Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Nutrisi yang adekuat pada masa bayi dan anak-anak sangat dibutuhkan
untuk perkembangan setiap anak. Diketahui bahwa periode dari lahir hingga usia 2
tahun merupakan periode yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan dan
perkembangan. (Dewey, 2003). Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di
dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF
merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; memberikan air
susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan
ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. (Depkes RI,
2006). Pemberian MP-ASI didefinisikan sebagai suatu proses dimana ASI saja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga diperlukan makanan dan
minuman lain yang diberikan bersamaan dengan ASI. (Dewey,2003)
Dinegara-negara berkembang angka kejadian gizi buruk masih cukup tinggi
berkisar 6,9-53 %. (Sidiartha, 2009). Memburuknya gizi bayi dapat saja terjadi
karena penghentian pemberian ASI dengan alasan ASI tidak keluar , dan
ketidaktahuan ibu atas tata cara pemberian ASI kepada bayinya. (Roesli 2002 dalam
E. Simanjuntak 2007). Data survei Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2003 menunjukkan konsumsi MP-ASI secara dini cukup besar, yaitu
sebanyak 35% pada bayi kurang dari 2 bulan dan sebanyak 37% pada usia 2-3
bulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan E. Simanjuntak pada tahun 2007 di
Tanjung Morawa menunjukkan dari 30 bayi, didapati 60% bayi telah diperkenalkan
MP-ASI saat usia kurang dari 6 bulan, dimana tingkat pengetahuan ibu tentang ASI
ekslusif masih rendah.
Asi merupakan makanan yang baik dan memenuhi semua kebutuhan nutrisi
dari bayi selama 6 bulan pertama. Akan tetapi, setelah usia 6 bulan, Asi saja tidak

1
cukup untuk membuat bayi tumbuh dengan baik, tambahan makanan lain juga
dibutuhkan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan bayi dan aktivitas dari bayi yang
bertambah. Sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi akan meningkat sesuai
pertambahan usia. Pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6 bulan ke atas
disertai dengan pemberian ASI lanjutan adalah hal yang penting dalam
perkembangan dan pertumbuhan bayi. (Arjun&Khanti, 2004)
Mengingat pentingnya pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI dan MP-
ASI terhadap tumbuh kembang bayi, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengetahuan ibu terhadap pemberian MP-ASI di desa binaan.
Dengan mengetahui pengetahuan ibu tersebut, maka dapat dilakukan penyuluhan
terhadap pemberian MP-ASI jika didapati pengetahuan yang kurang. Sehingga
dapat mengurangi kejadian kurang gizi sedini mungkin.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI di Kelurahan Tanah 600

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI
1.3.2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengetahuan ibu tentang usia pertama kali di berikan MP-
ASI pada bayi di kelurahan tanah 600
b. Mengetahui pengetahuan ibu dalam pemberian jenis dan bentuk MP-
ASI
c. Mengetahui pengetahuan ibu tentang frekuensi pemberian MP-ASI
sesuai usia bayi.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

2
a. Bagi masyarakat penelitian ini bermanfaat dalam penerapan pemberian
ASI dan juga MP-ASI pada bayi, sehingga dapat mencegah terjadinya
gangguan gizi sedini mungkin.
b. Bagi petugas kesehatan penelitian ini dapat memberikan informasi
terhadap pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI. Sehingga petugas
kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu
c. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan
tentang pengetahuan ibu terhadap penerapan pemberiaan ASI dan MP-
ASI pada bayi dan bermanfaat sebagai bahan dalam penelitian sejenis
dan berkelanjutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1.PENGETAHUAN
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2003, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu
dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Irmayanti Meliono dkk, 2007 Pengetahuan adalah informasi atau
maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi
pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui
dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan
tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. (Irmayanti Meliono dkk, 2007).
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan
pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang.
Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu
sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar
berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan,
maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang
disebut potensi untuk menindaki. (Irmayanti Meliono dkk, 2007).
Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbantuknya tindakan seseorang. Pengetahuan
diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan rasa percaya diri sehingga
dapat dilakukan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan
seseorang.

