Memahami dan Menjelaskan Trauma Kepala Pada gambaran radiologis akan terlihat suatu area double density lebih radio opaque karena ada bagian
Epidemiologi tulang yang tumpang tindih.
1) Orang
Menurut Data CDC (1997), di Amerika Serikat penderita trauma kapitis untuk laki-laki kira-kira dua kali lebih 2) Basilar
tinggi daripada perempuan dengan IR penderita laki-laki 91,9 per 100.000 penduduk dan IR perempuan 47,7 Yaitu fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk dasar tengkorak
per 100.000 penduduk.27 Menurut Miller (2004) anak-anak < 15 tahun berisiko untuk mengalami trauma a. Fraktur Basis Cranii Fossa Anterior
kapitis (33%) dan berumur > 65 tahun 70-88%.28 Angka kematian pada pasien yang berusia 15-24 tahun yaitu Bagian posteriornya dibatasi oleh os. sphenoid, prosessus clinoidalis anterior dan jugum sphenoidalis.
32,8 kasus per 100.000 orang dan tingkat kematian pada pasien yang sudah berusia lanjut ( 65 tahun) adalah Manifestasi klinisnya: Ekimosis periorbita bisa bilateral dan disebut brill hematoma atau racoon eyes,
sekitar 31,4 orang per 100.000 orang.11 Menurut penelitian Junandar Siahaan (2000) di RS. Santa Elisabeth anosmia jika cedera melibatkan N. Olfctorius, Rhinorrea.
Medan, proporsi penderita trauma kapitis terbanyak pada kelompok umur 17-24 tahun (23,8%).29 b. Fraktur basis cranii Foss Media
2) Tempat Bagian anteriornya langsung berbatasan dengan fossa anterior sedangkan bagian posteriornya dibatasi
Penelitian Tagliaferri et al di Eropa (2006), rata-rata kematian akibat trauma kapitis sekitar 15 kasus per oleh yamida os petrosus, os tempoalis, prosesus clinoidalis posterior dan dorsum sella. Manifestasi
100.000 dan CFR yaitu 11 per 100.30 Penelitian Kleiven di Swedia (1987-2000) terdapat 22.000 pasien trauma klinisnya: ecchimosis pada mastoid (battle sign), otorrhea, hemotympanum (bila membran tympaninya
kapitis menunjukkan IR tahunan sebesar 229 per 100.000 penduduk.31. Di Norwegia IR trauma kapitis pada robek), kelumpuhan N.VII dan N. VIII (terutama jika garis frakturnya transversal terhadap aksis
tahun 2005-2006 mengalami penurunan menjadi 83,3 per 100.000 penduduk. Penurunan ini dapat dilihat mulai pyramida petrosus). Carotid-cavernosusfistula (CCF) yang ditandai dengan chymosis, sakit kepala,
dari tahun 1974 IR trauma kapitis yaitu 236 per 100.000 penduduk menjadi 200 per 100.000 pada tahun 1979 adanya bruit, exophtalmus yang berdenyut.
1980, dan menjadi 169 per 100.000 penduduk pada tahun 1993. Di Australia pada tahun 1996-1997 terdapat c. Fraktur Basis Cranii Fossa posterior
IR penderita trauma kapitis sebesar 149 per 100.000 penduduk. Kelompok umur yang berisiko tinggi Merupakan dasar ari kompartment infratentorial. Sering tidak disertai gejala dan tanda yang jelas, tetapi
mengalami trauma kapitis yaitu 15-19 tahun (284 per 100.000) dan anak-anak pada umur 0-4 tahun (244 per dapat segera menyebabkan kematian karena penekanan terhadap batang otak. Kadang-kadang terdapat
100.000). Kelompok umur yang berisiko rendah untuk terkena trauma kapitis yaitu 45-64 tahun (69 per battles sign
100.000). Menurut penelitian Arifin di RS. dr. Hasan Sadikin Bandung (februari-April 2008) terdapat 120
kasus trauma kapitis. Dari seluruh kasus terdapat 95 orang (79,2%) dengan trauma kapitis sedang dan 25 orang 2. Lesi Intrakranial
(20,8%) dengan trauma kapitis berat. 1)Fokal
3) Waktu Merupakan kerusakan yang melibatkan bagian-bagian tertentu dari otak, bergantung pada mekanisme
Di Inggris, menurut Thornhill S dkk (2000) terdapat 71% penderita trauma kapitis yang berumur > 14 tahun.35 cedera yang terjadi.
