Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air buangan adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan, pertokoan dan
sarana sejenisnya. Air limbah domestik juga diartikan sebagai air buangan yang tidak dapat
digunakan lagi untuk tujuan semula baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari
kamar mandi, aktivitas dapur dan mencuci, yang kualitasnya antara 60-80% dari rata-rata
pemakaian air bersih.
Sumber air buangan secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Air Buangan Domestik
Air buangan yang berasal dari aktivitas kegiatan penghunian, seperti rumah tinggal, kampus,
pasar, hotel, pertokoan, sekolah dan fasilitas-fasilitas/pelayanan umum dapat dikategorikan
dalam air buangan domestik (Soeparman, 2000)
Air buangan domestik dapat dikelompokkan menjadi :
a. Air buangan kamar mandi
b. Air buangan dapur dan cuci
c. Air buangan WC : air kotor dan air tinja
Air buangan domestik didominasi oleh kontaminan organik yang langsung dapat diolah secara
biologis (Moduto, 2000). Menurut Tjokrokusumo (1995), air limbah domestik umumnya
banyak mengandung zat organik sehingga dapat memungkinkan timbulnya bakteri patogen.
Air buangan non domestik yang di dominasi oleh bahan anorganik berasal dari industri-
industri dan dapat dikategorikan sebagai air buangan domestik, yang pengolahannya tidak
dapat diolah secara langsung dengan proses biologi. Karena sifatnya yang korosif, maka
sistem penyaluran air buangan yang berasal dari industri menggunakan saluran khusus yang
tahan terhadap korosi. Jika air buangan industri setelah diolah dalam tingkat pra pengolahan
atau pengolahan pendahuluan (pre-treatment) telah memenuhi standar yang sama dengan air
domestik, maka sistem pengalirannya dapat diijinkan bersama-sama dengan saluran air
buangan domestik. Namun, apabila ada pada tingkat pengolahan pendahuluan tidak dapat
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)
menurunkan kadarkontaminan sehingga memenuhi standar yang sama dengan air buangan
domestik, maka air buangan industri harus ditangani secara khusus dan individual oleh
industri itu sendiri dengan instalasi pengolahan air limbah industri (Moduto, 2000)
Air limbah domestik di bagi menjadi dua yaitu grey water dan black water. Di Indonesia
sebagian besar penyaluran grey water dan blackwater telah terpisah akan tetapi
pengolahannya kurang tepat. Penyaluran grey water dilakukan bersama dengan penyaluran
drainase yang di lakukan dalam satu pipa dan penyaluran black water dilakukan secara onsite
menggunakan septic tank. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran di badan air tempat
bermuaranya saluran drainase dan menurunnya tingkat kesehatan masyarakat (Widiana,
2012).
Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau
mengalirkan.Drainase didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha untuk
mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan dan sebuah sistem yang dibuat untuk
menangani persoalan kelebihan air baik air yang berada diatas permukaan tanah maupun air
yang berada di bawah permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan
yang tinggi atau akibat dari durasi hujan yang lama (Mardiansyah, 2012).
Drainase juga dapat dartikan sebagai salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan
masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih dan sehat.
Prasarana drainase di sini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air dan/atau
bangunan resapan.Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan saluran
drainase adalah untuk mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada
akumulasi air tanah, menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal,
mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan
yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
3. Menurut Fungsi
a. Single Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja, misalnya air hujan atau jenis air
buangan lain seperti air limbah domestik, air limbah industri dan lain-lain.
b. Multy Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun
bergantian.
4. Menurut Kontruksi
a. Saluran Terbuka
Saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup luas.Juga untuk saluran air non hujan
yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan.
b. Saluran Tertutup
Saluran air untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan juga untuk saluran dalam
kota.
Ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dan juga menjadi dasar penting dalam
perencanaan sistem Penyaluran Air Buangan. Hal-hal tersebut akan diuraikan pada sub bab
berikut ini.
buangan. Jumlah penduduk ini perlu di proyeksikan untuk mengetahui jumlah penduduk
sampai akhir periode perancangan.
Untuk memproyeksikan jumlah penduduk pada daerah perencanaan dibandingkan dengan tiga
metode proyeksi.Kemudian, dari ketiga metode tersebut dipilih yang paling sesuai untuk
karakteristik daerah yang di tinjau.
