemiringan rata-rata saluran

1. Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di ataspermukaan
tanah menuju saluran drainase
2. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir disepanjang saluran
sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir.
3. Titik terjauh to menuju saluran drainase.

Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
1. Luas daerah pengaliran
2. Panjang saluran drainase
3. Kemiringan dasar saluran
4. Debit dan kecepatan aliran

2.4.4 Intensitas Hujan


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat umum hujan
adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin

Harits (150407028) II-17


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama
hujan dan frekuensi hujan biasanya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi
(IDF=Intensity-Duration-Frequency Curve). Diperlukan data hujan jangka pendek, mislnya 5
menit, 10 menit, 30 menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung IDF (Suripin, 2004).

Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka
intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe.

24
24
= ( 24 + ( ))2/3 (2.30)

Dimana:
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm).

2.4.5 Periode Ulang Hujan


Periode ulang adalah terminologi yang sering digunakan dalam bidang sumber daya air, yang
kadang dipahami secara berbeda oleh berbagai pihak. Definisi fundamental dari hidrologi
statistik mengenal Periode ulang (Haan, 1977) : Periode ulang adalah renta selang waktu
terjadinya suatu kejadian dengan suatu besaran tertentu atau lebih besar.

Periode ulang Tr dapat dihitung dengan beberapa persamaan yang telah dikenal, yaitu
(Khurmi, 2001) :

1. Weibull
Persamaan Weibull, merupakan salah satu persamaan yang paling sering digunakan, yaitu:
Tr = n+1 /m (2.31)
Dimana:
m = nomor urut (peringkat) data setelah diurutkan dari besar ke kecil,
n = banyaknya data atau jumlah kejadian (event)

2. California
Tr = n / m (2.32)

3. Hazen
Tr = 2n / 2m-1. (2.33)

Harits (150407028) II-18


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

4. Gringorten
Tr = n+0,12 / m-0,44 (2.34)

5. Cunnane
Tr = n+0,2 / m-0,4 (2.35)

6. Blom
Tr = n+0,25 / m-3/8 (2.36)

7. Turkey
Tr = 3n+1 / 3m-1 (2.37)

2.4.6 Luas Daerah Pengaliran


Daerah Aliran Sungai (DAS)/Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau drainage basin adalah
suatu daerah yang terhampar di sisi kiri dan dan kanan dari suatu aliran sungai, dimana semua
anak sungai yang terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai bermuara ke dalam suatu sungai
induk. Seluruh hujan yang terjadi didalam suatu drainage basin, semua airnya akan mengisi
sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut. Oleh sebab itu, areal DAS juga merupakan
daerah tangkapan hujan atau disebut catcment area. Semua air yang mengalir melalui sungai
bergerak meninggalkan daerah-daerah tangkapan sungai (DAS) dengan atau tampa
memperhitungkan jalan yang ditempuh sebelum mencapai limpasan (run off). (Mulyo, 2004).

Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan
membagi air hujan ke masing-masing DAS.Garis batas tersebut ditentukan berdasarkan
perubahan kontur dari peta tofografi sedangkan luas DAS nya dapat diukur dengan alat
planimeter. Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian perhitungan luasnya.
Adapun formula untuk perhitungan luas yaitu:

Luas Daerah Aliran = Jumlah kotak x (skala)2 (2.38)

2.5 Kriteria Hidrologis


2.5.1 Kapasitas Saluran
Kapasitas saluran drainase dihitung dengan menggunakan Rumus Manning dan Rumus
Kontinuitas (Supriyani, 2012):
1. Persamaan Kontinuitas
Q=VA (2.39)

Harits (150407028) II-19


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

2. Rumus Manning
R2/3 .S
= (2.40)

Dimana :
Q = debit pengaliran (m3/detik)
V = kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik)
R = jari-jari (m)
S = kemiringan dasar saluran (m/m)
n = koefisien kekasaran dinding manning

Sesuai dengan sifat bahan saluran yang dipakai untuk kota, maka harga n tercantum dalam
Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Harga Koefisien Kekasaran Dinding Saluran (n)


No Dinding Saluran Kondisi N
Plesteran semen kurang halus 0,0100
Plesteran semen dan pasir 0,0120
Beton dilapisi baja 0,0120
1 Pasangan Batu
Beton dilapisi kayu 0,0130
Batu bata kosong kasar 0,0150
Pasangan batu keadaan jelek 0,0200

Halus dipasang rata 0,0130


2 Batu Kosong Batu bengkaran batu pecah & batu belah 0,0170
Batu guling dipasang dalam semen kerikil halus padat 0,0200
Rata dan dalam keadaan baik 0,0200
Dalam keadaan biasa 0,0225
3 Tanah Dengan batu-batu dan tumbuh-tumbuhan 0,0250
Dalam keadaan jelek 0,0350
Sebagian terganggu oleh batu-batu dan tumbuh-tumbuhan 0,0500
Sumber : R.S. Khurmi, 2001

2.5.2 Kecepatan Pengaliran


Kecepatan aliran air merupakan salah satu parameter penting dalam mendesain dimensi
saluran, dimana kecepatan minimum yang diperbolehkan tidak akan menimbulkan
pengendapan dan mencegah pertumbuhan tanaman dalam saluran. Sedangkan kecepatan
maksimum yang diperbolehkan tidak akan menimbulkan penggerusan pada bahan saluran
(Maulakum, 2013).

Harits (150407028) II-20


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

2.5.3 Kemiringan Saluran


Untuk mendapatkan kecepatan yang dapat membersihkan sendiri itu kemiringan saluran harus
dihitung berdasarkan kontrol sulfida dan kontrol endapan.
1. Kontrol Sulfida
Kontrol sulfida dilakukan untuk mendapatkan kemiringan saluran yang dapat mengikis lendir
yang timbul akibat adanya bakteri sulfida yang menempel di dinding saluran (Supeno, 1987).
Formula yang digunakan dalam perhitungan kemiringan saluran (slope) adalah :.

S = [(3 . E BOD .P )/(Z (Qp))]^1/3. B (2.41)

Dimana :
S = kemiringan saluran (m/m)
EBOD = BOD efektif (mg/l) dirumuskan sebagai BOD (5,20) = 1,07T-20
P = keliling basah saluran pada debit total (m)
B = lebar saluran bagian atas pada debit total
Z = indeks Pameroy , menunjukkan besarnya aliran yang terjadi
Z = 10.000 : banyak lendir
Z = 7.500 : cukup (bias dipakai dalam perencanaan)
Z = 5000 : bersih sekali
Qp = debit aliran pada kondisi puncak (L/dt)

2. Kontrol Endapan
Kontrol endapan dilakukan untuk mendapatkan kemiringan yang memberikan kecepatan
pembersihan sendiri, yang dapat membersihkan endapan dari dasar saluran (Suteno, 1987).
Kemiringan saluran berdasarkan kontrol endapan diformulasikan sebagai berikut :
16
13

S= 0,1904 ( 3 ) (2.42)
( )()( )
8

Dimana :
S = kemiringan saluran (m/m)
= gaya geser kritis (0,33< < 0,38 kg/m2)
Rm = jari-jarihidrolis saluran pada kedalaman minimum (m)
Rf = jari-jari hidrolis saluran pada aliran penuh (m)
Qp = debit aliran pada kondisi puncak (L/dt)

Harits (150407028) II-21


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

2.5.4 Ambang Bebas (Freeboard)


Ambang bebas adalah jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air pada kondisi
rencana. Ambang bebas merupakan jagaan untuk mencegah meluapnya air ke tepi saluran.
Ketinggian ambang bebas f dapat dicari dengan rumus berikut:
f C .d
f
(2.43)
Dimana :
d = Ketinggian muka air (m)
Cf = Koefisien ambang bebas(Moduto, 1998)

Tinggi jagaan (freeboard) untuk saluran terbuka dengan permukaan diperkeras ditentukan
berdasarkan pertimbangan; ukuran saluran, kecepatan aliran, arah belokan saluran dan debit
banjir. Tinggi jagaan biasanya diambil antara 15 sampai 60 cm (Maulakum, 2013).

2.5.5 Penampang Saluran


Beberapa pertimbangan yang harus diperharikan mengenai penampang saluran, antara lain
efisiensi hidrolis saluran, kepraktisan saluran, dan ekonomis saluran.

Adapun bentuk-bentuk umum dan geometris dari saluran drainase dapat di lihat pada Tabel
2.4.

Tabel 2.4 Bentuk-Bentuk Geometris Penampang Saluran


No. Bentuk Saluran Fungsi Lokasi
1 Trapesium Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan Pada daerah yang masih
limpasan air hujan dengan debit yang besar. cukup tersedia lahan
Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi
yang kecil.
2 Empat Persegi Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan Pada daerah tidak/kurang
Panjang limpasan air hujan untuk debit yang besar. Sifat tersedia lahan
alirannya terus menerus dengan fluktuasi yang
kecil

Harits (150407028) II-22


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Lanjutan tabel 2.4

No. Bentuk Saluran Fungsi Lokasi


3 Setengah Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan Pada saluran rumah
lingkaran limpasan air hujan untuk debit yang kecil. penduduk dan pada sisi
jalan perumahan yang
padat

4 Segitiga Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan Pada lahan yang cukup
limpasan air hujan untuk debit yang kecil. terbatas

Sumber: Maulakum, 2013

Tipe saluran drainase ada dua macam, yaitu saluran tertutup dan saluran terbuka. Bentuk
saluran dan fungsinya diperlihatkan pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 Bentuk Saluran dan Fungsinya


No Bentuk Saluran Fungsi Lokasi
1 Trapesium Untuk menyalurkan limbah air hujandengan Pada daerah yang masih
debit besar yang sifat alirannya terus menerus cukup lahan
dengan fluktuasi kecil
2 Persegi Untuk menyalurkan limbah air hujan dengan Pada daerah tidak/kurang
debit besar yang sifat alirannya terus menerus tersedia lahan
dengan fluktuasi kecil
3 Setengah Untuk menyalurkan limbah air hujan dengan
lingkaran debit kecil
4 Segitiga Sama dengan nomor 3, tetapi dengan debit
sangat kecil sampai titik nol dan banyak bahan
endapan
5 Bulat lingkaran Berfungsi baik untuk menyalurkan limbah air Pada tempat-tempat
hujan maupun limbah air bekas atau keduanya keramaian/kesibukan
(pertokoan, pasar)
Sumber: Maulakum, 2013

2.6 Debit Air Buangan


Debit air buangan merupakan debit yang berasal dari buangan rumah tangga, bangunan
gedung, instansi dan sebagainya. Besarnya dipengaruhi oleh banyaknya jumlah penduduk dan
kebutuhan air rata-rata penduduk. Besarnya air buangan dihitung berdasarkan air buangan
Harits (150407028) II-23
Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

dari daerah rumah tangga, industri, komersial dan lain-lain. Data-data dalam perencanaan air
buangan adalah sebagai berikut (Supriyani, 2012):
1. Jumlah penduduk
2. Konsumsi air bersih penduduk

Debit air limbah rumah tangga berdasarkan dari perkiraan rata-rata buangan rumah tangga
tiap individu dapat dihitung menggunakan rumus seperti berikut:


Qak = (2.44)

Dimana :
Qak = debit air buangan
Pn = jumlah penduduk (jiwa)
q = jumlah air buangan (ltr/dtk/org)
A = luas daerah (km2)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaliran air buangan ini ialah:
1. Pengaliran dilakukan secara gravitasi;
2. Debit aliran air buangan;
3. Dianjurkan dengan kecepatan yang disyaratkan dapat membersihkan saluran air dengan
sendirinya;
4. Dapat mensirkulasi udara dan air buangan;
5. Agar tidak terjadi pembusukan air buangan sampai ke BPAB usahakan dalam waktu
kurang dari 18 jam;
6. Pipa air buangan tidak boleh penuh (maksimal 80%).