Di Amerika Serikat, menurut Centers for Disease Control and Prevention (2002-2006) terdapat 1,7 juta orang a. Epidural Hematom (EDH)
yang mengalami trauma kapitis setiap tahunnya dengan CFR 3,1%, dan dirawat dirumah sakit sebesar 16,2%. Relatif jarang ( 0,5 %) dari semua cedera otak dan 9 % dari penderita yang mengalami koma. EDH
Trauma kapitis adalah faktor penyumbang ketiga (30,5%) dari semua kematian terkait trauma di Amerika terletak di luar dura tetapi di dalam rongga tengkorak dan cirinya berbentuk bikonveks atau
Serikat. Menurut Dawodu (2004), IR trauma kapitis ringan di Amerika Serikat yaitu 131 kasus per 100.000 menyerupai lensa cembung. Sering terletak di area temporal atau temporoparietal yang dan biasanya
penduduk, IR trauma kapitis sedang 15 kasus per 100.000 penduduk, dan IR trauma kapitis berat 14 kasus per disebabkan oleh robeknya a. Meningea media akibat fraktur tulang tengkorak. A. Meningea media ini
100.000 penduduk.11 Di Indonesia, menurut Depkes RI tahun 2007 cedera menempati urutan ke-7 pada 10 masuk dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara duramater dan tulang di
penyakit utama penyebab kematian terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit dengan CFR 2,94% dan permukaan dalam os temporale. Pada fase awal biasanya penderita tidak menunjukkan gejala dan
pada tahun 2008 menempati urutan ke-6 dengan CFR 2,99%.1 Menurut penelitian Lusiyawati di Rumah Sakit tanda. Baru setelah hematom bertambah besar akan terlihat tanda pendesakan dan peningkatan
Pandan Arang Boyolali (2009), dari sepuluh kasus penyakit yang terbanyak terdapat 32,28% trauma kapitis, tekanan intrakranial.
yang terbagi menjadi 20,05% trauma kapitis ringan, 9,12% trauma kapitis sedang, 2,11% trauma kapitis berat. Penderita akan mengalami sakit kepala, mual dan muntah diikuti dengan penurunan kesadaran. Gejala
neurologik yang terpenting adalah pupil anisokor, bahkan pelebaran pupil unilateral akan mencapai
Klasifikasi maksimal dan reaksi cahaya akan menjadi negatif. Pada tahap akhir, kesadaran akan menurun sampai
A. Berdasarkan Morfologi koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak
1. Fraktur Kranium menunjkkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Ciri khas hematom epidural murni
Tanda, seperti ekimosis periorbital (racoon eyes sign), ekimosis retroeurikuler (battle sign), kebocoran CSS adalah adanya lucid interval. Tapi jika disertai cedera pada otak, lucid interval tidak akan terlihat.
(rhinorrhea, otorrhea), paresis N. VII dan kehilangan pendengaran yang dapat timbul segera atau beberapa Lucid interval adalah hilangya kesadaran pada awal trauma, kemudian pasien sadar lagi (tenang) dan
hari pascatrauma. disusul dgn koma. EDH ini merupakan emergensi bedah saraf. Terapinya hanya dengan operasi.
Klasifikasinya:
1) Kalvaria b. Subdural Hematom
a. Fraktur linear (garis) Hematom ini disebabkan oleh trauma otak yang menyebabkan robeknya vena didalam ruang arachnoid
Merupakan garis fraktur tunggal pada tulang tengkorak yang meliputi seluruh ketebalan tulang. Bila (vena-vena kecil di permukaan korteks serebri). Pembesaran hematom akibat robeknya vena
fraktur linear melibatkan rongga udara perinasal maka ada kemungkinan untuk timbulnya rinorea atau memerlukan waktu yang lama. Lebih sering terjadi (30 % cedera kepala berat) akibat robeknya.
otau otorea LCS. Biasanya perdarahan menutupi seluruh permukaan hemisfer otak. Hemtom subdural dibagi menjadi
b. Fraktur Diastase hematom subdural akut bila gejala timbul pada hari pertama sampai hari ketiga, subakut bila timbul
Adalah fraktur yang terjai pada sutura sehingga terjadi pemisahan sutura kranial. Sering terjadi pada antara hari ketiga hingga minggu ketiga, dan kronik bila timbul sesudah minggu ketiga. Hematom
anak dibawah usia 3 tahun. subdural akut dan kronik memberikan gambaran klinis suatu proses desak ruang (space occupying
c. Fraktur communited lession) yangprogresif sehingga tidak jarang diangap sebagai neoplasma atau demensia.
Fraktur dengan dua atau lebih fragmen fraktur Penanggulangannya terdiri atas trepanasi dan evekuasi hematom. Biasanya kerusakan otak di bawahnya
d. Fraktur Depressed lebih berat dan prognosisnya jauh lebih buruk dari EDH.
Adalah fraktur dengan tabula eksterna pada satu atau lebih tepi fraktur tergeer dibawah tingkat dari
tabula interna tulang tengkorak utuh sekelilingnya. Fraktur jenis ini terjadi bila energi benturan relatif
besar terhadap area benturan yang relatif kecil, misalnya benturan oleh kayu, batu, pipa besi, martil.
DAFTAR PUSTAKA
Bates, B. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
De Jong, W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Efiaty A S, Nurbaiti I, Jenny B, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala
dan Leher. Edisi ke-6. Cetakan ke-1. Jakarta: FKUI
Adam T.R et al. Nasal and Septal Fractures. Diunduh dari: http: //emedicine.medscape.com/article/878595.
19 September 2017.
Guyton. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Japardi I. 2004. Cedera Kepala. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
Porth CM, Gaspard KJ. 2004. Essential of Pathophysiology. Philadelphia: Liipincott Williams & Wilkins
Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Penyakit Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC