Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

RSIA KEMANG
JL. Ampera Raya No. 34 Jakarta Selatan 12550
Telp (021) 27275454, (021) 27545454 Fax (021) 78843548
Email : www.kemangmedicalcare.com
2017

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi........... 2

BAB I Definisi ... 3

BAB II Ruang lingkup. 5

BAB III Tata laksana 9

BAB IV Dokumentasi 20

2
BAB 1
DEFINISI

Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan untuk


pasien yang mengalami sakit atau penyakit yang tidak mempunyai harapan
untuk sembuh dan menuju pada proses kematian dalam 6 (enam) bulan atau
kurang. Pasien yang berada pada tingkat akhir hidupnya memerlukan pelayanan
yang berfokus akan kebutuhannya yang unik. Pasien dalam tahap ini dapat
menderita gejala lain yang berhubungan dengan proses penyakit atau terapi
kuratif atau memerlukan bantuan berhubungan dengan faktor psikososial,
agama, dan budaya yang berhubungan dengan proses kematian. Keluarga dan
pemberi layanan dapat diberikan kelonggaranmelayani pasien tahap terminal dan
membantu meringankan rasa sedih dan kehilangan.
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan
lagi.Kematian adalah tahap akhir kehidupan.Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa
peringatan atau mengikuti periode sakit yang panjang.
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual
bagi individu.
Pasien terminal adalah pasien pasien yang dirawat, yang sudah jelas
bahwa mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin
memburuk.
Pendampingan dalam proses kematian adalah suatu pendampingan
dalam kehidupan karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan .Manusia
dilahirkan, hidup beberapa tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerima
bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian adalah
akhir dari kehidupan.
Sakaratul Maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang
menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk
meninggal.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernafasan, nadi, dan
tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan terhentinya aktifitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru
secara menetap.

3
Selain itu, dr.H.Ahmadi NH,Sp.KJ juga mendefininisikan Death :
1. Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversible.
2. Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak.
Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta
merupakan suatu fenomena tersendiri.Dying lebih ke arah suatu proses,
sedangkan death merupakan dari hidup.
Tujuan rumah sakit untuk memberikan asuhan pada akhir kehidupan
harus mempertimbangkan tempat asuhan atau pelayanan yang diberikan (seperti
hospice atau unit asuhan paliatif), tipe pelayanan yang diberikan dan kelompok
pasien yang dilayani. Rumah sakit mengembangkan proses untuk mengelola
pelayanan akhir hidup. Proses tersebut adalah :
1. Memastikan bahwa gejala-gejalanya akan dilakukan asesmen dan dikelola
secara tepat.
2. Memastikan bahwa pasien dengan penyakit terminal dilayani dengan hormat
dan respek.
3. Melakukan asesmen keadaan pasien sesering mungkin sesuai kebutuhan
untuk mengidentifikasi gejala-gejala.
4. Merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik dalam mengelola gejala-
gejala.
5. Mendidik pasien dan staf tentang pengelolaan gejala-gejala.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Aspek Keperawatan
Banyak masalah yang melingkupi kondisi terminal pasien, yaitu mulai
dari titik yang aktual dimana pasien dinyatakan kritis sampai diputuskankan
meninggal dunia atau mati. Seseorang dinyatakan meninggal/ mati apabila
fungsi jantung dan paru berhenti, kematian sistemik atau kematian sistem
tubuh lainnya terjadi dalam beberapa menit, dan otak merupakan organ
besar pertama yang menderita kehilangan fungsi yang ireversibel,
selanjutnya organ-organ lain akan mati.
Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung
Kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehinggadampak yang
ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat
kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal. Menurut Elisabeth
Kbler- Ross, M.D.,ada 5 fase menjelang kematian, yaitu :
a. Denial (fase penyangkalan/pengingkaran diri) Dimulai ketika orang
disadarkan bahwa ia menderita penyakit yang parah dan dia tidak dapat
menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin
mengingkarinya. Penyangkalan ini merupakan mekanis pertahanan
yang acapkali ditemukan pada hampir setiap pasien pada saat pertama
mendengar berita mengejutkan tentang keadaan dirinya.
b. Anger (fase kemarahan): Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi
mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. Masanya tiba dimana
ia mengakui, bahwa kematian memang sudah dekat. Tetapi kesadaran
ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan kemarahan.
Kemarahan ini seringkali diekspresikan dalam sikap rewel dan mencari-
cari kesalahan pada pelayanan di rumah sakit atau di rumah. Umumnya
pemberi pelayanan, tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien
sebagai ekspresi dari frustasi yang dialaminya. Sebenarnya yang
dibutuhkan pasien adalah pengertian, bukan argumentasi-argumentasi
dari orang-orang yang tersinggung oleh karena kemarahannya.
c. Bargaining (fase tawar menawar). Ini adalah fase di mana pasien
akan mulai menawar untuk dapat hidup sedikit lebih lama lagi atau