4
2.1.2 Jenis Pengetahuan
Ditinjau dari perihal eksplisitasnya, pengetahuan dibagi menjadi 2, yaitu:
pengetahuan implisit dan pengetahuan explisit, (Erfandi, 2009).
Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti
keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang biasanya
sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lesan. Kemampuan
berbahasa, mendesain, atau mengoperasikan mesin atau alat yang rumit
membutuhkan pengetahuan yang tidak selalu bisa tampak secara eksplisit, dan juga
tidak sebegitu mudahnya untuk mentransferkannya ke orang lain secara eksplisit.
(Erfandi, 2009)
Contoh sederhana dari pengetahuan implisit adalah kemampuan mengendara
sepeda. Pengetahuan umum dari bagaimana mengendara sepeda adalah bahwa agar
bisa seimbang, bila sepeda oleh ke kiri, maka arahkan setir ke kanan. Untuk
berbelok ke kanan, pertama belokkan dulu setir ke kiri sedikit, lalu ketika sepeda
sudah condong ke kenan, belokkan setir ke kanan. Tapi mengetahui itu saja tidak
cukup bagi seorang pemula untuk bisa menyetir sepeda. (Erfandi, 2009)
Seseorang yang memiliki pengetahuan implisit biasanya tidak menyadari bahwa
dia sebenarnya memilikinya dan juga bagaimana pengetahuan itu bisa
menguntungkan orang lain. Untuk mendapatkannya, memang dibutuhkan
pembelajaran dan keterampilan, namun tidak lantas dalam bentuk-bentuk yang
tertulis. Pengetahuan implisit seringkali berisi kebiasaan dan budaya yang bahkan
kita tidak menyadarinya. (Erfandi, 2009)

Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau
disimpan dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya. Dia telah
diartikulasikan ke dalam bahasa formal dan bisa dengan relatif mudah disebarkan
secara luas. Informasi yang tersimpan di ensiklopedia (termasuk Wikipedia) adalah
contoh yang bagus dari pengetahuan eksplisit. (Erfandi, 2009)

5
Bentuk paling umum dari pengetahuan eksplisit adalah petunjuk
penggunaan, prosedur, dan video how-to. Pengetahuan juga bisa termediakan secara
audio-visual. Hasil kerja seni dan desain produk juga bisa dipandang sebagai suatu
bentuk pengetahuan eksplisit yang merupakan eksternalisasi dari keterampilan,
motif dan pengetahuan manusia. (Erfandi, 2009)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Erfandi ( 2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
sesorang ada 5, yaitu adalah sebagai berikut:
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin
mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak
pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan
tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. (Erfandi,
2009)
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif
dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek
tersebut . (Erfandi, 2009)

Informasi / Media Massa

6
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut. (Erfandi, 2009)

Sosial budaya dan ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang. (Erfandi, 2009)

Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu. (Erfandi, 2009)

Pengalaman

7
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam bidang kerjanya. (Erfandi, 2009)

Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap
tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena
mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ
akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa
kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa
teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan
bertambahnya usia.

2.1.4. Tingkat Pengetahuan

8
Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam Domain Kognitif mempunyai 6
tingkatan : (S. Notoatmodjo, 2007)
Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar.
Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan denagn kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.

9
2.2.MP-ASI
2.2.1. Defenisi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah makanan dan minuman
yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). MP-ASI
harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut sampai usia 24 bulan,
karena pada masa tersebut produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat gizi
dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat
(WHO,2003/Repository USU).
Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan proses transisi
dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk
proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral
berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk
bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah
bagian belakang (UMS, 2010).
MP-ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan, seperti memenuhi
kecukupan gizi, susunan hidangan memenuhi pola menu seimbang dan
memperhatikan selera terhadap makanan, bentuk dan porsi disesuaikan dengan daya
terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan sanitasi / higiene
(Pudjiadi, 2005).

2.2.2. Usia pemberian makanan pendamping ASI


Menurut Depkes RI (2007) usia pada saat pertama kali pemberian makanan
pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah setelah anak berusia enam
bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami infeksi atau gangguan pencernaan
akibat virus atau bakteri. Berdasarkan usia anak, dapat diketegorikan menjadi:
a. Pemberian Makanan Bayi Umur 6-9 bulan
Penyerapan vitamin A dan zat gizi lain Pemberian ASI diteruskan
Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi
mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari

10
Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit
dengan sumber lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan
ini dapat menambah kalori makanan bayi, memberikan rasa enak juga
mempertinggi yang larut dalam lemak.
b. Pemberian Makanan Bayi Umur 9-12 bulan
Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga
secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara
berangsur, mendekati makanan keluarga
Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang
bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah. Usahakan agar makanan
selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.
Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan.
Campurkanlah ke dalam makanan lembik berbagai lauk pauk dan sayuran
secara berganti-ganti. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini akan
berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat di kemudian hari.
c. Pemberian Makanan Anak Umur 12-24 bulan
Pemberian ASI diteruskan
Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali
sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.
Selain itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari
Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan
Makanan, misalnya nasi dapat diganti dengan tahu, tempe, kacang ijo, telur,
atau ikan. Bayam dapat diganti dengan daun kangkung, wortel, tomat.
Bubur susu dapat diganti dengan bubur kacang ijo, bubur sumsum, biskuit.
Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi
frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

2.2.3. Pola pemberian makanan pada anak usia 0-2 tahun

11
Pola pemberian makan anak 0-2 tahun sesuai dengan rekomendasi Depkes
RI (2007) seperti tertera dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Pola Pemberian Makan Menurut Golongan Usia

Anak Gol. Usia Jenis Makanan Frekuensi Sehari


Anak
(bulan)
0-6 ASI Sesuka bayi
6- 9 ASI/susu formula, ASI/susu formula sesuka
makanan lumat (bubur bayi, makanan lumat 2
susu, bubur, sumsum, kali
pisang saring/dikerok,
pepaya saring, tomat
saring, nasi tim saring,
dll)
9-12 ASI/susu formula, ASI/susu formula sesuka
makanan lunak (bubur bayi,
nasi, bubur ayam, nasi makanan lunak 2-3 kali
tim, kentang puri, dll)
12-24 ASI/susu formula, ASI/susu formula sesuka
makanan padat atau anak,
makanan keluarga makanan keluarga 3-5
kali
Sumber: depkes RI 2007

12
Table 2.2 Pola pemberian makanan pendamping asi

Sumber : depkes RI 2007

2.2.4. Jenis makanan pendamping ASI


Menurut Depkes RI (2007) jenis makanan pendamping ASI yang baik
adalah terbuat dari bahan makanan yang segar, seperti tempe, kacangkacangan,
telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan. Jenis-jenis makanan
pendamping yang tepat dan diberikan sesuai dengan usia anak adalah sebagai
berikut:

1. Makanan lumat
Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan, dihaluskan atau disaring
dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa ampas. Biasanya makanan lumat ini
diberikan saat anak berusia enam sampai Sembilan bulan. Contoh dari makanan
lumat itu sendiri antara lain berupa bubur susu, bubur sumsum, pisang saring atau
dikerok, pepaya saring dan nasi tim saring.

2. Makanan lunak

13
Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air atau
teksturnya agak kasar dari makanan lumat. Makanan lunak ini diberikan ketika anak
usia sembilan sampai 12 bulan. Makanan ini berupa bubur nasi, bubur ayam, nasi
tim, kentang puri.

3. Makanan padat
Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya
disebut makanan keluarga. Makanan ini mulai dikenalkan pada anak saat berusia
12-24 bulan. Contoh makanan padat antara lain berupa lontong, nasi, lauk-pauk,
sayur bersantan, dan buah-buahan.