Pada penyaluran air buangan, sistem pengaliran yang digunakan, antara lain (Burton, 1979) :
1. Pengaliran secara gravitasi, yaitu pengaliran yang bersifat terbuka dalam saluran tertutup.
Pengaliran memanfaatkan gaya gravitasi dalam saluran.
2. Pengaliran yang bertekanan atau menggunakan pompa, yaitu pengaliran yang terjadi
karena ada pemompaan yang dilakukan dalam saluran tertutup karena muka air tidak
dapat berhubungan secara bebas dengan atmosfir.

Dari kedua jenis pengaliran diatas, sebaiknya digunakan pengaliran gravitasi karena bersifat
ekonomis dan tidak perlu pekerjaan tambahan seperti perawatan, perbaikan pompa, dan
pemeriksaan rutin yang biasanya dilakukan terhadap sistem pemompaan. Pemakaian pompa

Harits (150407028) II-24


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

sedapat mungkin diminimalkan, hanya dipakai jika pengaliran secara gravitasi tidak
memungkinkan.

2.7 Tingkat Pelayanan


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan sistem dan teknologi pengolahan air limbah
adalah :
1. Kepadatan penduduk tingkat kepadatan penduduk yang biasa digunakan dalam
perencanaan sistem pembuangan air limbah adalah :
a. Kepadatan sangat tinggi >500 jiwa/ha
b. Kepadatan tinggi 300-500 jiwa /ha
c. Kepadatan sedang 150-300 jiwa /ha
d. Kepadatan rendah < 150 jiwa /ha.

2. Penyediaan Air Bersih Tingkat penyediaan air bersih berdasarkan atas besarnya tingkat
pelayanan dari PDAM terhadap masyarakat, berdasarkan hal tesebut maka tingkat pelayanan
di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Tingkat pelayanan tinggi ( >60%)
b. Tingkat pelayanan sedang ( 30-60%)
c. Tingkat pelayanan rendah ( <30%)

Daerah dan tingkat pelayanan terdiri atas :


1. Daerah pelayanan harus ditunjukkan dengan jelas dalam peta hingga mencakup skala
kelurahan termasuk jalur pipa utama yang melewatinya.
2. Daerah pelayanan setiap jalur (seksi) pipa harus ditandai dengan jelas berupa blok-blok
pelayanan, dengan aliran air limbah yang masuk ke manhole hulu di seksi pipa yang
menerimanya.
3. Daerah pelayanan pada daerah komersil akan memberikan percepatan cost recovery O &
M.
4. Tingkat pelayanan dinyatakan dengan persentase jumlah penduduk ekivalen atau jumlah
sambungan rumah yang dilayani oleh suatu jalur (seksi) pipa.

2.8 Sistem Pengelolaan Air Buangan


Sistem pengelolaan, penyaluran, dan prinsip penyaluran air buangan mempunyai karakteristik
dan spesifikasi tertentu yang akan membedakannya dengan sistem. Penyediaan Air Minum
(Burton, 1979). Berikut ini akan dijelaskan mengenai ketiga hal tersebut.
Harits (150407028) II-25
Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

1. Sistem pengelolaan air buangan terdiri dari 2 sistem yaitu:


a. Sistem individual (on site sanitation), yakni sistem pembuangan air limbah dimana air
limbah tidak dikumpulkan serta disalurkan kedalam suatu jaringan saluran yang akan
membawanya ke suatu tempat pengolahan air buangan atau badan air penerima, melainkan
dibuang di tempat tersebut langsung. Dengan kriteria sebagai berikut:
1) Untuk daerah pedesaan atau pinggiran kota
2) Untuk industri

b. Sistem komunal (off site sanitation), yakni sistem pembuangan air limbah dimana air
limbah disalurkan terlebih dahulu ke saluranpengumpul air buangan dan selanjutnya
disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan
perairan (Fajarwati, 2000). Contoh dari sistem ini ialah mandi cuci kaku (MCK), jaringan air
perpipaan atau limbah (public sewer).

2. Sistem penyaluran air buangan terdiri dari 3 sistem, yaitu:


a. Sistem terpisah (separate sistem), yakni sistem dengan criteria sebagai berikut;
1) Diterapkan bila suatu daerah mempunyai fluktuasi hujan yang besar;
2) Air buangan dan air hujan salurannya harus terpisah;
b. Sistem tercampur (combine sistem), yakni sistem dengan criteria sebagai berikut:
1) Diterapkan pada daerah dengan pluktuasi hujan yang kecil;
2) Pengaruh air hujan kecil.
c. Sistem gabungan (intersector), yakni sistem dengan criteria sebagai berikut:
1) Pada musim hujan air buangan disalurkan ke badan air (sungai);
2) Pada musim kemarau air buangan disalalrkan ke saluran air buangan.

3. Prinsip pengaliran pada air buangan terdiri dari:


a. Prinsip pengaliran untuk air buangan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Salurannya tertutup;
2) Saluran diusahakan sepanjang mungkin agar semua area air buangan bisa ter-cover;
3) BPAB diletakkan sejauh mungkin;
4) Memerlukan vent karena dekomposisi air buangan;
5) Daerah pelayanan seluas mungkin;
6) Saluran air buangan mengikuti jalur jalan.
b. Prinsip pengaliran untuk air hujan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Salurannya terbuka;

Harits (150407028) II-26


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

2) Saluran usahakan sependek mungkin;


3) Tempat pembuangan air hujan diletakkan sedekat mungkin;
4) Tidak memerlukan vent.

2.9 Kriteria Perencanaan


2.9.1 Kecepatan Aliran
Untuk pengaliran drainase, dimensi saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Manning berikut:
V= (1/ n) x R2/3 x I1/2 (2.45)
R=P/A (2.46)
Dimana:
V = kecepatan aliran (m/dt)
I = kemiringan saluran
n = koefisien manning
A = luas basah (m2 )
R = jari-jari hidrolis (m)
P = keliling basah (m)

Kecepatan aliran harus memenuhi persyaratan tidak boleh kurang dari kecepatan minimum
dan tidak melebihi kecepatan maksimum yang diizinkan sesuai dengan tipe dan material
saluran yang ditinjau.

Kecepatan yang harus diperhatikan dalam pengaliran air buangan adalah:


1. Kecepatan yang Dianjurkan
Kriteria pengaliran dalam desain jalur pipa adalah dengan Kecepatan Swa-Bersih (Self
Cleaning Velocity), yaitu pada waktu debit maksimum Qpb kecepatannya vpb ditetapkan antara
0.60-0.75 m/det atau lebih (menurut WHO, pada daerah beriklim panas dianjurkan vpb 0.90
m/det). Penetapan kecepatan vpbitu harus di cek sewaktu kedalaman air mencapai kedalaman
berenang, db (swimming depth), dimana kecepatan alirannya vb, harus masih dapat
menghanyutkan pasir dan kricak (grit), sehingga pasir dan kricak tidak mengendap.
Dianjurkan vb > 0.30 m/det. Jika setelah ditetapkan pada Qpb, kecepatan vpb, misal 0.60 m/det,
tetapi setelah dicek ternyata kecepatan vb nya < 0.30 m/det, maka penetapan vpb = 0.60 m/det
itu harus diperbesar, misal vpb diubah menjadi = 0.75 m/det, dan seterusnya, sedemikian rupa
sehingga setelah di cek lagi pada kedalaman db harga vb sedikit > 0.30 m/det, misal 0.35

Harits (150407028) II-27


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

m/det. Sebaliknya, jika setelah dicek pada kedalaman db vb>> 0.30 m/det, penetapan vpb di
atas dapat diperkecil (Hardjosuprapto, 2000).

2. Kecepatan Pengaliran Maksimum


Kecepatan pengaliran maksimum dapat ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk aliran yang mengandung pasir, kecepatan maksimum 2.0-2.4 m/det.
b. Untuk aliran yang tidak mengandung pasir, kecepatan maksimum 3.0 m/det. Batas
kecepatan pengaliran diatas ditetapkan berdasarkan pertimbangan.
c. Saluran harus dapat mengantarkan air limbah secepatnya menuju instalasi pengolahan air
limbah
d. Pada kecepatan tersebut penggerusan terhadap pipa belum terjadi, sehingga ketahanan
pipa dapat dijaga.

3. Kecepatan Pengaliran Minimum


Kecepatan pengaliran minimum yang dijinkan adalah sebsar 60 cm/ det, dan diharapkan pada
kecepatan ini aliran mampu untuk membersihkan diri sendiri. Pertimbangan lain adalah
untuk mencegah aliran limbah terlalu lama dalam pipa, sehingga dapat terjadi pengendapan
dan penguraian air buangan yang akan menaikkan konsentrasi sulfur. Konsentrasi sulfur yang
tinggi merupakan media yang baik untuk berkembang biaknya bakteri dan dapat mengubah
sulfur menjadi sulfida. Sulfida akan membentuk Hidrogen Sulfida, yang jika konsentrasinya
tinggi melampaui kejenuhan dalam larutan, akan keluar dari larutan dan membentuk gas H2S
yang sangat berbau dan berbahaya bagi kesehatan . jika gas ini dalam pipa mengalami sedikit
oksidasi, maka akan terbentuk asam sulfat yang korosif terhadap pipa.

4. Kecepatan Penuh
Kecepatan penuh adalah kecepatan dalam keadaan pipa penuh tetapi tanpa tekanan. Dalam
penyaluran tidak boleh terjadi aliran penuh, sehingga istilah kecepatan penuh hanya untuk
media perhitungan. Perhitungan kecepatan penuh (Vf) ini berguna untuk menentukan diameter
pipa, kemiringan lajur pipa, dan kedalaman air pipa. Persamaan untuk kecepatan penuh adalah
(Masduki, 2000):
vf = 1,364 . D0,5 (2.47)

Dimana :

vf = kecepatan penuh (m/dt)


D = diameter pipa (m)

Harits (150407028) II-28


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

2.9.2 Kedalaman Aliran


Kedalaman aliran air sangat berpengaruh terhadap kelancaran aliran, oleh karena itu
ditetapkan kedalaman minimum yang harus dipenuhi dalam penyaluran air buangan.
Kedalaman air buangan ini disamakan dengan kedalaman bernangnya tinja. Di Indonesia
kedalamn berenang ditetapkan 5 cm pada pipa halus dan 7,5 cm pada pipa kasar. Jika
kedalaman kedalaman minimum kurang dari kedalaman berenang maka saluran tersebut harus
digelontor. Kedalaman aliran air limbah dalam saluran tidak boleh terlalu kecil, karena dapat
mengakibatkan materi air limbah yang terbentuk padat akan tertahan, sehingga akan
menyumbat aliran. Untuk menghindari ini hal ini maka :
1. Pada pipa cabang dan pipa induk, kedalaman aliran di awal saluran diperhitungkan
sebesar 60 % dari diameter pipa atai d/D = 0.6
2. Pada saat debit puncak, di akhir saluran d/D maks = 0.8
3. Kedalaman 7.5-10 cm untuk pipa beton, > 5 cm untuk pipa yang lebih halus (PVC,
fiberglass dll). Kedalaman berenang adalah kedalaman yang dianggap masih membawa
partikel berenang mengikuti aliran pada saat kecepatan minimum.
4. Pada saat debit minimum, tidak tercapai kedalaman berenang maka saluran harus
digelontor.