Dimana:
Persamaan diatas dapat dikembalikan kepada model linear dengan mengambil logaritma
napirnya (ln)
Sehingga persamaannya menjadi:
ln Y = ln a + b ln X (2.5)
Persamaan tersebut linear dalam ln X dan ln Y
ln(Yi)bln(Xi)
ln a = ................. (2.6)
n
Dimana:
Y = nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke-n
X = bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal
a = konstanta
b = koefisien arah garis (gradien) regresi linear (Kimsan, 2007)
Dimana:
Pemilihan metode proyeksi dilakukan dengan menghitung standar deviasi (simpangan baku)
dan koefisien korelasi dengan persamaan sebagai berikut:
n(Xi2)(Xi)2
S= (2.14)
n(n1)
(yiy)2
r = 1 (yiy)2 (2.15)
Dimana:
xi = P P
yi = P = jumlah penduduk awal
y = Pr = jumlah penduduk rata-rata
y = P = jumlah penduduk yang akan dicari
Metode pilihan ditentukan dengan cara melihat nilai S yang terkecil dan nilai R yang paling
mendekati 1.
1. Operational Hydrology
Menyangkut pemasangan alat-alat ukur berikut penentuan jaringan stasiun pengamatannya,
pengumpulan data hidrologi, pengolahan data mentah dan publikasi data.
2. Applied Hydrology
Ilmu yang langsung berhubungan dengan penggunaan hukum-hukum yang berlaku menurut
ilmu-ilmu murni (pure science) pada kejadian praktis dalam kehidupan.
Analisis hidrologi dari daerah perencanaan yang meliputi analisis curah hujan harian
maksimum dan pembuatan kurva intensitas durasi hujan merupakan langkah awal yang perlu
dilakukan dalam perencanaan saluran drainase. Dengan melakukan analisis hidrologi, debit
banjir rencana yang akan digunakan sebagai dasar penentuan dimensi saluran dan
perlengkapannya dapat diperkirakan.
Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis, dengan
cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama satu hari. Dalam
analisa digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang dimaksud adalah hujan harian
maksimum yang akan digunakan untuk menghitung intensitas hujan, kemudian intensitas ini
digunakan untuk mengestimasi debit rencana. Untuk berbagai kepentingan perancangan
drainase tertentu data hujan yang diperlukan tidak hanya data hujan harian, tetapi juga
distribusi dalam satuan jam atau satuan menit. Hal ini akan membawa konsekuen dalam
pemilihan data, dan dianjurkan untuk menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat
ukur otomatis.
1. Uji Smirnov-Kolmogorov
Metode Smirnov-Kolmogorov merupakan prosedur yang pada dasarnya mencakup
perbandingan antara probabilitas kumulatif lapangan dan distribusi kumulatif fungsi yang
ditinjau. Sampel yang berukuran N, diatur dengan urutan yang meningkat. Dari data yang
diatur akan membentuk suatu fungsi frekuensi kumulatif tangga.
2. Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi-Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang telah
dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Pengambilan keputusan
uji ini menggunakan parameter 2, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut :
(Oi Ei) 2
G
h =
2
(2.16)
i 1 Ei
Dimana :
Parameter h2 merupakan variabel acak. Peluang untuk mencapai nilai h2 sama atau lebih
besar dari nilai chi-kuadrat sebenarnya (2cr). Adapun langkah-langkah pengujian uji chi-
kuadrat adalah sebagai berikut:
a. Membagi data curah hujan rata-rata harian maksimum ke dalam beberapa kelas dengan
rumus K = 1 + 3,3 log n.
b. Memasukkan anggota atau nilai-nilai data ke kelas yang bersangkutan.
c. Menghitung nilai-nilai pengamatan yang ada dalam kelas (Oi)
d. Menentukan Ei
e. Menentukan h2
f. Menentukan derajat kebebasan (Dk) dengan
Harits (150407028) II-9
Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)
Dk = K-R-1
(Untuk nilai R = 2, dipergunakan untuk disribusi Normal dan Binomial, sedangkan untuk nilai
R=1 dipergunakan untuk distribusi Poisson).
g. Menentukan nilai 2cr. Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, harga h2 <
2cr. (Suripin, 2004).