5
dikurangi penderitaannya. Mereka bisa menjanjikan macam-macam hal
kepada Tuhan, "Tuhan, kalau Engkau menyatakan kasih-Mu, dan
keajaiban kesembuhan-Mu, maka aku akan mempersembahkan seluruh
hidupku untuk melayaniMu."
d. Depresion (fase depresi) Setelah ternyata penyakitnya makin parah,
tibalah fase depresi. Penderita merasa putus asa melihat masa
depannya yang tanpa harapan.
e. Acceptance (fase menerima / pasrah)Tidak semua pasien dapat terus
menerus bertahan menolak kenyataan yang ia alami. Pada umumnya,
setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat menerima kenyataan,
bahwa kematian sudah dekat. Mereka mulai kehilangan kegairahan
untuk berkomunikasi dan tidak tertarik lagi dengan berita dan
persoalan-persoalan di sekitarnya. Pasien dalam kondisi terminal akan
mengalami berbagaimasalah baik fisik, psikologis, maupun sosio-
spiritua, antara lain:
1) Problem : oksigenisasi; nafas tidak teratur,cepat atau lambat,
pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan
mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia,
akumulasi sekret,nadi ireguler.
2) Problem eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imo bilitas
memperlambat peristaltik, kurang diet serat dana supan makanan
jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh
karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis Ca Colon), retensiurin,
inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring
penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
3) Problem nutrisi dan cairan; asupan makanan dan cairan menurun,
peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah,
cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
4) Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus
memakai selimut.
5) Problem sensori; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang
saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea,

6
Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi
menurun. Penglihatan kabur, pendengaran berkurang, sensasi
menurun.
6) Problem nyeri; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan
secara intra vena, pasien harus selalu didampingi untuk
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
7) Problem kulit dan mobilitas; sering kali tirah baring lama
menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal
memerlukan perubahan posisi yang sering.
8) Masalah psikologis; pasien terminal dan orang terdekat biasanya
mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa.

2. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif bertujuan mencapai quality of life dan quality of
death. Perawatan paliatif menyangkut psikologis, spiritualis, fisik, keadaan
sosial. Terkait hal ini, memberikan pemahaman bagi keluarga dan pasien
sangat penting agar keluarga mengerti betul bahwa pasien tidak akan
sembuh, sehingga mereka akan memberikan perhatian dan kasih sayang
diakhir kehidupan pasien tersebut.

3. Aspek Medis
Kebanyakan kalangan dalam dunia kedokteran dan hukum sekarang
ini mendefinisikan kematian dalam pengertian mati otak (MO) walaupun
jantung mungkin masih berdenyut dan ventilasi buatan(ventilator)
dipertahankan. Akan tetapi banyak pula yang memakai konsep mati batang
otak (MBO) sebagai pengganti MO dalam penentuan mati. Dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kedokteran maka
banyak pilihan pengobatan yang berguna memberi bantuan hidup terhadap
pasien tahap terminal. Pilihan ini sering kali menimbulkan dilema terutama
bagi keluarga pasien karena mereka menyadari bahwa tindakan tersebut
bukan upaya penyembuhan dan hanya akan menambah penderitaan pasien.
Keluarga menginginkan sebuah proses di mana berbagai intervensi.
Medis (misalnya pemakaian ventilator) tidak lagi diberikan kepada pasien
dengan harapan bahwa pasien akan meninggal akibat penyakit yang

7
mendasarinya. Ketika keluarga/wali meminta dokter menghentikan bantuan
hidup (withdrowing life support) atau menunda bantuan hidup (with holding
life support) terhadap pasien tersebut, maka dokter harus menghormati
pilihan tersebut.
Pada situasi tersebut, dokter memiliki legalitas dimata hukum dengan
syarat sebelum keputusan penghentian atau penundaan bantuan hidup
dilaksanakan, tim dokter telah memberikan informasi kepada keluarga
pasien tentang kondisi terminal pasien dan pertimbangan keputusan
keluarga/ wali tertulis dalam informed consent.

8
BAB III
TATA LAKSANA

1. Aspek Keperawatan
Asesmen Keperawatan: Perawat dapat berbagi penderitaan pasien menjelang
ajal dan mengintervensi dengan melakukan asesmen yang tepat sebagai
berikut:
a. Asesmen tingkat pemahaman pasien &/ keluarga :
1) Closed Awareness: pasien dan atau keluarga percaya bahwa pasien
akan segera sembuh.
2) Mutual Pretense: keluarga mengetahui kondisi terminal pasien dan
tidak membicarakannya lagi, Kadang-kadang keluarga menghindari
percakapan tentang kematian demi menghindarkan dari tekanan.
3) Open A wareness: keluarga telah mengetahui tentang proses
kematian dan tidak merasa keberatan untuk memperbincangkannya
walaupun terasa sulit dan sakit. Kesadaran ini membuat keluarga
mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah,
bahkan dapat berpartisipasi dalam merencanakan pemakaman. Pada
tahapan ini, perawat atau dokter dapat menyampaikan isu yang
sensitif bagi keluarga seperti autopsi atau donasi organ.
b. Asesmen faktor fisik pasien: Pada kondisi terminal atau menjelang ajal,
pasien dihadapkan pada berbagai masalah menurunnya fisik, perawat
harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada pasien
terminal meliputi:
1) Pernapasan (breath): Apakah teratur atau tidak teratur, Apakah ada
suara napas tambahan seperti ronki, wheezing,stridor, crackles, dll.
Apakah terjadi sesak napas, Apakah ada batuk, bila ada apakah
produktif atau tidak, Apakah ada sputum, bila ada bagaimana jumlah,
warna, bau dan jenisnya. Apakah memakai ventilasi mekanik
(ventilator) atau tidak.
2) Kardiovaskuler (blood): Bagaimana irama jantung, apakah reguler
atau ireguler. Bagaimana akral, apakah hangat, kering, merah, dingin,
basah dan pucat. Bagaimana pulsasi, apakah sangat kuat, kuat
teraba, lemah teraba, hilang timbul atau tidak teraba Apakah ada

9
pendarahan atau tidak, bila ada domana lokasinya. Apakah ada CVC
atau tidak, bila ada berapa ukurannya dalam CmH2O. Berapa tensi
dan MAP dalam ukuran mmHg,Lainlain bila ada.
3) Persyarafan (brain): Bagaimana ukuran GCS total untuk mata, verbal,
motorik dan kesadaran pasien. Berapa ukuran ICP dalam CmH2O.
Apakah ada tanda TIK seperti nyeri kepala atau muntah proyektil.
Bagaimana konjungtiva, apakah anemis atau kemerahan. Lainlain
bila ada.
4) Perkemihan (blader): Bagaimana area genital, apakah bersih atau
kotor. Berapa jumlah cairan masuk dalam hitungan cc/hari.
Bagaimana cara buang air kecil, apakah spontan atau dengan
bantuan dower kateter.Bagaimana produksi urin, berapa jumlah cc /
jam, bagaimana warnanya, bagaimana baunya.
5) Pencernaan (bowel): Bagaimana nafsu makan, apakah baik atau
menurun. Bagaimana porsi makan, habis atau tidak. Minum berapa
cc/hari, dengan jenis cairan apa. Apakah mulut bersih, kotor dan
berbau. Apakah ada mual atau muntah. Buang air besar berapa kali
sehari, apakah teratur atau tidak, bagaimana konsistensi,warna dan
bau dari feses.
6) Muskuloskeletal/integumen: Bagaimana kemampuan pergerakan
sendi, bebas, atau terbatas. Bagaimana warna kulit, apakah ikterus,
sianotik, kemerahan, pucat atau hiperpigmentasi. Apakah ada odema
atau tidak, bila ada dimana lokasinya. Apakah ada dekubitus atau
tidak, bila ada dimana lokasinya. Apakah ada luka atau tidak bila ada
dimana lokasinya dan apa jenis lukanya. Apakah ada kontraktur atau
tidak, bila ada dimana lokasinya. Apakah ada fraktur atau tidak, bila
ada dimana lokasinya dan apa jenis frakturnya. Apakah ada jalur infus
atau tidak bila ada dimana lokasinya.
2. Asesmen tingkat nyeri pasien
Lakukan asesmen rasa nyeri pasien. Bila nyeri sangat mengganggu, maka
segera lakukan menajemen nyeri yang memadai.
3. Asesmen faktor riwayat kultur psiko-sosial
a. Tahap Denial: Asesmen pengetahuan pasien, kecemasan pasien dan
penerimaan pasien terhadap penyakit, pengobatan dan hasilnya.

10
b. Tahap Anger: pasien menyalahkan semua orang, emosi tidak terkendali,
komunikasi ada dan tiada, orientasi pada diri sendiri.
c. Tahapan Bargaining: pasien mulai menerima keadaan dan berusaha
untuk mengulur waktu, rasa marah sudah berkurang.
d. Tahapan Depresi: Asesmen potensial bunuh diri, gunakan kalimat terbuka
untuk mendapatkan data dari pasien.
e. Tahapan Acceptance: Asesmen keinginan pasien untuk istirahat/
menyendiri.
4. Asesmen faktor spiritual
Asesmen kebutuhan pasien akan bimbingan rohani atau seseorang yang
dapat membantu kebutuhan spiritualnya, biasanya pada saat pasien sedang
berada di tahapan bargaining.
5. Asuhan Pasien terminal
a. Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah
sakit dengan penyakit yang sama.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita pentakit yang sama
dengan klien.
d) Head To Toe
Perubahan Fisik saat kematian mendekat :
Pasien kurang responsif
Fungsi tubuh melambat
Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
Rahang cenderung jatuh
Pernafasan tidak teratur dan dangkal
Sirkulasi melambat dan ekstremitas dingin, nadi cepat dan
melemah
Kulit pucat
Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
b. Diagnosa keperawatan
1) Ansietas/ketakutan individu, keluarga yang berhubungan diperkirakan
dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negative pada gaya hidup.
2) Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian
yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik
diri dari orang lain.

11
3) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan
kehidupan keluarga, takut akan hasil (kematian) dengan
lingkungannya penuh dengan stes (tempat perawatan)
4) Resiko terhadap distress spiritual yang berhubungan dengan
perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau
ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.
c. Kriteria Hasil
1) Klien atau keluarga akan :
a) Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan dengan gangguan.
b) Menceritakan pikiran tentang efek gangguan pada fungsi normal,
tanggung jawab peran dan gaya hidup.
2) Klien akan :
a) Mengungkapkan kehilangan dan perubahan
b) Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilangan dan
perubahan
c) Menyatakan kematian akan terjadi
d) Anggota keluarga akan melakukan hal berikut :
Menghabiskan waktu bersama klien
Mempertahankan kasih sayang, komunikasi terbuka dengan
klien
Berpartisipasi dalam perawatan
3) Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan :
a) Mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien
b) Mengungkapkan kekhawatiran mengenai lingkungan tempat
perawatan
c) Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama
perawatan klien
d) Klien akan mempertahankan praktik spiritualnya yang akan
mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian.
d. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa I
Ansietas/ketakutan (individu, keluarga) yang berhubungan dengan
situasi yang tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan
takut akan kematian dan efek negatif pada gaya hidup.
a) Kriteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan dengan
gangguan
Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal,
tanggung jawab, peran dan gaya hidup.
b) Intervensi Rasional
Bantu klien untuk mengurangi ansiestasnya :
Berikan kepastian dan kenyamanan.

12
Tunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati, jangan
menghindari pertanyaan.
Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan
permasalahan yang berhubungan dengan pengobatan.
Identifikasi dan dukung mekaniosme koping efektif Klien yang
cemas mempunyai penyempitan lapang persepsi dengan
penurunan kemampuan untuk belajar. Ansietas cenderung
untuk memperburuk masalah. Menjebak klien pada lingkaran
peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.
Kaji tingkat ansietas klien: rencanakan penyuluhan bila
tingkatnya rendah atau sedang. Beberapa rasa takut yang
didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat
dihilangkan dengan memberikan informasi akurat. Klien
dengan ansietas berat atau parah tidak menyerap pelajaran.
Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-
ketakutan mereka. Pengungkapan memungkinkan untuk saling
berbagi dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki
konsep yang tidak benar.
Berikan pasien dan keluarga kesempatan dan penguatan
koping positif. Menghargai pasien untuk koping efektif dapat
menguatkan respon koping positif yang akan datang.
2) Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang
akan dihadapi penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menarik
diri dari orang lain.
a) Kriteria hasil
Klien akan :
Mengungkapkan kehilangna dan perubahan
Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilangan dan
perubahan
Menyatakan kematian akan terjadi
Anggota keluarga akan melakukan hal berikut : mempertahankan
hubungan erat yang efektif, yang dibuktikan dengan cara sbb :
Menghabiskan waktu bersama klien
Mempertahankan kasih sayang, komunikasi terbuka dengan
klien
Berpartisipasi dalam perawatan
b) Intervensi Rasional
Berikan kesempatan kepada klien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara

13
terbuka dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan
bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang
dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat
menyebabkan menimbulnya perasaan yang dalam dan respon
berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat
membantu klien dan anggota keluarga menerima dan
mengatasi situasi dan merespon mereka terhadap situasi
tersebut.
Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang
terbukti memberikan keberhasilan pada masa lalu. Strategi
koping positif membantu penerimaan dan pemecahan
masalah.
Berikan dukungan pada klien untuk mengekspresikan atribut
diriyang positif. Memfokuskan pada atribut yang positif
meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian yang
terjadi.
Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan
terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur. Proses
berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai
kematian yang akan terjadi di terima.
Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,
menghilangkan ketidaknyaman dan dukungan.
Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling
menghargai tindakan keperawatan berikut :
Membantu berdandan
Membantu fungsi kemandirian
Memberikan obat nyeri saat diperlukan
Meningkatkan kenyamanan fisik (skoruka dan bonet 1982)
3) Diagnosa III
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan
kehidupan, takut akan hasil (kematian) dan lingkungan penuh stress
(tempat perawatan).
a) Kriteria hasil :
Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan :
Mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis
klien
Mengungkapkan kekhawatirannya mengenai lingkungan
tempat perawatan

14
Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama
perawatan klien
b) Intervensi Rasional
Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien
dan tunjukkan pengertian yang empati. Kontak yang sering
dan mengomunikasikan sikap perhatian dan peduli dapat
membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan
pembelajaran.
Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk
mengekspresikan perasaan, ketakutandan kekhawatiran.
Saling berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi
ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan
intervensi untuk mengatasinya.
Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU, informasi ini dapat
membantu mengurangi ansietas yang berkaitan dengan
ketidaktakutan.
Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi
yang dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang
kemajuan klien.
Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam
tindakan perawatan. Kunjungan dan partisipasi yang sering
dapat meningkatkan interaksi keluarga berkelanjutan.
Konsul dengan atau berikan rujukan ke sumber komunitas dan
sumber lainnya. Keluarga dengan masalah-masalah seperti
kebutuhan financial, koping yang tidak berhasil atau konflik
yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan
untuk membantu mempertahankan fungsi keluarga.
4) Diagnosa IV
Risiko terhadap distress spiritual yang berhubungan dengan
perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau
ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.
a) Kriteria hasil
Klien akan mempertahankan praktik spiritualnya yang akan
mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian.
b) Intervensi Rasional
Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek
atau ritual keagamaan atau spiritual yang diiginkan bila yang
memberi kesempatan pada klien untuk melakukannya. Bagi

15
klien yang mendapatkan nilai tinggi pada doa atau praktek
spiritual lainnya. Praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan
dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan.
Ekspresikan pengertian dan penerimaan anda tentang
pentingnya keyakinan dan praktik religious atau spiritual klien.
Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi
kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan
prakteknya.
Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai
kebutuhan klien dapat dilaksanakan. Privasi dan ketenangan
memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan
perenungan.
Bila anda menginginkan tawaran untuk berdoa bersama klien
lainnya atau membaca buku keagamaan. Perawat meskipun
yang tidak menganut agama atau keyakinan yang sama
dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan
spiritualnya.
Tawaran untuk menghubungkan pemimpin religious atau
rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan
ketidak setiaan pelayanan (kapel dan injil RS) Tindakan ini
dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan
mempraktikkan ritual yang penting (Carson 1989)
e. Implementasi
1) Diagnosa I
a) Membantu klien untuk mengurangi ansientasnya :
Memberikan kepastian dan kenyamanan
Menunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati,
jangna menghindari pertanyaan
Mendorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan
permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya
Menditifikasi dan mendorong mekanisme koping efektif
b) Mengkaji tingkat ansientas klien, merencanakan penyuluhan bila
tingkatnya rendah atau sedang
c) Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan
atau pikiran mereka

16
d) Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian dan penguatan
perilaku koping positif
e) Memberikan dorongan pada klienuntuk menggunakan teknik
relaksasi seperti panduan imajines dan pernafasan relasasi
2) Diagnosa II
a) Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaan, diskusikan kehilangan serta terbuka
dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka
adalah reaksi yang umum dan sehat.
b) Memberikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang
terbukti memberikan keberhasilan pada masa lalu.
c) Memberikan dorongna kepada pasien untuk mengekspresikan
atribut dari yang positif.
d) Membantu klien menyatakan dan menerima kematian yang akan
terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.
e) Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,
menghilangkan ketidaknyaman dan dukungan.
3) Diagnosa III
a) Meluangkan waktu bersama keluarga/orang terdekat klien dan
tunjukkan pengertian yang empati.
b) Mengizinkan keluarga klien/orang terdekat untuk
mengekspresikan perasaan ketakutan dan kekhawatiran.
c) Menjelaskan lingkungan dan peralatan.
d) Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi
yang dipirkan dan memberikan informasi spesifik tentang
kemajuan klien.
e) Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam
tindakan keperawatan.
f) Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber komunitas dan
sumber lainnya.
4) Diagnosa IV
a) Menggali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktik
atau ritual keagaam atau spiritual yang diizinkan bila ia
memberikan kesempatan kepada klienutuk melakukannya.
b) Mengekspresikan pengertian dan penerimaan anda tentang
pentingnya keyakinan dan praktik religious atau spiritual klien.
c) Memberikan privasi dan ketenangan untukritual, spiritual sesuai
kebutuhan klien dan dapat dilaksanakan.

17
d) Menawarkan untuk menghubungi religious atau rohaniwan rumah
sakit untuk mengatur kunjungan. Menjelaskan ketersediaan
pelayanan, misalnya : alquran dan ulama bagi yang beragama
islam.
f. Evaluasi
1) Klien merasa nyaman dan mengekspresikan persaannya kepada
perawat
2) Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan
3) Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakal
4) Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah akan kembali
kepadaNya

BAB IV
DOKUMENTASI

Seluruh hasil asesmen dan pengobatan serta tindakan yang dilakukan dan
diberikan kepada pasien selama proses pelayanan medis di Instalasi mana pun
dalam RSIA Kemang harus dicatat secara jelas, benar dan teratur serta
didokumentasikan di rekam medis dalam tempat yang sama, aman dan mudah
diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan sewaktu-waktu.

18
FORMULIR TINDAKAN PELAYANAN PADA PASIEN TAHAP TERMINAL

IDENTITAS PASIEN
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat lengkap :
Nomor rekam medis :

19
DIAGNOSIS :

STATUS TERMINAL (jawab dengan ya atau tidak)

Apakah pasien ini dilakukan tindakan pelayanan tahap terminal ?


Jika jawaban Tidak, berikan alasan :___________________________________

Kondisi pasien mengindikasikan bahwa pelayanan tidak mungkin efektif atau


berhasil jika dilakukan pelayanan tahap terminal.

Pasien/ keluarga bersedia dilakukan pelayanan pada tahap terminal.


Alasan, sebutkan:___________________________________________________

KOMUNIKASI (jawab dengan ya atau tidak)


Diskusikan dengan pasien / keluarga, jika tidak berikan pelayanan tahap
terminal. Alasan,
sebutkan:____________________________________________

Nama Dokter :
Alamat Lengkap Dokter :
Tanda Tangan Dokter :
Tanggal dan waktu penandatanganan :
Tanggal Peninjauan Ulang :

20

Anda mungkin juga menyukai