2.9.3 Kemiringan Saluran


Besarnya kemiringan pipa atau saluran sangat berpengaruh, mengingat sifat aliran yang
terbuka, dengan cara pengaliran gravitasi. Kemiringan harus diusahakan sekecil mungkin,
tetapi mampu memberikan kecepatan yang diharapkan (0,6-3 m/detik), sehingga galian dapat
seminimal mungkin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi slope atau kemiringan adalah:
1. Debit aliran;
2. Diameter pipa;
3. Profil dan bahan pipa;
4. Kecepatan yang diinginkan;
5. Karakteristik air buangan;
6. Kondisi daerah dan topografi

Harits (150407028) II-29


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

2.9.4 Perletakan Saluran


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perletakkan saluran adalah:
1. Jaringan jalan yang ada;
2. Pengaruh bangunan yang ada;
3. Jenis dan kondisi topografi tanah;
4. Adanya saluran air; jika ada maka saluran air buangan diletakkan paling bawah;
5. Ketebalan tanah urugan dan kedalaman pipa (min. 1,2 meter, maks. 7 meter)

Berikut adalah beberapa alternatif penempatan dan pemasangan saluran berdasarkan


keadaan/kondisi daerah pelayanan:

a. Perletakan saluran dilakukan di tengah jalan, bila bagian kiri dan kanan jalan terdapat
jumlah rumah yang hampir sama banyak.
b. Perletakan saluran dilakukan pada jalan yang satu bagian sisi mempunyai jumlah rumah
yang lebih banyak daripada sisi lainnya, saluran ditempatkan pada sisi jalan dengan jumlah
rumah terbanyak.
c. Saluran dapat diletakkan pada kiri dan kanan jalan jika kedua sisi jalan tersebut terdapat
banyak sekali rumah atau bangunan.
d. Untuk jalan dengan letak rumah atau bangunan di satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya,
perletakan saluran dilakukan pada sisi jalan yang mempunyai elevasi lebih tinggi.
e. Untuk jalan dengan kondisi jumlah bangunan sama banyak di kedua sisinya dan
mempunyai elevasi lebih inggi dari jalan, maka penempatan saluran dilakukan di tengah
jalan (Mulia, 2010).

2.9.5 Waktu Tempuh


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam waktu tempuh saluran adalah:
1. Waktu tempuh dianjurkan tidak lebih dari 18 jam. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya proses penguraian/pembusukan zat organik oleh mikroorganisme.
2. Bila oksigen habis, akan tercipta kondisi anaerobik yang dapat menghasilkan gas metan,
warna kehitaman, dan kondisi septic sehingga air buangan susah diolah.
3. Bila t>18 jam, perlu dibuat beberapa lokasi Bangunan Pengolahan Air buangan (BPAB).
Rumus untuk menentukan waktu tempuh:

t = 18 jam (2.48)

(Babbit, 1982).

Harits (150407028) II-30


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

2.9.6 Profil Pipa


Dalam pemilihan bentuk saluran terdapat beberapa pertimbangan, diantaranya:
1. Segi konstruksi.
2. Segi hidrolis pengaliran untuk menjamin pengaliran air buangan, kedalaman berenang
minimum dan kecepatan aliran minimum harus terpenuhi.
3. Ketersediaan tempat bagi penanaman saluran.
4. Segi ekonomis dan teknis termasuk kemudahan memperoleh materialnya.

Bentuk saluran yang banyak digunakan dalam jaringan pengumpul air buangan adalah
lingkaran dan bulat telur.

1. Bentuk Bulat Lingkaran


Saluran bentuk lingkaran lebih banyak digunakan pada kondisi debit aliran konstan dan aliran
tertutup dimana kondisi :
V max tercapai pada saat d = 0.815 D
Q max tercapai pada saat d = 0.925 D

Biasanya pipa persil dan servis berbentuk bulat lingkaran. Bentuk pipa bulat lingkaran dapat
dilihat pada Gambar 2.1 :

Gambar 2.1Pipa Bulat Lingkaran

2. Bentuk Bulat Telur


Saluran bentuk bulat telur, digunakan pada kondisi debit aliran tidak konstan dengan aliran
tertutup dimana kondisi :
Vmax tercapai pada saat d = 0.89 D
Q max tercapai pada saat d = 0.94 D

Dari segi hidrolis, bentuk bulat telur ini mempunyai kelebihan :


a. Kedalaman aliran lebih terjamin

Harits (150407028) II-31


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

b. Dapat mengatasi fluktuasi aliran dengan baik

Gambar 2.2 Pipa Bulat Telur

Kekurangan bentuk ini antara lain :


a. Pemasangan pipa bulat telur lebih rumit dan lebih lama
b. Mempunyai resiko tidak kedap yang lebih tinggi setelah penyambungan
c. Sukar diperoleh
d. Harga pipa bulat telur lebih mahal
e. Satuan panjang pipa bulat telur lebih pendek daripada pipa bulat lingkaran sehingga
pemasangannya tidak efisien.

2.9.7 Pola Jaringan Saluran


Pola pola jaringan yang umunya diterapkan pada sistem penyaluran air buangan yaitu:
1. Pola Perpendicular (Tegak Lurus)
Pola ini dapat diterapkan untuk sistem jaringan penyaluran air buangan pada sistem terpisah
maupun tercampur, namun pada pola ini banyak diperlukan Bangunan Pengolahan Air
Buangan (BPAB).

2. Pola Interceptor
Pola interceptor adalah pola sistem campuran terkendali ke dalam pipa riol hulu dimasukkan
kedalam porsi tertentu air hujan dengan pemasukan terkendali. Pada waktu air hujan masuk,
aliran pipa riol hulu penuh dan bertekanan dari awal hingga pipa riol interceptor. Karena tidak
ada gradient hidrolis maka terjadi peluapan air balik pada perlengkapan saniter pada daerah
pelayanan nya. Ujung akhir riol hulu di desain melintasi atas riol interceptor. Pada perlintasan
itu keduanya dihubungkan dengan pipa tegak,. Kecepatan aliran pada musim kering di desain
agar tidak dapat meloncati lubang pipa tegak dan seluruh aliran, masuk ke dalam pipa riol
interceptor. Kecepatan aliran saat musim hujan menjadi besar. Air limbah domestik di desain
dapat meloncati pipa lubang tegak langsung menuju ke badan air penerima terdekat. Jadi riol
Harits (150407028) II-32
Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

interceptor hanya terisi sewaktu tidak air hujan atau saat kecepatannya tidak dapat meloncati
lubang pipa tegak. Riol interceptor dipandang sejajar dengan sungai besar sebagai badan air
penerima dan berakhir pada bangunan pengolahan air limbah domestik.

3. Pola Zona
Pola zona merupakan pola yang bisa diaplikasikan pada daerah pelayanan yang terbagi oleh
sungai, sehingga pipa penyebrangan atau pelintasannya sulit dibangun. Bangunan pengolahan
air limbah domestik dibangun pada akhir riol.

4. Pola Kipas
Pola kipas adalah pola yang diaplikasikan pada daerah pelayanan yang terletak di suatu
lembah.

5. Pola Radial
Pola radial adalah pola yang bias diaplikasikan pada daerah pelayanan yang terletak di daerah
bukit.

2.9.8 Kedalaman Pemasangan Saluran


Kedalaman pemasangan saluran air buangan bergantung dari fungsi pipa itu sendiri yang
dibagi menjadi : pipa persil,pipa service, dan pipa lateral.
Kedalaman awal pemasangan pipa
1. Persil = 0,45 meter
2. Service = 0,8 meter
3. Lateral = 1,00-1,20 meter

Kedalaman akhir pemasangan pipa. Kedalaman akhir pemasangan pipa air buangan
diisyaratkan tidak melebihi 7 meter. Jika pemasangan pipa sudah melebihi 7 meter harus
dipergunakan pompa untuk menaikkan air buangan untuk mendapatkan kedalaman galian
yang diisyaratkan.

2.9.9 Bangunan Pelengkap


2.9.9.1 Street Inlet
Street Inlet ini adalah lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju ke dalam
saluran.Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada
jenis penggunaan saluran terbuka, tidak diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang
Harits (150407028) II-33
Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

ada merupakan bukaan bebas. Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan-ketentuan


sebagai berikut :
1. Ditempatkan pada daerah yang rendah di mana limpasan air hujan menuju ke arah
tersebut.
2. Air yang masuk melalui street inlet haru dapat secepatnya menuju ke dalam saluran.
Jumlah street inlet harus cukup untuk dapat menangkap limpasan air hujan pada jalan
yang bersangkutan.

2.9.9.2 Manhole
Manhole adalah salah satu bangunan perlengkap sistem penyaluran air buangan yang
berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan saluran dari kotoran
yang mengendap dan benda-benda yang tersangkut selama pengaliran, serta untuk
mempertemukan beberapa cabang saluran, baik dengan ketinggian sama maupun berbeda.

Manhole dapat ditempatkan pada:


a. Permulaan saluran lateral
b. Setiap perubahan arah: vertikal, yaitu pada ketinggian terjunan lebih besar dari dua kali
diameter digunakan jenis drop manhole. Horizontal, pada belokan lebih besar 22.50
c. Setiap perubahan diameter
d. Setiap perubahan bangunan
e. Setiap pertemuan atau percabangan beberapa pipa
f. Setiap terjadi perubahan kemiringan lebih besar dari 450
g. Sepanjang jalan lurus, dengan jarak tertentu dan sangat tergantung pada diameter saluran
(Mulia, 2010)

Berikut adalah tabel jarak perletakan manhole menurut diameter saluran:

Tabel 2.6 Penempatan Manhole pada Jalur Lurus


No Diameter Pipa (mm) Jarak Manhole (m)
1 200 500 50 100
2 500 1000 100 125
3 1000 2000 125 150
4 >2000 150 200
Sumber :Hardjosuprapto, 2000
a. Penempatan dan Jarak Antar Manhole
Berikut adalah tabel jarak perletakan manhole menurut diameter saluran

Harits (150407028) II-34


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Tabel 2.7 Jarak Manhole Menurut Diameter


Diameter (mm) Jarak Antar Manhole (m)
< 200 50 100
200 500 100 125
500 1000 125 150
> 1000 150 200
Sumber : DPU, 1986

Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus cukup untuk
pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah melakukan pekerjaannya,
diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman manhole.

Tabel 2.8 Diameter Manhole Menurut Kedalaman


Kedalaman (m) Diameter (m)
< 0,8 0,75
0,8 2,5 1,00 1,20
>2,5 1,20 1,80
Sumber : DPU, 1986

b. Bentuk dan Dimensi Manhole


Bentuk dan dimensi manhole merupakan suatu aspek ukuran dari manhole yang
akandigunakan ataupun di desain.Terdapat beberapa bentuk manhole yang dapat digunakan
untuk daerah pelayanan dengan kondisi tertentu
1. Bentuk persegi panjang atau bujur sangkar, digunakan apabila
a) Beban yang diterima kecil
b) Kedalaman kecil (75 90 cm)
c) Pada bangunan siphon, dimensi 60 cm x 75 cm, 75 cm x 75 cm tidak memerlukan
tangga karena pengoperasiannya cukup dari permukaan tanah.

2. Bentuk bulat, digunakan apabila


a) Beban yang diterima besar, baik vertikal maupun horizontal
b) Kedalaman besar
c) Dimensinya berdasarkan kedalaman

c. Kriteria Manhole

Harits (150407028) II-35


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Kriteria manhole merupakan persyaratan guna memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam
penyaluran air buangan.Persyaratan atau kriteria manhole antara lain :
1) Manhole harus ditutup dengan tutup yang dilengkapi kunci, agar tidak dibuka/dicuri oleh
orang yang tidak bertanggung jawab
2) Bersifat padat dan kokoh
3) Kuat menahan gaya-gaya dari luar
4) Kemudahan akses tinggi, tangga dari bahan anti korosi
5) Dinding dan pondasinya kedap air
6) Terbuat dari beton atau pasangan batu kali. Jika diameternya = 2.50 m, konstruksinya
beton bertulang.
7) Bagian atas dinding manhole, sebagai perletakkan tutup manhole, merupakan konstruksi
yang fleksibel, agar dapat selalu disesuaikan dengan level permukaan jalan yang mungkin
berubah, sehingga tutup manhole tidak menonjol atau tenggelam terhadap permukaan
jalan.

d. Konstruksi Manhole
Konstruksi manhole merupakan ketebalan dari dinding manhole serta lantai kerja dari
manhole. Ketebalan dinding manhole serta lantai kerja tergantung pada :
1) Kedalaman
2) Kondisi tanah
3) Beban yang diterima
4) Material yang digunakan

Umumnya ketebalan manhole adalah 5 9 (125 225 mm). Perumusan ketebalan dinding
(Babbit, Harold E, 1969) :

T = 2 + d/2 (inchi)
Keterangan :
d = diameter manhole (ft)

Bahan yang digunakan adalah konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan batu bata. Pada
bagian atasnya digunakan precast concrete.

Harits (150407028) II-36


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

e. Lantai Kerja
Persyaratan lantai kerja adalah luasnya cukup untuk orang berdiri dan menyimpan peralatan
pembersih. Kemiringan lantai dasar 8%. Persyaratan ketebalan lantai dasar sama dengan
ketebalan dinding manhole. Untuk saluran berdiameter besar, lantai dasarnya berupa papan
injakan yang ditempatkan melintang saluran atau pada salah satu dinding manhole.

f. Saluran pada Manhole


Saluran pada manhole dapat berbentuk U (U-shaped) atau setengah lingkaran (Designand
Construction of Sanitary and Storm Sewer, 1969). Kedalaman saluran sama dengan diameter
pipa air buangan agar tidak terjadi luapan pada lantai dasar. Kemiringan salurannya 2,5%.
Permukaan saluran dilapisi dengan semen sehingga halus. Untuk kondisi tanah yang buruk,
digunakan sambungan flexible joint.

2. Drop Manhole
a. Drop manhole dipasang pada pertemuan saluran yang ketinggiannya tidak sama (berbeda
elevasi > 450 cm);
b. Tujuan dari pemakaian drop manhole adalah untuk melindungi orang yang masuk dan
menghindari splashing atau ceburan air.

3. Terminal Clean Out


Cleanout adalah bangunan pelengkap saluran yang biasanya diletakkan pada ujung awal
saluran, pada jarak 150 200 ft dari manhole. Jarak antar cleanout berkisar 250 300 ft.
Cleanout berfungsi sebagai :
a. Tempat untuk memasukkan alat pembersih ujung awal pipa servis/lateral,
b. Tempat memasukan alat penerangan saat dilakukan pemeriksaan.
c. Tempat pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan.
d. Menunjang kinerja manhole dan bangunan penggelontor.
e. Turut berperan dalam proses sirkulasi udara.

Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan, namun untuk
menghemat biaya digunakan pipa tegak berdiameter 8.

Harits (150407028) II-37


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Gambar 2.3 Typical Cleanout Small Bore Sewer

4. Siphon
Siphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan defleksi vertikal/miring. Misalnya, bila
saluran harus melintasi sungai, jalan kereta api, jalan raya rendah, saluran irigasi, lembah, dan
sebagainya, dimana elevasi dasarnya lebih rendah dari elevasi dasar saluran roil (Mulia,
2010).

Perhitungan kehilangan tekanan dalam siphon sangat penting dalam perencanaan siphon,
untuk dapat mengetahui perbedaan ketinggian pada awal dan akhir siphon. Ada beberapa cara
untuk menghitung kehilangan tekanan siphon, yaitu :

2
H = 2 (1 + + + ) (2.49)
1
a=1 (2.50)

b = 1,5 (0,01989+0,0005078/D) (2.51)

Dimana:

H = Kehilangan tekanan sepanjang siphon (m)


v = Kecepatan aliran dalam siphon (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
a = Koefisien kontraksi pada mulut dan belokan pipa
b = Koefisien gaya gesek antara air dan pipa
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)

Sedangkan untuk menentukan dimensi pipa siphon :

Harits (150407028) II-38


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

Q = A v = D2v (2.52)

Dimana:
Q = Debit air buangan (m3/detik)
A = Luas penampang pipa (m2)

5. Ventilasi Udara
Ventilasi udara diperlukan untuk:
a. Mengeluarkan gas yang berbau
b. Memasukkan udara segar ke dalam saluran;
c. Mencegah timbulnya gas H2S sebagai proses dekomposisi zat organik pada saluran;
d. Mengatur tekanan udara dalam pipa saluran air buangan atau manhole dan menyelaraskan
dengan tekanan udara diluar.

Ventilasi diperlukan jika perjalanan air buangan membutuhkan waktu lebih dari 18 jam ke
BPAB. Jarak ventilasi untuk aliran yang ideal/lancar adalah:

X = v.t (2.53)
Dimana:
X = jarak ventilasi (m)
V = kecepatan aliran (m/s)
t = waktu tempuh (s)

6. Flush Tank (Bangunan Penggelontor)


Fungsi dari bangunan ini adalah:
a. Mencegah pengendapan kotoran;
b. Mencegah pembusukan;
c. Menjamin db (tinggi berenang) 5-10 cm.

Faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan adalah:


a. Air harus bersih, tidak banyak mengandung lumpur, tidak bersifat asam atau basa, dan
tidak asin sehingga tidak menyebabkan korosi;
b. Air penggelontor tidak boleh menambah kotor saluran.

Banyaknya air yang dibutuhkan untuk penggelontotan tergantung pada:


a. Diameter saluran;
b. Kemiringan dan panjang pipa;

Harits (150407028) II-39


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

c. Kedalaman minimum (dmin);


d. Tinggi berenang (dB).

Rumus penggelontoran:

Yang = L = L (Ag Amin (2.54)

Qg = Vw (Ag Amin) (2.55)


(..)
Vw = Vmin + (2.56)
(1 )

Dimana:
Vg = Volume air penggelontor (m3)
Qg = Debit penggelontor (m3/dt)
Vw = Kecepatan air gelontor (m/s)
L = Panjang pipa yang digelontor (m)
Ag = Luas penampang basah saat dg (m2)
Amin = Luas penampang basah saat dmin (m2)
Vmin = Kecepatan air saat Qmin (m/s)
dg =Kedalaman titik berat penampang air penggelontor
dmin = Kedalaman titik berat penampang pada Qmin

Persyaratan dilakukannya penggelontoran adalah apabila dmin dari air buangan pada pipa
saluran lebih kecil dari tinggi berenangnya (dB). Dimana dB = dg dan nilainya berkisar antara
5 10 cm.

7. Pompa dan Rumah Pompa


Fungsi pompa dalam penyaluran air buangan ialah:
a. Mengangkat air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi;
b. Memindahkan air buangan dari suatu zona ke zona lain;
c. Menghindari galian yang lebih dalam.

Rumah pompa dilengkapi dengan sumur pengumpul atau wetwell dengan waktu detensi 10
30 menit. Pompa yang biasa digunakan adalah pompa sentrifugal non clogging yang terbagi
atas:
a. Axial Flow
Digunakan untuk air hujan. Karakteristik pompa ini adalah mahal, head-nya < 9 meter dan Ns
= 8000-16000 rpm.

Harits (150407028) II-40


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

b. Mixed Flow
Digunakan untuk ait hujan dan juga air buangan. Pompa ini memiliki Ns = 4200-9000 rpm
dan paling murah.
c. Radial Flow
Digunakan untuk air buangan dan lebih banyak yang menggunakannya karena jarak antara
impeller-nya jauh sehingga memperkecil penyumbatan. Pompa ini memiliki Ns = 4200-6000
rpm dan harganya tidak terlalu mahal.

Ns adalah specific speed yang menunjukkan efisiensi dari pompa. Cara penentuannya ialah:

Ns = 0,75 (2.57)

Dimana:
Ns = Spesific speed (rpm)
N = Jumlah putaran (putaran)
H = Head pompa (Kwatt)

8. Belokan
Yang harus diperhatikan adalah:
a. Pada belokan tidak terjadi perubahan penampang melintang saluran;
b. Dinding bagian dalam dibuat selicin mungkin;
c. Bentuk harus seragam, baik radius atau kemiringannya;
d. Harus dibuat manhole diatasnya;
e. Radius dan pembelokkan yang terlalu pendek harus dihindari untuk menghindari
kehilangan tekanan.

9. Transition dan Junction


a. Junction adalah pertemuan beberapa saluran pada satu titik;
b. Pada setiap junction harus dibuat manhole;
c. Transition adalah perubahan dimensi saluran (biasanya dari kecil ke besar);
d. Yang harus diperhatikan adalah:
1) Dinding dalam saluran harus selicin mungkin;
2) Kecepatan aliran disetiap saluran diusahakan seragam;
3) Perubahan aliran pada arah junction tidak boleh terlalu tajam, misalnya sudut
pertemuan cabang dan induk = 450 maks.

Harits (150407028) II-41


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)

10. Sambungan Rumah


a. Sambungan rumah merupakan pertemuan saluran air buangan dari rumah dengan saluran
lainnya (utama), misalnya: pipa persil dengan pipa servis.
b. Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:
1) Air buangan tidak boleh mengganggu kelancaran pada saluran utama;
2) Jika air buangan dari sambungan rumah masuk secara horizontal ke saluran utama,
usahakan sudut pertemuan tidak lebih dari 450;
3) Jika air buangan dari sambungan rumah masuk secara vertikal ke saluran utama, air
buangan tidak boleh mengalir melalui dinding saluran, untuk menghindari terjadinya
kerak pada sekitar dinding sambungan;
4) Diameter pipa sambungan rumah antara 100-150 mm dengan kemiringan 2% (maks.
7% jika terpaksa); setiap sambungan rumah harus mempunyai minimal 1 bak kontrol
untuk penggelontoran dan membersihkan saluran.

Harits (150407028) II-42


Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)

Anda mungkin juga menyukai