Analisis frekuensi memerlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakar hujan, baik
yang manual maupun yang otomatis. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data
kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan
datang. Dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama
dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.
Ada dua macam seri data yang dipergunakan kemungkinan selama kurun dalam analisis
frekuensi, yaitu:
1. Data maksimum tahunan
2. Seri parsial
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan panjang data.
Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang terjadi.
Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis distribusi
yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah:
1. Distribusi Normal,
2. Distribusi Log Normal,
3. Distribusi Log-Pearson III,
4. Distribusi Gumbel.
Harits (150407028) II-10
Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)
Prosedur umum hitungan analisis frekuensi dapat dilaksanakan dengan urutan sbb:
1. Hitung parameter statistik data yang dianalisis, meliputi: X, S, Cv, Cs, dan Ck.
2. Berdasarkan nilai-nilai parameter statistik terhitung, perkirakan distribusi yang cocok
dengan sebaran data.
3. Urutkan data dari kecil ke besar (atau sebaliknya).
4. Dengan kertas probabilitas yang sesuai untuk distribusi terpilih, plotkan data dengan nilai
probabilitas variat Xi, sbb; prob (Xi <= X) = m / (n + 1), dengan m adalah urutan data
dari kecil ke besar (1 s.d. n). Sedangkan n adalah jumlah data.
5. Tarik garis teoritik dan lakukan uji Chi-Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov.
6. Apabila syarat uji dipenuhi, tentukan besaran rancangan yang dicari untuk periode ulang
yang ditetapkan.
Jika syarat uji tidak dipenuhi, pilih distribusi yang lain dan analisis dapat dilakukan seperti
pada langkah (1) sampai dengan (6).
Simpangan Baku 1
=[ 12 ]
( ) = {[( )2 ]}
1
2
(standar deviasi) 1
(0)
Koefisien Variasi = =
1/2
Koefisien n (0)( ) E[( ).3 ]
= . =
Skewness ( 1)( 2) 3 2
1. Distribusi Normal
Merupakan Fungsi Distribusi Kumulatif Normal atau dikenal dengan distribusi Gauss
(Gaussian Distribution). Distribusi Normal memiliki fungsi kerapatan probabilitas yang
dirumuskan :
XT = x + KT S (2.17)
Dimana :
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
x = nilai rata-rata
S = standar deviasi
KT = faktor frekuensi
Dimana :
Log XT= perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
Log x = nilai rata-rata
S = standar deviasi
CS = koefisien skewness
Dimana :
XTr = besar variable dengan kala ulang T-tahun
x = nilai rata-rata
S = standar deviasi
K = faktor frekuensi dari gumbel
Yn = reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n
Sn = reduced standart deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel n
YTr = reduced variate
Menurut Dr. Monobe intensitas hujan (I) didalam rumus rasional dapat dihitung dengan
rumus:
24
I= 24 [ ] 23 mm / jam (2.25)
Dimana:
R = curah hujan rancangan setempat dalam mm
Tc = lama waktu konsentrasi dalam jam
I = intensitas hujan dalam mm/jam
Intensitas curah hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat umum
hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan
makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Intensitas hujan diperoleh
dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun secara empiris.
Biasanya intensitas hujan dihubungkan dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit,
30 menit, atau 60 menit.
Beberapa persamaan yang biasa digunakan dalam menganalisa intensitas curah hujan, antara
lain:
1. Rumus Talbot (1881), rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan-
tetapan a dan b ditentukan dengan harga yang terukur.
= (2.26)
+
Dimana:
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS
2 Rumus Sherman (1905), rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang
lamanya lebih dari 2 jam.
= (2.27)
mengalir langsung diatas permukaan tanah menuju alur aliran terdekat. Dalam perencanaan
darinase, bagian air hujan yang menjadi perhatian adalah aliran permukaan (surface runoff).
Kriteria hidrologis meliputi hal-hal yang terkait dengan tata air. Secara umum,kriteria
hidrologis menghendaki bahwa sistem drainase harus mampu mengalirkan debit rancangan
dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam menetapkan debit rancangan harus
diperhitungkan :
1. Sumber air yang akan dibuang seperti air hujan,air limbah dan air tanah.
2. Letak dan karakteristik badan air penerima yang mencakup kuantitas, kualitas dan
fluktuasi muka air atau debit termasuk kemungkinan adanya banjir kiriman.
3. Karakteristik daerah layanan, mencakup luas dan kemiringan lahan atau jalan, koefisien
pengaliran, dan panjang aliranyang terpanjangatau terjauh.
4. Curah hujan yang mencakup,durasi dan frekuensi curah hujan. Pada dasarnya curah hujan
bersifat probabilistik sehingga panjang rangkaian data harus diambil minimal 10 tahun.
(Widodo, 2003)
Tabel 2.2 Koefisien Pengaliran untuk Berbagai Permukaan dan Periode Ulang
Tataguna Lahan C Tataguna Lahan C
Perkantoran Tanah Lapang
1. Daerah pusat kota 0,70 0,95 1. Berpasir, datar, 2% 0,05 0,10
2. Daerah sekitar kota 0,50 0,70 2. Berpasir, agak rata, 2-7% 0,10 0,15
3. Berpasir, miring, 7% 0,15 0,20
4. Tanah berat, datar, 2% 0,13 0,17
5. Tanah berat, agak rata, 2-7% 0,18 0,22
6. Tanah berat, miring, 7% 0,25 0,35
Perumahan Tanah Pertanian, 0-30%
1. Rumah tinggal 0,30 0,50 1. Tanah kosong
2. Rumah susun, terpisah 0,40 0,60 a. Rata 0,30 0,60
3.Rumah susun, 0,60 0,75 b. Kasar 0,20 0,50
bersambung
4. Pinggiran Kota 0,25 0,40 2. Ladang Garapan
a. Tanah berat, tanpa vegetasi 0,30 0,60
b. Tanah berat, dengan vegetasi 0,20 0,50
c. Berpasir, tanpa vegetasi 0,20 0,25
d. Berpasir, dengan vegetasi 0,10 0,285
3. Padang rumput
a. Tanah berat 0,15 0,45
b. Berpasir 0,05 0,25
4. Hutan/Bervegetasi 0,05 0,25
Daerah Industri Tanah tidak produktif, >30%
1. Kurang padat industri 0,50 0,80 1. Rata, kedap air 0,70 0,90
2. Padat industry 0,60 0,90 2. Kasar 0,50 0,70
Taman, kuburan 0,10 0,25
Tempat bermain 0,20 0,35
Daerah stasiun KA 0,20 0,40
Daerah tak berkembang 0,10 0,30
0,0195 0,77
tc = [ ] (2.29)
60
Dimana :
L = panjang saluran (m)
S = kemiringan rata-rata saluran
1. Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di ataspermukaan
tanah menuju saluran drainase
2. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir disepanjang saluran
sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir.
3. Titik terjauh to menuju saluran drainase.
Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
1. Luas daerah pengaliran
2. Panjang saluran drainase
3. Kemiringan dasar saluran
4. Debit dan kecepatan aliran
besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama
hujan dan frekuensi hujan biasanya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi
(IDF=Intensity-Duration-Frequency Curve). Diperlukan data hujan jangka pendek, mislnya 5
menit, 10 menit, 30 menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung IDF (Suripin, 2004).
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka
intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe.
24
24
= ( 24 + ( ))2/3 (2.30)
Dimana:
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm).
Periode ulang Tr dapat dihitung dengan beberapa persamaan yang telah dikenal, yaitu
(Khurmi, 2001) :
1. Weibull
Persamaan Weibull, merupakan salah satu persamaan yang paling sering digunakan, yaitu:
Tr = n+1 /m (2.31)
Dimana:
m = nomor urut (peringkat) data setelah diurutkan dari besar ke kecil,
n = banyaknya data atau jumlah kejadian (event)
2. California
Tr = n / m (2.32)
3. Hazen
Tr = 2n / 2m-1. (2.33)
4. Gringorten
Tr = n+0,12 / m-0,44 (2.34)
5. Cunnane
Tr = n+0,2 / m-0,4 (2.35)
6. Blom
Tr = n+0,25 / m-3/8 (2.36)
7. Turkey
Tr = 3n+1 / 3m-1 (2.37)
Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan
membagi air hujan ke masing-masing DAS.Garis batas tersebut ditentukan berdasarkan
perubahan kontur dari peta tofografi sedangkan luas DAS nya dapat diukur dengan alat
planimeter. Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian perhitungan luasnya.
Adapun formula untuk perhitungan luas yaitu:
2. Rumus Manning
R2/3 .S
= (2.40)
Dimana :
Q = debit pengaliran (m3/detik)
V = kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik)
R = jari-jari (m)
S = kemiringan dasar saluran (m/m)
n = koefisien kekasaran dinding manning
Sesuai dengan sifat bahan saluran yang dipakai untuk kota, maka harga n tercantum dalam
Tabel 2.3.
Dimana :
S = kemiringan saluran (m/m)
EBOD = BOD efektif (mg/l) dirumuskan sebagai BOD (5,20) = 1,07T-20
P = keliling basah saluran pada debit total (m)
B = lebar saluran bagian atas pada debit total
Z = indeks Pameroy , menunjukkan besarnya aliran yang terjadi
Z = 10.000 : banyak lendir
Z = 7.500 : cukup (bias dipakai dalam perencanaan)
Z = 5000 : bersih sekali
Qp = debit aliran pada kondisi puncak (L/dt)
2. Kontrol Endapan
Kontrol endapan dilakukan untuk mendapatkan kemiringan yang memberikan kecepatan
pembersihan sendiri, yang dapat membersihkan endapan dari dasar saluran (Suteno, 1987).
Kemiringan saluran berdasarkan kontrol endapan diformulasikan sebagai berikut :
16
13
S= 0,1904 ( 3 ) (2.42)
( )()( )
8
Dimana :
S = kemiringan saluran (m/m)
= gaya geser kritis (0,33< < 0,38 kg/m2)
Rm = jari-jarihidrolis saluran pada kedalaman minimum (m)
Rf = jari-jari hidrolis saluran pada aliran penuh (m)
Qp = debit aliran pada kondisi puncak (L/dt)
Tinggi jagaan (freeboard) untuk saluran terbuka dengan permukaan diperkeras ditentukan
berdasarkan pertimbangan; ukuran saluran, kecepatan aliran, arah belokan saluran dan debit
banjir. Tinggi jagaan biasanya diambil antara 15 sampai 60 cm (Maulakum, 2013).
Adapun bentuk-bentuk umum dan geometris dari saluran drainase dapat di lihat pada Tabel
2.4.
4 Segitiga Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan Pada lahan yang cukup
limpasan air hujan untuk debit yang kecil. terbatas
Tipe saluran drainase ada dua macam, yaitu saluran tertutup dan saluran terbuka. Bentuk
saluran dan fungsinya diperlihatkan pada Tabel 2.5
dari daerah rumah tangga, industri, komersial dan lain-lain. Data-data dalam perencanaan air
buangan adalah sebagai berikut (Supriyani, 2012):
1. Jumlah penduduk
2. Konsumsi air bersih penduduk
Debit air limbah rumah tangga berdasarkan dari perkiraan rata-rata buangan rumah tangga
tiap individu dapat dihitung menggunakan rumus seperti berikut:
Qak = (2.44)
Dimana :
Qak = debit air buangan
Pn = jumlah penduduk (jiwa)
q = jumlah air buangan (ltr/dtk/org)
A = luas daerah (km2)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaliran air buangan ini ialah:
1. Pengaliran dilakukan secara gravitasi;
2. Debit aliran air buangan;
3. Dianjurkan dengan kecepatan yang disyaratkan dapat membersihkan saluran air dengan
sendirinya;
4. Dapat mensirkulasi udara dan air buangan;
5. Agar tidak terjadi pembusukan air buangan sampai ke BPAB usahakan dalam waktu
kurang dari 18 jam;
6. Pipa air buangan tidak boleh penuh (maksimal 80%).
Pada penyaluran air buangan, sistem pengaliran yang digunakan, antara lain (Burton, 1979) :
1. Pengaliran secara gravitasi, yaitu pengaliran yang bersifat terbuka dalam saluran tertutup.
Pengaliran memanfaatkan gaya gravitasi dalam saluran.
2. Pengaliran yang bertekanan atau menggunakan pompa, yaitu pengaliran yang terjadi
karena ada pemompaan yang dilakukan dalam saluran tertutup karena muka air tidak
dapat berhubungan secara bebas dengan atmosfir.
Dari kedua jenis pengaliran diatas, sebaiknya digunakan pengaliran gravitasi karena bersifat
ekonomis dan tidak perlu pekerjaan tambahan seperti perawatan, perbaikan pompa, dan
pemeriksaan rutin yang biasanya dilakukan terhadap sistem pemompaan. Pemakaian pompa
sedapat mungkin diminimalkan, hanya dipakai jika pengaliran secara gravitasi tidak
memungkinkan.
2. Penyediaan Air Bersih Tingkat penyediaan air bersih berdasarkan atas besarnya tingkat
pelayanan dari PDAM terhadap masyarakat, berdasarkan hal tesebut maka tingkat pelayanan
di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Tingkat pelayanan tinggi ( >60%)
b. Tingkat pelayanan sedang ( 30-60%)
c. Tingkat pelayanan rendah ( <30%)
b. Sistem komunal (off site sanitation), yakni sistem pembuangan air limbah dimana air
limbah disalurkan terlebih dahulu ke saluranpengumpul air buangan dan selanjutnya
disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan
perairan (Fajarwati, 2000). Contoh dari sistem ini ialah mandi cuci kaku (MCK), jaringan air
perpipaan atau limbah (public sewer).
Kecepatan aliran harus memenuhi persyaratan tidak boleh kurang dari kecepatan minimum
dan tidak melebihi kecepatan maksimum yang diizinkan sesuai dengan tipe dan material
saluran yang ditinjau.
m/det. Sebaliknya, jika setelah dicek pada kedalaman db vb>> 0.30 m/det, penetapan vpb di
atas dapat diperkecil (Hardjosuprapto, 2000).
4. Kecepatan Penuh
Kecepatan penuh adalah kecepatan dalam keadaan pipa penuh tetapi tanpa tekanan. Dalam
penyaluran tidak boleh terjadi aliran penuh, sehingga istilah kecepatan penuh hanya untuk
media perhitungan. Perhitungan kecepatan penuh (Vf) ini berguna untuk menentukan diameter
pipa, kemiringan lajur pipa, dan kedalaman air pipa. Persamaan untuk kecepatan penuh adalah
(Masduki, 2000):
vf = 1,364 . D0,5 (2.47)
Dimana :
a. Perletakan saluran dilakukan di tengah jalan, bila bagian kiri dan kanan jalan terdapat
jumlah rumah yang hampir sama banyak.
b. Perletakan saluran dilakukan pada jalan yang satu bagian sisi mempunyai jumlah rumah
yang lebih banyak daripada sisi lainnya, saluran ditempatkan pada sisi jalan dengan jumlah
rumah terbanyak.
c. Saluran dapat diletakkan pada kiri dan kanan jalan jika kedua sisi jalan tersebut terdapat
banyak sekali rumah atau bangunan.
d. Untuk jalan dengan letak rumah atau bangunan di satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya,
perletakan saluran dilakukan pada sisi jalan yang mempunyai elevasi lebih tinggi.
e. Untuk jalan dengan kondisi jumlah bangunan sama banyak di kedua sisinya dan
mempunyai elevasi lebih inggi dari jalan, maka penempatan saluran dilakukan di tengah
jalan (Mulia, 2010).
(Babbit, 1982).
Bentuk saluran yang banyak digunakan dalam jaringan pengumpul air buangan adalah
lingkaran dan bulat telur.
Biasanya pipa persil dan servis berbentuk bulat lingkaran. Bentuk pipa bulat lingkaran dapat
dilihat pada Gambar 2.1 :
2. Pola Interceptor
Pola interceptor adalah pola sistem campuran terkendali ke dalam pipa riol hulu dimasukkan
kedalam porsi tertentu air hujan dengan pemasukan terkendali. Pada waktu air hujan masuk,
aliran pipa riol hulu penuh dan bertekanan dari awal hingga pipa riol interceptor. Karena tidak
ada gradient hidrolis maka terjadi peluapan air balik pada perlengkapan saniter pada daerah
pelayanan nya. Ujung akhir riol hulu di desain melintasi atas riol interceptor. Pada perlintasan
itu keduanya dihubungkan dengan pipa tegak,. Kecepatan aliran pada musim kering di desain
agar tidak dapat meloncati lubang pipa tegak dan seluruh aliran, masuk ke dalam pipa riol
interceptor. Kecepatan aliran saat musim hujan menjadi besar. Air limbah domestik di desain
dapat meloncati pipa lubang tegak langsung menuju ke badan air penerima terdekat. Jadi riol
Harits (150407028) II-32
Cathrine Angelina Hulu (150407029)
Berliana Desy Lestari Manik (150407054)
Tugas Besar Penyaluran Air Buangan dan Drainase (RTL 3228)
interceptor hanya terisi sewaktu tidak air hujan atau saat kecepatannya tidak dapat meloncati
lubang pipa tegak. Riol interceptor dipandang sejajar dengan sungai besar sebagai badan air
penerima dan berakhir pada bangunan pengolahan air limbah domestik.