14
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1. Kerangka Konsep


Pada penelitian ini kerangka konsep tentang pengetahuan ibu mengenai
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Diuraikan berdasarkan pengetahuan ibu
terhadap Makanan Pendamping ASI.
Variabel bebas variabel terikat

Pengetahuan
Makanan Pendamping ASI
Ibu

Gambar 3.1. Kerangka konsep pengetahuan ibu terhadap Makanan Pendamping


ASI

3.2. Definisi Operasional


3.2.1 Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu adalah kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan
mengenai makanan Pendamping ASI. Pengetahuan diukur melalui kuesioner. Setiap
jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Total skor adalah 10.
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (Arikunto, 1998)
1) Baik, jika jawaban benar responden > 8.
2) Sedang, jika jawaban benar responden 5-7.
3) Buruk, jika jawaban benar responden < 4.
Cara ukur dengan menggunakan angket.

15
Alat ukur dengan menggunakan kuesioner.
Dan skala pengukuran menggunakan skala Ordinal.

3.2.2 Makanan Pendamping ASI


Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah makanan dan minuman
yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006).

16
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui pengatuhan ibu terhadap pemberian MP-ASI di kelurahan tanah 600
dengan pendekatan cross sectional.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan-Marelan,
alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena melihat kondisi masyarakat yang
beragam serta melihat belum adanya penelitian sebelumnya mengenai bagaimana
pengetahuan para ibu mengenai pemberian Makanan Pendamping ASI. Penelitian
ini telah dilakukan sejak tanggal 5 maret 14 maret 2012.

4.3. Populasi dan Sampel


4.3.1. populasi
Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 0-24 bulan di
Kelurahan Tanah 600.
4.3.2. Sampel
Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Uji
Hipotesis Satu Populasi, sebagai berikut:

Keterangan:
n = besar sampel minimum
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (1.96)

17
Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (0.84)
P0 = proporsi di populasi (0.5)
Pa = perkiraan proporsi di populasi (0.65)
Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi (0,15)
Maka besar sampel pada penelitian ini adalah :

(dibulatkan)
Kriteria inklusi penelitian adalah
1. Semua ibu usia subur dan telah menikah yang memiliki bayi usia 0-24
bulan.
Kriteria eksklusi adalah:
1. Semua ibu yang tidak kooperatif
2. Semua ibu yang tidak bisa membaca dan menulis

4.4. Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan berupa data primer yaitu data yang dikumpulkan
langsung dari sampel penelitian dengan metode kuesioner. Kuesioner tersebut telah
diuji dengan validitas isi (content validity).

4.5. Metode Analisis Data


Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner dilakukan dengan perangkat lunak
SPSS. Sampel yang digunakan pada validitas dan reliabilitas adalah Ibu-ibu yang
memiliki karakteristik sama dengan sampel. Semua data yang terkumpul telah
diolah dan disusun dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service
Solutions),dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi.

18
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Tanah Enam Ratus termasuk di
dalam Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dengan luas wilayah 342 km2 dan
memiliki 11 lingkungan. Secara geografis kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-
wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kelurahan Rengas Pulau Medan Marelan
2. Sebelah Timur : Kelurahan Titi Papan Medan Deli
3. Sebelah Selatan : Desa Manunggal Deli Serdang
4. Sebelah Barat : Kelurahan Terjun Medan Marelan
Sebagian besar tanah di Kelurahan Tanah Enam Ratus digunakan untuk
lahan pemukiman, yaitu sekitar 50% dari seluruh luas lahannya. Selain itu lahannya
dipergunakan sebagai area perumahan, sekolah, dan area perladangan/pertanian.
Jumlah penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus pada tahun 2011 adalah 26.371
jiwa. Sebagian besar penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus bekerja sebagai
wiraswasta / pedagang dan sebagian menjadi petani.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden


Karakteristik respondek dibagi berdasarkan umur, pendidikan terakhir dan
pekerjaan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur


No Umur Jumlah Jumlah%
1 20-30 Tahun 78 90,7
2 31-40 Tahun 7 8,1
Total 85 100,0

19
Dapat dilihat sebagian besar sampel memiliki kategori umur 20-30 tahun
yaitu sebesar 78 orang atau 90,7% dan yang terendah adalah kategori umur 31-40
tahun sebanyak 7 orang atau 8,1% dari 85 responden.
Selain berdasarkan umur responden juga di distribusikan berdasarkan
Pendidikan terakhirnya yaitu, SD, SMP, dan SMA seperti yang terlihat pada table
dibawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


No Pendidikan Terakhir Jumlah Jumlah%
1 SD 17 20
2 SMP/Sederajat 28 32.9
3 SMA/ Sederajat 40 47,1
Total 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 jumlah sampel dengan pendidikan terakhir SD


adalah 17 orang atau 20%, jumlah sampel dengan pendidikan terakhir SMP adalah
28 orang atau 32,9%, jumlah sampel dengan pendidikan terakhir SMA/ Sederajat
adalah 40 orang atau 47,1%, jumlah sampel. Dapat dilihat sebagian besar sampel
memiliki pendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 40 orang atau 47,1% dan yang
terendah adalah pendidikan SD sebanyak 17 orang atau 20% dari 85 responden.
Responden juga di distribusikan berdasarkan pekerjaan seperti yang
terlihat pada table 5.3 ;

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan


No Jenis Pekerjaan Jumlah Jumlah%
1 Ibu Rumah Tangga 59 69,4
2 Buruh 11 12.9
3 Wiraswasta 15 17,6
Total 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 jumlah sampel dengan jenis pekerjaan Ibu Rumah
Tangga adalah 59 orang atau 69,4%, jumlah sampel dengan jenis pekerjaan Buruh
adalah 11 orang atau 12,9%, jumlah sampel dengan jenis pekerjaan Wiraswasta
adalah 15 orang atau 17,6% . Dapat dilihat sebagian besar sampel memiliki jenis

20
pekerjaan Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar 59 orang atau 69,4% dan yang terendah
adalah jenis pekerjaan buruh sebanyak 11 orang atau 12,9% dari 85 responden.
Berdasarkan usia bayi yang dimiliki responden didistribusikan dengan usia
bayi 0-6 bulan dan usia bayi 6-24 bulan seperti table di bawah ini;

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Bayi


No Usia Bayi Jumlah Jumlah%
1 0-6 Bulan 41 48,2
2 6-24 Bulan 44 51,8
Total 85 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat sebagian besar sampel memiliki bayi dengan
umur antara 6-24 bulan yaitu sebesar 44 orang atau 51,8% dan yang terendah
adalah memiliki bayi dengan umur antara 0-6 bulan yaitu sebanyak 41 orang atau
48,2% dari 85 responden.

5.1.3. Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.5. Distribusi Pengetahuan Responden tiap pertanyaan


No. Pertanyaan Jumlah Jumlah%
1. Ibu tahu tentang makanan pendamping ASI
A. Benar 66 77,6
B. Salah 19 22,4
2. Pengertian tentang makanan pendamping ASI itu
A. Benar 40 47,1
B. Salah 45 52,9
3. Umur yang tepat dalam pemberian makanan tambahan
A. Benar 54 63,5
B. Salah 31 36,5
4. Jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi
usia > 6 bulan ?
A. Benar 41 48,2
B. Salah 44 51,8
5. Yang merupakan makanan pendamping ASI ?

21
A. Benar 50 58,8
B. Salah 35 41,2
6. Berapa kali makanan itu diberikan dalam sehari kepada
bayi yang berusia 6-8 bulan ?
A. Benar 50 47,1
B. Salah 45 52,9
7. Bayi perlu diberikan makanan tambahan ?
A. Benar 81 95,3
B. Salah 4 4,7
8. Pengaruhnya terhadap pemberian makan bayi sebelum
usia 6 bulan terhadap kesehatan bayi ?
A. Benar 19 22,4
B. Salah 66 77,6
9. Menunda makanan tambahan dapat mengurangi faktor
resiko alergi makanan ?
A. Benar 32 37,6
B. Salah 53 62,4
10. Usia yang tepat pada proses penyapihan bayi ?
A. Benar 29 34,1
B. Salah 56 65,9

Berdasarkan penelitian di atas dapat lihat pengetahuan responden tentang


MP-ASI sebanyak 66 orang (77,6%) sudah mengetahui dengan benar. Pengetahuan
tentang pengertian makanan pendamping ASI sebanyak 40 orang (47,1%)
menjawab benar. Pengetahuan tentang umur berapa sebaiknya bayi diberikan
makanan tambahan sebanyak 54 orang (63,5%) menjawab dengan benar. Untuk
pengetahuan jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi sesuai usia
bayi sebanyak 41 orang (48,2%) menjawab dengan benar. Pengetahuan yang
manakah makanan pendamping ASI, sebanyak 50 orang (58,5%) yang menjawab
dengan benar.
Untuk pengetahuan ibu tentang berapa kali diberikan makanan tambahan
dalam sehari, sebanyak 40 orang (47,1%) menjawab dengan benar. Pengetahuan
tentang mengapa bayi perlu diberikan makanan tambahan, sebanyak 81 orang

22
(95,3%) menjawab dengan benar. Pengetahuan responden tentang apa paengaruh
terhadap pemberian makan bayi sebelum usia 6 bulan, sebanyak 19 orang (22,4%)
menjawab dengan benar. Responden yang menjawab benar sebanyak 32 orang
(37,6%) menjawab dengan benar dengan menunda makanan tambahan dapat
mengurangi resiko alergi makanan. Dan pengetahuan responden pada usia berapa
bayi sebaiknya disapihkan, sebanyak 56 orang (65,9%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan data diatas, makan secara kategori pengetahuan responden
dapat dikelompokkan, dimana masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 5.6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden

No Kategori Pengetahuan Jumlah Jumlah%


1 Baik 15 17,6
2 Sedang 40 47,1
3 Kurang 30 35,3
Total 85 100,0

Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat bahwa tingkat kategori


responden pengetahuan yang baik sebanyak 15 orang atau 17,6%, sedangkan yang
sedang sebanyak 40 orang atau 47,1% dan sebanyak 30 orang atau 35,3%
responden yang memiliki pengetahuan yang kurang.
Pada penelitian ini juga dilakukan analisa data pendidikan terakhir
terhadap tingkat pengetahuan tentang pemberian MPASI seperti yang terlihat pada
tabel:

Tabel 5.7. Distribusi Tingkat Pengetahuan berdasarkan Tingkat


Pendidikan tentang Pemberian MPASI
Pendidikan Kategori Total
Baik Sedang Kurang
Terakhir
SD 2 2,4% 6 7,1% 9 10,6% 17 20%
SMP 1 1,2% 14 16,5% 13 15,3% 28 32,9%
SMA/Sederajat 12 14,1% 20 23,5% 8 9,4% 40 47,1%
Total 15 17,6% 40 47,1% 30 35,3% 85 100%

23
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 20% responden berpendidikan
SD sebagian besar pengetahuan kurang (10,6%) dan didapati 2,4% berpengetahuan
baik. Pada 47,1% berpendidikan SMA didapati 9,4% berpengetahuan kurang

Tabel 5.8. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan Ibu


Kategori Pengetahuan
Pekerjaan Total
Baik Sedang Kurang
Ibu Rumah
12 14,1% 26 30,6% 21 24,7% 59 69,4%
Tangga
Wiraswasta 0 0% 8 9,4% 3 3,5% 11 12,9%
Buruh 3 3,5% 6 7,1% 6 7,1% 15 17,6%
Total 15 17,6% 40 47,1% 30 35.3% 85 100%
Dari tabel diatas didapati dari 69,4% ibu dengan pekerjaan ibu rumah
tangga 30,6% berpengetahuan sedang. Dari 17,6% ibu yang berkerja sebagai buruh
didapati 7,1% berpengetahuan kurang dan 7,1% berpengetahuan sedang.

5.2.Pembahansan
Makanan pendamping ASI adalah makanan dan minuman yang
mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi dan anak yang berusia 6-24 bulan
guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (depkes RI, 2006). Pemberian
makanan pendamping ASI merupakan salah satu prilaku yang menurut Kurt Lewin
di pengaruhi oleh Faktor Individu yang diantaranya nilai budaya, pendidikan,
pengethauan , sikap, suku bangsa dan tempat tinggal (Fathurrahman, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh E. Simanjuntak (2007) didapati bahwa
sebagian responden berusia 20-35 tahun (86,7%), dimana sebagain besar
respondennya berpendidikan SMP (40%) dan 63,4% responden memeliki anak
berusia 0-6 bulan. Pada penelitian ini didapati hasil yang tidak jauh berbeda,
dimana sebagain besar responden berusia 20-30 tahun (90,7%) , tetapi sebagian
besar respnden pada penelitian ini berpendidikan SMA (47,1%). Pada penelitian ini
juga didapati 51,8% responden memeliki anak usia 6-24 bulan dan 48,2% memeliki
anak usia 0-6 bulan.

24
Berdasarkan rekomendasi WHO (2001), sebaiknya segera setelah kelahiran
hingga anak berusia 6 bulan diberikan ASI ekslusif , pengenalan makanan
pendamping ASI sebaiknya dilakukan setelah usia 6 bulan ke atas. Hal ini
dikarenakan pemberian makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan tidak
memempengaruhi pertumbuhan secara umum dan dapat menimbulkan resiko-resiko
tertentu. Akan tetapi setelah usia 6 bulan ASI saja tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi.
Pada perakteknya masih banyak kesalahan dalam pemberian makanan
pendamping ASI diamana pengetahuan ibu yang kurang tentang waktu yang tepat
dalam pemberian makanan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang
dilakukan oleh Gunanti dan Firdani (2004) dimana didapati pemberian Makanan
pendamping ASI pada anak di bawah 6 bulan (50%). Hasil yang tidak jauh berbeda
juga didapati pada penelitian yang dilakukan oleh E. Simanjuntak yaitu 60%.
Tetapi pada peneltian ini didapati hasil yang berbeda dimana sebagian besar
responden menjawab pemberian makanan pendamping ASI pada usia di atas 6
bulan (63,5%). Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan karena responden
pada penelirian ini sebagian besar berpendidikan SMA sedangkan pada penelitian
E.Simanjuntak berpendidikan SMP.
Tingkat pengetahuan merupakan salah satu komponen penting untuk
meningkatkan praktek pemberian makanan pendamping ASI. Berdasarkan beberapa
penelitian tentang pengetahuan ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI
didapati hasil yang berbeda-beda tentang tingkat pengetahuan ibu terhadap
pemebrian makanan pendamping ASI. Pada penelitian yang dilakukan Wahidah
(2010) didapati tingkat pengetahuan sebagian besar kurang (44,4%) sedangkan
penelitain yang dilakukan Arief (2004) didapati pengetahuan baik (92,5%) hal ini
dikarenakan pada penelitian tersebut sebagian besar responden berpendidikan
lanjut. Sedangkan pada penelitian ini didapati tingkat pengetahuan responden
tentang makanan pendamping ASI sedang (47,1%). Adanya perbedaan hasil
penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh smert bahwa pendidikan
merupakan salah satu factor yang melatar belakangi pengetahuan. (Faturrahman,
2007).

25
Dari hasil tabulasi tingkat pengetahuan dengan tingkat pendidikan, didapati
dari 47,1 % yang berpendidikan SMA 23,5% berpengetahuan sedang, dan masih
dijumpai 9,4% berpengetahuan kurang. Hal ini mungkin terjadi karena sebagian
besar responden berusia muda, dimana dari hasil survei kebanyakan responden ini
menikah segera setelah tamat SMA. Sehingga mereka lebih mendapat arahan dari
ibunya dalam merawat anak. Dari hasil survei juga didapati ternyata orang tua si ibu
mengajarkan bahwa jika anak menangis, berarti anak tersebut lapar sehingga harus
diberi makan. Hal ini juga sesuai dengan tabulasi tingkat pengetahuan dengan
pekerjaan ibu, pada penelitian ini didapati dari 69,4% ibu yang berkerja sebagai ibu
ramah tangga 24,7% berpengetahuan kurang dan 30,6% berpengetahuan sedang.
Dari hasil survei didapati ibu rumah tangga lebih banyak di rumah mereka lebih
sering mengahabiskan waktu dengan tetangganya. Mereka juga kebanyakan tinggal
bersama orang tuanya. Hal ini menyebabkan mereka lebih banyak mendapatkan
informasi dari orang tua dan sesama tetangga yang lebih percaya dengan tradisinya
masing-masing
Masih banyaknya tingkat pengetahuan kurang-sedang dibutuhkan edukasi
yang tepat tentang pemberian makanan pendamping ASI. Berbagai bukti
menyatakan bahwa ibu dapat memberikan makanan pendamping ASI yang kaya
gizi jika makanan tersebut dapat diterima secara cultural, serta dengan
meningkatkan pengetahuan ibu mengenai praktek pemberian makanan pendamping
ASI akan menyebabakan pertumbuhan yang baik bagi bayi. Konseling dan edukasi
yang baik antara ibu dan praktisi kesehatan/komunitas mengenai suatu hal yang
sangat penting untuk memastikan pemberian makanan pendamping ASI yang
optimal. (WHO, 2001)

26
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu, Tingat pengetahuan
ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI di kelurahan tanah 600 adalah
17,6% baik, 47,1% sedang dan 35,3% kurang.

6.2. Saran
a. adapun saran yang dapat diberikan penulis kepada ibu-ibu agar memberikan
makanan pendamping ASI yang tepat sesuai usia.
b. diharap ibu-ibu harus memperhatikan porsi makan yang seharusnya diberikan.
c. diharapkan kepada ibu-ibu agar meneruskan ASI hingga usia anak minimal 2
tahun.
d. Kepada petugas-petugas kesehatan diharapkan dapat memeberikan konseling
yang lebh tentang makanan pendamping ASI sehingga ibu-ibu dapat memberikan
makan pada anak yang tepat sesuai usia, sehingga kebutuhan gizinya dapat
terpenuhi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arief, D., M., 2004. Hubungan Karakteristik Ibu dan Keluarga dengan Praktek
Pemberian MP-ASI Blended Food Kepada Bayi Usia 6-11 bulan (Studi di Wilayah
Kerja Puskesmas Karangdoro, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang).
Universitas Dipenegoro.

Arjun, S., Khanti, S., 2004. National Guidelines on Infant and Young Child
Feeding. Ministry of human Resource development Departement of Women and
Child Development Food and Nutrition Board Government Of India.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Umum Pemberian


Makanan Pendamping Air Susu ibu (MP-ASI) lokal. Depkes RI

Depkes RI. 2007.Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam Keadaan
Darurat . Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.

28
Dewey, K., 2003. Guiding Principles for Complementary Feeding of The
Breastfeed Child. WHO

Erfandi. 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Malang:


Seminar Nasional Kesehatan Reproduksi

Fathurrahman, 2007. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP-


ASI pada Bayi 0-6 Bulan Oleh Ibu-Ibu di Pedesaan Di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan. Al-Ulum Vol 34 (4) ; 39-43

Firdani, A., E., dan Gunanti I., R., 2004. Pola Pemberian ASI, MP-ASI dan Status
Gizi Anak Usia 1-2 Tahun pada keluarga Etnis Madura dan Etnis Arab. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan. Vol 8. No.2; 90-99
Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan
FEUI

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. Jakarta :


PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan & Ilmu Perilaku


Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Pujdiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta

Simanjuntak, E., N., 2007. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pola Pemberian
Asi, MP-ASI, Penyakit pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Dusun III Desa Limau Manis
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. FKM-USU

29

Anda mungkin juga menyukai