3. Pola Zona
Pola zona merupakan pola yang bisa diaplikasikan pada daerah pelayanan yang terbagi oleh
sungai, sehingga pipa penyebrangan atau pelintasannya sulit dibangun. Bangunan pengolahan
air limbah domestik dibangun pada akhir riol.
4. Pola Kipas
Pola kipas adalah pola yang diaplikasikan pada daerah pelayanan yang terletak di suatu
lembah.
5. Pola Radial
Pola radial adalah pola yang bias diaplikasikan pada daerah pelayanan yang terletak di daerah
bukit.
Kedalaman akhir pemasangan pipa. Kedalaman akhir pemasangan pipa air buangan
diisyaratkan tidak melebihi 7 meter. Jika pemasangan pipa sudah melebihi 7 meter harus
dipergunakan pompa untuk menaikkan air buangan untuk mendapatkan kedalaman galian
yang diisyaratkan.
2.9.9.2 Manhole
Manhole adalah salah satu bangunan perlengkap sistem penyaluran air buangan yang
berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan saluran dari kotoran
yang mengendap dan benda-benda yang tersangkut selama pengaliran, serta untuk
mempertemukan beberapa cabang saluran, baik dengan ketinggian sama maupun berbeda.
Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus cukup untuk
pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah melakukan pekerjaannya,
diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman manhole.
c. Kriteria Manhole
Kriteria manhole merupakan persyaratan guna memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam
penyaluran air buangan.Persyaratan atau kriteria manhole antara lain :
1) Manhole harus ditutup dengan tutup yang dilengkapi kunci, agar tidak dibuka/dicuri oleh
orang yang tidak bertanggung jawab
2) Bersifat padat dan kokoh
3) Kuat menahan gaya-gaya dari luar
4) Kemudahan akses tinggi, tangga dari bahan anti korosi
5) Dinding dan pondasinya kedap air
6) Terbuat dari beton atau pasangan batu kali. Jika diameternya = 2.50 m, konstruksinya
beton bertulang.
7) Bagian atas dinding manhole, sebagai perletakkan tutup manhole, merupakan konstruksi
yang fleksibel, agar dapat selalu disesuaikan dengan level permukaan jalan yang mungkin
berubah, sehingga tutup manhole tidak menonjol atau tenggelam terhadap permukaan
jalan.
d. Konstruksi Manhole
Konstruksi manhole merupakan ketebalan dari dinding manhole serta lantai kerja dari
manhole. Ketebalan dinding manhole serta lantai kerja tergantung pada :
1) Kedalaman
2) Kondisi tanah
3) Beban yang diterima
4) Material yang digunakan
Umumnya ketebalan manhole adalah 5 9 (125 225 mm). Perumusan ketebalan dinding
(Babbit, Harold E, 1969) :
T = 2 + d/2 (inchi)
Keterangan :
d = diameter manhole (ft)
Bahan yang digunakan adalah konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan batu bata. Pada
bagian atasnya digunakan precast concrete.
e. Lantai Kerja
Persyaratan lantai kerja adalah luasnya cukup untuk orang berdiri dan menyimpan peralatan
pembersih. Kemiringan lantai dasar 8%. Persyaratan ketebalan lantai dasar sama dengan
ketebalan dinding manhole. Untuk saluran berdiameter besar, lantai dasarnya berupa papan
injakan yang ditempatkan melintang saluran atau pada salah satu dinding manhole.
2. Drop Manhole
a. Drop manhole dipasang pada pertemuan saluran yang ketinggiannya tidak sama (berbeda
elevasi > 450 cm);
b. Tujuan dari pemakaian drop manhole adalah untuk melindungi orang yang masuk dan
menghindari splashing atau ceburan air.
Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan, namun untuk
menghemat biaya digunakan pipa tegak berdiameter 8.
4. Siphon
Siphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan defleksi vertikal/miring. Misalnya, bila
saluran harus melintasi sungai, jalan kereta api, jalan raya rendah, saluran irigasi, lembah, dan
sebagainya, dimana elevasi dasarnya lebih rendah dari elevasi dasar saluran roil (Mulia,
2010).
Perhitungan kehilangan tekanan dalam siphon sangat penting dalam perencanaan siphon,
untuk dapat mengetahui perbedaan ketinggian pada awal dan akhir siphon. Ada beberapa cara
untuk menghitung kehilangan tekanan siphon, yaitu :
2
H = 2 (1 + + + ) (2.49)
1
a=1 (2.50)
Dimana:
Q = A v = D2v (2.52)
Dimana:
Q = Debit air buangan (m3/detik)
A = Luas penampang pipa (m2)
5. Ventilasi Udara
Ventilasi udara diperlukan untuk:
a. Mengeluarkan gas yang berbau
b. Memasukkan udara segar ke dalam saluran;
c. Mencegah timbulnya gas H2S sebagai proses dekomposisi zat organik pada saluran;
d. Mengatur tekanan udara dalam pipa saluran air buangan atau manhole dan menyelaraskan
dengan tekanan udara diluar.
Ventilasi diperlukan jika perjalanan air buangan membutuhkan waktu lebih dari 18 jam ke
BPAB. Jarak ventilasi untuk aliran yang ideal/lancar adalah:
X = v.t (2.53)
Dimana:
X = jarak ventilasi (m)
V = kecepatan aliran (m/s)
t = waktu tempuh (s)
Rumus penggelontoran:
Yang = L = L (Ag Amin (2.54)
Dimana:
Vg = Volume air penggelontor (m3)
Qg = Debit penggelontor (m3/dt)
Vw = Kecepatan air gelontor (m/s)
L = Panjang pipa yang digelontor (m)
Ag = Luas penampang basah saat dg (m2)
Amin = Luas penampang basah saat dmin (m2)
Vmin = Kecepatan air saat Qmin (m/s)
dg =Kedalaman titik berat penampang air penggelontor
dmin = Kedalaman titik berat penampang pada Qmin
Persyaratan dilakukannya penggelontoran adalah apabila dmin dari air buangan pada pipa
saluran lebih kecil dari tinggi berenangnya (dB). Dimana dB = dg dan nilainya berkisar antara
5 10 cm.
Rumah pompa dilengkapi dengan sumur pengumpul atau wetwell dengan waktu detensi 10
30 menit. Pompa yang biasa digunakan adalah pompa sentrifugal non clogging yang terbagi
atas:
a. Axial Flow
Digunakan untuk air hujan. Karakteristik pompa ini adalah mahal, head-nya < 9 meter dan Ns
= 8000-16000 rpm.
b. Mixed Flow
Digunakan untuk ait hujan dan juga air buangan. Pompa ini memiliki Ns = 4200-9000 rpm
dan paling murah.
c. Radial Flow
Digunakan untuk air buangan dan lebih banyak yang menggunakannya karena jarak antara
impeller-nya jauh sehingga memperkecil penyumbatan. Pompa ini memiliki Ns = 4200-6000
rpm dan harganya tidak terlalu mahal.
Ns adalah specific speed yang menunjukkan efisiensi dari pompa. Cara penentuannya ialah:
Ns = 0,75 (2.57)
Dimana:
Ns = Spesific speed (rpm)
N = Jumlah putaran (putaran)
H = Head pompa (Kwatt)
8. Belokan
Yang harus diperhatikan adalah:
a. Pada belokan tidak terjadi perubahan penampang melintang saluran;
b. Dinding bagian dalam dibuat selicin mungkin;
c. Bentuk harus seragam, baik radius atau kemiringannya;
d. Harus dibuat manhole diatasnya;
e. Radius dan pembelokkan yang terlalu pendek harus dihindari untuk menghindari
kehilangan tekanan.